Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Umar bin Khattab, Lahir pada tahun 581 M-26 Zulhijah. Umar dilahirkan pada
tahun ketiga belas setelah Tahun Gajah (Imam As-Suyuthi, 2010). Ketika
dilantik menjadi khalifah, Umar bin Khathab mengumumkan kepada rakyat
tentang pengaturan kekayaan negara Islam. Beliau berkata : “Barang siapa ingin
bertanya tentang al-Quran, maka datanglah pada Ubay ibn Ka’ab. Barang siapa
bertanya tentang ilmu faraidh (ilmu warisan), maka datanglah pada Zaid ibn
Tsabit. Dan barang siapa bertanya tentang harta, maka datanglah padaku. Karena
Allah SWT telah menjadikanku sebagai penjaga dan pembagi harta”
(Muhammad Husain Haekal., 2009).

Perekonomian di masa Umar bin Khathab berhubungan dengan sumber-sumber


syari’ah Islam (Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi,. hal. 69). Kedudukan hukum
perekonomian Islam sama dengan hukum lainnya dalam syariah Islam, yaitu
bersumber dari Allah Swt. Syariah Islam adalah undang-undang agama yang
bersumber dari wahyu Ilahi. Inilah yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an,
“Bukankah hukum itu hanya milik Allah (AlAn’am : 57).

Dari berbagai pendapatan negara yang terjadi pada masa Umar bin Al-Khathab.
Beliau banyak melakukan hal-hal yang baru melalui ijtihadnya yang belum
pernah terjadi baik pada masa Rasulullah SAW maupun pada masa Abu Bakar
Ash-Shiddiq, seperti kebijakan menetapkan kharaj (pajak tanah) dan ‘usyur pada
masa itu. Hal ini dilakukan beliau agar terwujudnya ekonomi yang stabil dan
terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat Muslim pada masa itu. Tentunya hal
ini harus dicontoh oleh tiap-tiap kepala negara Muslim di dunia agar
terwujudnya negara yang sejahtera. Begitu juga dengan negara Indonesia yang
memiliki penduduk Muslim terbanyak di dunia. Ada sekitar 87% penduduk di
Indonesia yang beragama Islam dari total penduduk Indonesia(Gusfahi, 2007).
Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh kepala negara dalam
hal penarikan devisa negara. Misalnya dalam hal penarikan zakat yang
mempunyai potensi yang sangat besar di negara Indonesia dan dapat
dipergunakan sebagai pemasukan negara demi terciptanya negara yang
sejahtera.

B. Rumusan Masalah

1
C. Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khatab

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatab sebagai
penggantinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
dan perpecahan di kalangan umat Islam. Umar bin Khatab menjadi khalifah melalui
proses musyawarah Abu Bakar dengan para pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh
Abu Bakar ini ternyata dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi
bai’at kepada Umar bin Khatab. Umar bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun
Umar bin Khatab tidak mau disebut sebagai khalifah, namun diganti oleh beliau
menjadi Amirul Mu’minin.

Kekhalifahan masa pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama, yakni 10
tahun, digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiah dan melakukan berbagai
program pembangunan. Pada masa khalifah Umar bin Khatab kekuasaan Islam meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Beliau juga melakukan usaha
pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu membagi
wilayah bentuk provinsi. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan
sistem pembayaran dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif
dengan mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan baitul mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.

Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar,
dilanjutkan oleh Umar bin Khatab dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada
masa Umar bin Khatab meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Sebelum Islam
masuk ke negara tersebut, mereka telah memilki kebudayaan dan peradaban lama.
Seperti keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka
memerlukan pemikiran cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan
manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan
pendidikan.

Panglima-panglima Islam setelah memenagkan peperangan disuatu daerah atau


kota, mereka akan mendirikan masjid. Karena masjid pada saat itu selain digunakan
sebagai peribadatan juga digunakan sebagai kegiataan lainnya yang berhubungan
dengan kemasyarakatan, terutama kegiataan pendidikan.Abu bakar telah menyaksikan
persoalan yang timbul dikalangan muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan hal ini Abu
bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk

2
mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam.
Kebijakan Abu bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.

Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung Arabia, palestina, syiria, irak, Persia
dan mesir.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab, tampaknya


khalifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu.
Untuk itu, Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan.

Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga
menerapkan serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran islam yang
lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam. pendidikan di masjid-
masjid dan pasar-pasar.

Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah adalah
Abdurahman bin Ma’qal dan Imron bin Hasyim. Kedua orang ini ditempatkan di
Basyroh. Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi jabalah
dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman
masjid sedangkan murid melingkarinya.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar
dan para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan meiliki
pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah adalah Mesir,
Syiria dan Basyrah.

Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah


besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin menimba ilmu
keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah
terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai
pusat agama islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong
lahirnya sejumlah pembidangan disiplin kegamaan.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis Al-qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama
islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab yang sudah tampak,
orang yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab,

3
jika ingin belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini
sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di


masa khalifah Umar bin Khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara
berada dalam kondisi atau keadaan aman dan stabil, ini disebabkan, disamping telah
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan islam di berbagai kota dengan materi ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di
bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai
bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik pada waktu itu diambilkan dari berbagai daerah yang ditaklukkan dan dari
baitumal4

Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran


gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif drngan eksekutif dengan
mendirikan lembaga. pengadilan, memebentuk jawatan pekerjaan umum.mendirikan
Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan menetapkan tahun hijriah.

Menurut Umar memiliki ilmu artinya mengharuskan adanya usaha untuk belajar,
beliau juga pernah mengatakan “Wahai manusia, tuntutlah ilmu, sesungguhnya Allah
memiliki suatu baju yang disenangi-Nya, dan siapa saja yang belajar atau menuntut
ilmu walau satu fasal, maka akan dilindungi oleh Allah dengan baju-Nya itu.”5

Ucapan itu menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau terhadap pendidikan.


Beliau memberikan dorongan dan semangat kepada umat agar giat menuntut ilmu,
karena kemajuan suatu banggsa hanya akan diperoleh dengan penguasaan ilmu.
Manusia dengan ilmunya, akan luas pula pandangan hidupnya.

Akhirnya Umar bin Khattab meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang
budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Sebelum ajalnya tiba Umar membentuk tim 6
yang terdiri dari Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman
bin ‘Auf. Setelah Umar bin Khattab wafat tim yang enam orang ini bermusyawarah
untuk memilih khalifah yang baru.

Melalui proses pemilihan oleh tim 6 tersebut, Utsman berhasil terpilih


menggantikan Umar bin Khattab.

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab kondisi politik dalam keadaan stabil,
usaha ekspansi wilayah juga mendapat hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa
Umar meliputi semenanjung Arab, Palestina, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir (Hanun
Asrahah, 2001: 37). Dengan luasnya wilayah tersebut maka semakin besar juga
kebutuhan kehidupan di segala bidang. Sebagai penunjang kebutuhan tersebut manusia
membutuhkan keterampilan dan keahlian, maka diperlukan pendidikan.

4
Ia merupakan seorang pendidik yang memberikan penyuluhan di kota Madinah. Umar
juga mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk setiap daerah yang ditaklukkan itu,
tugas mereka mengajarkan kandungan Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya kepada
penduduk yang baru masuk Islam. Di antara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar
ke daerah adalah Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin Hasim. Keduanya
ditempatkan di Bashrah (Samsul Nizar, 2007: 47).
Umar bin Khattab juga dipandang sebagai seorang penggagas terbentuknya ilmu
pemerintahan Islam. Ia mengaturnya dengan membaginya menjadi beberapa daerah
kecil untuk lebih mudah mengkoordinirnya, dan ia juga membentuk pusat-pusat
pendidikan di berbagai kota, sehingga kemajuan pendidikan begitu pesat apalagi di
dorong oleh keadaan negara yang stabil dan aman.
Lembaga pendidikan pada masa pemerintahan Umar masih sama dengan masa
pemerintahan Abu Bakar yaitu masjid dan kuttab. Kuttab adalah pusat pengajaran tertua
dalam konteks sejarah di kalangan kaum muslimin. Ahli sejarah Islam mengatakan
bahwa dunia Arab telah mengenalnya sebelum kedatangan Islam. Kuttab pada abad
pertama hijriah merupakan salah satu prioritas utama yang sangat diperhatikan
urusannya, karena sebagai gerbang pintu menuju pengajaran yang lebih tinggi. Kuttab
ini menyerupai Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada masa sekarang (Raghib As Sirjani, 2011:
203).
B. Peradaban Islam Pada Masa Umar bin Khatab

Pada masa kekolifahan Umar Bin Khattab banyak mengalami kemajuankemajuan islam
diantaranya :

1. Kemajuan di bidang perluasan wilayah islam antara lain : Ekspedisi ke persia, di


bawah pimpinan panglima Sa’ad bin Abi Waqas dengan semangat iman dan
jihad walaupun pasukannya sedikit di banding dengan musuhnya umat islam
berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai persia. Ekspedisi ke
Romawi, pada tahun 13 H umat islam walaupun tentara sedikit berhasil
menguasai Romawi. Ekspedisi ke Mesir,jendral Amru Bin Ash berhasil
menguasai seluruh wilayah mesir pada th ke 20 H/ 640 M. Walaupun di dukung
pasukan yang sedikit.
2. Kemajuan di bidang kenegaraan, Kholifah Umar Bin Khattab adalah sumber
dari beberapa tatanan administrasi pemerintahan, umar lah yang memulai
mengatur sistem pemerintahan islam. Baik itu maslah politik, demokrasi,
administras dan pembagian daerah serta peraturan-peraturan hubungan antara
pusat pemerintahan dengan daerah-daerah. Umar juga sangat memberi perhatian.
3. Pada jiwa demokrasi baik dalam kalangan rakyat pemerintahan. Umar selalu
mengadakan musyawarah dengan tokoh tokoh baik dari Muhajirin dan Anshar
dengan rakyat dan administrator Negara untuk memecahkan masalah-masalah
umum dan kenegaraan . Kholifah Umar meletakkan prinsip-prinsip demokratis
dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan sipil yang sempurna.6 Dia
sendiri pernah mengucapkan bahwa “tidak ada kebaikan pada suatu urusan yang

5
di putuskan tidak berdasarkan musyawarah”. Hal ini menunjukkan bahwa umar
bukanlah orang yang otoriter dalam memutuskan dalam segala sesuatu terutama
yang berkaitan kepentingan orang banyak. Umar membentuk majlis
permusyawaratan yang bertugas memutuskan masalah-masalah umum dan
kenegaraan. Dia menempatkan dirinya sebagai kepala operasional atau kepala
Negara dengan membentuk berbagai organisasi di bawahya antara lain :a)
Bidang organisasi politik pemerintahan
1. Al Khilafah, jabatan kepala Negara
2. Al-Wizarat, jabatan setingkat Mentri
3. Al-Kitabaat, sekretaris Negara
b) Bidang Administrasi Negara
1) Membentuk Departemen (Lembaga Tinggi Negara)
Diwan al-Jundi: Badan Pertahanan keamanan
Diwan al-Kharaj: badan Keuangan(Baitul Mal)
Diwan al-Qhada: Departemen Kehakiman
2) Membentuk administrasi pemerintahan dalam negeri antara lain membagi
8 propinsi: Madinah, Makkah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Mesir, dan
Palistina dengan sistim administrasi yaitu pelimpahan wewenang dan
otonomi kepada kepala pemerintah daerah yang di sebut Amir. Bidang
kemiliteran : Terdiri dari pasukan kaveleri, pasukan invantri, pasukan
inteljen(pengintai), pelayanan militer. Membentuk armada laut dan
menempatkan daerahdaerah kota garis depan.

