Anda di halaman 1dari 12

Kartini

Created @December 19, 2022 9:37 PM

Files & media

Tags

URL

(1)
biografi ra kartini
Biografi RA Kartini – Siapa yang tak kenal dengan Kartini? Sosok wanita nan ayu
yang begitu dipuja oleh kaum wanita Indonesia. Karena beliaulah, wanita di negeri
ini bisa merasakan kesamaan derajat dengan pria.
Wanita tidak hanya berputar di sumur, kasur dan dapur. Karena Kartinilah wanita
Indonesia layak diperhitungkan. Apa yang beliau lakukan telah membuka lebar pintu
emansipasi. Wanita kini memiliki peranan yang tak kalah penting bagi negeri ini.
Untuk mengenal lebih jauh mari kita bahas Biografi singkat R.A Kartini yang sudah
dirangkum dari berbagai sumber
Biografi R.A Kartini1. Lahirnya R.A KartiniBiografi singkat R.A Kartini diawali dari
sejak kelahirannya. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.
Beliau masih merupakan keluarga bangsawan Jawa. Itulah sebabnya gelar Raden
Adjeng alias R.A disematkan padanya.
Sesuai dengan adat jawa yang masih melekat, gelar bangsawan ini kemudian
diganti menjadi Raden Ayu saat beliau menikah. Ayah Kartini bernama Raden
Adipati Ario Sosroningrat putra dari Pangeran Ario Tjondro IV. Ibunda Kartini
bernama M.A Ngasirah. Beliau sebenarnya istri pertama namun sayang, status itu
tak membuatnya bisa menjadi istri utama.
M.A Ngasirah hanyalah gadis sederhana yang terlahir sebagai rakyat jelata . Beliau
merupakan putri seorang kyai di Teluk Awur. Raden Adipati Ario Sosroningrat
terlanjur jatuh hati padanya. Meskipun berbeda kasta, namun memang cinta tak bisa
memilih.
Statusnya yang bukan berasal dari keluarga bangsawan melabrak aturan kolonial
Belanda. Aturan yang diterapkan Belanda mengharuskan seorang bupati harus
memilih keluarga bangsawan juga sebagai pasangannya saat menikah.
Hal ini tentu menyulitkan Ario untuk mengambil tampuk pimpinan sebagai bupati
Jepara dengan istri pertamanya itu. Ario memutar otak agar posisi bupati tetap bisa
dijabat tanpa harus melepas istri pertamanya.

Kartini 1
Agar tetap bisa memenuhi aturan kolonial itu, Ayah Kartini juga menikahi Raden
Adjeng Woerjan yang masih memiliki darah biru kerajaan Madura. Akhirnya Ayah
Kartini bisa mengambil jatahnya untuk menjadi bupati setelah mematuhi aturan
Belanda.
Tak lama dari pernikahan keduanya, Ario diangkat jadi Bupati jepara bersamaan
dengan lahir putri kecilnya , Kartini. Ario mendapat 2 kebahagiaan sekaligus, yaitu
jabatan dan keturunan. Cerita lengkap kehidupan dari RA Kartini juga bisa
ditemukan pada buku Seri Pahlawan Nasional: R.A. Kartini.
2. Masa Remaja RA KartiniBeruntungnya Kartini memiliki Pangeran Ario Tjondro IV,
bupati pertama Jepara yang merupakan kakeknya. Kakeknya ini ternyata sudah
terbiasa memberikan pendidikan barat kepada anak-anaknya, sehingga cara
pengajaran jauh dari kesan konservatif.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara (saudara kandung dan saudara tiri)
,namun Kartini merupakan anak perempuan tertua dari semua saudara
sekandungnya.Karena pemikiran kakeknya yang sudah terbuka itu, maka Kartini
memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah di ELS
(Europese Lagere School) saat usianya 12 tahun.
Menimba ilmu di sekolah ini membuat beliau belajar Bahasa Belanda. Kecerdasan
Kartini semakin terasah di dunia sekolah. Sayangnya keinginannya untuk sekolah
tak bisa lama. Di usia 15 tahun Kartini harus menghentikan langkahnya ke sekolah.

RA Kartini harus tinggal di rumah karena sudah dipingit seperti wanita lain di masa
itu. Kartini pun tak punya pilihan. Hal ini tentu membuatnya gundah gulana.
Untunglah dia memiliki sahabat di negeri Belanda bernama Rosa Abendanon yang
bisa diajak bertukar pikiran selama dipingit.
Pertukaran pikirannya dilakukan lewat surat menyurat. Kefasihannya dalam
berbahasa Belanda memudahkan komunikasi 2 sahabat beda negara ini. Sebagai
wanita cerdas, Kartini pun mempelajari juga pola pikir wanita Eropa. Surat kabar
,majalah bahkan buku dilalap habis.
Dari apa yang dibacanya,Kartini tahu bahwa kehidupan wanita Eropa,dengan wanita
Indonesia sungguh berbeda di kala itu. Di Indonesia, wanita memiliki status yang
rendah. Wanita Indonesia tak pernah mendapatkan persamaan, kebebasan, dan
otonomi serta kesetaraan hukum.
Kondisi itu membuat miris hati Kartini. Keinginan untuk memajukan nasib wanita pun
tumbuh di hatinya. Kartini merasa tergugah dan bertekad untuk merubah nasib
kaumnya. Tekadnya semakin lama semakin kuat yang juga diceritakan pada buku
Raden Ajeng Kartini yang bisa kamu dapatkan di Gramedia!
3. Masa Dewasa R.A KartiniSetelah dipingit dari usia 15 tahun , R.A Kartini akhirnya

Kartini 2
menikah pada usia 24 tahun . Tanggal 12 November 1903, K.R.M Adipati Ario
Singgih Djojo Adhiningrat memperistrinya. Namun sayangnya Kartini bukanlah
sebagai istri pertama, melainkan sebagai istri keempat dari Bupati Rembang
tersebut.
Ternyata Suami Kartini bisa mengerti jalan pikiran Kartini . Suaminya pun
mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Keinginan Kartini
pun semakin menguat terpatri dalam sanubarinya. Dia tak dapat membendung lagi
keinginan membebaskan para wanita.

Sayangnya, takdir berkata lain. Kartini tak bisa berjuang lebih lama dalam
mengangkat harkat derajat wanita karena Kartini wafat di usia 25 tahun. 4 hari
setelah melahirkan putra semata wayang, RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir
pada tanggal 13 September 1904, Kartini menghembuskan nafas terakhirnya.
Kematian Kartini cukup mengejutkan karena selama masa hamil dan melahirkan
Kartini tampak sehat walafiat. Tak ada yang menyangka jika Kartini akan wafat di
usia muda. Banyak mimpinya yang belum sempat tercapai tentunya.
Untunglah 8 tahun kemudian, tepat di tahun 1912, Sekolah Kartini dibangun yang
oleh Yayasan Kartini di Semarang. Adalah oleh keluarga Van Deventer, tokoh Politik
Etis kala itu yang menggagas Pembangunan sekolah tersebut . Tak lama
pembangunan pun tersebar Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan beberapa
daerah lain.
B. Surat-surat Yang dibuat R.A. KartiniTak disangka surat-surat Kartini pada
sahabat-sahabatnya di Belanda berhasil dikumpulkan oleh Jacques Henrij (J.H)
Abendanon . J.H Abendanon merupakan suami salah satu sahabat penanya Kartini,
Rosa Abendanon. Merekalah yang biasa dikirim surat oleh Kartini. Pada merekalah
Kartini biasa menyampaikan tulisannya.
Melalui korespondensi atau surat-menyurat yang dilakukan Kartini dengan sahabat
penanya di Negeri Belanda, ia mengabarkan ihwal ketimpangan dan
ketidaksetaraan kondisi pendidikan perempuan di Indonesia dan hal ini dibahas di
dalam buku Kartini Guru Emansipasi Perempuan Nusantara.
Sekitar 115 surat yang terkumpul. Surat- surat itu adalah curahan hati Kartini kepada
para sahabatnya, antara lain:1. Estelle H Zeehandelaar atau Stella (14 surat )2. Ny
Ovink-Soer (8 surat)3.Prof dr GK Anton di Jena dan istrinya (3 surat )4. Dr N
Andriani (4 surat )5. Ny HG de Booy-Boissevain (5 surat )6. Ir HH van Kol (3 surat
)7. Ny N van Kol (3 surat )8. Ny RM Abendanon-Mandri (49 surat)9. Mr JH
Abendanon (5 surat )10.EC Abendanon (6 surat )11. Suami-istri Abendanon
(gabungan surat)12. Satu surat belum bisa disimpulkan penerimanya
C. Pemikiran RA KartiniPemikiran milik RA Kartini mampu menarik banyak perhatian

Kartini 3
masyarakat masa itu, khususnya kaum Belanda. Mereka tertarik pada surat-surat
yang ditujukan pada ke orang Eropa yang ternyata buah pemikiran wanita pribumi.
Pemikiran RA Kartini mampu menggantikan pandangan masyarakat Belanda pada
wanita pribumi di masa itu. Merekapun angkat topi atas pemikiran Kartini. Kartini
dikagumi tidak hanya di dalam negeri, melainkan hingga ke seluruh penjuru negeri.
Melalui Seri Tempo: Kartini yang ada dibawah ini, sosok Kartini diangkat, dikupas,
dan dikisahkan dalam sudut pandang lain mengenai peran besar karyanya di zaman
tersebut.
D. Buku RA KartiniSurat-surat yang selama ini sudah terkumpul oleh J.H.
Abendanonlah yang kemudian menjadi cikal bakan pencetakan buku dengan tajuk
awalnya “Door Duisternis tot Licht”.
Kemudian judulnya diterjemahkan menjadi “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” tahun
1922 oleh penerbit Balai Pustaka, buku ini diterbitkan hingga 5 kali. Yang menarik
pada buku ini, pada cetakan kelima terdapat lampiran surat-surat Kartini.
Berikut ini adalah beberapa buku R.A kartini yang dijual di gramedia :
a. Kartini: Kisah Hidup Seorang Perempuan Inspiratif
b. Gelap Terang Kartini
c. Raden Ajeng Kartini
E. Kontroversi RA KartiniSurat- surat yang dibuat Kartini paling banyak dikirim pada
Sahabatnya, Nyonya Rose Abendanon Mandri,istri dari J.H. Abendanon. J.H.
Abendanon, adalah Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Belanda. Dialah
yang memiliki peranan penting dalam penerbitan buku-buku Kartini.
Usia Kartini saat rajin berkirim surat itu 23 tahun. Kartini selalu bersemangat
menceritakan apa yang dilihat, dirasa dan dipikirkannya. Ia memiliki kesempatan
untuk duduk di bangku sekolah membuat pemikiran Kartini luas dan terbuka. Kartini
menuliskan semua yang dipikirkan dan dirasakannya, termasuk membahas soal
keintiman dan ras tiongkok.
Orang Tiongkok saat itu hanya dijadikan tameng oleh Belanda menghadapi amarah
pribumi dan juga dijadikan kambing hitam atas birokrasi yang kacau. Karena
dianggap membahayakan, beberapa surat tentang suku Tiongkok akhirnya disensor
oleh Abendanon.
Selain itu, Kartini juga membahas kebijakan pemerintahan Belanda dalam
menguasai perdagangan candu di Jawa. Kartini juga mengeluarkan kritikan pedas
atas kepindahan seorang residen dari Jepara. Surat inipun kembali disensor oleh
Abendanon karena dianggap tak layak untuk dibuka. Buku Kartini dicetak pada
masa politik Etis mulai bergulir, sementara Abendanon dikenal sebagai pendukung
politik etis. Banyak yang menduga adanya rekayasa Abendanon dalam menyortir
surat-surat Kartini.

