Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RIDHO

Kelompok 3
Disusun Oleh:
Amelia Agustin (220205013)

Dosen Pengampu:
Darsi Ahmadan, M.H

Fakultas: Eonomi dan Bisnis Islam


Prodi: Perbankan Syariah
Program Studi: Ahlu Sunnah Wal jama’ah II

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QURAN AL ITIFAQIAH


INDRALAYA
OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur panjatkan kehadirat ALLAH Swt, yang telah
melimpahkan Rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dalam
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Ridho” Dan tidak lupa pula
shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar
Muhammad S.W.T yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
benderang yakni agama islam.

Makalah ini telah penulis susn dengan semaksimal mungkin agar pembaca
memahami makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Dan penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari dari sempurna,
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon kritik dan saran
guna perbaikan dalam pembuatan makalah sebelumnya. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah tentang Ridho dapat memberikan manfaatn maupun
inspirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3
2.1 Pengertian Ridho ..................................................................................3
2.2 Dalil Naqli Tentang Ridho....................................................................4
2.3 Karakteristik Sikap, Bentuk Perilaku, dan Nilai Positif Dari Ridho.....7
2.4 Membiasakan Ridho Dalam Kehidupan Sehari-hari............................14
2.5 Hikma Berperilaku Ridho.....................................................................14
BAB III PENUTUP ........................................................................................16
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................16
3.2 Saran ....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian mengandung kausalitas
danhikmah. Ada sebab dan ada akibat, disamping bertujuan. Mustahil suatu
cita-cita berhasil hanya dengan modal hayal dan bermalas-malas, tanpa suatu
kerja dan usaha.Maka wajib ada faktor usaha atau ikhtiar dan
bertanggungjawab dari manusia.Kepercayaan pada takdir memberikan
keseimbangan jiwa, tidak berputus asa karenasesuatu kegagalan dan tidak pula
membanggakan diri atau sombong karenakemujuran, sebab segala sesuatu
tidak hanya bergantung pada diri sendiri, malainkan juga kepada keharusan
universal, mengembalikan segala sesuatu pada Allah SWT.“agar kamu tidak
berputus asa atas kemalangan yang menimpamu, dan tidak pulaterlalu
bersukaria dengan kemujuran yang datang padamu” (QS. Al-Hadid (57): 23)

Kesiapan yang berimbang antara mendapatkan nikmat dan niqmah


(cobaan)inilah yang harus dimiliki oleh semua orang. Namun sering kali
manusia hanya siapuntuk menerima nikmat, dan tidak siap untuk menerima
cobaan dan ujian Allah swt,disinilah diperlukan adanya Ridho dalam
menerima semua ketentuan Allah SWT.

Ridha merupakan makom atau stasiun-stasiun yang harus dilewati oleh


seorangsalik (pencari jalan Tuhan) setelah ia dapat melewati fase taubat,
sabar, kefakiran,zuhud, tawakal, dan cinta (Amin Syukur: 1999: 49).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian ridha?
b. Apa saja dalil naqli yang menjelaskan tentang ridha?

iv
c. Apa karakteristik sikap, bentuk perilaku, dan nilai positif dari ridha?
d. Bagaimana membiasakan ridha dalam Kehidupan sehari-hari?
e. Apa hikmah berperilaku ridha?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian ridho.
b. Untuk mengetahui dalil naqli yang menjelaskan tentang ridho.
c. Untuk mengetahui karakteristik sikap, bentuk perilaku, dan nilai
positif dari ridho.
d. Untuk mengetahui bagaimana membiasakan ridho dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Untuk mengetahui hikmah berperilaku ridho.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ridho