4. Bidang Sosial Kemasyarakatan

a) Mengadakan Hisbah( pengawasan terhadap pasar) dengan


pengotrolan terhadap timbangan dan takaran serta pengawasan kebersihan.
b) Menetapkan tata tertib moral , sosial dan cultural yang bercirikhas islam
termasuk menetapkan penggunaan kalender hijriyah.
c) Mendirikan Baitul Mal .
d) Menciptakan Tahun Hijriah.
5. Bidang hukum
a) Menegakkan hukum potong tangan bagi pencuri (Al Maidah ayat 38) tetapi
umar tidak melakukannya kasus pencuri baitul mal . ada satu riwayat yang
menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang mencuri baitul mal kemudin
said bin abi waqqos mengirim berita kepada umar.dalam balasannya umar
memerintahkan agar pencuri tersebut tidak dikenakan hukum potong tangan
karena bagi umar ia mempunyai hak terhadap baitul mal, dan lain-lain
b) Hukum bagi orang yang mabuk .
Umar menetapkan 80 kali cambukan meskipun sebelumnya sudah di tegaskan
bahwa hukum mabuk di cambuk 40 kali. Kebijakan umar ini di dasarkan pada
bahwa mabuk adalah analog atau seringkali berujung pada menuduh secara
tidak benar(memfitnah) orang berzina, dimana Al Qur’an telah menetapkan

6
hukumnya 80 kali cambukan. Umar orang pertama memaksakan hukum baru
ini bagi orang yang mabuk.
c. Pengharaman Nikah Mut’ah
Umar bin khattab dalam mengharamkan nikah mut’ah mempunyai landasan
dari beberapa hadist, sebagai berikut ;
Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari salamah, dia berkata
‘Rasulullah SAW membolehkan nikah mut’ah pada perang Authas sebanyak
tiga kali, kemudian melarangnya.(HR.Muslim)
Imam muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari subrah Al Jahni,
bahwa dia sedang bersama Rasulullah, kemudian beliau bersabda”
sesungguhnya dulu aku pernh mengizinkan kalian untuk melakukan nikah
mut’ah. Sekarang Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat. Siapa
yang masih bersamanya wanita yang di nikahi secara mut’ah, maka
biarkanlah jalannya. Jangan kalian mengambil apa yang telah kalian berikan
kepada mereka (HR.Muslim).
Umar Bin Khattab mengharamkan nikah mut’ah tidak hanya
mendasarkan pada pendapatnya pribadi, tetapi dia mengikuti Rasulullah.
Beliau mengharamkan nikah mut’ah untuk selamanya pada waktu
pembebasan kota mekah, yaitu 8 hijriah

C. Sistem Pendidikan Pada Masa Umar Bin Khatab

1. Tenaga Pendidik

Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari kalanagan pria sejati. Rosulullah
Saw mengenalnya di lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekah. Beliau beranganangan,
kiranya Allah membukakan qalbunya untuk menerima Islam. Beliau memanjatkan
permintaan kepada Allah Swt seperti berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah
satu Umar.” (HR. Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah.
Setelah Umar masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab mencapai hasil
yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan
Mesir.

Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, penguasa


memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang berbeda kebudayaannya dengan
Islam. Untuk itu Umar memeritahkan beberapa panglima perangnya agar jika berhasil
menguasai suatu kota, hendaknya mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan
pendidikan. Berkaitan dengan itu Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru
untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan, yang mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran
Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.

