Anda di halaman 1dari 8

Nama:

Nim:

R.A Kartini

R.A Kartini –21 April menjadi salah satu hari besar yang dirayakan oleh masyarakat Indonesia secara
umum. Di tanggal ini akan dirayakan bagaimana seorang pahlawan wanita bernama Raden Ajeng Kartini
memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia. Biografi R.A Kartini menjadi sumber sejarah yang bisa
menjadi pembelajaran berharga bagi generasi muda Indonesia.

Kalau berbicara tentang pahlawan emansipasi, R.A. Kartini adalah sosok yang sangat berjasa dalam
memperjuangkan kesetaraan wanita di Indonesia. Selain perjuangan beliau yang memperjuangkan
emansipasi, ada banyak hal yang bisa menjadi tauladan dari R.A. Kartini. Karena itu, mempelajari
biografi R.A. Kartini akan memberikan lebih banyak ilmu selain sebagai salah satu bentuk menghargai
jasanya.

Menilik dari silsilah keluarga, R.A Kartini adalah keturunan bangsawan yang lahir dan tumbuh di tengah-
tengah keluarga Bangsawan. Gelar kebangsawanan yang dimiliki oleh beliau adalah Raden Adjeng, yang
mana kemudian setelah menikah gelar tersebut berubah menjadi Raden Ayu.

Kartini lahir sebagai anak ke-5 dari 11 bersaudara. Terlahir dari keluarga bangsawan tak lantas
membuatnya jumawa. Kartini bahkan tumbuh menjadi perempuan yang sangat antusias bila
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Kegemarannya adalah membaca dan menulis.

Kehidupan Kartini berlanjut menjadi seorang istri dari Bupati Rembang kala itu, bernama KRM Adipati
Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Meskipun dinikahi oleh seorang bangsawan, bukan berarti Kartini
mendapatkan kemudahan menggapai cita-citanya. Meskipun masih sulit, sang suami tetap mendukung
cita-cita mulianya dengan mendirikan sebuah sekolah di kawasan kantor bupati Rembang.

Pernikahannya dengan KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dikaruniai seorang putra bernama
R.M Soesalit. Sayangnya, selang beberapa hari setelah melahirkan putranya, Kartini meninggal dunia di
usia 25 tahun pada tahun 1905. Tepat satu tahun setelah pernikahannya.

Pada zaman penjajahan Belanda, diskriminasi terhadap rakyat Indonesia, terutama pada laki-laki dan
perempuan, begitu terasa. Salah satunya dalam hal pendidikan. Kala itu, kaum perempuan tidak
diijinkan untuk belajar, hanya kaum laki-laki. Hanya perempuan keturunan bangsawan saja yang berhak
menempuh pendidikan.
Kartini kecil beruntung karena terlahir sebagai salah satu putri bangsawan. Karena statusnya ini, ia bisa
bersekolah di Europese Lagere School (ELS). Di sekolah ini, Kartini kecil mulai belajar Bahasa Belanda.
Sayangnya kesempatan bersekolah itu hanya hingga berusia 12 tahun. Sebab, menurut tradisi Jawa,
anak perempuan yang sudah berusia 12 tahun harus tinggal di rumah sampai menikah.

Meskipun dipingit dan tidak boleh keluar rumah, bukan berarti semangat belajarnya padam. Kartini
muda tetap bersemangat belajar, meskipun bukan di sekolah. Beliau belajar Bahasa Belanda serta baca
tulis dari majalah, surat kabar dan buku-buku di rumah. Banyak pula karya-karya berbahasa Belanda
yang dipelajarinya, hingga pengetahuan Kartini pun semakin luas.

Kegiatan korespondensi yang dilakukan Kartini dengan teman-temannya di Belanda, membawa Kartini
mendapat kesempatan besar. Ia berkesempatan mendapat beasiswa di Belanda. Meskipun kemudian
dilarang oleh ayahnya.

Mengikuti Pendidikan Guru di Batavia

Dalam Surat-surat yang dikirimkan pada teman-temannya, Ia juga mengisahkan bagaimana Ia


menyayangi ayahnya, begitu pun sebaliknya. Namun, justru rasa itulah yang menghambatnya.

Sebagai bentuk kasih sayang, sang ayah bahkan mengizinkan Kartini untuk mengambil pendidikan guru
di Batavia. Meskipun sebelumnya, ayahnya sempat melarang Kartini melanjutkan pendidikan ke
Belanda.

Surat-Surat dan Pemikiran R.A Kartini

Berbicara tentang biografi R.A Kartini, tentu tidak bisa terlepas dari pemikiran-pemikirannya, terutama
tentang wanita dan kesamaan haknya dengan laki-laki. Kemampuan berbahasa Belanda Kartini yang
diperoleh dari hobi membacanya kemudian membawanya ke dunia yang lebih luas.

Semasa menjalani masa pingit yang tidak memperbolehkannya keluar rumah, Kartini muda bukannya
tidak melakukan apapun di rumah. Dari rumah, Ia masih tetap aktif melakukan korespondensi dengan
cara saling berkirim surat dengan teman-temannya di Belanda.

membawa Kartini mendapat kesempatan besar. Ia berkesempatan mendapat beasiswa di Belanda.


Meskipun kemudian dilarang oleh ayahnya.

Mengikuti Pendidikan Guru di Batavia


Dalam Surat-surat yang dikirimkan pada teman-temannya, Ia juga mengisahkan bagaimana Ia
menyayangi ayahnya, begitu pun sebaliknya. Namun, justru rasa itulah yang menghambatnya.

Sebagai bentuk kasih sayang, sang ayah bahkan mengizinkan Kartini untuk mengambil pendidikan guru
di Batavia. Meskipun sebelumnya, ayahnya sempat melarang Kartini melanjutkan pendidikan ke
Belanda.

Surat-Surat dan Pemikiran R.A Kartini

Berbicara tentang biografi R.A Kartini, tentu tidak bisa terlepas dari pemikiran-pemikirannya, terutama
tentang wanita dan kesamaan haknya dengan laki-laki. Kemampuan berbahasa Belanda Kartini yang
diperoleh dari hobi membacanya kemudian membawanya ke dunia yang lebih luas.

Semasa menjalani masa pingit yang tidak memperbolehkannya keluar rumah, Kartini muda bukannya
tidak melakukan apapun di rumah. Dari rumah, Ia masih tetap aktif melakukan korespondensi dengan
cara saling berkirim surat dengan teman-temannya di Belanda.

Dari kegiatan tersebut inilah Kartini muda mulai tertarik dengan pola pemikiran perempuan-perempuan
Eropa. Berikut beberapa pemikiran Kartini.

Keluhan tentang Gaya Hidup Feodal dalam Masyarakat Jawa

Dalam surat-surat yang dikirim Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Negeri Belanda, Ia banyak
mencurahkan kondisi sosial wanita pribumi saat era Hindia Belanda. Dalam surat-surat tersebut
kebanyakan berisi tentang keluhan sekaligus gugatan Kartini terhadap adat Jawa.

Menurut Kartini, budaya dan adat yang berlaku di Jawa inilah yang kemudian menghambat wanita
pribumi untuk maju. Ia ingin agar wanita pribumi juga memiliki kebebasan untuk menuntut ilmu
layaknya kaum laki-laki. Semuanya Ia tuliskan dalam Bahasa Belanda.

Dalam surat tersebut tertuang pemikiran Kartini tentang bagaimana penderitaan menjadi wanita Jawa
yang harus terkekang oleh adat. Adat yang tidak membebaskan wanita untuk bersekolah dan
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Ketika seorang wanita Jawa mencapai usia tertentu harus
menjalani masa pingitan, dan akhirnya harus menikah di usia tertentu, dengan lelaki yang tidak dikenal
pula.
Kartini juga menceritakan tentang hambatan-hambatan yang harus dilalui oleh seorang wanita Jawa jika
ingin maju. Bahkan untuk dirinya sendiri, yang notabene berpendidikan, kemajuan itu pun masih sulit
untuk digapai.

Pemikiran Memajukan Wanita Indonesia

Dari korespondensi bersama teman-temannya, Kartini bisa mempelajari bagaimana pemikiran


perempuan Eropa. Dari situlah pemikiran untuk memajukan perempuan di Indonesia, kala itu masih
disebut Pribumi, mulai tertanam. Ia berangan tentang bagaimana kedudukan sosial perempuan
Indonesia yang masih jauh di bawah bisa maju.

Berbagai sumber yang menulis biografi R.A Kartini juga menyebutkan, surat-surat yang Ia kirim tak
hanya berisi keluhan dan gugatan saja. Ia juga menuliskan keinginannya untuk mendapat pertolongan
dari luar melalui surat tersebut.

Keinginan untuk belajar di daratan Eropa itu sudah diungkapkan oleh Kartini melalui surat yang
dikirimkan pada teman-temannya di Belanda. Teman-temannya juga mendukung keinginan tersebut.
Ketika keinginannya itu tak terwujud, banyak yang merasa kecewa. Namun Estelle Zeehandelaar yang
membesarkan hatinya, mengatakan bahwa mungkin ini adalah pilihan terbaik yang Kartini punya.

Pemikiran tentang Ketuhanan hingga Nasionalisme

Berbagai sumber biografi R.A Kartini juga menyebutkan bahwa surat-surat yang dikirimkan Kartini
kepada teman-temannya tidak hanya berisi keluhan dan gugatan tentang masalah sosial terutama
berkaitan dengan perempuan saja. Kartini juga menuliskan surat-surat yang berisi tentang Ketuhanan,
peri kemanusiaan, Kebijaksanaan dan Keindahan serta Nasionalisme.

Pemikiran Tentang Keagamaan

Dalam suratnya itu juga banyak membahas tentang hal yang berkaitan dengan keagamaan. Seperti
misalnya mengapa laki-laki bisa melakukan poligami. Ada pula surat Kartini yang mempertanyakan
mengapa diharuskan membaca dan menghapal kitab suci tanpa perlu memahaminya.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang


Kartini memiliki dua orang teman dekat yang sering bertukar surat di Belanda. Mereka adalah Rosa
Abendanon dan Estelle Zeehandelaar. Surat-surat inilah yang kemudian dikumpulkan dan disatukan
menjadi buku.

Adalah seorang pria Belanda bernama J.H Abendanon, yang kala itu menjabat sebagai Menteri
Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda, yang berjasa dalam mengumpulkan surat-surat
Kartini tersebut. Kumpulan surat-surat tersebut kemudian dibukukan dalam sebuah buku berjudul ‘Door
Duisternis tot Licht’. Dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ‘Dalam Kegelapan menuju Cahaya’.

Hingga di tahun 1922 diterbitkan menjadi buku berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Dari buku inilah
sedikit banyak dapat dipelajari biografi R.A Kartini, terutama tentang cita-citanya dalam memajukan
pendidikan khususnya untuk perempuan Indonesia.

Sekolah Wanita Kartini

Tahun 1903 Kartini resmi dipersunting oleh KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Pernikahan
tersebut tidak lantas meredupkan cita-citanya. Sang suami yang mengetahui cita-cita tersebut juga
memahami bahkan mendukungnya.

Kebebasan dan dukungan sang suami diwujudkan dalam pembangunan Sekolah Wanita. Sekolah ini
didirikan di kompleks kantor Bupati Rembang. Setelah wafatnya R.A Kartini, sekolah yang diberi nama
Sekolah Kartini kemudian terus didirikan di berbagai daerah di Jawa, mulai dari Jogjakarta, Surabaya,
Malang hingga Cirebon.

Analisis artikel

Seperti yang sudah sedikit disinggung sebelumnya, mempelajari biografi R.A Kartini tidak hanya bisa
menambah wawasan kebangsaan tentang pahlawan nasional Indonesia saja. Lebih dari itu, dengan
mempelajari biografi Raden Ajeng Kartini, diharapkan bisa mengambil teladan dari hal-hal baik darinya
serta bisa meneruskan perjuangannya.

