Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENJAUHI AKHLAK TERCELA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Akidah Ahlak

Disusun Oleh:
Sri Marita H.

KELAS X IPS 3
MAN 1 MAJALENGKA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

taufik hidayah, serta kekuatan sehingga dapat menyelesaikan Tugas makalah tentang

“Menjauhi Akhlak Tercela”. Dengan selesainya tugas makalah ini kami ucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan tugas ini.

Kami menyadari dalam pembuatan tugas makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati, kami harapkan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah–mudahan tugas makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pihak yang

terkait.

Majalengka, Juli 2017

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah............................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Hasud ................................................................................................................. 3

B. Riya’ ................................................................................................................... 5

C. Aniaya ................................................................................................................ 7

D. Diskriminasi ....................................................................................................... 9

BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi hal pasti dan tidak bisa ditawar lagi, dalam diri manusia

ada yang namanya nafsu yang selalu mendorong jiwa pada hal yang negative dan

perbuatan yang jelek. Disadari atau tidak nafsu ini, adalah semacam energy

negatif yang terus memicu pada arah yang keji dan tidak diridhai oleh Allah

SWT.

Persoalan ini, sebenarnya bukan hal yang asing untuk di perbincangkan,

akan tetapi problem lawas yang sampai saat ini tetap saja aktual untuk selalu

dibahas dan selalu didiskusikan. Mengapa demikian? Tidak dapat dipungkiri lagi,

pergolakan akut dalam jiwa antara energi buruk dan energi baik senantiasa

bergejolak memimpin jalan hidup manusia. Konsekwensinya adalah siapakah

pemenang dari pergolakan tersebut maka dialah yang akan menjadi sebuah

karakter yang melekat pada setiap individual.

Dari hal inilah, hasil dari pergolakan tersebut akan menuai banyak

kerugian. Sebab jika yang menang adalah energi jelek yang didorong oleh hawa

nafsu atau tuntunan syetan, maka sudah bisa dipastikan akan menjadi boomerang

terhadap dirinya sendiri dan menjerumuskan pada kobaran api neraka yang sarat

dengan siksaan yang sangat pedih. Dalam hal ini sebisa mungkin bagaimana bias

mengantisipasi semaksimal mungkin akan terjadinya pergolakan dan

1
dimenangkan oleh energi jelek itu sendiri, sehingga bisa selamat dari pergolakan

dua energi itu. Bagaimana caranya hal itu dihasilkan?

Menjadi hal urgen, untuk meminimalisir terjadinya pergolakan adalah

tetapnya hati senantiasa ingat dan senantiasa bertafakkur terhadap kekuasaan

Allah SWT. sehingga dengan seperti itulah akan didapatkan kesadaran akan

kekuasaan Allah. Bukankah Allah mencipta segala sesuatu merupakan hal yang

perlu dikaji dan banyak hikmahnya?

B. Rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan Hasud, Riya, Aniyaya, Diskriminasi?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang pengertian Hasud, Riya, Aniyaya,

Diskriminasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasud

Hasud atau dengki adalah rasa atau sikap tidak senang terhadap

kabahagiaan atau kenikmatan yang diterima orang lain dan dia berusaha untuk

menghilangkannya atau mencelakakan orang lain tersebut, bahkan berusaha agar

nikmat tersebut berpindah kepadanya. Seseorang yang beriman kepada qadla’

dan qadar tentu tidak akan memiliki sikap dengki kepada orang lain, karena ia

menyadari bahwa semua itu terjadi atas kehendak dan kekuasaan Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Q.S An Nisa’ 54:

Artinya: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran

karunia, yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah

memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah

memberikan kepadanya kerajaan yang besar” (QS. An-Nisa (4): 54)

Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat hasud karena ia

termasuk sifat tercela dan dosa. Firman Allah SWT dalam Q.S An Nisa’ 32:

ٍ ‫ض ُك ْم َعلَى َب ْع‬
‫ض (النساء‬ َّ َ‫َوال تَتَ َمنَّ ْوا َما ف‬
َّ ‫ض َل‬
َ ‫َّللاُ ِب ِه َب ْع‬

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah

kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain” (QS. An-Nisa

(4): 32)

3
Bahaya akibat sikap hasud adalah:

1. Dapat merusak iman. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: ”Dengki (hasud) itu merusak iman sebagaimana Jadam merusak

madu.” (H.R. Daelami)

2. Dapat memutuskan persaudaraan dan menghapus segala kebaikan yang

pernah dilakukan” Rasulullah SAW bersabda:

‫ب (رواة ابوداود‬ ُ َّ‫ت َك َما تَا ْ ُك ُل الن‬


َ ‫ارال َح‬
َ ‫ط‬ َ ‫سدَ يَا ْ ُك ُل ْال َح‬
ِ ‫سنَا‬ َ ‫سدَ فَ ِا َّن ْال َح‬
َ ‫اِيا َّ كُ ْْم َوال َح‬

Artinya: ”jauhkanlah dirimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu

memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (H.R.

Abu Dawud)

3. Dapat menimbulkan kerugian atau bencana baik bagi pendengki maupun

orang yang didengki”. Itulah sebabnya di dalam AlQuran Surat Al-Falaq,

113: 1, 2, dan 5, orang-orang beriman diperintah untuk mohon perlindungan

kepada Allah SWT dari kejahatan sifat dengki (hasud)

4. Dapat merusak mental (hati) pendengki itu sendiri sehingga dalam kehidupan

merasa gelisah dan tidak tenteram”.

Dengan mengetahui kerugian atau bahaya yang ditimbulkan oleh sifat

hasud (dengki) dan mengingat akan kebesaran dan kekuasaan Allah maka

diharapkan pendengki-pendengki itu akan segera membuang jauh sifat dengki

yang ia miliki.

4
B. Riya’

Riya’ (pamer) ialah memperlihatkan suatu ibadah/perbuatan atau amal shalih

kepada orang lain, bukan karena Allah SWT, tetapi karena sesuatu kepentingan

yang lain.

“Riya’ atau sum’ah” adalah perbuatan tercela, karena ia merupakan syirik kecil

yang hukumnya haram. Sabda Nabi SAW:

ِّ ِ :َ‫سئِ َل َع ْنهُ فَقَال‬


‫الريَا ُء (رواه أحمد‬ ْ َ ‫ش ْركُ األ‬
ُ َ‫ ف‬،‫صغ َُر‬ ُ ‫ف َما أَخ‬
ِّ ِ ‫َاف َعلَ ْي ُك ْم ال‬ ُ ‫ا َ ْخ َو‬

Artinya : “Sesuatu yang aku takutkan yang akan menimpa kalian adalah syirik

kecil” Lalu Nabi ditanya tentang hal itu dan beliau bersabda: “Yaitu riya” (HR.

Ahmad)

Riya’ bisa terdapat dalam urusan keagamaan dan bisa pula dalam urusan

keduniaan. Riya ‘dalam urusan keagamaan, misalnya:

1. Seseorang memperlihatkan kepercayaannya kepada kebenaran agama Islam

dan seluruh ajarannya, padahal hatinya sebenarnya tidak percaya. Ia

memperlihatkan kepercayaannya itu bukan karena Allah tetapi karena ingin

memperoleh pujian dan keuntungan duniawi. Ia termasuk orang munafik.

2. Seseorang melakukan shalat berjamaah di mesjid dengan maksud bukan ingin

memperoleh keridloan Allah SWT, tetapi agar mendapat penilaian dari

masyarakat sebagai muslim yang taat. Orang seperti ini kalau berada

sendirian biasanya tidak mau mengerjakan shalat.

3. Riya’ dalam urusan keduniaan misalnya:

5
a. Seseorang memperlihatkan kesungguhan dan kedisiplinannya dalam

bekerja kepada atasannya, dengan tidak dilandasi nilai ikhlas karena

Allah SWT, karena ia ingin dinilai baik oleh atasannya, lalu pangkatnya

atau gajinya dinaikkan. Orang seperti ini bila pangkat atau gajinya tidak

naik tentu kerjanya akan bermalas-malas.

b. Setiap muslim (muslimah) dilarang bersikap dan berperilaku riya, karena

riya akan mendatangkan kerugian atau bencana baik bagi pelakunya, dan

mungkin juga bagi orang lain. Adapun kerugian atau bencana akibat riya

antara lain:

1) Para pejabat yang bermental jahat, apabila suka bersikap dan

berperilaku riya’, tentu ia akan melakukan perbuatan yang merugikan

rakyat, seperti korupsi. Orang-orang yang riya di bidang

kepercayaaan atau keimanan, sebenarnya merupakan orang-orang

munafik yang pada suatu saat akan menodai kesucian Islam dan

mencelakakan kaum muslimin.

2) Seseorang yang beribadah dan beramal saleh tidak dilandasi dengan

niat ikhlas karena Allah SWT tetapi tujuannya hanya untuk

kemasyhuran atau keuntungan dunia, maka di alam akhirat kelak ia

akan dicampakkan ke dalam neraka.

6
C. Aniaya

Aniaya menurut bahasa Sansekerta artinya perbuatan bengis, penyiksaan,

atau kedhaliman. Yang dimaksud aniaya (dhalim) adalah tidak adil (tidak

menempatkan sesuatu pada tempatnya atau tidak sesuai dengan ketentuan Allah

SWT). Aniaya adalah perbuatan yang sangat tidak manusiawi, sebagaimana

firman Allah SWT:

Artinya: “Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah

orang-orang yang zalim.” (Q.S. AI-Baqarah, 2: 229)

Aniaya (zalim) termasuk sifat tercela yang dibenci Allah dan dibenci

manusia serta termasuk perbuatan dosa yang dapat menjatuhkan martabat diri

pelakunya dan merugikan orang lain . Sifat aniaya atau zalim dapat dibagi

menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Aniaya kepada Allah SWT dengan cara tidak mau melaksanakan perintah

Allah yang wajib, dan meninggalkan larangan Allah yang haram (lihat Q.S.

Al-Baqarah, 2: 35 dan 254).

2. Aniaya terhadap Rasulullah denngan mengikuti sunnah-sunnah rasul, dia

membuat ajaran sendiri, membuat cara ibadah sendiri.

3. Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah (mengumpat), namimah

(mengadu domba), fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan, dan

melakukan pembunuhan (lihat Q.S. Annisa, 4: 30 dan 9; Al-Hujurat, 49: 11).

4. Aniaya terhadap binatang dengan cara memburu, membunuh, membiarkan

kelaparan dsb.

7
5. Aniaya terhadap diri sendiri, seperti membiarkan diri dalam kebodohan,

kemalasan, kemiskinan, kerusakan baik jasmani ataupun rohani dsb.

Akibat buruk dari sikap aniaya yang dialami si penganiaya adalah:

1. Tidak akan disenangi bahkan dibenci oleh masyarakat

2. Hidupnya tidak tenang karena dibayangi rasa takut dan rasa bersalah

3. Mencemarkan nama baik diri dan keluarga

4. Memiliki akibat hukum, misalnya dipenjarakan

5. Masuk neraka (lihat surat al-Ma’idah ayat 39)

Adapun keburukan bagi yang dianiya dan masyarakat adalah:

1. Mengalami kerugian dan bencana, misalnya sakit atau kehilangan nyawa

2. Tidak ada ketentraman di masyarakat

3. Semangat persatuan masyarakat menurun

Allah menurunkan adzab-Nya. Firman Allah SWT Qur’an Surat Yunus ayat 13:

َ‫ت َو َما كَانُوا ِليُؤْ ِمنُوا َكذَلِكَ نَجْ ِزي ْالقَ ْو َم ْال ُمجْ ِر ِمين‬
ِ ‫سلُ ُه ْم ِب ْال َب ِِّينَا‬ َ ‫َولَقَدْ أ َ ْهلَ ْكنَا ْالقُ ُرونَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َّما‬
ُ ‫ظلَ ُموا َو َجا َءتْ ُه ْم ُر‬

13 : ‫)(يونس‬

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum

kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, Padahal Rasul-rasul mereka telah

datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata,

tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi

pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa”( Q.S. Yunus 13)

8
D. Diskriminasi

Diskriminasi menurut kamus bahasa Indonesia berarti perbedan

perlakuan, menurut pengertian adalah perlakuan yang berbeda terhadap

seseorang atau sekelompok orang atau terhadap barang bahkan terhadap

binatang. Diskriminasi dapat terjadi karena adanya kebencian atau kecemburuan

yang mendalam yang mengakibatkan tidak senang, sehingga memperlakukan

berbeda terhadap yang tidak disukai tersebut. Sikap tersebut telah dikecam dalam

Q.S Al-Hujra 11.

‫سى أ َ ْن يَ ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن‬ َ ِ‫سى أ َ ْن يَ ُكونُوا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َوال ن‬
َ ِ‫سا ٌء ِم ْن ن‬
َ ‫ساءٍ َع‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال يَ ْسخ َْر قَو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع‬
َّ ‫ان َو َم ْن لَّ ْم َيتُبْ فَأُولَئِكَ ُه ُم ال‬
َ‫ظا ِل ُمون‬ ِ ‫وق َب ْعدَ اْ ِإل ْي َم‬
ُ ‫س‬ُ ُ‫س اال ْس ُم ْالف‬
َ ْ‫ب ِبئ‬ ْ ِ‫َوال ت َْل ِم ُزوا أ َ ْنفُ َس ُك ْم َوال تَنَابَ ُزوا ب‬
ِ ‫األلقَا‬

11 :‫)(الحجرات‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang

laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu

lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik . Dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-

orang yang zalim” (Q.S. Al-Hujrat 11).

Sifat diskriminatif menunjukan sikap dan fikiran yang sempit, sehingga

menimbukan kerugian-kerugian yang besar baik terhadap diri sendiri dan kepada

orang lain diantaranya adalah:

9
1. Mengakibatkan putusnya komunikasi antara keduanya.

2. Memutuskan ukhuwah Islamiyah

3. Menimbulkan persaingan yang tidak baik

4. Menimbulkan permusuhan antara keduanya.

5. Menghambat kemajuan IMTAQ dan IPTEK.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak tercela adalah akhlak/sifat yang tidak disukai oleh semua

manusia, dan juga dibenci oleh Allah SWT. untuk itu Allah SWT telah mengutus

para Nabi serta menurunkan kitab suci untuk memperbaiki akhlak manusia

sekaligus menjadi penuntun umat manusia menuju akhlakul karimah, agar

bahagia di dunia dan akhirat. Namun demikian masih banyak juga manusia

memiliki akhlak tercela, hal ini tidak lain adalah akibat dari kurangnya

pengetahuan agama dan lemahnya keimanan kepada Allah SWT. semoga kita

semua dijauhkan dari sifat yang demikian. Aamiin.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin lebih memahami tentang

akhlak tercela untuk mencari referensi tambahan melalui buku-buku yang

sekarang mudah didapat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Smith, Margaret. 2001. Mistikus Islam, Ujaran-Ujaran dan Karyanya. Surabaya:

Risalah Gusti.

Sirojd, Said Aqil. 2006. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, mengedepankan Islam

Sebagai Inpirasi Bukan Aspirasi. Jakarta: Mizan Pustaka.

Prof.Dr.M.Mutawalli Asy-Sya’rawi. 2000. Dosa Dosa Besar . gema insane press.

Jakarta.

USt. Drs. Moh. Saifulloh Al Aziz S. 2002. Fiqih Islam Lengkap pedoman hukum

ibadah umat islam dengan berbagai permasalahannya. Terbit terang. Surabaya

12

Anda mungkin juga menyukai