Adapun pengajar pada masa Umar ialah Abu Musa Al-asy’ari gubernur Bashrah
adalah seorang Fuqoha, ahli hadits dan Al-qur’an. Ibnu Mas’ud di kirim ke Kufah
sebagai guru, ia adalah ahli tafsir dan fiqh, juga periwayat hadts. Muadz bin Jabbal

7
mengajar di Palestina, ‘Ubadah di Hims dan Abu Darda di kirim ke Damaskus untuk
mengajarkan ilmu agama dan Al-qur’an. Sedangkan Amru bin Ash seorang panglima
dari Khalifah Umar berhasil menguasai Mesir, ia adalah seorang yang memiliki
keahlian dalam hadits, terkenal sebagai pencatat hadits Nabi. Sedangkan di Madinah
yang merupakan gudangnya ulama, seperti Umar sendiri adalah seorang yang memiliki
keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin Umar adalah
pengumpul hadits. Ibnu Abbas seorang ahli tafsir Al-qur’an dan ilmu faraid. Ali sebagai
ahli hukum juga tafsir, Zaid bin Tsabit sebagai ahli Al-qur’an serta ilmu faraid.

2. Peserta Didik

Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari masyarakat Mekah dan Madinah.
Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji pengetahuan keagamaan hingga mahir,
alim dan mendalam penguasaannya di bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas.
Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk sikap mental kegamaan adlah
seluruh umat Islam yang ada di Mekah dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan Islam
dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu agama, sebagian kecil dari kalangan
tabi’in yang selanjutnya menjadi ulama.

3. Materi Pendidikan

Materi pendidikan yang diajarkan adala materi yang berkaitan dengan


keagamaan yakni Al-qur’an, hadits, hukum Islam, kemasyarakatan, kenegaraan,
pertahanan, keamanan dan kesejahteraan. Dengan meluasnya kekuasaan Islam,
mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru
menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima
langsung dari Rosulullah, khususnya menyangkut hadits nabi sebagai salah satu sumber
agama yang belum terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para sahabat dan sebagai
alat bantu untuk menafsirkan Al-qur’an. Selain itu pengajaran bahasa arab juga sudah
ada, ada pula yang mengajarkan belajar membaca, menulis serta menghafal Al-qur’an,
serta belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudhu, sholat, puasa dan
sebagainya. Umar bin Khatab juga mengintruksikan kepada penduduknya untuk
diajarkan kepada anakanak seperti berenang, berkuda, memanah, membaca syair-syair
dan peribahasa. Dengan demikian pengajaran rendah mulai masuk dalam Islam adalah
antara gerak dan membaca syair-syair mudah, serta peribahasa. Sebelum itu hanya
membaca Alqur’an saja. Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah
terdiri dari Al-qur’an dan tafsirnya, Hadits dan Fiqh (Tasyri).

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar bin Khatab, tidak berbeda dengan
masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab, Masjid, Suffah dan Madrasah.

a) Kuttab

8
Kuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya mengajarkan
kepada anak-anak dalam hal membaca dan menulis, serta sedikit pengetahuan-
pengetahuan agama.

b) Masjid

Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada masa
permulaan Islam belum terdapat sekolah formal seperti yang ada pada masa sekarang.
Pelaksanaan kependidikan pada masa Khalifah Umar bin Khatab tidak jauh dengan
Nabi Saw. Namun, terdapat beberapa perkembangan daerah lebih maju sesuai dengan
situasi dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasardasar pendidik
yang dilaksanakan pada masa Nabi Saw.