Ada banyak teladan baik yang bisa dipelajari dari sosok R.A Kartini. Seorang wanita yang berjuang agar
perempuan Indonesia memperoleh hak dan kebebasan yang sama dengan kaum pria. Dalam hal ini
kebebasan dan hal dalam meraih cita-cita, mengenyam pendidikan hingga setinggi mungkin serta
kebebasan atas hidupnya.
Menilik dari berbagai kisah yang tertuang dalam biografi R.A Kartini yang dijelaskan di atas, ada
beberapa sifat Kartini yang bisa menjadi teladan baik bagi setiap wanita Indonesia masa kini. Teladan itu
antara lain adalah sebagai berikut.

Berwawasan Luas dan Cerdas

Dari penjelasan biografi Raden Ajeng Kartini di atas, salah satu hal yang bisa menjadi teladan bagi
generasi muda Indonesia adalah kecerdasannya dan wawasannya yang luas. Di jaman dimana
keterbatasan adalah hal yang mendampingi kehidupan seorang wanita, Raden Ajeng Kartini tak pernah
putus asa. Bahkan, meskipun Kartini adalah seorang keturunan priyayi yang sudah pasti memiliki segala
jenis keuntungan dan kemudahan.

Dengan segala keterbatasan yang menyertai, beliau selalu semangat untuk belajar dan menambah
wawasan. Sempat mengenyam pendidikan hingga berumur 12 tahun, namun akhirnya harus berhenti
karena aturan budaya lingkungannya, Kartini tetap tekun belajar.

Selain pelajaran yang didapat dari sekolah, yang notabene menggunakan bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar, Kartini juga terus mempelajari bahasa tersebut. Tujuannya, agar beliau bisa
berkomunikasi dengan dunia. Terbukti, karena kesungguhan dan ketekunannya mempelajari Bahasa
Belanda, Kartini diakui memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang sangat bagus. Bukti lain
ditunjukkan dengan banyaknya teman korespondensi yang Kartini milik di Belanda.

Dari sifat R.A Kartini ini, teladan yang bisa diambil adalah ketekunan dan semangat belajar untuk bisa
menjadi seorang wanita yang cerdas dan berwawasan luas. Baik itu ketika menjadi seorang yang
memiliki kelebihan dari segi materi atau memiliki keterbatasan, ketika belajar dengan sungguh-sungguh,
maka tidak ada yang tidak mungkin.

Kesederhanaan

Raden Ajeng Kartini terlahir dari keluarga bangsawan atau dalam istilah kebudayaan Jawa disebut
priyayi. Ayah R.A Kartini, Raden Mas Adipati Sosroningrat adalah bupati Jepara. Meskipun terlahir dalam
keluarga bangsawan, Kartini tak pernah memanfaatkan jabatan dan status itu.

Kartini adalah perempuan yang tidak suka berpangku tangan. Terbukti, setelah lulus dari Europese
Lagere School (ELS) dan menjalani masa pingitan sebelum kemudian dinikahkan, Kartini tidak pernah
diam dan berpangku tangan. Beliau lebih memilih belajar sendiri dengan membaca majalah maupun
surat kabar berbahasa Belanda serta berbagai jenis buku.

Dalam hal kehidupan sosial, Kartini juga bukan perempuan yang membeda-bedakan. Kartini berteman
dengan siapa saja dan terkenal karena sifatnya yang merakyat. Raden Ajeng Kartini justru menentang
keras perilaku para bangsawan yang suka semena-mena dengan memanfaatkan status sosial dan
derajatnya untuk menindas kaum yang dianggap lebih rendah. Karena inilah yang membuat Kartini
begitu disukai oleh masyarakat Jepara kala itu.

Berani dan Optimis

Sifat lain yang bisa diteladani dengan membaca biografi R.A Kartini adalah sikap pemberani dan
optimisnya. Sebelum saat ini dikenal sebagai pahlawan nasional yang berjuang untuk emansipasi wanita,
dahulu banyak orang dan lingkungan sekitar Raden Ajeng Kartini yang menentang pandangannya
tentang kemajuan untuk wanita.