Kata ridha berasal dari bahasa arab, radhiya yang artinya senang hati
(rela). Ridha menurut syariah adalah menerima dengan senang hati
atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hukum (peraturan-
peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.
Sikap ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun
tatkala ditimpa musibah. Adapun beberapa pengertian ridha, yaitu:
a. Menurut W.J.S Purwadarminta dalam KBBI diartikan rela, suka,
dan senang hati. Sedangkan secara istilah yaitu perasaan lega atu
kepuasan seseorang terhadap hasil prestasi yang diraihnya atau
keputusan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai takdirnya,
dan atau pihak lain yang harus diterima sesuai prinsip keadilan.
b. Menurut Imam Gozali, ridha adalah segala keputusan Allah
SWT, merupakan puncak keindahan akhlak. Orang yang berhati
ridha pada Allah juga memiliki sikap optimis, lapang dada,
kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan
lebih dari itu, yaitu memandang baik, sempurna, penuh hikmah,
semua yang terjadi sudah dalam rancangan dalam ketentuan
Allah.
Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat kerusakan di muka
bumi ini, mereka selalu ridha apabila melakukan perbuatan yang
Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang apabila
meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini mereka perbuat,
dengan kata lain merasa puas hati apabila aktivitas hidupnya bisa
membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap
sesamanya. Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu

vi
yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah menjerat dirinya
dalam perbuatan dosa.
Lebih jelas Allah telah menjelaskan dalam surah At-Taubah ayat 96:
‫َفِاَّن الّٰل اَل ٰضى ِن اْلَق ِم‬ ‫ْۚم ِا‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬
‫َه َيْر َع ْو‬ ‫ْحَي ُفْو َن َلُك ْم َتْر َض ْو ا َعْنُه َف ْن َتْر َض ْو ا َعْنُه ْم‬
‫ِس ِق‬
‫اْلٰف َنْي‬
Artinya: “Mereka akan bersumpah kepadamu agar kamu rida kepada
mereka. Namun, sekalipun kamu rida kepada mereka, sesungguhnya
Allah tidak akan rida kepada kaum yang fasik”.
Q.S Surah Al-Baqarah Ayat 155-156:

‫َو َلَنْبُلَو َّنُك ْم ِبَش ٍء ِّم َن اَخْلْو ِف َو اُجْلْو ِع َو َنْق ٍص ِّم َن اَاْلْم َو اِل َو اَاْلْنُف ِس‬
‫ْي‬
‫ِرِب‬
‫َو َبِّش ِر الّٰص ْيَن‬
‫الَّث ٰر ِۗت‬
‫َو َم‬
Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah
(wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar”.

‫َاَّلِذ ِاَذٓا َا ا ُّم ِص ٌۗة َقاُلْٓو ا ِاَّنا ِلّٰلِه ِاَّنٓا ِاَل ِه ٰر ِج َۗن‬
‫َو ْي ُعْو‬ ‫ْيَن َص َبْتُه ْم ْيَب‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan
kembali)”.

2.2 Dalil Naqli Tentang Ridho


a. Q.S Surahv At-Taubah Ayat 32:
‫ِت‬ ‫ّٰل ِا‬ ‫ّٰلِه ِه‬ ‫ِف‬
‫ُيِر ْيُد ْو َن َاْن ُّيْط ُٔـْو ا ُنْو َر ال ِبَاْفَو ا ِه ْم َو َيْأىَب ال ُه ٓاَّل َاْن ُّي َّم ُنْو َر هٗ َو َلْو َك ِر َه‬

‫اْلٰك ِف ُر ْو َن‬

vii
Artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan
mulut-mulut (ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, justru hendak
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak
menyukai”.

a) Q.S Surah Az-Zummar Ayat 7:

‫ِاْن َتْك ُف ُر ْو ا َفِاَّن الّٰل َه َغٌّيِن َعْنُك ْۗم َو اَل َيْر ٰضى ِلِعَباِدِه اْلُك ْف َۚر َو ِاْن َتْش ُك ُر ْو ا‬

‫َيْر َض ُه ِاْن َتْك ُف ُر ْو ا َفِاَّن الّٰل َه َغٌّيِن َعْنُك ْۗم َو اَل َيْر ٰضى ِلِعَباِدِه اْلُك ْف َۚر َو ِاْن‬
‫َتْش ُك ْو ا َيْر َض ُه َتْع ُلْو َۗن ِاَّنهٗ َعِلْي ۢ ِبَذ اِت الُّص ُد ْو ِر‬
‫ٌم‬ ‫َم‬ ‫ُر‬
Artinya: “Jika kamu kufur, sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu.
Dia pun tidak meridai kekufuran hamba-hamba-Nya. Jika kamu
bersyukur, Dia meridai kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa
tidak memikul dosa orang lain. Kemudian, kepada Tuhanmulah
kembalimu, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di
dalam dada”.
Pemahaman ayat diatas adalah, jikalau seseorang selalu berpuas hati
akan perbuatan yang Allah telah haramkan, namun dalam hatinya
tidak ada keinginan untuk merubah dengan memohon ampunan-Nya,
maka yang akan menjadi tabungan baginya adalah semakin banyak
perbuatan buruk yang akan ia sesali besok di akhirat atas segala
segala tingkah laku buruknya sewaktu hidup di dunia. Dengan kata
lain, menghadirkan hati dengan bersikap benci kepada semua
perbuatan yang dapat membawa kepada ke-kufur-an adalah salah satu
bentuk penolakan sebelum segalanya terlambat, inilah salah satu cara
supaya kita terhindar dari semua perkara yang di larang oleh Allah,
untuk kemudian kita suci-kan hati dengan menjalankan perintah
dengan penuh keyakinan dan selalu mengingat-Nya, sehingga sampai

viii
kepada peringkat orang-orang yang meminta ampun kepada rabb-Nya
dan menjadi bagian kepada orang-orang pilihan benar-benar telah
diampun kan atas segala kekhilafan nya.
b) Q.S Surah Al-Baqarah Ayat 222:

‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َعِن اْلَم ِح ْيِۗض ُقْل ُه َو َاًذۙى َفاْعَتِز ُلوا الِّنَس ۤاَء ىِف اْلَم ِح ْيِۙض َو اَل‬
‫ّٰل ُۗه ِا ّٰل‬ ‫ِم‬ ‫َۚن ِا‬
‫َتْق َر ُبْو ُه َّن َح ىّٰت َيْطُه ْر َف َذا َتَطَّه ْر َن َفْأُتْو ُه َّن ْن َح ْيُث َاَم َر ُك ُم ال َّن ال َه‬
‫ِب ِحُي‬ ‫ِحُي‬
‫ُّب الَّتَّو ا َنْي َو ُّب اْلُم َتَطِّه ِر ْيَن‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang
haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.” Maka, jauhilah para istri
(dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu
dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci
(habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi
wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan
diri”.
c) Hadist Qudsi:
Artinya: “Allah berfirman kepada rasul SAW: Barangsiapa yang tidak
ridha atas segala hukum perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku,
dan tidak bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar
atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang
selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan cari lah Tuhan selain
diri-ku (Allah)”.

ix
2.3 Karakteristik Sikap, Bentuk Perilaku, dan Nilai Positif Dari
Ridho
a. Karakteristik Sikap Ridho
Pendapat para ahli hikma, ridho dikelompokkan menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1) Ridho Kepada Allah dan Rasul-Nya
Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan
dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan
ridho terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. “Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya.”
Q.S Surah Al-Bayyinah Ayat 8:
‫ِلِد‬ ‫ِم ِت‬ ‫ٍن‬ ‫ِع ِهِّب ّٰن‬
‫َجَز ۤاُؤ ُه ْم ْنَد َر ْم َج ُت َعْد ْجَتِر ْي ْن ْحَت َه ا اَاْلْنٰه ُر ٰخ ْيَن‬


ٗ‫ِفْيَه ٓا َاَبًد ۗا َر ِض َي الّٰل ُه َعْنُه ْم َو َر ُضْو ا َعْنُۗه ٰذ ِلَك ِلَمْن َخ ِش َي َر َّبه‬

Artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah surga


‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap
mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.
Maksud dari ayat tersebut adalah jika ridho terhadap perintah
Allah maka Allah pun ridho terhadap kita.
Berikut Cara Mendapatkan Ridho Allah:
Karena ketika Allah sudah ridho, apapun permintaan
hambanya pasti akan Ia kabulkan termasuk kehidupan yang
bahagia selama di dunia dan akhirat. Lantas bagaimana

x
caranya agar kita bisa mendapatkan ridho Allah SWT?
berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan:
Iman Kepada Allah Dan Berpegang Teguh Kepada-Nya
Dengan beriman kepada Allah SWT, bahwasannya kita
sebagai seorang muslim harus benar-benar meyakini dengan
adanya Allah dan apa yang diciptakannya. Selalu berpegang
teguh kepada Allah SWT. agar kehidupan kita selalu berada
di dalam petunjuknya, sebagaimana Firman-Nya,
‫ّٰلِه ِف‬
‫َو َك ْيَف َتْك ُف ُر ْو َن َو َاْنُتْم ُتْتٰل ى َعَلْيُك ْم ٰاٰيُت ال َو ْيُك ْم َرُسْو ُلهٗۗ َو َمْن‬

ࣖ ‫َّيْعَتِص ْم ِبالّٰلِه َفَقْد ُهِدَي ِاىٰل ِص َر اٍط ُّمْس َتِقْيٍم‬


Artinya : “Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal
ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya (Nabi
Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang
berpegang teguh pada (agama) Allah, sungguh dia telah
diberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (Q.S. Ali Imran ayat
101).