c) Madrasah

 Madrasah di Mekah. Guru yang pertama mengajar di Mekah, setelah penduduk


Mekah takluk ialah Muadz bin Jabbal yang mengajarkan Al-qur’an dan hal-hal
yang berkaitan dengan halal dan haramnya perbuatan. Sedangkan melalui
Abdullah bin Abbas pembangunan madrasah Mekah diperluas, sehingga
termasyhur seluruh negara Islam.
 Madrasah di Madinah. Madrasah di Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam
ilmunya, karena disanalah tempat para sahabat besar mengajarkan ilmunya yaitu
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Zaid
bin Tsabit serta Abdullah bin Umar.
 Madrasah di Bashrah. Ulama dan para sahabat yang termasyhur di Bashrah
antara lain Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-asy’ari
adalah ahli fiqh dan ahli hadits, serta ahli Al-qur’an. Sedangkan Anas bin Malik
lebih termasyhur dalam Hadits. Madrasah di Bashrah juga melahirkan Hasan al-
Bashry dan Ibnu Sirin.
 Madrasah di Kuffah. Ulama dan para sahabat yang tinggal di Kuffah ialah Ali
bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali mengajarkan urusan politik dan
peperangan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan Ibnu Mas’ud adalah
mengajarkan Al-qur’an dan ilmu agama seperti tafsir, fiqh dan Hadits.
 Madrasah di Damaskus. Setelah Syam (syiria) menjadi bagian dari sistem
kekhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam,
maka Khalifah Umar mengirim Muadz bin Jabbal, Ubadah dan Abu Darda.
Mereka mengajarkan Al-qur’an dan Ilmu-ilmu agama di negeri Syam pada tiga
tempat, yaitu Abu Darda di Damaskus, Muadz bin Jabbal di Palestina dan
Ubadah di Hims.
 Madrasah di Fistat (Mesir). Setelah Mesir menjadi bagian dari sistem
kakhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam,
Mesir menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama mula-mula mendirikan madrasah
di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Ash di Fistat (mesir lama).

9
D. Sistem Pemerintahan Umar ibn Khattab

1. Dasar-dasar pemerintahannya

Ketika Umar ibn Khattab terbaiat sebagai khalifah, dengan teguh ia berpegang pada
pendirian; pejabat manapun yang mengganggu atau belaku tidak adil terhadap rakyatnya
ia harus ditindak sesuai dengan perbuatannya. Dalam menata sistem pemerintahan guna
memberikan keadilan dan kejujuran kepada semua masyarakat , khalifah Umar ibn
Khattab mulai meletakkan dasar-dasar negara yang bersifat demokratis. Berarti rakyat
mempunyai hak atau kesempatan untuk campur tangan di dalam pemerintahan.

Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, ia menata sistem pemerintahannya dengan


meberikan keadilan dan kejujuran kepada masyarakat serta meletakkan dasar-dasar
negara yang bersifat demokratis karena Umar beranggapan bahwa rakyat mempunyai
hak atau kesempatan untuk campurtangan di dalam pemerintahan.

Selain itu Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H/ 634 M-23 H/ 644 M)
ekspansi sistem pemerintahan Umar sebagian besar ditandai oleh penaklukan-
penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke luar Arab. Di zaman Umar bin
Khattab, gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama kali terjadi, ibu
kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun demikian, setelah tentara
Bizantium kalah dipentempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di
bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash.
Iskandaria, ibu kota Mesir, dilakukan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke
bawah kekuasaan Islam. Al-Qadasiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada
tahun 637M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh
pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian pada
masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,
Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Dengan perluasan daerah
terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi Negara dengan mencotoh
administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Pada masanya mulai diatur dan
diterbitkan sistem pembayaran gajih dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam
rangka memisahkan lembaga yudikatif dan lembaga eksekutif. Untuk menjaga
keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan
pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan
menciptakan tahun hijriah.

Luasnya kekuasaan Islam ini membuat Umar merasa perlu memperbaharui dan
menyempurnakan sistem pemerintahan yang telah dijalankan Abu Bakar sebelumnya.
Umar mengadakan pembaruan signifikan dalam bidang administrasi Negara. Dengan
tetap menjadikan kota Madinah sebagai pusat pemerintah Islam. Umar meminta kepada
tokoh-tokoh sahabat senior (al-sabiqun al-awwalun) untuk tidak meninggalkan kota
Madinah. Umar membutuhkan tenaga mereka untuk memberikan masukan-masukan

10
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Para sahabat senior inilah yang menjadi anggota
“majelis Syuara” sebagai teman bermusyawarah atau penasihat untuk menentukan
kebujaksanaan-kebijaksanaan politik. Anggota lembaga ini, selain mereka yang
menjabat dalam masa pemerintahan sebelumnya, juga ditambah dengan beberapa
sahabat lainnya.

Umar juga menetapkan Usman Ibn Affan sebagai sekertaris Negara. Dari pembahasan
di atas dapat dipahami bahwa Umar dalam menyempurnakan sistem pemerintahan yang
telah dijalankan Abu Bakar sebelumnya, mengadakan pembaruan signifikan dalam
bidang administrasi negara. Umar meminta kepada tokoh-tokoh sahabat senior (al-
sabiqun alawwalun) untuk tidak meninggalkan kota Madinah. Umar membutuhkan
tenaga mereka untuk memberikan masukan-masukan dalam pelaksanaan tugastugasnya.
Para sahabat senior inilah yang menjadi anggota “majelis Syuara” sebagai teman
bermusyawarah atau penasihat untuk menentukan kebujaksanaan-kebijaksanaan politik.
Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt. dalam QS Ali Imran/ 3:159

Terjemahnya:

“Maka berkat Rahmat Allah engkau belaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekitarmu. Maka itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang
yang bertawakal”.

Umar pernah mengatakan, “tidak ada kebaikan dalam sebuah urusan yang diputuskan
tanpa jalam musyawarah.” Dalam momentum lain, ia mengatakan, “pendapat orang
perorangan adalah bagaikan benang yang dipintal, pendapat dua orang adalah bagaikan
dua benang yang diikat, dan pendapat tiga orang adalah bagaikan tali yang kuat
pintalannya dan hamper tidak terurai simpulnya.” Selain itu ia juga pernah mengatakan,
“ajaklah bermusyawarah dalam urusanmu orang yang takut kepada Allah.”. Dari
pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dalam memutuskan suatu perkara dalam
sistem perintahannya, Umar ibn Khattab melakukan dengan jalan musyawarah karena
tidak ada kebaikan dalam sebuah urusan yang diputuskan tanpa jalam musyawarah.

2. Mengatur Administrasi Negara

11
Karena perluasan wilayah terjadi dengan cepat Umar segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Pemerintahannya diatur menjadi 8 wilayah propinsi:
Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya
mulai diatur dan diterbitkan administrasi negara, sebagai berikut;

a. Menerbitkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.


b. Mendirikan Pengadilan Negara dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif
dengan lembaga edukatif.
c. Kepa Negara dalam rangka menjalankan tugas eksekutifnya, ia dibantu oleh
pejabat yang disebut al-Kitab (sekertaris negara). Dimasa Umar dijabat oleh
Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqam.
d. Membentuk jawatan Kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban serta
menagkap penjahat.
e. Membentuk jawatan Militer, terdaftar secara resmi di negara, bertugas di daerah-
daerah perbatasan seperti di Kufah, Basrah, dan diberi gaji secara teratur setiap
bulannya.
f. Umar juga mendirikan Baitul Mal, keuangan negara yang dipungut dari pajak
dan lain- lain disimpan di Baitul Mal dan penggunaanya diatur oleh Dewan.
g. Menempa atau mencetak mata uang sebagai alat tukar yang resmi dari negara.
h. Menciptakan kelender Islam atau tahun Hijriyah.

3. Lembaga-lembaga keuangan dan peradilan pada masa Umar ibn Khattab serta
perkembangannya

Lembaga keuangan Ketika membahas tentang harta dan bagaimana cara


membelanjakannya al-Qur’an selalu membicarakan masalah ini. Di antaranya ayat-
ayat al-Qur’an yang membahas masalah tersebut dalam adalah sebagai berikut:
Allah Swt., berfirman dalam Qs. Al-Hadid/ 57: 7.

Terjemahnya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan infakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia Telah menjadikan kamu sebagai peguasinya
(amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan meginfakan
(hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.”

Allah Swt., berfirman:

12
Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! infakanlah sebagian dari rezki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak adalagi
persahabatan dan tidak ada lagi syafa'at. Orangorang kafir Itulah orang yang zalim.”
(Qs. Al-Baqarah/ 2: 254)

Allah Swt., berfirman:

Terjemahnya:

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orangorang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir),
pemintaminta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(Qs. Al-
Baqarah/ 2: 177).

Dengan berpijak pada ayat-ayat al-Qur’an di atas, maka Umar ibn Khattab mulai
memperhatikan harta kekayaan Negara yang sumber-sumber pendapatannya mulai
bertambah banyak. Pada masanya, wilayah pemerintahan Islam mulai bertambah

13
banyak dan berbagai suku-suku bangsa berada di bawah kekuasaan Negara Islam. Umar
mulai berfikir untuk membuat undang-undang yang mengatur hubungan antara
pemerintah dengan bangsa-bangsa tersebut sesuai dengan syari’ at Islam. Umar
memperluas sistem keuangan Negara, baik dari segi sumber pendapatan, pembelanjaan
ataupun urutan orang-orang yang berhakmenerimanya dalam sistem administrasi. Pada
masanya, sumber-sumber devisa Negara semakin bertambah banyak. Di mulai
mengembangkan sistem keuangan dan mengangkat pegawai yang digaji untuk
mengurusi lembaga tersebut. Sumber-sumber devisa negara yang dominan pada
masanya adalah zakat, harta rampasan, fai, jizyah, kharaj dan zakat perdangan sebesarb
10%. Dalam mengembangkan lembaga keuangan tersebut dia berusaha selalu
menggunakan ijtihad yang sesuai dengan tujuan syariat Islam dan kemaslahatan umat.
Dia melakukan demikian karena negara selalu mendapatkan masalah baru yang tidak
ada pada masa Rasulullah SAW.

Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa dalam masa kepemerintahannya umar
tidak terlepas dari menerapkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Dalam
mengembangkan lembaga keuangan tersebut dia berusaha selalu menggunakan ijtihad
yang sesuai dengan tujuan syariat Islam dan kemaslahatan umat.

4.Lembaga peradilan

Ketika pada masa Umar ibn Khattab agama Islam sudah tersebar ke berbagai penjuru,
wilayah negra menjadi semakin luas. Uamat Islam mulai berhubungan dengan bangsa-
bangsa lain. Keadaan seperti ini mengharuskan negara Islam yang masih di awal
kemunculannya perlu untuk mengembangkan sistem peradilan. Mulai saat itu,
kesibukan khalifah bertambah, pekerjaan para gubernur di wilayah-wilayah juga
bertambah. Hal ini memungkinkan munculnya perpecahan dan perselisihan umat. Umar
ibn Khattab kemudian berfikir untuk memisahkan antara suatu wilayah dengan yang
lain dan menjadikan pengadilan sebagai lembaga independen.

Tujuannya adalah agar seoarang hakim hanya mengurus hal-hal yang berhubungan
dengan pengadilan saja. Setelah itu, maka lembaga peradilan mempunyai para hakim
yang hanya mengurusi masalh pengadilan saja dan tidak mengurusi yang lain seperti
masalah hokum dan pemerintahan. Dengan demikian Umar ibn Khattab adalah orang
yang pertama kali memberikan kepada lembaga peradilan wewenang khusus. Lembaga
peradilan di adakan oleh Umar ibn Khattab dengan tujuannya agar seoarang hakim
hanya mengurus hal-hal yang berhubungan dengan pengadilan saja. Agar tidak terjadi
munculnya perpecahan dan perselisihan umat. Di tengah agama Islam yang sudah
tersebar ke berbagai penjuru, dan wilayah negra menjadi semakin luas.

14
BAB III

KESIMPULAN

15
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/4167/3867

16

Anda mungkin juga menyukai