Anda di halaman 1dari 4

Search

Islam Versi Audio

Khutbah Jumat: Bahaya Hasad bagi Peradaban


Manusia
Dr. H. Thobib Al-Asyhar, M.Si
Penulis Kamis, 27 Mei 2021 · 10:38 WIB

Ilustrasi: Mega Halimah

Khutbah Pertama

‫ َو َنُق ْو َم ِب اْلَو اِج َب اِت ِف ْي ِع َب اَد ِتِه َو َتْق َو اُه‬، ‫َاْل َح ْم ُد ِهلل اَّل ِذ ْي َأ َم َر نَا َأ ْن ُن ْص ِل َح َم ِع ْي َش َت َنا ِلَن ْي ِل الِّر َض ا َو الَّس َع اَد ِة‬
‫ِّل‬ ‫ِّل‬
‫ اللهم َص َو َس ْم َو َباِرْك َع ى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع ى آِلِه َو َص ْح ِب ِه الُم َج اِه ِد ْي َن‬. ‫ َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َرُس ْو ُلُه اَل َن ِب َّي َبْع َد ُه‬، ‫َأ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإ َلَه ِإَّال اُهلل َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه‬
‫َل‬ ‫َل‬
: ‫ َأ ّم ا َبْع ُد‬، ‫الَّط اِه ِر ْي َن‬
‫ َيا َأ ُّي َه ا اّل ذين آمنوا اَّتُق ْو ا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه‬. ‫ ِب ْس ِم اِهلل الَّر ْح َم ِن الَّر ِح ْي ِم‬،‫ َق اَل اُهلل َت َع اَلى ِف ْي ِك َت اِبِه اْل َكِر ْي م‬. ‫ َف َق ْد َف اَز اْلُم َّت ُق ْو َن‬، ‫َف َي ا ِع َب اَد اهلل ُا ْو ِص ْي ِن ي َنْف ِس ي َو ِإ َّي اُكْم ِب َت ْق َو ى اِهلل‬
‫َو اَل َت ُم ْو ُت َّن ِإَّال َو َأ ْن ُت ْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta
kesehatan sehingga kita dapat menghadiri sidang Jumat yang penuh berkah ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan
orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Press Enter ↵ To open Accessibility Menu


Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri khatib sendiri, agar senantiasa meningkatkan
takwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benar takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Takwa adalah “jalan terang” menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan sejati, baik
di dunia maupun di akhirat kelak.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur
immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut
jiwa (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut
memiliki fungsi yang berbeda.

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Allah. Akal berfungsi untuk berfikir,
mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang
berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-
ammarah).

Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan
menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan
dasar (pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual, manusia seharusnya mampu
membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai
dosa dan kemaksiatan.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu
“penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah
menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut selalu muncul dari zaman ke zaman.

Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati),
riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri).

Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Hasad adalah klaster problem
jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak
perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap
dengki.

Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam
Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah Saw.

‫َاْم َيْح ُس ُد ْو َن الَّناَس َع ٰل ى َم ٓا ٰا ٰت ىُه ُم ُهّٰللا ِم ْن َف ْض ِلٖۚه‬

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:

‫ِايَّا ُكم َو الَح َس َد َف ِا َّن اْلَح َس َد َي ْا ُكُل اْلَح َس َناِت َكَم ا َتْا ُكُل الَّناُر الَح َط َب‬

Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-
bakar.” (HR. Abu Dawud).

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan
Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5)

Press Enter ↵ To open Accessibility Menu


Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki
pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski
hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:


1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat).
2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain.
3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.
4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi Saw, beliau bersabda:

‫ َأَف َال ُأ َن ِّب ُئ ُكْم‬،‫ُم َح َّم ٍد ِبَي ِد ِه َال ُتْؤ ِم ُن ْو ا َح َّت ى َت َح اُّبْو ا‬ ‫ َو اَّل ِذ ْي َنْف ُس‬، ‫ َح اِل َق ُة ال ِّد ْي ِن َال َح اِل َق ُة الَّش ْع ِر‬، ‫ َو اْلَب ْغ َض ا ُء ِه َي اْلَح اِل َق ُة‬، ‫ َاْلَح َس ُد َو اْلَب ْغ َض ا ُء‬: ‫َد َّب ِإ َلْي ُكْم َد ا ُء اُأْلَم ِم َق ْب َلُكْم‬
‫ِب َش ْي ٍء ِإ َذ ا َف َع ْلُت ُم ْو ُه َت َح اَب ْب ُت ْم ؟ َأْف ُش وا الَّس َالَم َب ْي َن ُكْم‬

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan
pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah
kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Tirmizi)

Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad adalah sikap batin yang tidak senang
terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari
syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada
dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi
nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat
dibanding orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul
Qayyim ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada
nikmat Allah atas hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan
hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya
menentang qadha’ dan qadar Allah”. (Al-Fawa’id, hal. 157).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan
seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki.
Pada saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya
menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya
untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya.
Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian.

Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja,
“Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat
dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.” Maksud orang itu, hendaknya kita membalas
kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi.
Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia menghadap raja dan berkata, “Tadi
orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup
mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi
Press esok hari.↵ To open Accessibility Menu
nasehatEnter
Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama. Si
pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau.
Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat.”
Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma
mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya. Sang
Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja,
“Niscaya ia akan memberimu hadiah.”

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam
surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah
kepala orang ini ke hadapanku.”

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. “Apa yang dilakukan baginda
kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya
memperlihatkan surat dari Raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki
itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh orang-orang beriman, dan salah satu obat
yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga
keseimbangan hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan
menambah kenikmatan hingga tak terbatas.

‫َو ِا ْذ َتَاَّذ َن َر ُّب ُكْم َلِٕىْن َش َكْر ُت ْم َاَلِز ْي َد َّنُكْم َو َلِٕىْن َكَف ْر ُت ْم ِاَّن َع َذ اِب ْي َلَش ِد ْي ٌد‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7)

‫ ِإ َّن ُه ُه َو اْلَبُّر الَّت َّو اُب الَّر ُؤ ْو ُف الَّر ِح ْي ُم‬. ‫ َو َنَف َع ِن ي َو ِإ َّي اُكْم ِب َم ا ِف ْي ِه ِم َن اآْل يَاِت َو ال ِّذ ْكِر اْلَح ِك ْي ِم‬، ‫َباَرَك اُهلل ِلى َو َلُكْم ِف ي اْل ُق ْر آِن اْلَع ِظ ْي ِم‬

Khutbah Kedua

. ‫ َو َأ ْش َه ُد َأ ْن َال ِا َلَه ِإَّال اُهلل َو اُهلل َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأ ْش َه ُد أَّن َس ِّي َد َن ا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َرُس ْو ُلُه الَّد اِع ى إلَى ِرْض َو اِنِه‬. ‫الحمد ِهلل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّش ْكُر َلُه َع لَى َت ْو ِف ْي ِقِه َو ِاْم ِت َناِنِه‬
: ‫ َأ َّم ا َبْع ُد‬.‫اللُه َّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد ِو َع َلى َا ِلِه َو َأ ْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َت ْس ِل ْي ًم ا ِك ثْي ًر ا‬
‫ُّل‬ ‫َق َل َاَل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َل َأ‬ ‫َأ‬ ‫َف َا َا‬
‫ي ُّي َه ا الَّناُس ِا َّتُق وا اَهلل ِف ْي َم ا َم َر َو اْن َت ُه ْو ا َع َّم ا َن َه ى َو اْع ُم ْو ا َّن اَهلل َم َر ُكْم ِب ْم ٍر َب َد ِف ْي ِه ِب َن ْف ِس ِه َو َث ـَّن ى ِب َم آل ِئ َكِتِه ِب ُق ْد ِس ِه َو ا َت ع ى ِإَّن اَهلل َو َم آلِئ َكَتُه ُي َص ْو َن َع لَى‬
‫ِّل‬ ‫َل‬ ‫ُّل‬ ‫َّل‬ ‫َا‬
‫الَّن ِب ى يآ ُّي َه ا ا ِذ ْي َن آَم ُن ْو ا َص ْو ا َع ْي ِه َو َس ُم ْو ا َت ْس ِل ْي ًم ا‬
‫اللُه َّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِل َس ِّي ِد نَا ُم َح َّم ٍد َو َع ى ِب يآِئَك َو ُر ُس ِلَك َو َم آلِئ َكِة لُم َّر ِبْي َن َو اْر َض ال ُه َّم َع ِن لُخ ا ِء الَّر اِش ِد ْي َن ِب ى َب ْكٍر َو ُع َم ر َو ُع ْث َم ان َو َع ِل ّى َو َع ْن‬
‫َأ‬ ‫َف‬ ‫َل‬ ‫ْا‬ ‫ّل‬ ‫َق‬ ‫ْا‬ ‫ْن‬ ‫َا‬ ‫َل‬

‫َبِق َّي ِة الَّص َح اَبِة َو الَّت اِب ِع ْي َن َو َتاِب ِع ي الَّت اِب ِع ْي َن َلُه ْم ِب ِا ْح َس اٍن ِا َلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُه ْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َأ ْر َح َم الَّر اِح ِم ْي َن‬
‫َا للُه َّم اْغ ِفْر ِل ْلُم ْؤ ِم ِن ْي َن َو ْا لُم ْؤ ِم َناِت َو ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو ْا لُم ْس ِلَماِت َاَالْح يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاَالْم َو اِت اللُه َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْس َالَم َو ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو َأ ِذ َّل الِّش ْر َك َو ْا لُم ْش ِر ِك ْي َن َو اْن ُص ْر ِع َب اَد َك ْا لُم َو ِّح ِد ين َو اْن ُص ْر‬
‫ اللُه َّم اْد َف ْع َع َّنا ْا لَب َال َء َو ْا لَو َبا َء َو الَّزَالِزَل َو ْا لِم َح َن َو ُس ْو َء ْا لِف ْت َنِة َو ْا لِم َح َن َم ا‬. ‫َم ْن َن َص َر ال ِّد ْي َن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو َد ِّم ْر َأ ْع َد ا َء ال ِّد ْي ِن َو َاْع ِل َكِلَماِتَك ِإ َلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬
. ‫َظ َه َر ِم ْن َه ا َو َم ا َبَط َن َع ْن َب َل ِد َن ا ِا ْن ُد وِن ْي ِس َّي ا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْا لُب ْل َد اِن ْا لُم ْس ِلِم ْي َن عآَّم ًة َيا َرَّب ْا لَع اَلِم ْي َن‬
‫ َر َّبَنا َظ َلْم َنا َا ْن ُف َس َنا َو إْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَن ُكْو َن َّن ِم َن ْا لَخ اِس ِر ْي َن‬. ‫َر َّبَنا آِتنَا ِف ْي الُّد ْن َي ا َح َس َنًة َو ِف ْي ْاآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِق َنا َع َذ اَب الَّناِر‬
‫ْا‬ ‫َل َّل‬ ‫ْا‬ ‫ْا‬ ‫ْا‬ ‫ْا‬ ‫ْا‬ ‫ْا‬
‫ِع َب اَد اِهلل ! ِإَّن اَهلل َي ْأ ُم ُر ِب لَع ْد ِل َو ِإل ْح َس اِن َو ِإ ْي تآ ِء ِذ ي ل ُق ْر بَى َو َي ْن َه ى َع ِن ل َف ْح شآ ِء َو لُم ْن َكِر َو لَب ْغ ي َي ِع ُظ ُكْم َع ُكْم َت َذ َّكُر ْو َن َو اْذ ُكُر وا اَهلل لَع ِظ ْي َم َي ْذ ُكْر ُكْم َو اْش ُكُر ْو ُه َع لَى‬
‫ِنَع ِم ِه َي ِز ْد ُكْم َو َل ِذ ْكُر اِهلل َأ ْكَبر‬

Editor: Moh Khoeron

Tags: # Khutbah Jumat # Hasad # Peradaban

Anda mungkin juga menyukai