2) Ridho Apa Yang Datang Dari Allah


Yaitu ridho baik dalam bentuk perintah maupun larangan,
kalau itu datangnya dari Allah, maka kita harus menerimanya
dengan sepenuh hati. Apabila seseorang tidak ridha kepada
apa yang datang dari Allah berarti ia benci kepada Allah.

3) Ridho Pada Qada dan Qadar


Ada sebuah kisah dari Ali Bin Abi Thalib yang menerangkan
tentang ridho terhadap takdir Allah, yaitu:

xi
“Pada suatu hari Ali Bin Abi Thalib r.a melihat Ady Bin
Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya: “mengapa engkau
tampak bersedih hati?”.
Ady menjawab: “bagaimana aku tidak bersedih hati, dua
orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam
pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “wahai
Ady, barang siapa ridho terhadap takdir Allah SWT. maka
takdir itu tetap berlaku aras nya dan dia mendapatkan
pahalanya, dan barang siapa tidak ridho terhadap takdirnya
maka hal itu pun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalannya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa
sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridho dan sabar. Ridho
merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar
adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh
seorang muslim. Perbedaan antara sabar dan ridha adalah
sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya
dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan
segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah
kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah SWT. Begitu
tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan,
tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada
orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam
situasi apapun.

4) Ridho Kepada Perintah Orang Tua


Ridho terhadap perintah orang tua merupakan salah satu
bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan
Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah
dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14:

xii
‫ِف‬ ‫ِب ِل‬ ‫ِاْل‬
‫َو َو َّصْيَنا ا ْنَس اَن َو ا َد ْيِۚه َمَحَلْتُه ُاُّم ٗه َو ْه ًنا َعٰل ى َو ْه ٍن َّو َص اُلهٗ ْيِف‬
‫ِل ِل َۗك ِا ِص‬ ‫ِنْي ِن‬
‫َعاَم َا اْش ُك ْر ْيِل َو َو ا َد ْي َّيَل اْلَم ْيُر‬
artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-
Kulah kembalimu.

Bahkan Rasulullah bersabda :


“Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka
Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai
ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk
mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya
keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau
ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya
tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
5) Ridho Terhadap Peraturan dan Undang-Undang
Mentaati peraturan yang berlaku merupakan bagian dari
ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan
kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. Allah berfirman dalam QS.
an-Nisa ayat 59:
‫ٰٓيَاُّي ا اَّلِذ ٰا ْٓو ا َاِط وا الّٰل َاِط وا الَّر َل ُاوىِل اَاْل ِر ِم ْنُك ْۚم‬
‫ْم‬ ‫َه ْيَن َمُن ْيُع َه َو ْيُع ُسْو َو‬

‫َفِاْن َتَناَزْعُتْم ْيِف َش ْي ٍء َفُر ُّدْو ُه ِاىَل الّٰلِه َو الَّر ُسْو ِل ِاْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن‬

ࣖ ‫ِبالّٰلِه َو اْلَيْو ِم اٰاْلِخ ِۗر ٰذِلَك َخْيٌر َّو َاْح َسُن َتْأِوْياًل‬
xiii
artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya”
6) Mendamaikan Mukmin Yang Berselisih
Berselisih sangat merugikan bagi individu maupun
kelompok. Karena hal itu dapat membuat perpecahan yang
jika dibiarkan akan menimbulkan dampak yang lebih parah
lagi. Dalam suatu surat Allah SWT. menerangkan kepada
hamba-Nya bahwa semua umat muslim itu bersaudara dan
memerintahkan hamba-Nya untuk mendamaikan sesama
saudara.