Kartini 4
Namun , Pada 1987,surat – surat lengkap kartini diterbitkan oleh Koninklijk Instituut
voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) dengan judul ‘Kartini: Brieven aan
Mevrouw R.M. Abendanon-Mandri en Haar Echtgenoot’ Ternyata Total ada sekitar
150 korespondensi.
Pada tahun 1989,terjemahan dalam Bahasa Indonesianya terbit. Dalam buku itu
terbongkarlah kenyataan bahwa Abendanon telah menyortir surat-surat sebagai
“sensitif” yang menurutnya tak layak untuk dilihat.
Bahkan beberapa surat juga sengaja di sobek di bagian tertentu, khususnya surat-
surat yang dianggapnya terlalu pedas atau menyudutkan pemerintahan Belanda.
Sementara surat-surat yang menurutnya aman saja yang diterbitkan.
Tentu saja hal itu sangat disayangkan, karena kenyataannya surat -surat
Kartinibukan hanya karena membahas dalam feminisme, seperti yang selama ini
diketahui banyak orang.Selain kontroversi surat-surat, penetapan Kartini sebagai
Pahlawan juga sempat mendapat pertentangan.
Banyak yang merasa Terlalu berlebihan jika Kartini dinobatkan sebagai pahlawan
nasional. Pertama, Kartini hanya berjuang di daerah Rembang dan Jepara dan yang
kedua, Kartini tak pernah berperang dengan mengangkat senjata seperti Cut Nyak
Dien atau Christina Martha Tiahahu yang ikut turun ke medan perang.
Sikap pro poligami Kartini juga rasanya bertentangan dengan pemikirannya sebagai
penggiat emansipasi wanita.Namun pihak yang pro Kartini berhasil meyakinkan
bahwa perjuangan Kartini dalam menyuarakan persamaan derajat wanita
merupakan perjuangan Nasional.
Yang tak kalah kontroversi adalah kematian Kartini. Seperti yang sudah kita ketahui,
Kartini menghembuskan nafas setelah melahirkan.Hal ini cukup mengherankan
mengingat konon Kartini sehat selama hamil dan setelah melahirkan.
Namun anehnya, di hari ke empat, Kartini menutup mata. Ada pihak yang menduga
Belanda membunuh Kartini lewat tangan Dr van Ravesteyn.
Pemikiran Kartini yang terbilang berani memojokkan Belanda, dan kartini dianggap
berbahaya. Beredar cerita bahwa di hari Kartini meninggal Dr van Ravesteyn
mengajaknya minum anggur sebagai tanda perpisahan.
Tak lama setelah itu, Kartini hilang kesadaran dan tak lama meregang
nyawa.Menurut pandangan dokter di masa kini, kondisi yang terjadi pada Kartini
adalah preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Meskipun hal itu juga
belum bisa dibuktikan dengan catatan kematian Kartini entah ada di mana.
Pihak keluarga tak ada yang berusaha mencari penyebab kematian Kartini dan
menerima ini sebagai takdir.
F. Peringatan Hari kartiniPada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan
RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Bukan hanya itu, Presiden

Kartini 5
Soekarno menetapkan hari lahir RA Kartini pada tanggal 21 April untuk diperingati
sebagai Hari Kartini hingga sekarang.
G. Nama Jalan RA Kartini di BelandaTak dipungkiri R.A Kartini dan semangatnya
menginspirasi tidak hanya warga negara Indonesia tapi juga pemerintah Belanda.
Kekaguman pemerintah Belanda pada pemikiran Kartini membuat nama Kartini
diabadikan sebagai nama jalan di sana. Kota- kota di Belanda yang bernama Kartini
adalah:
a. Di Utrecht
Jalan Kartini di kota ini berada di perumahan kalangan masyarakat menengah.
Ukuran jalan Kartini lebih besar dari jalan dengan nama tokoh lain.
b. Venlo
Di Venlo, jalan RA Kartinistraat berbentuk O di kawasan Hagerhof. Nama- nama
jalan di daerah itu memang identik dengan tokoh wanita, seperti Anne Frank dan
Mathilde Wibaut.
c. Amsterdam
Di Amsterdam wilayah Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer merupakan
daerah yang memiliki Jalan Raden Adjeng Kartini.
Wanita dari seluruh dunia yang memiliki pengaruh dalam sejarah, seperti Rosa
Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richaards memang dijadikan juga nama-nama
jalan disitu.
d. Harleem
Jalan RA Kartini di Haarlem berada dekat dengan Jalan Mohammad Hatta, Jl Sutan
Sjahrir
I. Film RA KartiniCerita Kartini sudah dibuat dalam versi layar lebar. Tercatat film
surat untuk Kartini telah dibuat dimana Kartini diperankan oleh Rania Putri Sari di
tahun 2016. Film Surat untuk Kartini mengisahkan seorang duda bernama Sawardi
yang berprofesi sebagai tukang pos jatuh cinta pada Kartini.
Kartini adalah seorang wanita cerdas yang berani melabrak tradisi. Dia tak mau
nasibnya seperti para wanita di masa itu. Sayang cinta Sawardi tak sampai Karena
Kartini dinikahi oleh Bupati Rembang .
Kemudian di tahun 2017, Dian Sastro juga berhasil memerankan Kartini dengan apik
lewat film berjudul Kartini. Hanung sang sutradara kawakan membuat film ini
menjadi luar biasa. Kita dibawa ke masa itu hingga merasakan seperti apa
perjuangan Kartini.
J. Lirik Lagu Ibu Kita KartiniKekaguman W.R Supratman pada pemikiran Kartini
dituangkan dalam lagu berjudul KARTINI. Pada tahun 1929, terciptalah lagu cantik
itu. Lagu yang menggambarkan sosok Kartini sebagai pejuang emansipasi. Lagu
yang pastinya kita sudah hafal di luar kepala

Kartini 6
Ibu Kita Kartini
Ibu kita KartiniPutri sejatiPutri IndonesiaHarum Namanya
Ibu kita KartiniPendekar BangsaPendekar kaumnyaUntuk merdeka
Wahai Ibu kita KartiniPutri yang muliaSungguh besar cita-citanyaBagi Indonesia
Sekian biografi tentang R.A Kartini atau yang juga dikenal sebagai pejuang
emansipasi wanita. Semoga semangat dan perjuangan beliau bisa menginspirasi
setiap orang khususnya kaum wanita pada masa modern.

(2)

Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904) atau sebenarnya lebih
tepat disebut Raden Ayu Kartini[a] adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan
Nasional Indonesia.[1] Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan
Nusantara. Ia adalah seorang aktivis perempuan Indonesia terkemuka yang
mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan. Ia mempunyai
tanggal lahir yang sama seperti dr. Radjiman Wedyodiningrat, yakni sama-sama lahir
pada 21 April 1879.
Raden AdjengKartiniCOLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng
Kartini TMnr 10018776.jpgRepro negatif potret Raden Ajeng Kartini (foto 1890-
an)Lahir21 April 1879Jepara, Hindia BelandaMeninggal17 September 1904 (umur
25)Rembang, Hindia BelandaNama lainRaden Ayu KartiniDikenal atasEmansipasi
wanitaSuami/istriK.R.M. Adipati Ario Singgih DjojoadhiningratAnakSoesalit
DjojoadhiningratTanda tanganSignature of Kartini 2.svgIa dilahirkan dalam keluarga
bangsawan Jawa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Setelah bersekolah di
sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut,
tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu
dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang
bertugas melaksanakan Kebijakan Etis Belanda.
Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk
mendidik anak perempuan dan perempuan.[2] Surat-surat Kartini diterbitkan di
sebuah majalah Belanda dan akhirnya, pada tahun 1911, menjadi karya: Habis
Gelap Terbitlah Terang, Kehidupan Perempuan di Desa, dan Surat-Surat Putri Jawa.
Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk
menghormatinya, serta beberapa sekolah dinamai menurut namanya dan sebuah
yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan di
Indonesia. Dia tertarik pada mistisisme dan menentang poligami.
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia

Kartini 7
merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang
diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari
istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai
Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis
keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan
Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18,
nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.[3]
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial
waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena
M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi,[4] maka ayahnya menikah lagi dengan
Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.[3] Setelah
perkawinan itu, ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan
kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara
sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario
Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada
pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi
pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[3] Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah
seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini
diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sini Kartini
belajar bahasa Belanda. Namun, setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah
karena harus dipingit.

Surat Kartini - Rosa Abendanon (fragmen)Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di


rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman
korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon
yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini
tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk
memajukan perempuan pribumi karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada
pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter
Brooshooft. Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku
kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu
pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche
Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De
Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan
penuh perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut

Kartini 8
salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya
semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini
melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan
hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca
Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta
karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Selain itu,
Kartini juga membaca De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus dan
karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang
saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman
anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata).
Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario
Singgih Djojo Adhiningrat,[5] yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah
pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini
diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu
gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang atau di sebuah bangunan yang kini
digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.Anak satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat,


lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September
1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini
di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun,
Cirebon, dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini".
Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini
mengemukakan ide-ide pembaruan masyarakat yang melampaui zamannya melalui
surat-suratnya yang bersejarah.
Cita-citanya yang tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan
sahabatnya orang Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE
Ovink-Soer, Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG
de Booij-Boissevain. Surat-surat Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911 oleh
Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht. Diterjemahkan ke bahasa
Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armijn Pane pada 1922 dengan judul
Habis Gelap Terbitlah Terang.[6]
Surat-suratSuntingSetelah Kartini wafat, Jacques Abendanon mengumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya

Kartini 9
di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan
Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti
harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini
diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali dan pada cetakan terakhir
terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan
judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran,
yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah
Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.
Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan
perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat
dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah
diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian
masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan
masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran
Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh
kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan
lagu berjudul "Ibu Kita Kartini". Lagu tersebut menggambarkan inti perjuangan
wanita untuk merdeka.

(3)
Habis Gelap Terbitlah Terang adalah buku kumpulan surat
yang ditulis oleh Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon
dengan judul Door Duisternis Tot Licht . Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon
mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini
pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri
Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door
Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku
kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali,
dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Kartini mendapatkan
inspirasi dari kalimat Kitab Sucinya 'mina dulumati ila nuur'.
Habis Gelap Terbitlah Terang
Penulis: Dibukukan oleh Jacques Henrij dan Rosa Abendanon dari surat-surat
Kartini
Penerjemah: KartiniArmijn Pane

Kartini 10
Penerbit: Balai Pustaka
Tanggal terbit: 2005
Jumlah halaman : IX, 204 halaman
Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan buku kumpulan surat yang ditulis oleh
Kartini. Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door
Duisternis Tot Licht . Setelah Kartini wafat, J.H. Abendanon mengumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya
di Eropa. Pada saat itu, Abendanon tengah menjabat sebagai Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht
yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini
ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Secara ringkas, buku ini banyak menceritakan perjalanan hidup seorang pahlawan
perempuan bernama R.A Kartini, dan surat-suratnya yang ia tujukan kepada saudari
dan sahabat-sahabatnya. Adapun isi dari surat-surat itu adalah tentang cita-citanya
untuk memajukan kaum perempuan, harapan-harapanya dan perjalanan hidupnya.
Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah
beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan
kesusahan. Kata "Aku tiada dapat!" melenyapkan rasa berani. Kalimat "Aku mau!"
membuat kita mudah mendaki puncak gunung. - R. A. Kartini
Tokoh Inspiratif Raden Ajeng Kartini atau R.A. Kartini dikenal sebagai salah satu
pahlawanyang menginspirasi kaum perempuan pribumi untuk bangkit dan menjadi
bagian penting dalam hidup. R.A. Kartini merupakan perempuan dari kalangan
priyayi, sebutan untuk kelas bangsawan Jawa. Ayahnya, Mas Adipati Ario
Sosroningrat, merupakan seorang patih yang juga Bupati Jepara, Jawa Tengah,
dikutip dari On feminism and nationalism: Kartini's letters to Stella Zeehandelaar
1899-1903.
Sementara ibunya, M.A. Ngasirah, merupakan putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan
Kyai Haji Madirono, seorang guru agama yang juga tinggal di kota yang sama
dengan sang ayah.
Kartini muda belajar bahasa Belanda di ELS (Europese Lagere School), berkat
kemahiran bahasa itu, ia lantas melahap beraneka bacaan. Mulai dari Max Havelaar
dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis
Coperus hingga buku-buku karya Augusta de Witt.
Persinggungannya dengan dunia literasi Belanda itu membuat pikiran gadis muda ini
terbuka lebar. Babhkan, dirinya juga membaca majalah dan koran Eropa, yang tentu
saja semakin membuka cakrawala. Hingga pada kesimpulan, dirinya tertarik untuk

Kartini 11
memajukan perempuan pribumi.
Kartini juga dikenal sebagai perempuan yang rajin menulis. Lagi-lagi, berkat
kemampuannya berbahasa Belanda itu, memudahkannya untuk berkorespondensi
dengan karibnya asal Belanda, Rosa Abendanon. Rosa, bukan hanya teman,
melainkan juga pendukung bagi R.A. Kartini.
Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di
tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah
terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat
perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri. - R. A. Kartini
Usia R.A Kartini tergolong pendek, ia meninggal dunia pada 17 September 1904 di
Rembang. Saat itu, usianya baru menginjak 25 tahun. 7 tahun setelah itu, karibnya
yang kala itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda,
Mr. J.H. Abendanon menerbitkan surat-surat Kartini menjadi sebuah buku.
Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht, secara harafiah, artinya Dari
Kegelapan Menuju Cahaya. Pada 1922, Balai Pustaka berinisiasi untuk menerbitkan
buku tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Terbitan selanjutnya terjadi pada 1938, kali ini versi Armijn Pane seorang sastrawan
Pujangga Baru. Pada terbitan ini, buku Habis Gelap Terbitlah terang dibagi menjadi
limam bab pembahasan. Pada versi ini, buku ini dicetak sebanyak sebelas kali.
Tak hanya dalam bahasa Belanda, surat-surat Kartini yang berbasa Inggris juga
pernah dialihbahasakan oleh Agnes L. Symmers. Bahkan, surat-surat tersebut juga
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Dari surat-surat yang jadi buku itu, pikiran-pikiran Kartini menyebar, dibaca,
dipelajari, lalu menginsipirasi perempuan pribumi yang kala itu dianggap lemah dan
tak berdaya menjadi lebih terbuka. Melalui surat-suratnya, banyak perempuan
Indonesia terinspirasi dan sesungguhnya perjuangan Kartini sendiri merupakan
tonggak kebangkitakan kekuatan perempuan Indonesia agar bisa mendapatkan hak-
haknya serta menggapai mimpi setinggi-tingginya.
Untuk kamu para perempuan hebat Indonesia, buku ini cocok kamu baca sebagai
inspirasi dan selalu berhasil membangkitkan rasa harga dirimu ketika kamu
dijatuhkan dan berada pada tingkat yang paling rendah.

Kartini 12

Anda mungkin juga menyukai