PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian mengandung kausalitas dan
hikmah. Ada sebab dan ada akibat, disamping bertujuan. Mustahil suatu cita-cita
berhasil hanya dengan modal hayal dan bermalas-malas, tanpa suatu kerja dan usaha.
Maka wajib ada faktor usaha atau ikhtiar dan bertanggungjawab dari manusia.
Kepercayaan pada takdir memberikan keseimbangan jiwa, tidak berputus asa karena
sesuatu kegagalan dan tidak pula membanggakan diri atau sombong karena
kemujuran, sebab segala sesuatu tidak hanya bergantung pada diri sendiri, malainkan
juga kepada keharusan universal, mengembalikan segala sesuatu pada Allah SWT.
“agar kamu tidak berputus asa atas kemalangan yang menimpamu, dan tidak pula
terlalu bersuka ria dengan kemujuran yang datang padamu” (QS. Al-Hadid (57): 23)
Kesiapan yang berimbang antara mendapatkan nikmat dan niqmah (cobaan)
inilah yang harus dimiliki oleh semua orang. Namun sering kali manusia hanya siap
untuk menerima nikmat, dan tidak siap untuk menerima cobaan dan ujian Allah swt,
disinilah diperlukan adanya Ridho dalam menerima semua ketentuan Allah SWT.
Ridha merupakan makom atau stasiun-stasiun yang harus dilewati oleh seorang
salik (pencari jalan Tuhan) setelah ia dapat melewati fase taubat, sabar, kefakiran,
zuhud, tawakal, dan cinta (Amin Syukur: 1999: 49).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ridha?
2. Apa saja dalil naqli yang menjelaskan tentang ridha?
3. Apa karakteristik sikap, bentuk perilaku, dan nilai positif dari ridha?
4. Bagaimana membiasakan ridha dalam Kehidupan sehari-hari?
5. Apa hikmah berperilaku ridha?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian ridha.
2. Untuk mengetahui dalil naqli yang menjelaskan tentang ridha.
3. Untuk mengetahui karakteristik sikap, bentuk perilaku, dan nilai positif dari
ridha.
4. Untuk mengetahui bagaimana membiasakan ridha dalam kehidupan sehari-hari.
5. Untuk mengetahui hikmah berperilaku ridha.
D. Hadits Qudsi
للاُ قال: ص ِب ْر ول ْم ما ِئ ْيَْ ِبنِع ي ْش ُك ْر ول ْم ِبقضا ِئ ْي ي ْرضى ل ْم م ْن
ْ ِببال ِئ ْي ي
ْف ْلي ْخ ُرج
طلُبْ سما ِئ ْي ت ْحت ْ ربًّا و ْلي
ِسوائِ ْي
Artinya: “Allah berfirman kepada rasul SAW: Barangsiapa yang tidak ridha atas
segala hukum perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak
bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala
cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang selama ini
engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah Tuhan lain selain diri-Ku
(Allah)”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak
diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang
dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu
dilakukan oleh seorang muslim. Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar
merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian,
sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah SWT.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan
tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa
ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun.
Namun ada beberapa pendapat mengatakan ridha kepada perintah orang tua
juga ridha kepada peraturan atau Undang-undang negara.
a) Ridha Kepada Perintah Orang Tua
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk
ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada
keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 yang
artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14). Bahkan Rasulullah bersabda :
“Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah
tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua 4
dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij,
walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya
tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
2. Saran
Sebagai seorang manusia tentunya kita harus mempunyai sifat ridha, karena
dengan adanya sifat ridho, kita bisa belajar tentang arti kesabaran. Sikap ridho juga
sangat bermanfaat dalam melatih kesabaran. Semua yang terjadi di dalam kehidupan
kita memang sudah diatur oleh Allah SWT. Maka jika memang tidak sesuai denga
kenyataan, kita harus belajar bersabar dan ridho terhadap keputusan Allah SWT.
http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/definisi-penjelasan-ridha-dalam-tasawuf/#.UmkqUaKQbzY
http://gerbangilmuduniaku.blogspot.com/2013/01/makalah-adil-ridho-amal-dhaleh.html
http://menaraislam.blogspot.com/2012/05/akan-tetap-ridha.html