Anda di halaman 1dari 18

‫مَناقِ ُ‬

‫ب‬
‫ُ‬ ‫ُّ ُ ْ َ ُ ْ‬ ‫َْ َِ َ َ ِ ْ َْ َ ِ َ َ ْ ْ َ َ‬
‫كابر َش ْ‬ ‫ُ َْ‬
‫ح انلُّف ْو ِس‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫س‬‫ِ‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫الش‬ ‫س‬‫ِ‬ ‫م‬ ‫ث األ ِ ِ‬‫ان المالء وا ِمام األو ِلآء وغو ِ‬
‫سلط ِ‬
‫َ ْ َ ْ َ ْ ّٰ ْ َ ْ َ ْ ْ‬
‫ِ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ب عب ِد اللِ ب ِن أ ِب بك ٍر العيدرو ِس‬
‫البِي ِ‬

‫الس ّنه واجلماعه‬


‫ادلعوه العدين أهل ّ‬
‫جملس ّ‬
‫احلبيب امحد فهيم بن ايب بكر العيدروس‬
Muhammad
Rasulullah SAW

Ali bin Abi Thalib Fatimah Az Zahra


Amirul Mu’minin Attohiroh

Imam Husein Ra.

Ali Zainal Abidin

Muhammad Ja’far Ali Muhammad


Albaqir Ash Shadiq Al‘Uraidhi An Naqib

Ahmad
‘Alawi ‘Ubaydillah ‘Isa Ar Rumi
Al Muhajir

Ali Muhammad Shahib


Muhammad ‘Alwi
Khali’ Qasam Mirbath

Muhammad
Ali Alwi
Alfaqih Ali
Shohib Ad Darki Al Ghuyur
Almuqoddam

Muhammad Abdurrahman Abubakar Abdullah


Mauladawilah As Segaf As Sakran Al Aydrus
ۡ‫ٱللِ َل َخ ۡو ٌف َعلَ ۡيه ۡم َو َل ُهم‬ َّ َ ٓ َ ۡ َ َّ ٓ َ َ
ِ ‫أل إِن أو ِلاء‬
َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ
ُ‫ ل َ ُهم‬٦٣ ‫ون‬ َ ُ َۡ
‫ ٱلِين ءامنوا وكنوا يتق‬٦٢ ‫ي َزنون‬
َ َۡ َ َ َ َ ۡ ُّ ٰ َ َ ۡ ٰ َ ۡ ُۡ
‫خرة ِۚ ل تب ِديل‬ ِ ‫ٱلبشى ِف ٱليوة ِ ٱدلنيا و ِف ٱٓأۡل‬
ُ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ ُ َ ٰ َ َّ َ ‫ل َِك‬
٦٤ ‫ت ٱللِۚ ذل ِك هو ٱلفوز ٱلع ِظيم‬ ِ ِٰ ‫م‬

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada


kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak
ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang
demikian itu adalah kemenangan yang besar."
Q.S. Yunus (62-64).
ُ ِ‫مَناق‬
‫ب‬
ُ ْ ُ َ ْ ُ ُّ َ َ ْ ْ َ َ ِ َ َْ ْ ِ َ َ َِ َْ
ْ ‫كابر َش‬ َْ ُ
‫ح انلُّف ْو ِس‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫س‬ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫الش‬ ‫س‬ِ ‫م‬ ِ ِ ‫ث األ‬ِ ‫ان المالء وا ِمام األو ِلآء وغو‬
ِ ‫سلط‬
ْ ْ َ ْ َ ْ ّٰ ْ َ ْ َ ْ َ
ِ
ْ ُ َ ْ َ
‫ب عب ِد اللِ ب ِن أ ِب بك ٍر العيدرو ِس‬
ِ ‫البِي‬
Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus

1. Muqodimmah

Beliau adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus


untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) Imam para Wali
dan orang-orang sholeh (Al-Qutub), beliau dijuluki Abu
Muhammad dan bergelar Al ’Aydarus.

Beliau adalah panutan yang diakui kapabilitasnya, pemimpin


para wali yang disepakati kewaliannya, pembawa bendera
orang-orang arif, peletak dasar ilmu orang-orang yang benar,
kepala para Sadah Alawiyin, pemegang tali simpulnya dan
pemilik kharisma dan keagungannya.

