Anda di halaman 1dari 2

HUSNUL KHATIMAH

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

‫ف‬ ْ ‫سالَ ُم عَل َى َأ‬


ِ ‫ش َر‬ َّ ‫صالَةُ َوال‬ ِ ‫ست َِعيْنُ َعلَى ُأ ُمو ِر ال ُّد ْنيَا َوالد‬
َّ ‫ َوال‬،‫ِّين‬ ْ َ‫ َوبِ ِه ن‬، َ‫ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬، َ‫ص ْحبِ ِه َأ ْجـ َم ِـعين‬َ ‫َلى آلِ ِه َو‬
َ ‫سلِينَ َوع‬ َ ‫الـ ُم ْر‬
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan 3
nikmat : nikmat kesehatan bagi jasmani kita, nikmat kesempatan bagi waktu kita, terlebih lagi nikmati
iman yang senantiasa berkobar didalam hati sanubari kita, sehingga kita masih sempat
melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan menuju masjid yang kita cintai ini
Kedua, shalawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda Rasulullah SAW. yang
sukses mengantarkan umatnya dari alam kebodohan menuju alam yang bermandikan dengan ilmu
pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada malam yang berbahagia ini.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Perkenalkan nama saya……………, siswa MTs Arrahimiyah Desa Akacipong. Pada malam ini
izinkan saya menyampaiakan ceramah yang berjudul Husnul Khatimah
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Ada dua kisah tentang husnul khatimah yang sangat menarik; pertama, kisah wafatnya Abu
Zur’ah, kedua, kisah wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah subhanahu
wata’ala merahmati dua ulama kita ini.
Muhammad bin Muslim bin Warah bercerita, ia mengunjungi Abu Zur’ah ar-Razi yang sedang
menghadapi sakratulmaut. Ia meminta Abu Hatim yang juga ikut hadir ketika itu untuk menalqin Abu
Zur’ah.
“Saya malu kalau harus menalqin Abu Zur’ah dengan syahadat. Tapi, mari kita mengulang sebuah
hadits, barangkali jika dia mendengar, dia akan bisa menjawab,” kata Abu Hatim menolak secara
halus.
Maka kemudian, Muhammad bin Muslim membacakan hadits tentang keutamaan melafalkan kalimat
tahlil.
Ia mengawali dengan membaca sanad hadits yang menggunakan redaksi Haddatsanā (telah
bercerita kepada kami)–salah satu model periwayatan hadits.
“Haddatasanā Abu Ashim an-Nabil, Haddatsanā Abdul Hamid bin Ja’far.”
Entah kenapa, Muhammad bin Muslim malah lupa dan sama sekali tidak bisa melanjutkan hadits
tersebut dengan lengkap, seakan-akan belum pernah mendengar atau membacanya.
Abu Hatim kemudian mencoba untuk mengulangi pembacaan silsilah para perawi hadits. Tapi
ternyata, dia pun lupa. Sama seperti Muhammad bin Muslim, hafalannya terhenti di perawi yang
bernama Abdul Hamid bin Ja’far.
Tiba-tiba, Abu Zur’ah membuka mata. Ia melanjutkan hadits yang dimaksud, lengkap dengan sanad
dan matannya,
“Haddatsanā Muhammad bin Basyar, Haddatsanā Abu Ashim an-Nabil, Haddatsanā Abdul Hamid bin
Ja’far, dari Shalih bin Abi ’Arib, dari Katsir bin Murrah, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫َمنْ َكانَ آ ِخ ُر َكاَل ِم ِه اَل ِإ َل َه ِإاَّل هَّللا ُ َد َخل َ ا ْل َج َّن َة‬


“Barang siapa yang akhir ucapannya di dunia La ilaha illa Allah (tiada sesembahan yang berhak
diibadahi kecuali Allah) maka dia akan masuk surga.”
Setelah membacakan hadits ini secara utuh, Abu Zur’ah langsung menghembuskan nafas
terakhirnya. Isak tangis para pelayat pecah. Mereka berdesak-desakan memadati rumah Abu
Zur’ah rahimahullah.
Kisah ini sangat-sangat menakjubkan. Betapa tidak, daya ingat Abu Zur’ah saat sekarat lebih kuat
daripada orang normal. Dia menutup lembaran hidupnya dengan sangat indah; mengucapkan kalimat
tauhid. Masyaallah.
Sejarah mencatat, Abu Zur’ah mendedikasikan hidupnya untuk mendengar dan menyampaikan
hadits, maka Allah menjadikan akhir kehidupannya lekat bersama hadits nabi yang agung. Semoga
hal itu merupakan tanda husnul khatimah. Kisah inspiratif ini diabadikan oleh al-Khatib al-Baghdadi
dalam Tarikh-nya.
Dalam kisah Abu Zur’ah, terdapat ibrah (pelajaran) yang sangat penting untuk kita renungkan, bahwa
seorang yang menyibukkan diri semasa hidupnya dengan suatu amalan, maka dia akan diwafatkan
dengan amalan itu. Man ‘Aada ‘ala Syay’in, Maata ‘alaihi.
***
Ada satu kisah tentang husnul khatimah lagi yang tidak kalah menarik untuk disimak. Kisah ini
bercerita tentang keteguhan Imam Ahmad di detik-detik terakhir hidupnya. Kisah menakjubkan ini,
diabadikan oleh Ibnul Jauzi dalam mahakaryanya, Shifatu ash-Shafwah.
Abdullah, putranya, bertutur, “Saat ajal mendatangi ayahku, aku berada di sisinya, duduk
menemaninya. Kulihat ia berkeringat. Sesekali tersadar dan membuka kedua matanya.”
“Kemudian ayahku berkata, ‘Tidak. Belum. Nanti.’ Dia mengulanginya sebanyak tiga kali.”
“Lalu aku pun bertanya, ‘Wahai ayah, ada apa ini? Engkau meracau sampai berkeringat. Kami
mengira engkau telah wafat, tapi engkau kembali dan berkata tidak, belum, nanti.’”
“Kemudian ayahku menjawab, ‘Wahai anakku, tahukah kamu, sesungguhnya aku berkata kepada
Iblis la’natullah. Ia datang di hadapanku sambil meratap, menggigit jari jemarinya seraya berkata,
‘Engkau menang Ahmad. Engkau menang. Aku sudah kalah.’
“Maka dari itu aku menimpalinya, ‘Tidak. Belum. Nanti.’”
“Kemudian Imam Ahmad meninggal setelah menepis tipu daya Iblis.”
Apa hikmah yang dapat kita petik dari kisah Imam Ahmad di atas?
Pertama, bahwa kemenangan sejati bukan diraih di dunia ini. Lihatlah bagaimana keteguhan Imam
Ahmad. Dia tahu betul kalau itu hanya akal-akalan Iblis agar ia merasa hebat; ujub. Maka ia tidak
mau terjebak.
Kedua, Iblis tidak akan kehabisan semangat, dan tidak akan kehilangan cara untuk terus menggoda,
terutama di akhir hayat seorang mukmin.
Dari dua tokoh agung ini, kita belajar betapa berharganya kalimat tauhid. Setiap muslim pasti
berharap mempunyai keteguhan jiwa dengan kalimat yang kokoh itu. Hanya kepada Allah kita
meminta agar dianugerahi keimanan yang kuat seperti mereka.
Berikut ini salah satu doa husnul khatimah yang sangat viral di kalangan para ulama sebagaimana
dikutip oleh Imam al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah,

ٍ ‫ َو َت َو َّف َنا َوَأ ْن َت َر‬،ِ‫س َنة‬


‫اض َع َّنا‬ ْ ‫ َو‬،‫ َو َخ ْي َر َأ َّيا ِم َنا َي ْو َم لِ َقاِئ َك‬،‫اج َعلْ َخ ْي َر َأ ْع َمالِ َنا َخ َواتِ ْي َم َها‬
َ ‫اختِ ْم لَ َنا ِبا ْل َخاتِ َم ِة ا ْل َح‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬
“Ya Allah, jadikanlah baiknya amal kami sebagai akhir hidup kami, jadikanlah hari perjumpaan kami
dengan-Mu sebagai hari terbaik kami, dan akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah, dan
wafatkanlah kami dalam ridha-Mu.
Semoga Allah subhanahu wata’ala mewafatkan kita semua dalam kondisi husnul khatimah. 
Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi renungan
bagi kita semua, dan semoga kita bersama keluarga tetap istiqamah berada dijalan yang lurus,
Aamiin ya Rabbal Aalamin.

Wabillahi Taufiq Wassa’adah, Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai