Anda di halaman 1dari 11

KEUTAMAAN BERSEDEKAH

Oleh: Dr. Hj. Tutuk Ningsih, M.Pd.

ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوا‬


‫ش َه ُد‬ َ َ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ َ‫ َوا‬.‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح‬
ُّ ‫سانِ ِه َوال‬
‫سلِّ ْم‬ ْ َ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوا‬
َ ‫ص َحابِ ِه َو‬ َ ‫ص ِّل َعلَى‬
َ ‫ الل ُه َّم‬.‫ض َوانِ ِه‬ َ ِ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى ا‬
ْ ‫لى ِر‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫اَن‬
‫سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا اَ َّما بَ ْع ُد‬
ْ َ‫ت‬

Janji Allah tentang imbalan di akhirat kelak, kepada mereka yang bersedekah:
Pertama, Allah swt telah menyiapkan tambahan rizqi bagi mereka yang
bersyukur. Ini merupakan janji Allah swt yang termaktub dalam al-Qur'an dalam ayat
yang berbunyi ‫ َدنَّ ُك ْم‬9 ‫ َك ْرتُ ْم َأل ِزي‬9 ‫ش‬
َ ‫لَِئن‬, jikalau engkau bersyukur pasti akan aku tambah
nikmatmu. Tambahan ni'mat di sini bersifat pasti.
Kedua, Allah swt siapkan pengabulan bagi mereka yang telah berdo'a. Ini juga
merupakan bukti dari janji Allah yang akan selalu mengabulkan do'a-do'a hambanya
ْ ‫ا ْدعُونِي َأ‬.. (mintalah kalian kepada-Ku,
sebagaimana tercatat dalam al-Qur'an ‫ستَ ِج ْب لَ ُك ْم‬
maka Aku akan mengabulkan (permintaan) kalian semua).
Akan tetapi, seringkali terbersit dalam hati sebuah pertanyaan. Mengapa
banyak do'a dan permintaan hamba yang tidak dikabulkan? Bukankah Allah berjanji
akan mengabulkan segala permintaan. Dan bukankah Allah tidak pernah menyalahi
janjinya (innallaha la yuhliful mi'ad). Lantas bagaimana kita memahami realita ini?
Seorang ulama menjelaskan bahwasannya Allah pasti akan mengabulkan
segala permohonan do'a hamba-Nya. Karena Allah itulah yang ia janjikan dalam al-
Qur'an, dan Allah bukanlah dzat yang mengingkari janji. Hanya saja yang harus
dimengerti bahwa tidak semua do'a dikabul dan diterimakan kepada hamba-Nya di
dunia ini. Kadang kala setengah dari permintaan itu dikabul di dunia dan setengah
sisanya nanti akan diberikan di akhirat. Atau bisa saja sepertiga di terima di dunia dan
dua pertiga dari permintaan itu akan dihibahkan oleh Allah diakhirat nanti.
Bukankah kita sering berdo'a memohon sesuatu yang hasilnya tidak seperti
yang kita inginkan. Kita kadang berdo'a agar diberikan motor baru, tetapi yang
diberikan oleh-Nya hanya motor bekas. Atau kadang kita meminta do'a agar memiliki
istri yang cantik dan shalehah, tetapi kita diberi istri yang shalehah saja. terkadang
juga sebaliknya, berharap kita memiliki anak shaleh dan Allah memberi kita anak
yang shaleh. Sebagaimana harapan kita memiliki hunian sederhana dan Allah
memberi kita rumah sederhana.
Demikianlah seharusnya cara kita memahami konsep ijabah dan do'a.
Yakinlah apa yang ditentukan Allah kepada kita saat ini adalah yang terbaik.
Percayalah bahwa di balik pemberian itu ada hikmah yang amat sangat besarnya.
Oleh karenanya, orang-orang sufi akan merasa sangat susah jika semua
permintaannya dikabulkan oleh Allah swt saat ini juga. Karena mereka berpikir,
apabila Allah mengabulkan segala permintaanku di dunia, lantas apakah yang akan
aku punya di akhirat nanti? Bukankah lebih baik 'melarat' di kehidupan dunia yang
sementara ini dari pada miskin di akhirat yang abadi nanti?
Pertanyaan dan kebimbangan semacam ini merupakan kewajaran bagi
manusia awam seperti kita. oleh karena itu Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya
memberikan ajaran yang sangat bagus untuk kita teladani, sebuah do'a yang berbunyi:
‫سَألك نفسا مطمئنة تؤمن بلقائك وترضى بقضائك وتقنع بعطائك‬
ْ ‫اَلًل ُه ِم إنًى ًأ‬
(Allahumma inni As-aluka nafsan muth mainnatan tu'minu biliqo'ika wa tardho bi
qodho-ika wa taqna'u bi'athoika)
Ya Allah Aku sungguh memohon kepadamu jiwa yang tenang yang percaya akan
adanya kesempatan berjumpa dengan-Mu, dan (jiwa) yang rela atas segala
keputusan-Mu, dan (jiwa) yang lapang atas segala pemberian-MU.
Selanjutnya, Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Dirahmati Allah
Ketiga Allah swt siapkan ampunan bagi mereka yang beristighfar (meminta
ampun). Demikianlah sebiknya kita selalu beristighfar agar terbebas dari dosa-dosa
kecil yang tidak terhindarkan oleh jiwa awam kita yang sering kali timbul karena
lidah yang terpeleset, tangan yang jahil, hati yang dengki dan lain sebagainya.
Allah telah menyiapkan ampunan bagi hamba-hamabanya yang mau mengaku
bersalah dan meminta maaf kepada-Nya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda
‫ ثم تُبتُم ؛ لتاب عليكم‬، ‫لو أخطأتم حتى تبلُغ خطاياكم السماء‬
(lau akhtho'tum hatta tablugha khathoyakumus sama-a tsumma tubtum lataba
'alaikum)
Andaikan kalian berbuat salah, dan kesalahan itu mencapai tingginya langit,
kemudian engkau memohon ampunan, pastilah Allah mengampunimu semua.
Sayangnya, jarang sekali diri kita ini merasa salah dan berdosa, karena
menganggap apa yang kita lakukan adalah sebuah kebiasaan yang tidak mengandung
ma'syiat. Kita menganggap melihat gosip di media bukanlah dosa, padahal itu bentuk
lain dari ghibah. Kita merasa hanya sekedar mengkritik, padahal kritikan kita tanpa
bukti dan alasan yang kuat, itu merupakan miniatur dari fitnah. Kita menggap biasa
saja dengan pengeluaran belanja kita, padahal jika dipikir kembali apa yang telah kita
beli bukanlah barang-barang primer, bukankah itu bagian dari kemubadziran?
Astaghfirullahal 'adhim.
Keempat, Ma'asyiral Muslimin, Allah swt akan selalu membuka pintu yang
lebar (menerima) bagi mereka yang melakukan pertaubatan insaf dari kesalahan.
Tidak perlu hawatir mengenai dosa-dosa jikalau seseorang telah bertaubat pastilah
Allah akan menerima taubat itu. Sebuah hadits qudsi menjelaskan kepada kita
gambaran betapa Allah swt adalah Tuhan yang Maha-Maha Pemurah dan Penerima
taubat hamba-Nya:
‫مكتوب حول العرش قبل أن تخلق الدنيا بأربعة االف عام وانى لغفار لمن تاب وأمن وعمل صالحا ثم اهتدى‬
(maktubun haulal 'arsyi qabla an takhluqod dunya biarba'ati alafi 'aamin wa inni la
ghaffarrun liman taba wa amana wa amila shaliha stummah tada)
Telah tertulis di sekitar 'arasy (terhitung) 4000 tahun sebelum dunia tercipta
bahwa seseungguhnya Aku ini adalah Pengampun orang yang bertaubat dan
beriman lagi beramal shaleh, dan Akupun memberi petunjuk.
Memang bagi sebagian orang merasa bersalah itu mudah, tetapi bertekad
untuk tidak mengulanginya kembali dan memang tidak mengulanginya lagi adalah
sebuah kesulitan tersendiri. oleh karena itulah seringkali orang 'alim berdo'a kepada
Allah swt agar diberikan kesadaran untuk melakukan pertaubatan. Karena
kemampuan manusia untuk bertaubat datangnya hanya dari Allah swt. Bukankah
ampunan-Mu jauh lebih luas dari kesalahan Kami.
Kelima, Allah swt siapkan imbalan spesial bagi mereka yang bersedekah.
Imbalan itu sungguh spesial apabila sedekah yang dilakukan seorang hamba itu
semata karena Allah Ta'ala. Baik imbalan di dunia maupun di akhirat. Dalam sebuah
hadit diterangkan bahwa
‫ما من عبد تصدق بصدقة يبتغى بها وجه هللا اال قال هللا يوم القيامة عبدى رجوتنى فلن احقرك حرمت جسدك‬
‫على النار وادخل من أى أبواب الجنة شئت‬
(ma min abdin tashoddaqo bishodaqotin yabtaghi biha wajhallahi illa qolallahu
yaumal qiyamati abdi rojautani falan ahqiroka harramtu jasadaka 'alan nai wadkhul
min ayyi abwabil jannati syi'ta)
Tidak seorangpun yang bersedekah semata karena Allah, kecuali di hari kiamat
kelak Allah akan berkata "hambaku, kau mengharapkan-Ku, Aku pun tidak akan
membiarkanmu terbakar. Aku haramkan jasadmu terbakar api neraka. Dan Aku
persilahkan kau memilih pintu surga mana yang kau inginkan.
Begitulah janji Allah tentang imbalan di akhirat kelak, kepada mereka yang
bersedekah. Sedangkan imbadal di dunia ini sudahlah jelas, kita semua telah mengerti
bahkan seolah menjadi semboyan bahwa sedekah dapat menolak segala bala'
(kesialan). Assodaqatu tuhfi'ul bala'.
KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM
Oleh: Dr. Hj. Tutuk Ningsih, M.Pd.

ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوا‬


‫ش َه ُد‬ َ َ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ َ‫ َوا‬.‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح‬
ُّ ‫سانِ ِه َوال‬
‫سلِّ ْم‬ ْ َ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوا‬
َ ‫ص َحابِ ِه َو‬ َ ‫ص ِّل َعلَى‬
َ ‫ الل ُه َّم‬.‫ض َوانِ ِه‬ َ ِ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى ا‬
ْ ‫لى ِر‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫اَن‬
‫سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا اَ َّما بَ ْع ُد‬
ْ َ‫ت‬

Surga di bawah telapak kaki ibu, al-jannatu tahta aqdamil ummahati.


Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya akan kemuliaan kaum ibu.
Wanita dalam Islam mendapat tempat yang mulia, tidak seperti dituduhkan oleh
sementara masyarakat, bahwa Islam tidak menempatkan wanita sebagai 'kelas bawah'
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Kedudukan mulia kaum wanita itu ditegaskan dalam banyak hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagaimana dikisahkan:
َ‫ص َحابَ ٍة قَا َل ُأ ُّم َك قا َ َل ثُ َّم َمنْ قَا َل ثُ َّم ُأ ُّم َك قَا َل ثُ َّم َمنْ قَا َل ثُ َّم ُأ ُّمك‬
َ ‫س ِن‬ ِ ‫ق النَّا‬
ْ ‫س بِ ُح‬ ُّ ‫َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّبِ ِّي فَقَا َل َمنْ َأ َح‬
)‫سلِ ٌم‬ ُّ ‫قَا َل ثُ َّم َمنْ قَا َل ثُ َّم َأبُ ْو َك ( َر َواهُ ا ْلبُ َخا ِر‬
ْ ‫ي َو ُم‬
"Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw.. Kemudian bertanya: "Siapakah manusia
yang paling berhak untuk dihormati?", Nabi menjawab:"Ibumu", kemudian siapa
Wahai Nabi?, "Ibumu" jawab Nabi lagi, "kemudian siapa lagi Wahai Nabi?:" Ibumu"
kemudian siapa Wahai Nabi? "bapakmu", jawab Nabi kemudian." (HR. Bukhari
Muslim)Islam memberikan hak wanita yang sama dengan laki-laki untuk
memberikan pengabdian yang sama kepada agama, nusa, bangsa dan negara. Ini
ditegaskan dalam al-Mukmin ayat 40
‫صالِحا ً ِّمن َذ َك ٍر َأ ْو ُأنثَى َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ فؤلئك يدخلون الجنة يرزقون فيها بغير حساب‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
"Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan
sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi
rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. al-Mukmin: 40)
Betapa Islam telah meruntuhkan batasan antara laki-laki dan perempuan
apalagi dalam hal amal peribadatan. Tidak ada pilih kasih, dalam Islam antara laki-
laki dan perempuan. Allah swt akan selalu merespon doa'-do'a dan permohonan kaum
muslim baik lelaki maupun perempuan. semua doa itu akan didengarkan oleh-Nya.
Begitulah janji-Nya dalam Ali Imran ayat 195.
ُ ‫ضي ُع َع َم َل عَا ِم ٍل ِم ْن ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم ِمنْ بَ ْع‬
‫ض‬ ِ ‫اب لَ ُه ْم َربُّ ُه ْم َأنِّي ال ُأ‬ ْ ‫فَا‬
َ ‫ست ََج‬
"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakkan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain." (QS. Ali Imran: 195)
Demikianlah Islam memposisikan perempuan, bahkan Rasulullah saw
mengajarkan bahwa manusia baik lelaki maupun perempuan semuanya setara laksana
gigi sisir yang rata.
ُّ ‫ش ِط ( َر َواهُ َأ ْح َم ُد َوَأبُو‬
‫الزبَ ْي ِر‬ ْ ‫سيَةٌ َكَأ‬
ْ ‫سنَا ِن ا ْل ُم‬ ِ ‫س َوا‬ ُ َّ‫الن‬
َ ‫اس‬
"Manusia itu sama dan setara laksana gigi sisir." (HR. Ahmad dan Abu al-Zubair)
Jama'ah Juam'ah yang Berbahagia,
Ayat dan hadis di atas adalah bukti pengakuan Islam terhadap hak-hak wanita
secara umum dan anugerah kemuliaan dari Allah Swt. Persoalan yang muncul
kemudian bahwa sekalipun Islam telah mendasari penyadaran integratif tentang
wanita tidak berbeda dalam beberapa hal dengan laki-laki, pada kenyataannya
