Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASBABUN NUZUL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampuh : Enjen Zaenal Mutaqin M.Ud.

DISUSUN OLEH :

Diva Amalia Fauzi (2017202054)

Sherly Faozy Putri (2017202085)

M.imam Ngali (2017202076)

Nasriah Hanimi (2017202092)

Lina Diyaul Haq (2017202066)

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan yang baik sehingga makalah yang berjudul
ASBABUN NUZUL ini bisa selesai pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto,5 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang diwahyukan
secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Pengembangan studi keislaman
yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh di antaranya dengan pendekatan sosio-
historis. Aplikasi pendekatan tersebut memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna
substansial dalam al-Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
menurut sebab turunnya ayat. Pertama, ayat yang turun dengan adanya sebab. kedua, ayat
yang turun tanpa sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang
menceritakan umat terdahulu, berita-berita alam ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian
alam kebagkitan, keadaan hari kiamat dan sebagainya.

Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya
menurut islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu
yang belum mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk
mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk menjelaskan atau
menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan yang muncul tersebut. Jawaban dari
alQur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Itulah yang kemudian disebut
dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya ayat-ayat al-Qur’an. Untuk lebih
mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an secara utuh maka lebih utama jika mengetahui
tentang Asbabun Nuzul. Pengenmbangan studi keislaaman yang berkaitan dengan al-Qur’an
dapat ditempuh diantaranya dengan pendekatan Sosio-historis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu Asbabun Nuzul?
3. Bagaimana Fungsi asbabun nuzul dalam memahami Al-Qur’an?
4. Bagaimana Urgensi Asbabun Nuzul?
5. Macam-macam Asbabun Nuzul?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Asbabun Nuzul
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul
3. Mengetahui Fungsi Asbabun Nuzul
4. Mengetahui urgensi Asbabun Nuzul
5. Mengetahui Macam-macam Asbabun Nuzul
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ASBABUN NUZUL


Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.Secara
etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun
Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-
wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.
Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai
sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad
SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang
membutuhkan jawaban.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya:

Menurut Az-Zarqani : “Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubunganya dengan turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu
terjadi.”

Ash-Shabuni : Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya
satu atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.

Shubhi Shalih : “Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat. Al-qur’an (ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”

Mana’ al-Qhathan:

‫اَوْ ُس َؤالٍ َكحا َ ِدثَ ٍة ُوقُوْ ِع ِه َو ْقتَبِ َشأْنِ ِه قُرْ آنٌماَنُ ِز َل‬.

Artinya: “Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an


berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”

Al-Wakidy: Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya”
itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat


beragam, di antaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi amtara suku Aus
dan suku Khazraj, Kesalahan besar seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami
sholat dalam keadaan mabuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang
sahabat kepada Nabi baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan
terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak,
ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama’. Sebagian ulama’ berpendapat
bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada
yang melatar belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan
dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).

Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang
menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya Al-Qur’an
merupakan latar belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul
merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-
Qur’an memiliki sebab-sebab yang melatar belakanginya.

2. SEJARAH PERKEMBANGAN ASBABUN NUZUL

Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting
untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk
mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat
atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan
demikian pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat
hukum, mereka memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil
kesimpulan.

Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak
lepas dari jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya
membahas segala ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an. Diantaranya yang terkenal yaitu
Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-Ja’bary yang meringkas
kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang sebuah kitab mengenai asbabun
nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab Lubabun Nuqul fi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab
yang sangat memadai dan jelas serta belum ada yang mengarang.

3. FUNGSI ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN


Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah untuk memahami
ayat Al-Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal, atau sekedar
memahami maksud ayat. Tidak mungkin memahami kandungan makna suatu ayat tanpa
mengetahui sebab turunnya ayat tersebut.
Al Wahidi menjelaskan: “Tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa
mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat, “Keterangan sebab
nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah
mengatakan: “Mengetahui sebab nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena
mengetahui sebab menimbulkan pengetahuan mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 158 yang artinya,
“Sesungguhnya Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang
siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya untuk
mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha
Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab
ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya
“kewajiban.” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena berpegang pada arti
tekstual ayat itu.
4. URGENSI ASBABUN NUZUL

Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul
dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap


pesan ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.
5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu
ke dalam hati orang yang mendengarnya.
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.
7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah
dalam menjalankan misi risalahnya.
8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan
dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.

Mengetahui Asbabun nuzul menurut sebagian ulama ada beberapa manfaat


mengetahui dan memahami asbabul nuzul. Diantara ulama yang berpendapat seperti itu
adalah:
1. Ibnu Al-daqiq (w. 702 H), Menyatakan bahwa mengetahui Asbabul Nuzul ayat
merupakan metode yang utama dalam memahami pesan yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
2. Ibnu Taimiyah (w. 726), Menyatakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul  akan
membantu dalam memahami  ayat Al-Qur’an, karena mengetahui sebab maka
mengetahui musabab.
3. Al-Wahidi (w. 427 H), Menyatakan sebagaimana dikutip oleh As-Sayuthi bahwa
tidak mungkin seseorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa mengetahui sejarah
turunnya dan latar belakang masalahnya.
Selain yang disebutkan di atas, memahami asbab al-nuzul dengan baik akan
memberi manfaat juga sebagai berikut:
A. Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya sebuah hukum dan perhatiaan syari’at
terhadap kepentingan umum tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama.
B. Mengetahui asbab al-nuzul  dapat membantu dalam mendapatkan kejelasan tentang
beberapa ayat.
C. Akan membantu seseorang untuk melakukan pengkhususan hukum terbatas pada
sebab-sebab tertentu, terutama ulama-ulama yang menganut kaidah-kaidah khusus.
D. Pemahaman asbab al-nuzul dapat membantu seseorang lebih memahami apakah suatu
ayat berlaku umum atau berlaku khusus, serta dalam hal apa ayat itu harus diterapkan.

5. MACAM-MACAM ASBABUN NUZUL


 Banyaknya nuzul dengan satu sebab

Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak
ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai
surat berkenaan dengan satu peristiwa. Contohnya ialah apa yang di riwayatkan oleh Said bin
Mansur, ‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn jarir, Ibnul Munzir, Ibn Abi Hatim, tabrani, dan Hakim
yang mengatakan shahih, dari Ummu salamah, ia berkata : “Rasullullah, aku tidak
mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah
menurunkan : maka tuhan mereka memperkenankan permohonanya (dengan firman) :
“Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu,
baik laki-laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain... (Ali ‘Imran [3]:195).

Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan Ibn
Mardawih dari Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya : Rasulullah,
mengapa kami tidak disebutkan dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ? maka suatu harti aku
dikejutkan oleh suara Rasulullah diatasa mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35 Surat al-Ahzab.”

Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang mengatakan: “Kaum laki-
laki berperang sedang kaum perempuan tidak. Disamping itu kami hhanya memperoleh
warisan setengah bagian? Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan terhadap apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih
banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian dari apa yang
mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat : sesungguhnya laki-laki dan perempuan
yang muslim..” ketiga ayat tersebut turun ketika satu sebab.

 Penurunan ayat lebih dahulu daripada sebab

Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan


mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul yang
dinamakan “penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum maksudnya.” Contoh yang
diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu,
kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal tersebut menunjukan bahwa ayat itu
diturunkan dengan lafadz mujmal (global), yang mengandung arti lebih dari satu, kemudian
penafsiranya dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu
pada hukum yang datang kemudian.

Misalnya firman Allah : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri


(dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil untuk zakat fitrah. Diriwayatkan
oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa ayat itu turun berkenaan dengan
zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah), kemudian dengan isnad yang marfu’ Baihaqi meriwayatkan
pula keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti maksud
pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul fitri
dan zakat.”

Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja mendahului hukumnya,
seperti firman Allah : Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini, dan kaum (Muhammad)
bertempat di kota ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya di Makkah,
sehingga Rasulullah berkata : “Aku menempati pada siang hari.”

 Beberapa ayat turun mengenai satu orang

Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-qur’an
pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai setiap
peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya
peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti kepada
kedua orang tua. Dari sa’d bin Abi Waqqas yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an
turun berkenaan denganku. Pertama, ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan
dan minum sebelum aku meninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya dan pergauilah
keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).

Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata
kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka turunlah : mereka
bertanya kepadamu tenytang pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).

Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian aku
bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku
mewasiatkan separuhnya?” Rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu
dibolehkan.

Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum Ansor,
seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada
Rasulullah , maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan minum khamr.”

 Macam-macam Asbabun An-Nuzul Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi(Cara dan


Gaya menyusun kata) yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul:
1. Sharih (visionable/jelas)
2. Muthamilah(impossible/kemungkinan)

 Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Satu Asbab An-Nuzul

1. Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud al-Sabab wa Nazil al-Wahid)
2. Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud al-Nazil wa As-sabab al-wahid)
BAB III

PENUTUP

Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk mengetahui lebih
jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat
membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya
membahas garis besarnya saja tentang ulumul quran dan hanya membahas lebih dalam
tentang asbabun nuzul.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah
selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu. Ulumul Qur’an. Jakarta: Amzah, 2005.


Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an. Bandung: Tafakur, 2011.
Anwar .Rosihon.2013.”Ulum Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia
Didin saefuddin Buchori,2005. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an: Bogor:
Granaada Pustaka
M.Yusuf,Kadar. 2014.”Studi Al-Qur’an” . Jakarta: Amzah
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qur’an. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.

Anda mungkin juga menyukai