Disebutkan dalam al Musyri’: Al ’Aydarus adalah gelar


terhadap pimpinan para wali atau ketua orang-orang
Tasawuf. Sebagian orang mengatakan “Al Itrus”, diambil
dari nama singa.

Al Jauhari berkata: “Al Itrasah” menempuh jalan keras, ciri dari


harimau. Al Allamah Muhammad bin Umar Bahraq pernah
berkata: “Bisa saja huruf ‘ta’ dalam kalimat “Al Itrus” diganti dengan
huruf ‘dal’ karena berasal dari satu makhraj (tempat keluarnya huruf
di mulut), kita ketahui bahwa singa adalah pemuka dari hewan buas,
sedangkan Al ’Aydarus merupakan pemuka dari para wali di zamannya.

2. Kelahiran dan Riwayat Hidup

Beliau dilahirkan di Kota Tarim - Hadramaut, pada tanggal 10


Zulhijjah tahun 811H.

Ketika kakeknya Al Habib Abdurrahman Assegaf mendengar kabar


kelahirannya, beliau berkata: “Ia adalah seorang sufi di zamannya”.

Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus adalah seorang yang


hafal Al Quran, hidup bersama kakeknya Al Habib Abdurrahman
Assegaf selama 8 tahun. Kakeknya telah melihat, memberkatinya,
dan pernah mengatakan bahwa ia akan memiliki kelebihan tertentu.

Beliau tumbuh dalam kemuliaan di bawah bimbingan ayahnya, Al


Habib Abu Bakar As Sakran. Sang ayah meninggal ketika beliau
berumur 10 tahun. Setelah itu beliau dirawat dan dibimbing oleh
pamannya Syekh Umar al Muhdor.

Shohibur Ratib ini belajar Al-Qur’an dari seorang guru besar


Syekh Muhammad bin Umar Ba ’Alawi, dan belajar ilmu Fiqih
dari guru-guru ahli Fiqih Syekh Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubay
Abdullah Bahrawah, Syekh Abdullah Bagasyin, Syekh Abdullah bin
Muhammad bin Umar, Syekh Ibrahim Ba Harmaz, Syekh Abdullah
Ba Qusyair dan lain-lain.

Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih, Minhaj dan


Khulashoh, beliau sangat senang membaca kita tersebut.
Beliau mempelajari ilmu Tasawuf melalui guru beliau Sayyid Al
Jalil Muhammad bin Hasan Jamalullail, dan juga dari paman-
paman beliau: Al Imam Syekh Umar Muhdor, Syekh Ahmad, Syekh
Muhammad, Syekh Hasan.

Beliau mempelajari bahasa Arab melalui Al Alamah al Adib Syekh


Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Ba Fadal. Mempelajari ilmu
Nahwu dan Shorof dari Al Allamah Syekh Muhammad bin Ali Ba
Ammar, dan lainnya.

Beliau sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghozali


terutama kitab Ihya Ulumuddin sehingga hampir hafal dan pindah
ke batinnya. Beliau banyak memuji sang pengarangnya, kami
diperingatkan beliau segala sesuatu mengenai terjemahan kitab Ihya
Ulumuddin tersebut.

Al Habib Abdullah Al ’Aydarus berkata: “Kita tidak mempunyai


sistem dan metode kecuali Al-Qur’an dan As Sunnah. Dimana semua
itu telah dipaparkan oleh Hujjatul Islam Al Ghazali, dalam karyanya
yang sangat berharga yakni Ihya Ulumuddin, yang merupakan
penjelasan dari Al-Qur’an dan Hadits yang awal ataupun yang akhir,
yang konkrit maupun yang abstrak, yang berkenaan dengan suri
tauladan maupun keyakinan.

Shohibur Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi


mengenai Tauhid, diantaranya beliau mengucapkan: “Seandainya
saya disuruh untuk mengarang dengan hanya huruf alif seratus
jilid, pasti akan saya lakukan.”

Diantara karangan beliau adalah Kitab Al Kibritul Ahmar dan


syarahnya dalam bentuk syair untuk paman beliau Al Imam Syekh
Umar Muhdor.
Mengenai dirinya, beliau pernah berkata:
1. “Bagiku sama saja pujian dan makian, lapar dan kenyang,
pakaian mewah dan pakaian rendah, lima ratus dinar ataupun
dua dinar.”
2. “Sejak kecil hatiku tidak pernah condong kepada selain Allah
SWT. Bagaimana hatiku bisa tenang apabila badanku berbalik
ke kanan aku melihat surga dan apabila berbalik ke kiri aku
melihat neraka.”
3. “Tatkala tahap permulaanku, aku mengkaji buku-buku kaum
sufi dan menguji diriku dengan mujahadah mereka, senantiasa
berlapar, dan meninggalkan tidur dari usia 20 tahun.”

Beliau sangat takut kepada Allah SWT dan sangat tawadhu


(merendahkan diri). Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik,
dari siapapun makhluk Allah, bahkan binatang sekalipun.

Beliau senantiasa bersujud ditanah karena merendahkan dirinya


di hadapan Allah SWT. Dan beliau selalu membawa sendiri
keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain
membawanya. Beliau senantiasa duduk di tempat yang rendah dan
senantiasa berjalan kaki ke tempat-tempat yang jauh, serta kerap kali
meminum air hujan.

Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejah usia


enam tahun. Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus berpuasa
selama dua tahun dengan setiap harinya berbuka puasa tidak melebihi
dari dua butir korma. Kecuali dimalam-malam tertentu dimana ibunya
datang membawa sedikit makanan untuknya. Beliau memakannya
semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya.

Guru sekaligus paman beliau, Al Habib Syekh Umar Muhdor berkata:


“Aku akan mengawinkan putriku dengannya walau dengan sedikit
harta benda, dan tidak akan mengawinkan selain dengannya,
walaupun dunia yang melimpah harta benda diberikan kepadaku.
Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponakanku Habib
Abdullah Al ’Aydarus disebabkan aku mendapatkan isyarat dari
sesepuhku (pendahuluku).”

Pamannya tersebut mendudukkannya sebagai pengganti sesuai


dengan kemampuannya, melampaui derajat para Syekh yang agung,
dan beliau mendapatkan posisi yang sulit untuk dicapai. Para ulama
mengakui akan ketinggian derajatnya dari dahulu hingga sekarang.

3. Maqom Kewalian

Al-Habib Muhammad bin Hasan Al Mu’alim Ba ’Alawi berkata: “Al


Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus Al Akbar mendapatkan
sesuatu maqom yang tidak didapati oleh orang lain. Baik sebelum
maupun sesudahnya.”

Dalam kitab “Al Kawakib Al Durriyah” disebutkan bahwa sosok Al


Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus suka menyepi, karena
dengan hal tersebut maka dapat sampai kepada Allah SWT.

Ketika paman beliau Syekh Umar Muhdor wafat, usia Al Habib


Abdullah Al ’Aydarus adalah 25 tahun, para Syarif/Sayyid sepakat
apabila Imam Muhammad bin Hasan Jamalullail yang berada
di Barughah untuk menggantikan posisinya. Akan tetapi beliau
menolak dan berkata: “Tunjukkanlah pada kami siapa yang berhak
kedudukannya diantara kita.”

Setelah shalat istikharah, Allah meyakinkan hatinya untuk menjadikan


Al Habib Abdullah Al ’Aydarus sebagai pengganti. Sambil memegang
tangannya, beliau berkata kepada Al Habib Abdullah Al ’Aydarus:
“Engkau adalah pemuka dari mereka dan penunjuk bagi setiap
Syarif/Sayyid dan yang bukan Syarif/Sayyid.”

Al Habib Abdullah Al ’Aydarus menolaknya karena usianya yang


masih belia dan ketidakmampuan dirinya, ditambah paman-
pamannya yang lain masih ada. Namun mereka terus membujuknya
untuk menerima posisi tersebut. Sejak saat itulah, semuanya sepakat
untuk memposisikan Al Habib Abdullah Al ’Aydarus sebagai
pemimpin ke seluruh penjuru dunia. Maka beliau Imam Al ’Aydarus
menyibukkan dirinya dengan pengajaran dalam setiap tarikan
nafasnya yang sangat berharga.

Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus telah mendapat pujian


dari orang besar, para wali dan para guru, antara lain:
1. Kakeknya beliau, Al Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf
2. Ayah beliau, Al Habib Abubakar As Sakran
3. Syekh Saad bin Ali Al Majhaj
4. Syekh Abdullah bin Tohir Al Douanidan
5. Pemuka sufi wanita Al Zubaidiah
6. Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti
7. Syekh Umar bin Said Bajabir
8. Syekh Husain Al Ghorib
9. Syekh Ma’aruf bin Muhammad Ba’Abbad
10. Syekh Muhammad Baharmuz

Syekh Abdurrahman Al Khotib, pengarang kitab Al Jauhar, tidak


menyebutkan seorangpun dalam kitabnya dari yang hidup selain Al
Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus (Shohibur Ratib).

Beberapa pengarang kitab besar yang bermutu memuji dan


meriwayatkan beliau, diantaranya Al Yafii dalam kitab Uqbal
Barahim Al Musyaraqah, muridnya Al Imam Al Habib Umar Bin
Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Al Hamrah, dan Syech
Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, daalm kitab Al Tuhfa, mereka
meriwayatkan Manakib (Riwayat Singkat), kewalian, dan karomah-
karomah yang terjadi sebelum dan sesudah beliau dilahirkan.

Sebagian para wali mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang


memuji Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus dengan
sabdanya: “Ini anakku, ini ahli warisku, ini darahku dagingku,
orang-orang besar akn mempelajari ilmu thoriqoh darinya.”

Diantara yang mengambil dan belajar thoriqoh dari Al Habib


Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus Al Akbar antara lain adalah:
1. Saudara beliau, Al Habib Ali bin Abu Bakar As Sakran
2. Al Habib Umar bin Abdurrahman Shahib al Hamra Ba ’Alawi,
pengarang kitab Al Hamrah dan kitab Faturrohim Al Rahman
3. Syech Abdullah Bin Abdul Rahaman Bawazier
4. Syekh Abdullah bin Ahmad Ba Kastir Al Makki
5. Syekh Ahmad Qasam bin Alwi Al Syaibah
6. Syekh Muhammad bin Afif Al Hijrani.
7. Putra beliau, Al Habib Abu Bakar Al Adeny bin Abdullah Al
’Aydarus.
8. Putra beliau, Al Habib Husain bin Abdullah Al ’Aydarus.
9. Putra beliau, Al Habib Syeikh bin Abdullah Al ’Aydarus.

Kebaikan dan akhlak beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan


karomahnya laksana lautan.

Dalam kitab “Al Kawakib al Durriyah” disebutkan bahwa Imam Al


Arif Billah Muhammad bin Ali Shohib Aidid, Syekh Tajul Abidin
Saad bin Ali, dan Syekh Abdullah bin Abdurrahman Ba Wazir,
dengan derajat yang dimilikinya dan ketinggian kedudukannya,
senantiasa menemani dan mengikutinya serta mengambil ajarannya,
karena mereka menyadari akan ketinggian kedudukan dan maqom
Imam Al ’Aydarus.

4. Kembali kepada sang Khaliq

Al Habib Abdullah bin Abubakar Al ’Aydarus Al Akbar (Shohibur


Ratib) wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zhuhur tanggal 12
Ramadhan 865H, dalam perjalanan dakwahnya di kota Syhr, tepatnya
di daerah Abul. Beliau dimakamkan di kota Tarim - Hadramaut dan
dibangun kubah diatas pusaranya. Beliau wafat dalam usia 54 tahun.

Beliau meninggalkan delapan anak, empat putera dan empat puteri.


Putra beliau adalah:
1. Al Habib Abubakar Al Adeni bin Abdullah Al ’Aydarus
2. Al Habib Alwi bin Abdullah Al ’Aydarus
3. Al Habib Husain bin Abdullah Al ’Aydarus

Putri beliau adalah:


1. Syarifah Roghayah binti Abdullah Al ’Aydarus
2. Syarifah Khodijah binti Abdullah Al ’Aydarus
3. Syarifah Ummu Kultsum binti Abdullah Al ’Aydarus
4. Syarifah Bahiya binti Abdullah Al ’Aydarus

Ibunda beliau adalah bernama Mariam, keturunan dari seorang


yang zuhud/shaleh yang bernama Syech Ahmad bin Muhammad
Barusyaid.