prinsip-prinsip Islam tentang wanita tersebut telah mengalami distorsi. Kita tidak bisa
menutup mata bahwa masih banyak manusia yang mencoba mengingkari kelebihan
yang dianugerahkan Allah Swt. kepada wanita.
Pengaruh kultur yang masih bersifat patrilineal dan kenyataan pada tingkat
perbandingan proporsional antara laki-laki dan wanita ditemukan bahwa laki-laki
(karena kondisi, sosial dan budaya) memiliki kelebihan atas wanita. Yang pada
gilirannya telah menafikan atau mengurangi prinsip-prinsip mulia tentang wanita.
Oleh karena itulah maka di tengah-tengah arus perubahan yang menggejala di
berbagai belahan dunia yang pada prinsipnya menuntut kembali hak-hak sebenarnya
dari wanita, maka umat Islam perlu meninjau dan mengkaji ulang anggapan-
anggapan yang merendahkan wanita karena distorsi budaya, berdasarkan prinsip-
prinsip kemuliaan Islam atas wanita. Harus diakui bahwa memang ada perbedaan
fungsi laki-laki yang disebabkan oleh perbedaan kodrati/fitri. Sementara di luar itu
ada peran-peran non kodrati dalam kehidupan bermasyarakat yang masing-masing
(laki-laki dan perempuan) harus memikul tanggungjawab bersama dan harus
dilaksanakan dengan saling mendukung satu sama lain. Sebagaimana firman Allah
Swt.:
ِ ‫ض يَْأ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬
‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُمن َك ِر‬ ٍ ‫ض ُه ْم َأ ْولِيَاء بَ ْع‬
ُ ‫ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ َوا ْل ُمْؤ ِمنَاتُ بَ ْع‬
"Dan orang-orang laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari
yang mungkar..." (QS. al-Taubah : 71)
Peran domestik wanita yang hal itu merupakan kesejatian kodrat wanita
seperti; sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, hamil,
melahirkan, menyusui, dan fungsi-lain dalam keluarga yang memang tidak mungkin
digantikan oleh laki-laki, Firman Allah Swt.
ُّ ‫ب لِ َمن يَشَاء‬
‫الذ ُكو َر‬ ُ ‫ب لِ َمنْ يَشَاء ِإنَاثًا َويَ َه‬
ُ ‫يَ َه‬
"Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. As-
Syura :49)
Mengatasi itu semua, Islam pun telah mengatur hak dan kewajiban wanita
dalam hidup berkeluarga yang harus diterima dan dipatuhi oleh masing-masing
(suami istri).Akan tetapi ada peran publik wanita, di mana wanita sebagai anggota
masyarakat, wanita sebagai warga negara yang mempunyai hak bernegara dan
berpolitik, telah menuntut wanita harus melakukan peran sosialnya yang lebih tegas,
transparan dan terlindungi.
Dalam konteks peran-peran publik menurut prinsip-prinsip Islam, wanita
diperbolehkan melakukan peran-peran tersebut dengan konsekuensi bahwa ia dapat
dipandang mampu dan memiliki kapasitas untuk menduduki peran sosial dan politik
tersebut.
Maka dengan demikian, kedudukan wanita dalam proses sistem negara-
bangsa telah terbuka lebar, terutama perannya dalam masyarakat majemuk ini,
dengan tetap mengingat bahwa kualitas, kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas
bagaimanapun, harus menjadi ukuran, sekaligus tanpa melupakan fungsi kodrati
wanita sebagai sebuah keniscayaan.
Partisipasi wanita dalam sektor non kodrati merupakan wujud tanggungjawab
kita bersama dalam ikut memprakarsai transformasi kultur, kesetaraan yang pada
gilirannya mampu menjadi dinamisator pembangunan nasional dalam era globalisasi
dengan memberdayakan wanita Indonesia pada proporsi yang sebenarnya. Jangan
malah sebaliknya, menjadikan perempuan salah satu kambing hitam kemajuan dalam
kehidupan kita. sesungguhnya hanya orang yang hinalah yang menghinakan
perempuan dan mereka yang memuliakan perempuan pastilah orang yang mulia. ma
ahannahunna illa ahinun, wa ma akramahunna illa karimun
EMPAT AMAL PALING BERAT UNTUK DILAKUKAN SEORANG MUSLIM
Oleh: Dr. Hj. Tutuk Ningsih, M.Pd.

ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوا‬


‫ش َه ُد‬ َ َ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ َ‫ َوا‬.‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح‬
ُّ ‫سانِ ِه َوال‬
‫سلِّ ْم‬ ْ َ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوا‬
َ ‫ص َحابِ ِه َو‬ َ ‫ص ِّل َعلَى‬
َ ‫ الل ُه َّم‬.‫ض َوانِ ِه‬ َ ِ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى ا‬
ْ ‫لى ِر‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫اَن‬
‫سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا اَ َّما بَ ْع ُد‬
ْ َ‫ت‬
Saya ingin memaparkan empat macam amal yang menurut Sayyidina Ali
Karramallahu Wajhah dianggap paling berat untuk dilakukan seorang muslim. Imam
Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk
dilakukan. Pertama adalah al'afwu 'indal ghadhab memberi maaf ketika dalam
keadaan emosi. Memberikan maaf bukanlah hal yang mudah apalagi ketika dalam
keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah saw pernah mengajari para sahabat untuk
mengambil air wudhu untuk meredamkan marah. Karena marah merupakan bentuk
lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air
wudhu.
َ ِ‫ش ْيطَانَ ُخل‬
ْ‫ق ِمن‬ ِ َ‫ش ْيط‬
َّ ‫ َوِإنَّ ال‬، ‫ان‬ َ ‫ ِإنَّ ا ْل َغ‬: ‫سلَّ َم‬
َّ ‫ض َب ِمنْ ال‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ عَنْ َجدِّي َع ِطيَّةَ قَا َل‬،
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬
‫ضْأ‬ ِ ‫ فَِإ َذا َغ‬، ‫ َوِإنَّ َما تُ ْطفَُأ النَّا ُر بِا ْل َما ِء‬، ‫النَّا ِر‬.
َّ ‫ض َب َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليَتَ َو‬
Demikianlah kondisi manusia ketika marah yang sulit sekali mengendalikan
diri, oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah masih bisa memberikan
maaf kepada orang lain, maka sungguh itulah amal yang berat.
Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan
emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah
hadits yang berbunyi:
‫من كف غضبه كف هللا عنه عذابه‬
Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan
mengendalikan (menjauhkan ) siksa-Nya.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Amal berat kedua adalah al juudi fil 'usroh menjadi pemurah dan dermawan
ketika kondisi 'saku' (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi
dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi
keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan
sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
‫س بَ ِعي ٌد ِمنْ النَّا ِر‬ ٌ ‫يب ِمنْ ا ْل َجنَّ ِة قَ ِر‬
ِ ‫يب ِمنْ النَّا‬ ٌ ‫يب ِمنْ هَّللا ِ قَ ِر‬
ٌ ‫س ِخ ُّي قَ ِر‬
َّ ‫ال‬
Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat dengan
masyarakatnya dan jauh dari neraka
Hadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan
rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt,
maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar,
lebih-lebih dalam kondisi sesak.
Ketiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan
haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini
merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan
ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di
lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain
akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
‫ والعمل ألجلهم شرك‬، ‫قول ابن العياض; ترك العمل ألجل الناس رياء‬
Ibnu Iyadh, bahwa tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan
melakukan sesuatu karena manusia adalah syirik
Jama'ah Rahimakumullah
Keempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang
di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. Jelas sekali materi terakhir ini
berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan
atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal
yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicaa itu adalah orang yag ditakuti
kareha hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke
eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat
kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan.
Dengan demikian materi keempat ini sesuai dengan peribahasa:
‫قل الحق ولو كان مرا‬
Katakanlah kebenaran waluapun pahit adanya.
Demikianlah tausiah kali ini, meskipun sekelumit semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai