Janji Allah tentang imbalan di akhirat kelak, kepada mereka yang bersedekah:
Pertama, Allah swt telah menyiapkan tambahan rizqi bagi mereka yang
bersyukur. Ini merupakan janji Allah swt yang termaktub dalam al-Qur'an dalam ayat
yang berbunyi َدنَّ ُك ْم9 َك ْرتُ ْم َأل ِزي9 ش
َ لَِئن, jikalau engkau bersyukur pasti akan aku tambah
nikmatmu. Tambahan ni'mat di sini bersifat pasti.
Kedua, Allah swt siapkan pengabulan bagi mereka yang telah berdo'a. Ini juga
merupakan bukti dari janji Allah yang akan selalu mengabulkan do'a-do'a hambanya
ْ ا ْدعُونِي َأ.. (mintalah kalian kepada-Ku,
sebagaimana tercatat dalam al-Qur'an ستَ ِج ْب لَ ُك ْم
maka Aku akan mengabulkan (permintaan) kalian semua).
Akan tetapi, seringkali terbersit dalam hati sebuah pertanyaan. Mengapa
banyak do'a dan permintaan hamba yang tidak dikabulkan? Bukankah Allah berjanji
akan mengabulkan segala permintaan. Dan bukankah Allah tidak pernah menyalahi
janjinya (innallaha la yuhliful mi'ad). Lantas bagaimana kita memahami realita ini?
Seorang ulama menjelaskan bahwasannya Allah pasti akan mengabulkan
segala permohonan do'a hamba-Nya. Karena Allah itulah yang ia janjikan dalam al-
Qur'an, dan Allah bukanlah dzat yang mengingkari janji. Hanya saja yang harus
dimengerti bahwa tidak semua do'a dikabul dan diterimakan kepada hamba-Nya di
dunia ini. Kadang kala setengah dari permintaan itu dikabul di dunia dan setengah
sisanya nanti akan diberikan di akhirat. Atau bisa saja sepertiga di terima di dunia dan
dua pertiga dari permintaan itu akan dihibahkan oleh Allah diakhirat nanti.
Bukankah kita sering berdo'a memohon sesuatu yang hasilnya tidak seperti
yang kita inginkan. Kita kadang berdo'a agar diberikan motor baru, tetapi yang
diberikan oleh-Nya hanya motor bekas. Atau kadang kita meminta do'a agar memiliki
istri yang cantik dan shalehah, tetapi kita diberi istri yang shalehah saja. terkadang
juga sebaliknya, berharap kita memiliki anak shaleh dan Allah memberi kita anak
yang shaleh. Sebagaimana harapan kita memiliki hunian sederhana dan Allah
memberi kita rumah sederhana.
Demikianlah seharusnya cara kita memahami konsep ijabah dan do'a.
Yakinlah apa yang ditentukan Allah kepada kita saat ini adalah yang terbaik.
Percayalah bahwa di balik pemberian itu ada hikmah yang amat sangat besarnya.
Oleh karenanya, orang-orang sufi akan merasa sangat susah jika semua
permintaannya dikabulkan oleh Allah swt saat ini juga. Karena mereka berpikir,
apabila Allah mengabulkan segala permintaanku di dunia, lantas apakah yang akan
aku punya di akhirat nanti? Bukankah lebih baik 'melarat' di kehidupan dunia yang
sementara ini dari pada miskin di akhirat yang abadi nanti?
Pertanyaan dan kebimbangan semacam ini merupakan kewajaran bagi
manusia awam seperti kita. oleh karena itu Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya
memberikan ajaran yang sangat bagus untuk kita teladani, sebuah do'a yang berbunyi:
سَألك نفسا مطمئنة تؤمن بلقائك وترضى بقضائك وتقنع بعطائك
ْ اَلًل ُه ِم إنًى ًأ
(Allahumma inni As-aluka nafsan muth mainnatan tu'minu biliqo'ika wa tardho bi
qodho-ika wa taqna'u bi'athoika)
Ya Allah Aku sungguh memohon kepadamu jiwa yang tenang yang percaya akan
adanya kesempatan berjumpa dengan-Mu, dan (jiwa) yang rela atas segala
keputusan-Mu, dan (jiwa) yang lapang atas segala pemberian-MU.
Selanjutnya, Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Dirahmati Allah
Ketiga Allah swt siapkan ampunan bagi mereka yang beristighfar (meminta
ampun). Demikianlah sebiknya kita selalu beristighfar agar terbebas dari dosa-dosa
kecil yang tidak terhindarkan oleh jiwa awam kita yang sering kali timbul karena
lidah yang terpeleset, tangan yang jahil, hati yang dengki dan lain sebagainya.
Allah telah menyiapkan ampunan bagi hamba-hamabanya yang mau mengaku
bersalah dan meminta maaf kepada-Nya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda
ثم تُبتُم ؛ لتاب عليكم، لو أخطأتم حتى تبلُغ خطاياكم السماء
(lau akhtho'tum hatta tablugha khathoyakumus sama-a tsumma tubtum lataba
'alaikum)
Andaikan kalian berbuat salah, dan kesalahan itu mencapai tingginya langit,
kemudian engkau memohon ampunan, pastilah Allah mengampunimu semua.
Sayangnya, jarang sekali diri kita ini merasa salah dan berdosa, karena
menganggap apa yang kita lakukan adalah sebuah kebiasaan yang tidak mengandung
ma'syiat. Kita menganggap melihat gosip di media bukanlah dosa, padahal itu bentuk
lain dari ghibah. Kita merasa hanya sekedar mengkritik, padahal kritikan kita tanpa
bukti dan alasan yang kuat, itu merupakan miniatur dari fitnah. Kita menggap biasa
saja dengan pengeluaran belanja kita, padahal jika dipikir kembali apa yang telah kita
beli bukanlah barang-barang primer, bukankah itu bagian dari kemubadziran?
Astaghfirullahal 'adhim.
Keempat, Ma'asyiral Muslimin, Allah swt akan selalu membuka pintu yang
lebar (menerima) bagi mereka yang melakukan pertaubatan insaf dari kesalahan.
Tidak perlu hawatir mengenai dosa-dosa jikalau seseorang telah bertaubat pastilah
Allah akan menerima taubat itu. Sebuah hadits qudsi menjelaskan kepada kita
gambaran betapa Allah swt adalah Tuhan yang Maha-Maha Pemurah dan Penerima
taubat hamba-Nya:
مكتوب حول العرش قبل أن تخلق الدنيا بأربعة االف عام وانى لغفار لمن تاب وأمن وعمل صالحا ثم اهتدى
(maktubun haulal 'arsyi qabla an takhluqod dunya biarba'ati alafi 'aamin wa inni la
ghaffarrun liman taba wa amana wa amila shaliha stummah tada)
Telah tertulis di sekitar 'arasy (terhitung) 4000 tahun sebelum dunia tercipta
bahwa seseungguhnya Aku ini adalah Pengampun orang yang bertaubat dan
beriman lagi beramal shaleh, dan Akupun memberi petunjuk.
Memang bagi sebagian orang merasa bersalah itu mudah, tetapi bertekad
untuk tidak mengulanginya kembali dan memang tidak mengulanginya lagi adalah
sebuah kesulitan tersendiri. oleh karena itulah seringkali orang 'alim berdo'a kepada
Allah swt agar diberikan kesadaran untuk melakukan pertaubatan. Karena
kemampuan manusia untuk bertaubat datangnya hanya dari Allah swt. Bukankah
ampunan-Mu jauh lebih luas dari kesalahan Kami.
Kelima, Allah swt siapkan imbalan spesial bagi mereka yang bersedekah.
Imbalan itu sungguh spesial apabila sedekah yang dilakukan seorang hamba itu
semata karena Allah Ta'ala. Baik imbalan di dunia maupun di akhirat. Dalam sebuah
hadit diterangkan bahwa
ما من عبد تصدق بصدقة يبتغى بها وجه هللا اال قال هللا يوم القيامة عبدى رجوتنى فلن احقرك حرمت جسدك
على النار وادخل من أى أبواب الجنة شئت
(ma min abdin tashoddaqo bishodaqotin yabtaghi biha wajhallahi illa qolallahu
yaumal qiyamati abdi rojautani falan ahqiroka harramtu jasadaka 'alan nai wadkhul
min ayyi abwabil jannati syi'ta)
Tidak seorangpun yang bersedekah semata karena Allah, kecuali di hari kiamat
kelak Allah akan berkata "hambaku, kau mengharapkan-Ku, Aku pun tidak akan
membiarkanmu terbakar. Aku haramkan jasadmu terbakar api neraka. Dan Aku
persilahkan kau memilih pintu surga mana yang kau inginkan.
Begitulah janji Allah tentang imbalan di akhirat kelak, kepada mereka yang
bersedekah. Sedangkan imbadal di dunia ini sudahlah jelas, kita semua telah mengerti
bahkan seolah menjadi semboyan bahwa sedekah dapat menolak segala bala'
(kesialan). Assodaqatu tuhfi'ul bala'.
KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM
Oleh: Dr. Hj. Tutuk Ningsih, M.Pd.