Anda di halaman 1dari 2

RESENSI BUKU IBU DIMANA?

Judul Pengarang Penerjemah Penerbit Tahun terbit Tebal Harga ISBN Peresensi

: Please Look After Mom (Ibu Tercinta) : Kyung-sook Shin : Tanti Lesmana : Gramedia Pustaka Utama (Jakarta) : Cetakan I, September 2011 : 293 halaman + xii : Rp. 58.000,: 978-979-22-7486-8 : Widya Astuti (1110312131)

Pernahkah anda membayangkan apa jadinya anda jika kehilangan ibu? kemanakah anda akan mencarinya ? Please look after mom, karya fiksi dari Kyung-sook Shin, bercerita tentang hilangnya Park So-nyo, wanita berusia 69 tahun, di stasiun kereta bawah tanah Seoul dimana dia dan suaminya hendak menuju rumah anak laki-laki tertua mereka. Saat kereta telah cukup lama berangkat, barulah sang suami menyadari bahwa istrinya tidak ada lagi bersamanya. Ia menghilang. Seluruh anggota keluarga pun berkumpul di rumah Hyong-chol, si anak sulung, untuk merencanakan usaha pencarian Ibu. Mereka pun memutuskan untuk membuat selebaran dan membagi-bagikannya di tempat Ibu terakhir kali dilihat. Bahkan, mereka menjanjikan hadiah sebesar lima juta won bagi orang yang menemukan Ibu. Selama masa pencarian itulah, masing-masing anggota keluarga mengalami semacam flashback akan kenangan-kenangan bersama sang Ibu. Berbagai penyesalan pun menyeruak bersama kenangan-kenangan itu. Novel yang terdiri dari lima bab ini bercerita dalam sudut pandang yang berbeda. Pada bab pertama menceritakan tentang ibu dari sudut pandang Chi-hon, si putri sulung yang bekerja sebagai seorang penulis. Bab berikutnya dari sudut pandang Hyong-chol, si putra sulung. Selanjutnya sudut pandang ayah yang juga sebagai suami. Kemudian ibu menceritakan tentang dirinya sendiri. Dan ditutup pada sudut pandang Chi-hon lagi. Pada halaman awal, anda mungkin akan sedikit kebingungan dengan perubahan sudut pandang di tiap babnya, tetapi setelah membaca lebih lama, anda akan bisa mengerti apa yang ingin disampaikan penulis dalam tiap bab novel ini. Walaupun novel ini merupakan terjemahan dari novel korea, anda tidak akan menemukan kesulitan berarti karena pemilihan katanya terkesan Indonesia sekali walaupun dalam setiap ceritanya terselip budaya korea yang kental, seperti tradisi dan ritual korea. Selain itu, banyak kata-kata dalam novel ini yang sebenarnya biasa, tetapi memiliki efek yang luar biasa.

Hanya ada dua kemungkinan: sang Ibu menjadi sangat dekat dengan anak perempuannya, atau mereka menjadi asing terhadap satu sama lain. (hlm. 26) Chi-hon menyesal karena sering membentak-bentak dan berkata kasar kepada ibunya. Pekerjaannya sebagai penulis terkenal membuatnya sering bepergian ke luar negeri untuk menghadiri seminar-seminar dan semacamnya. Pada suatu waktu, Chi-hon pulang ke rumah ibunya tanpa menelepon terlebih dahulu. Sesampainya di rumah, dia melihat rumah dalam keadaan yang tidak rapi. Saat ibunya menyadari bahwa Chi-hon datang, dia segera membereskannya dan terlihat malu dengan keadaan tersebut. Ibu menganggap Chi-hon seperti seorang tamu. Padahal, dulu saat Chi-hon masih tinggal bersamanya, dia sering memarahi Chi-hon. Hyong-chol, si anak sulung, merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya kepada Ibu untuk menjadi jaksa. Waktu kecil, saat Ibu pergi karena dikhianati Ayah, Hyongchol berjanji pada Ibu bahwa jika sudah besar nanti, ia akan menjadi jaksa. Sang Ibu menanggapi janji itu dengan sungguh-sungguh. Padahal, saat itu Hyong-chol berjanji karena ia mengira ia harus menjadi jaksa supaya ibunya tetap mau tinggal di rumah. Sejak saat itu, Ibu melarang Hyong-chol membantunya mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Kalau ingin menjadi jaksa, kau mesti belajar yang rajin. Jauh lebih rajin dari yang selama ini kaulakukan, begitu ujar Ibu pada Hyong-chol. Begitu sayangnya Ibu pada putra sulungnya itu, sampai ia rela menjual cincinnya untuk membayar uang pangkal Hyong-chol untuk melanjutkan sekolah. Sang suami pun menyesal karena selama ini ia tak pernah memperlakukan istrinya dengan baik. Kerap kali ia pergi dari rumah dan berselingkuh dengan wanita lain. Akan tetapi, istrinya tetap setia padanya dan selalu sabar mengobati suaminya ketika jatuh sakit. Sang suami juga menyadari ada banyak hal mengenai istrinya yang tidak ia ketahui. Padahal, mereka sudah tinggal bersama selama puluhan tahun. Setelah dia hilang, barulah keberadaannya terasa begitu nyata, seolah-olah kau tinggal mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. (hlm. 152) Setelah membaca novel ini, akan timbul banyak pertanyaan di pikiran anda, seperti : apa yang sudah kulakukan untuk membahagiakan Ibu? Tentu tidak seberapa dibandingkan banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan Ibu untuk kita. Bahwa terkadang kita lupa bahwa Ibu tetaplah manusia yang punya perasaan, harapan, dan cita-cita sendiri. Sudahkah kita membantunya mewujudkan harapanitu? Atau selama ini, kita tidak pernah memedulikannya, atau bahkan tidak tahu? Kau tidak bisa lagi berkata bahwa kau mengenal ibumu sepenuhnya. (hlm. 34) Buku ini sangat layak dibaca oleh berbagai kalangan tanpa batasan umur karena banyak pesan moral yang bisa diambil dari novel ini, seperti : kenalilah ibu kita dan berusahalah untuk tidak membuatnya sedih karena perilaku kita, rengkuhlah ia, dengarkan kisah-kisahnya, dan yang paling penting, tolonglah jaga ibu.

Anda mungkin juga menyukai