Al Habib Muhammad bin Hasan Al Mualim pernah berkata: “Saya


mendengar bisikan yang mengatakan: Bila kamu ingin melihat
seorang ahli sorga, maka lihatlah Muhammad Barussyaid!”
(Diriwayatkan oleh Al Imam Al Habib Muhammad bin Ali Maula
Aidied).”
Sewaktu kakek beliau Al Habib Imam Abdurrahman bin Muhammad
Assegaf wafat, usia Al Habib Abdullah Al ’Aydarus adalah 8,5 tahun.

Pada waktu ayahanda beliau Al Habib Abu Bakar As Sakran wafat,


umur beliau adalah 11 tahun.

Sementara pada saat paman beliau Al Habib Umar Muhdar bin


Abdurrahman Assegaf wafat, umur beliau adalah 23 tahun.

4. Nasehat-nasehat Imam Al ’Aydarus

Beliau pernah berwasilah kepada murid-muridnya: “Barang siapa


yang masuk dalm pendengaran yang sia-sia, mka ia telah berada
dalm kerugian yang besar.”

Nasehat-nasehat beliau yang tertuang dalam kitab Al Kibratul Ahmar:


1. Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu
dunia) sehingga keluar minyak kemurnian.
2. Barangsiapa yang menginginkan keridhaan Allah, hendaklah
mendekatkan diri kepada Allah, karena keajaiban dan kelembutan
Allah terdapat pada akhir malam.
3. Siapapun dengan penuh kesungguhan hati mendekatkan diri
kepada Allah, maka terbukalah Khazanah Allah.
4. Diantara waktu bernilai tinggi yang merupakan pembuka
perbendaharaan Ilahi adalah diantara Dzuhur dan ‘Asar, Maghrib
dan Isya, dan tengah malam terakhir sampai ba’da Subuh.
5. Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan
keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai.
6. Keridhoan Allah dan Rasulnya terletak pada muthala'ah
(mempelajari dan memperdalam) Al Qur’an dan Hadits serta
kitab-kitab agama Islam.
7. Meninggalkan dan menjauhi Ghibah adalah Raja atas dirinya,
menjauhi Namimah (mengadu domba) adalah Ratu atas dirinya,
baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk
bercampur dalam majlis dzikir adalah keterbukaan hatinya.
8. Kebaikan seluruhnya bersumber dari sedikit bicara (tidak
berbicara yang jelek didalam bertafakur tentang Ilahi karena
didalam ciptaannya terkandung banyak rahasia).
9. Jangan kau abaikan sedekah pada setiap hari sekalipun sekecil
atom, perbanyaklah baca Al-Qur‘an setiap siang dan malam hari.
10. Ciri-ciri orang yang bahagia adalah mendapatkan taufik dalam
hidupnya, banyak ilmu dan amal serta baik perangai maupun
tingkah lakunya.
11. Orang yang berakal adalah yang diam (tidak bicara sembarangan).
12. Orang yang takut pada Allah adalah orang yang banyak sedih
(merasa bersalah).
13. Orang yang Roja’ (mengharap Ridho Allah) adalah orang yang
banyak melakukan ibadah.
14. Orang yang mulia adalah yang bersungguh-sungguh dalam
kebaikan dan ridho Allah yang didambakan hidupnya.
15. Orang yang bertaubat adalah yang menyesali perbuatannya,
menjauhi pendengaran yang tidak bermanfaat dan mendekatkan
diri kepada Allah.

5. Penutup

Demikianlah sekilas riwayat perjalanan Al Habib Abdullah bin


Abubakar Al ’Aydarus Al Akbar, semoga Allah meridhoinya. Amin

Nara sumber:
• Kitab Ainiya: Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
• Syarah Kitab Ainiyah: Al Habib Ahmad Zein Al Habsyi.
‫قصيدة احلبيب عبد الرّمحن بن مصطفى العيدروس‬

‫ُ‬ ‫۝ َ ْ ٌ ّٰ ُ ْ‬ ‫َ ْ‬
‫ش ٌء ِ ّٰل يَــا َعيْ َ‬
‫ــد ُ‬
‫ـوس‬‫ـي انلُّفـ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ء‬ ‫ش‬ ‫ِ‬
‫وس‬ ‫ر‬
‫۝ َ َْ َ ْ‬ ‫ُّ‬ ‫َ ْ ّٰ َ‬
‫وس‬ ‫ـدد يَـــا َعـــيْ َد ُر ِ‬ ‫ا لم ـ‬ ‫وس‬ ‫ش ٌء ِل ش ْم ِس الش ُم ِ‬
‫َ‬
‫ـزا َو َجاهــا‬ ‫ـما ِعـ ًّ‬ ‫ـــه ۝ َمـ ْ‬
‫ـن َسـ َ‬ ‫ــي ٌء ِ ّٰل يَــا ا ٰ َل ٰط ٰ‬
‫َش ْ‬

‫ـوس‬ ‫ـو ُء الش ُمــ ِ‬


‫ُ َ ُ َ ْ ُّ‬
‫دونه ضــ‬ ‫ـن َت َنـا ٰهـى ۝‬
‫ـس ُ‬ ‫َوبـهِ ْ ُ‬
‫ال ْ‬
‫ِ‬
‫َُْ ُ ْ ُ ْ‬
‫َ‬
‫ك الْ َ‬ ‫أنتـم أهـل الــمـزايــا ۝‬
‫ُ ْ ُ ُ ُ َّ‬
‫ــرايَـا‬ ‫ــب َ‬ ‫سـد تـم‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َ َ‬
‫ـــوس‬ ‫ِ‬
‫ُّ ُ‬
‫و بِـأ سـر ارِ الـنف‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫جايَـا ۝‬ ‫َّ َ َ ْ َ َّ‬
‫الـش َ‬ ‫بِالشـرافـــة و‬
‫ك مْـ ِد ۝‬
‫َ َْ ٰ َ ْ َ ْ‬ ‫ْ ُ ُ ْ ُّ َ‬
‫ـص َع ّ ِد‬ ‫مـااعتل عـن ح ِ‬ ‫ف ِــيـكـم مِـن ِ‬
‫ـصدِى ۝‬
‫ــز ُ‬ ‫َوبـــهِ يَ ْ‬ ‫ـم ُسول َوقَ ْ‬ ‫ُ ُّ ُ‬
‫اح بُوسِـــى‬ ‫نـ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك ْ‬ ‫حب‬
‫َْ ْ ْ ُ‬ ‫ْ ُ ُ ُْ ْ ُ ْ‬
‫ب ال ُم َق َّد ْم ۝‬
‫ح ُر الغ َط ْم َط ْم‬ ‫َس ّي ِدِى ال‬ ‫مِنكـم القـط‬
‫ـم ۝‬
‫ْ ُ‬ ‫ـعـل َ‬ ‫َوالْ َ‬ ‫ـم َع َّظ ْ‬‫َوابْ ُن ُه َعلْـوى الْ ُ‬
‫ـاك ال ُعك ْو ِس‬ ‫ِ‬ ‫ح‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ َْ َ ْ َ َ‬
‫ْ‬
‫ادلوِيـلة ۝‬
‫َ ْ َ ٰ َ ْ َ َّ َ ْ‬
‫ضـيـلـة‬ ‫ذوالمكرِم وال ِ‬
‫ف‬ ‫والـفـت مـول‬
‫َ ْ ُ َ‬
‫ـقـبِيلـة ۝‬
‫ُ‬ ‫ُّ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُُْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ‬
‫غـوث أربـاب ادلروسِـى‬ ‫وابنه شيـــخ ال‬
‫خ ِرى ۝‬
‫َ ْ ُ ُ َّ ْ ُ َ ْ‬ ‫َّ َّ ُ ُ ْ‬
‫الســك َران فخ ِرى‬ ‫وابنه‬ ‫َس ّي ِدِى السقاف ذ‬
‫َ ْ‬
‫يــس‬ ‫َّ‬
‫بِــأ ِخ المجــ ِد انلفِ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫سى ۝‬ ‫ب ُع ْسى ب ُي ْ‬
‫ِ ِ ِ‬
‫ـقلَ ْ‬
‫َ ْ َ‬
‫وان‬
‫ح ُوهْ‬ ‫ـوهْ َو َص ْ‬ ‫ـما َمْـ ُ‬ ‫ـن َسـ َ‬ ‫ار ُصنْ ُوهْ ۝ َمـ ْ‬ ‫ح َض ُ‬ ‫خـرى ال ْ َم ْ‬ ‫َْ َ‬
‫مف ِ‬
‫َ ْ َ ْ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ُْ ْ َ َْ‬
‫۝‬
‫ٰ‬ ‫ُ‬ ‫ـوهْ‬‫ُ‬
‫ـس‬ ‫ِ‬ ‫ـ‬ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫د‬ ‫ـه‬ ‫ـ‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ف‬ ‫ِ‬ ‫واعـتـل صـرفـه ون‬
‫ْ َ‬ ‫ْ َ‬
‫َو ا لف َنا َحا ل ا لَقا ءِ ۝ َوالَـقـــاحال ال‬
‫ـف َ‬ ‫َ ُ ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬
‫ـــناءِ‬
‫ْ ْ‬
‫ـت ذِى الِعـتِـالءِ ۝ َس ّي ِـــدِى َز ِاك الـغ ُر ِ‬
‫ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ـف ٰ‬ ‫ْ َ‬
‫وس‬ ‫بِـال‬
‫َْ َ ُ ُ َْ ُ ْ‬ ‫ُْ ُ ََْ ُ ْ َ‬
‫ال‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ع‬ ‫َ‬
‫م‬ ‫ال‬ ‫ـل‬ ‫ـ‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫وس‬ ‫ر‬ ‫ـد‬ ‫ـ‬ ‫ي‬‫ع‬ ‫۝‬ ‫ل‬‫ِ‬ ‫ا‬ ‫كَ‬
‫م‬ ‫قطــب أقطــاب ال‬
‫الشـ ْ‬ ‫َّ‬ ‫َْ َ ۝ َ ْ ُ َ‬ ‫َوابْ ُن ُ‬
‫يس‬ ‫ِ ِ‬ ‫ئ‬ ‫الر‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ـه‬ ‫ـا‬‫ـ‬ ‫فخرن‬ ‫ــه َحـاوِى الـمـا ِل‬
‫ِـرهْ ۝ من حـ‬
‫ـه ُرهْ‬ ‫سهْ َو َجــ ْ‬ ‫ـى ِ ُّ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫ـازس َّ‬ ‫ـد َح َ‬ ‫ـن قَ ْ‬ ‫ــم ْ‬ ‫َوب َ‬
‫ِ‬
‫َ‬
‫ـوى أشــى الكؤ ِس‬
‫ْ َ ْ ُ ُ‬ ‫ـــرةْ ۝ إِذْ َحـ ٰ‬ ‫ـوو ُش ْه َ‬ ‫اخت ِ َفا َي ْعلُ َ‬ ‫ْ‬
‫ِف‬
‫ـدا‬ ‫اب َنْــ َ‬ ‫ـن َط َ‬ ‫ـه َمـ ْ‬ ‫ـدى ۝ َوابْ ُنـ ُ‬ ‫َس ـ ّيدِى َشــيْ ُخ ال ْ ُم َفـ ّٰ‬
‫ِ‬
‫ََْ ُ ْ ُ ْ‬ ‫َ َ‬
‫و أبــا ســاد وجــدا ۝ العفِيــف ابــن الهمـ ِ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬
‫ـوس‬
‫ُْ ُ َ‬
‫ـن الـ ِع َبـادِ ۝ قطــب أربــاب الـــرشادِ‬
‫َّ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ ُ ُ َْ ُ ْ‬
‫وابـنـه زيـــ‬
‫يس‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫الـنْ َ‬ ‫ـؤ ِس ْ َ‬ ‫۝ ْ ُ ُ‬
‫ك‬ ‫ِـن‬ ‫م‬ ‫ِى‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ـر‬ ‫ـ‬ ‫ـم أُ ْع ٰطــى ُ‬
‫م‬ ‫َو بهـ ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫َ ْ ۝ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُُْ ُ ّ‬
‫القائ ِ ْق‬ ‫مشــهر أربــاب‬ ‫والص ْد ِق صادِق‬ ‫َوابنه ذ ِ‬
‫ُ ْ َ َ ْ َ َْ َ‬
‫القـائ ِ ْق ۝ شيْخ َناش ْم ُس‬
‫الش ُ‬ ‫ُّ‬ ‫َ ُ َ‬
‫وس‬ ‫ـم ِ‬ ‫ذوالمـــعارِف و‬
‫َ ّ َ ّ ْ ُ‬
‫سـر ِل أمــورِى ۝ ِف ورودِى مع صدورِى‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ب يــ ِ‬ ‫ر ِ‬
‫وس‬ ‫ـع ُجـــل ِ‬
‫ُ‬ ‫ـهورى ۝ َوانْب َعــاث َمـ ْ‬ ‫َُ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬
‫ِ ِ‬ ‫واخـتِـــفائِى وظ ِ‬
‫ــر َســات ِْر ۝‬
‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫اخ ْ َ‬ ‫ُ َ َ‬
‫ك ْن ل ِٰهــذا ال َعبْ ـ ِد غف ِْر‬ ‫ب ِ ِهــم ي‬
‫َ َ َ ْ َْ ُ‬
‫وس‬ ‫ُ‬
‫ـو أوغط ِ‬ ‫حــال صحـ ٍ‬ ‫ـر ۝‬ ‫ـاص ْ‬ ‫ِ‬
‫ْ ََ‬
‫ن‬ ‫و‬ ‫ِـظ‬ ‫ف‬ ‫ــا‬ ‫ـه َ‬
‫ح‬ ‫َولَ ُ‬
‫َ ّ ْ ْ ُ َّ ُ ْ‬ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ ْ َ ْ َ ْ‬
‫ب َواكشِ ــف ك غ َّمــة‬ ‫ر ِ‬‫ـمة ۝‬ ‫وارح ـ ِم األمة بِـرحــ‬
‫َ ْ َ َ ْ ْ‬
‫ك إِف َضال َون ِْع َمة ۝‬
‫ـر ُّ‬
‫الطـ ُ‬ ‫اح ْصــ ُ‬
‫ون َه َ‬ ‫ُ َ‬ ‫ْ‬
‫وس‬ ‫ـر ِ‬ ‫د‬ ‫كم ل‬
‫ـل يَــا َر َّب الْ َ‬ ‫۝‬ ‫ام الْ َ‬
‫َ ّ‬ ‫َ َ‬
‫ـرايَا‬
‫ـبــ َ‬
‫ِ‬ ‫ـ‬ ‫ص‬ ‫ـا‬ ‫ـزايَ‬‫ـم َ‬ ‫َوعـــى َس ِ‬
‫ْ‬ ‫َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ۝ َ ْ َ ٰ ُ َّ ُ‬
‫ـى‬ ‫أوشــى ســواق عِيـ ِ‬ ‫ماانكشف زمرالبايا‬
‫َ ََ َ‬
‫ـل الـمـنـــاق ِب ۝ ا ِل الـــزهر ال‬
‫ـواكِـبْ‬ ‫ُّ ْ ُ ْ َ‬
‫ـك َ‬ ‫ٰ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫وع أهـ ِ‬
‫ُ ُ‬ ‫َ َّ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ۝ ُ ٌّ ْ َ ُ‬
‫در ت ِـيـجـــان الـــرؤ ِس‬ ‫والصحابة أه ِل المواهِب‬
Dengan keagungannya, Tarim mendapat
kemuliaan bagaikan purnama yang tampak dengan
kesempurnaan sinarnya.

Barisan para wali terkumpul bagaikan Ka’bah yang


berkilau di masanya.

Dari para pengamal ketaatan, yang ruku, yang


bersujud, yang tawaf tidak melepaskan ihramnya.

Dengannya bulan-bulan kebahagiaan menjadi murni,


andaikan tampak di kegelapan akan menyirnakan
gelap gulitanya.

Dikutip dari kitab “Tarikh Hadramaut” Hal. 765

Anda mungkin juga menyukai