‫ُك‬‫َّل‬ ‫َل‬ ‫ِاَمَّنا اْل ِم َن ِا ٌة َفَا ِل ا َا ُك اَّتُقوا الّٰل‬


‫ْم‬ ‫َع‬ ‫َه‬ ‫ُم ْؤ ُنْو ْخ َو ْص ُحْو َبَنْي َخ َو ْي ْم َو‬

ࣖ ‫ُتْر ُمَحْو َن‬


Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang
bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
dirahmati”. (Q.S. Al-Hujurat ayat 10)

b. Bentuk Perilaku Ridho


1) Adapun bentuk perilaku ridha yang dapat kita wujudkan
dalam perilaku , yaitu Sabar dalam melaksanakan kewajiban
hingga selesai dengan kesungguhanusaha atau ikhtiar dan
penuh tanggung jawab.

xiv
2) Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan
tidak ria untukdikagumi hasil usahanya.
3) Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt.
atas segala nikmat pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya
untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
4) Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai
dengan keadaan dankemampuan, seperti aktif dalam kegiatan
social, kerja bakti, dan membantuorangtua di rumah dalam
menyelesaikan pekerjaan mereka.
5) Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan
Tuhannya. Juga ridaterhadap kehidupan terhadap takdir yang
berbentuk nikmat maupun musibah,dan terhadap perolehan
rezeki atau karunia Allah SWT

c. Nilai Positif Perilaku Ridho


Ridho merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan
dorongan hati yangmenyebabkan seseorang berkenaan sepenuh
hati untuk menerima apa yang didapatataupun yang dihadapi
dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sikap ridha :
1) Menciptakan suasana batin yang puas, lega, bahagia
2) Membawa ketentraman jiwa dan kesejahteraan rohani
3) Menghilangkan kebencian
4) Mendorong memikir positif
5) Mendorong perilaku nya beramal Sholeh
6) Akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, (surga) karena ia
selalu ingin mendapat ridho dari Allah SWT.
Syeh Abdul Qadir Jailani menandaskan bahwa ridho akan
meringankan hidup manusia, membuat tenang, temtram,
menghilangkan rasa gundah, cape, dan kegelisahan.
Sifat Untuk Mendapatkan Ridho :

xv
Nikmat riḍho Allah adalah salah satu faktor ketenangan, yang
melingkupi hati dan penyebab utama dalam menghilangkan rasa putus
asa, yang kadang ditimbulkan oleh pikiran tentang tindakan yang
diperolehnya, baik itu keberuntungan dan kenikmatan di dunia, yang
menyebabkan kekhawatiran, keraguan dan goncangan dalam diri
seseorang. Berikut ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh umat,
untuk mendapatkan ridho Allah diantarany:
a) Takwa adalah sifat dasar yang paling penting dalam mencari
ridho Allah. Ini mencakup rasa takut kepada Allah, mencintai-
Nya, dan menjauhi segala yang dapat mendatangkan
kemurkaan-Nya. Seseorang yang memiliki takwa selalu
berusaha untuk memenuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
b) Menjalankan ibadah rutin seperti shalat, puasa, dan membaca
Al-Quran dengan konsisten adalah langkah penting menuju
ridho Allah. Kepatuhan kepada perintah Allah merupakan
bentuk kesetiaan kepada-Nya.
c) Ikhlas berarti melakukan segala tindakan hanya untuk mencari
keridhaan Allah, bukan untuk pujian atau keuntungan pribadi.
Ketika seseorang berbuat baik dengan niat yang tulus, Allah
cenderung memberikan ridho-Nya.
d) Tawakal adalah keyakinan penuh kepada Allah setelah
berusaha. Seseorang yang tawakal melepaskan diri dari
perasaan cemas, dan bergantung sepenuhnya kepada Allah
dalam segala aspek kehidupannya.
e) Berdoa dan berdzikir adalah cara untuk berkomunikasi
langsung dengan Allah. Dalam doa, seseorang dapat meminta
petunjuk, ampunan, dan keridhaan Allah. Berdzikir mengingat
Allah dan memuliakan-Nya dalam setiap kesempatan.
f) Membantu sesama manusia, berbagi, dan berbuat baik kepada
orang lain adalah tindakan yang dihargai oleh Allah.

xvi
Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah akan membantu orang
yang membantu saudaranya.
g) Sabar adalah sifat yang dihargai dalam Islam. Menanggung
cobaan dan kesulitan dengan kesabaran adalah bentuk ujian
iman, dan Allah berjanji akan memberikan ganjaran bagi
orang-orang yang bersabar.
h) Jika seseorang melakukan dosa atau kesalahan, bertaubat
dengan sungguh-sungguh dan meminta ampunan Allah adalah
langkah untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

2.4 Membiasakan Ridho Dalam Kehidupan Sehari-hari


Konsekuensi ridha kepada Allah harus mengikuti semua yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang
ridha kepada Allah, tentu diaakan selalu berusaha melakukan segala
sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu
yang di benci-Nya. Untuk itu seseorang agar dapat membiasakan
ridho maka perlu melakukan berbagai upaya sebagai berikut:
a. Menyadari pentingnya ridha didalam kehidupannya, baik
sebagai makhluk pribadi, sosial maupun sebagai hamba Allah
SWT.
b. Memahami apa yang di takdirkan Allah SWT adalah pilihan
terbaik dari-Nya.
c. Suka husnudzon terhadap takdir Allah SWT baik itu yang baik
maupun yang buruk.
d. Optimis terhadap prestasi yang kurang baik dan
menjadikannya sebagai bahanuntuk memperbaiki diri sendiri.
e. Tidak membenci kemalangan atau musibah maupun kegagalan
yang dicapinya.

2.5 Hikma Berperilaku Ridho

xvii
Persoalan dan problematika hidup manusia memang
mengalami pasang surut,susah - senang, sedih - bahagia, dll
merupakan sunnatullah yang memang harusdihadapi dengan lapang
dada. Karena sudah menjadi hal yang lumrah bahwa semuayang
terjadi pasti terkandung hikmah, adapun hikmah dibalik sikap ridho
atas semuaketentuan Allah itu adalah:
a. Menjadi pribadi yang bersahaja dan jauh dari sifat iri dan dengki
kepada sesama
b. Memiliki jiwa yang ikhlas, suka memberi dan menolong tanpa
pamrih
c. Dapat hidup dengan tentram dan tenang.
d. Menjadi pribadi yang sederhana, tidak sombong dan tidak
berlebihan.
e. Menjadi pribadi yang legowo, dan senantiasa bersyukur kepada
Allah swt.
f. Dapat menjalankan ibadah dengan khusyu' karena pikiran dari
hatinya yang pasrahkepada Allah
g. Lebih ta'bah dan sabar dalam menghadapi cobaan, karena perilaku
Ridha jugamengajarkan kita untuk bersabar dan menerima apa
yang terjadi pada diri kita.

xviii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ridha adalah salah satu akhlak terpuji yang memiliki pengertian
menerimadengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt. Ridha
menurut baitulhikmah dikelompokkan menjadi 3 yaitu ridha kepada Allah,
ridha apa yang datang dari Allah, dan ridha pada qada’ dan qadar Allah.
Bentuk perilaku ridah salah satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang
sudah ditenteukan Allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik
maupun buruk tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga. Selain itu
perilaku ridha juga terdapat nilai positifnya, sepertimenghilangkan
kebencian, menciptakan suasana batin yang puas, lega dan bahagia.Kita
juga perlu untuk membiasakan ridha dalam kehidupan sehari-hari kita,
namuntidak semudah membalikan telapak tangan karena semua itu
memerlukan proses yang bertahap.

B. Saran
Sebagai seorang manusia tentunya kita harus mempunyai sifat
ridha, karenadengan adanya sifat ridho, kita bisa belajar tentang arti
kesabaran. Sikap ridho jugasangat bermanfaat dalam melatih kesabaran.
Semua yang terjadi di dalam kehidupankita memang sudah diatur oleh
Allah SWT. Maka jika memang tidak sesuai dengakenyataan, kita harus
belajar bersabar dan ridho terhadap keputusan Allah SWT.

xix
DAFTAR PUSTAKA

http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/definisi/-penjelasan-ridha-dalam-tasawuf/
#.UmkqUaKQbzY
http://gerbangilmuduniaku.blogspot.com/2013/01/makalah-adil-ridho-amal-
dhaleh.html
http://menaraislam.blogspot.com/2012/05/akan-tetap-ridho.html

xx

Anda mungkin juga menyukai