Anda di halaman 1dari 5

Bahaya Hasad bagi Peradaban Manusia

Khutbah Pertama

Doa Pembuka
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan
nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat menghadiri sidang Jumat yang
penuh berkah ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Mengawali khotbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri khatib
sendiri agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa.
Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa adalah
jalan terang menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai kebajikan dan
kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya,
manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu ruh, akal, hati, dan nafs
(syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari
komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-
masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda.

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan
Allah. Akal berfungsi untuk berpikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi
untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan
dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan
kemarahan (nafs al-ammarah).

Bagi yang mampu mengendalikan 'jiwa tirani' (al-nafs al-ammarah) dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika
seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar
(pleasure principle), ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual,
manusia seharusnya mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan
kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan
kemaksiatan.
Artinya: "Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-
kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar." (HR. Abu Dawud).

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah
menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: "Dan dari kejahatan orang yang
dengki apabila dia dengki". (Q.S. Al-Falaq: 5)

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun,
keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang
lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak
terlihat secara kasat mata, efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, di antaranya:

1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur
nikmat).

2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak
nyaman atas kebahagiaan orang lain.

3. Munculnya ghibah, fitnah, dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam
keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.

4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka
waktu yang tak terbatas.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi
Saw, beliau bersabda:

ُ ‫ي نَ ْف‬
َ‫س ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه ال‬ َّ ُ‫ َحالِقَةُ ال ِّد ْي ِن الَ َحالِقَ ة‬، ُ‫ضا ُء ِه َي ا ْل َحالِقَة‬
ْ ‫ َوالَّ ِذ‬،‫الش ْع ِر‬ َ ‫ َوا ْلبَ ْغ‬، ‫ضا ُء‬ َ ‫ اَ ْل َح‬:‫َب ِإلَ ْي ُك ْم دَا ُء اُأْل َم ِم قَ ْبلَ ُك ْم‬
َ ‫س ُد َوا ْلبَ ْغ‬ َّ ‫د‬
ْ ‫َأ‬ ْ َ َ ‫ُأ‬ َ ‫َأ‬
َّ ‫ فالَ نَبُِّئ ُك ْم بِش َْي ٍء ِإذا ف َعلتُ ُم ْوهُ ت ََحابَ ْبتُ ْم؟ فشُوا ال‬،‫تُْؤ ِمنُ ْوا َحتَّى ت ََحابُّ ْوا‬
‫سالَ َم بَ ْينَ ُك ْم‬

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci
adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai?
Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR. Tirmizi)
Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain. Hasad
adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha untuk
menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh, yaitu
sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki
nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat
yang diberikan Allah kepadanya karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap
lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak
mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha' dan qadar
Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra: "Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian
dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas
hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya
senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat
itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha' dan qadar Allah".
(Al-Fawa’id, hal. 157).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut
menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa
menimbulkan kebencian sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada
saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab, ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah
Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan
cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya untuk
berbuat apa pun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri,
memfitnah, bahkan membunuhnya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali
persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian.

Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh
orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisasinya adalah
memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apa pun, untuk menjaga
keseimbangan hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa makin banyak kita bersyukur
kepada-Nya, justru Allah akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas.
َ ْ‫َواِ ْذ تَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَ ِٕىن‬
َ َ‫ش َك ْرتُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕىنْ َكفَ ْرتُ ْم اِنَّ َع َذابِ ْي ل‬
‫ش ِد ْي ٌد‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya
Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat". (QS: Ibrahim: 7)

Doa Penutup

Khutbah Kedua
Doa Pembuka
Isi dan Kesimpulan
Doa Penutup

Anda mungkin juga menyukai