Lingkungan yang notabene masih sangat kental dengan adat dan budaya Jawa membuatnya
mendapatkan anggapan rendah tentang pemikirannya. Pemikiran lingkungannya saat itu bahwa
perempuan harus di rumah, mengurus rumah dan suami bertolak belakang dengan cita-cita dan
pandangannya yang ingin agar wanita juga memiliki cita-cita tinggi, belajar hingga jenjang yang tinggi
untuk menggapai cita-citanya.

Kartini berani mengemukakan pandangan bahwa budaya pingitan hanya akan membatasi bahkan
menutup kesempatan para perempuan untuk lebih maju. Dengan keberaniannya, Raden Adjeng Kartini
membuka sebuah tempat belajar kecil.

Di tempat belajar itulah, Kartini mengajar dan mendidik anak-anak dan perempuan di sekitarnya.
Optimismenya tinggi, bahwa tindakan kecil tersebut dapat membawa dampak besar di masa depan. Hal
tersebut terbukti bahkan hingga kini. Berkat perjuangannya memperjuangkan hak para wanita, nama
R.A Kartini dikenal dan dikenang sebagai seorang perempuan yang sangat berjasa bagi bangsa Indonesia.

Bahkan pandangannya tentang emansipasi juga mendapat apresiasi dari Negeri Belanda, negeri dimana
teman dan sahabat korespondensi Kartini bertempat tinggal. Hal ini ditunjukkan dengan diabadikannya
nama Kartini menjadi nama jalan di beberapa kota di Belanda.
Keberanian Kartini dalam mengungkapkan pandangan inilah yang harusnya diteladani oleh generasi
muda jaman sekarang, terutama wanita. Asalkan pandangan yang diungkapkan dalam bentuk positif
jangan pernah takut untuk mengungkapkannya. Tidak ada yang tahu, jika dari pandangan dan ide positif
tersebut, meskipun hanya suatu hal kecil, dapat mengubah dan memperbaiki banyak hal.

Mandiri

Satu lagi sifat R.A Kartini yang patut diteladani oleh generasi muda saat ini, terutama perempuan adalah
menjadi perempuan yang mandiri dan independen. Kala itu, Kartini harus berhenti bersekolah karena
adat dan budaya yang mengharuskannya tinggal di rumah. Meskipun dalam keadaan dipingit, Kartini
tetap bisa mandiri dengan belajar menulis dan membaca sendiri dengan anak-anak dan perempuan di
lingkungannya. Kartini bahkan bisa belajar sendiri melalui teman-teman korespondensinya di Belanda.

Dengan cara menulis surat, Kartini bisa mendapat pengetahuan dan pandangan tentang kehidupan di
Eropa. Bahkan dari kegiatannya berkirim surat ini jugalah Kartini bisa mengembangkan kemampuan
berbahasa Belandanya. Karena itu, tak heran jika kemampuan berbahasa Belandanya terbilang sangat
baik, meskipun Ia tidak sekolah tinggi. Dari pengalaman dan cerita yang didapat dari sahabat penanya,
Kartini kemudian bahkan bisa mendirikan sekolah sendiri untuk wanita.

Membicarakan emansipasi dan persamaan hak untuk perempuan, tentu sosok R.A Kartini adalah sosok
utama yang selalu dikenang. Sosok perempuan bangsawan dengan segala semangat pantang menyerah
senantiasa berupaya agar kaum perempuan bisa mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan kaum
laki-laki.

Dengan mempelajari biografi R.A Kartini di atas diharapkan bisa menjadi inspirasi sekaligus memberikan
teladan kepada generasi muda saat ini, terutama perempuan,untuk tidak pantang menyerah menggapai
cita-citanya, untuk berani mengemukakan pandangan dan pendapat dalam maksud positif. Siapa tahu
dari pandangan dan ide itu justru di kemudian hari bisa membawa dampak dan perubahan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai