Anda di halaman 1dari 17

AKHLAK TERPUJI

Taubat dan Raja’, Menghargai Karya Orang Lain, Adil, Ridha dan Amal
Shaleh, serta Persatuan dan Kerukunan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Akidah Akhlak

Dosen : Robingun Suyud ES, Alh, M. Pd

Disusun Oleh :
Fahrul Abas (2014010230)
Elma Yunita (2014010108)
Tika Septiani (2014010197)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan pedoman hidup bagi setiap manusia. Akhlak akan menuntun
kita bagaimana kita seharusnya hidup. Wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk
berakhlak sesuai kaidah yang ada di dalam Al-Quran dan Hadist karena di dalamnya
terdapan bimbingan untuk menentukan baik buruk dalam kehidupan yang akan
membantu kita untuk menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia.
Sesorang yang berakhlakul karimah pastilah dia akan selalu berfikir positif
dalam kegiatan sehari-hari. Dia akan selalu optimis walaupun sedang dalam keadaan
terdesak. Dengan berfikir positif maka hidup seseorang akan terasa damai.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa contoh akhlak terpuji dalam Islam,
yaitu tentang taubat dan raja’, tentang bagaimana menghargai karya orang lain, adil,
ridha dan amal sholeh, juga persatuan dan kesatuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu taubat dan raja’?
2. Bagaimana cara menghargai karya orang lain?
3. Apa makna adil?
4. Apa makna ridha dan amal shaleh?
5. Apa makna persatuan dan kerukunan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna taubat dan raja’,
2. Untuk mengetahui cara menghargai karya orang lain,
3. Untuk mengetahui makna adil,
4. Untuk mengetahui makna ridha dan amal shaleh,
5. Untuk mengetahui makna persatuan dan kerukunan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taubat dan Raja’
1. Taubat
Taubat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada
Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya
dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, susah
serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan sehingga menangis.
Hati terasa pecah-pecah bila mengingat dosa-dosa yang dilakukan itu. Memohon
agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati menyesal akan
perbuatan dosa yang kita lakukan itu menjadikan anggota-anggota lahir (mata,
telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan syariat yang
Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan
itu kembali.
Taubat juga dapat diartikan kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau
kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah,
membersihkan hati dari segala dosa, meningkalkan keinginan untuk melakukan
kejahatan, seperti yang pernah dilakukan karena mengagungkan nama Allah SWT
dan merjauhkan diri dari kemukaan-Nya.
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah
mukallaf (balig dan berakal). Allah SWT berfirman:
َ ُ ۡ ُ ۡ ُ َ َ َ َ ُ ۡ ُ ۡ َ ُّ َ ً َ َ َ ٓ ُ ُ َ
٣١ْ‫ون‬
ْ ‫ونْلعلك ْمْتفلِح‬ ْ ‫ٱّللَِْجِيعاْأي ْهْٱلمؤمِن‬
ْ ْ‫ل‬ ْ ِ ‫وتوبواْْإ‬
Artinya : Bertaubatlah kumu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-nur :31)
Taubat baru dinggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah
memenuhi syarat yang telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka
syarat taubatnya ada tiga macam, yaitu :
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu
3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi
lagi perbuatan maksiat itu.
Namun bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya
ditambah dua lagi yaitu :
1. Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi atau dirugikan
2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya akibat
perbuatan zalim itu atau minta kerelaannya.
Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya
diselesaikan di dunia ini juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat

2
termasuk orang yang merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur
berbuat dosa, kemudian bertaubat dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan
memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu saja taubat yang dilakukan harus
memenuhi syarat taubat seperti tersebut.
Adapun hikmah daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain:
dosanya diampuni, memperoleh rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga.
Allah SWT berfirman:

ً ُ َ ٗ َ ۡ َ َ َ ٓ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َٰٓ َ
...ْ‫ٱّللِْتوبةْنصوحا‬
ْ ْ‫ِينْءامنواْتوبواْإِل‬
ْ ‫يأيهاْٱَّل‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)... (QS. At-Tahrim :
8)
Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat
dosa, bahwa seorang yang telah membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada
Allah), tetapi terus menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-
ngolok Tuhannya. Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat
ketika “sakaratul maut” maka taubatnya tidak akan diterima Allah SWT.
3. Raja’
Menurut bahasa Arab, raja‘ adalah al-amāl (harapan), lawan dari putus asa.
Sedangkan menurut istilah para ulama, raja‘adalah berbaik sangka kepada Allah.
Allah Swt mewajibkan raja’ dan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah
mewajibkan kaum Muslim untuk selalu takut kepada-Nya. Wajibnya raja’telah
ditetapkan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Di dalam Al-Quran, Allah SWT
berfirman:
َ ُ ۡ َ َ َٰٓ َ ُ َ َ ‫ْو‬
َ ‫ج َٰ َه ُدوا ِْف‬ َ ‫ْو َٱَّل‬
َ ‫ِين ْ َه‬
َ ‫اج ُروا‬ َ ‫ن ْ َٱَّل‬
َ ‫ِين ْ َء َام ُنوا‬ َ
ْ‫ٱّللِ ْأولئِك ْيرجون‬
ْ ْ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬‫ْس‬ ِ ْ ْ ْ ْ ِ‫إ‬
ٞ ‫ح‬
ْ ْ٢١٨ْ‫يم‬ َ ٞ‫ٱّللْ َغ ُفور‬
ِ ‫ْر‬
َ َ َ ََۡ
ُْ ‫ٱّللهِْ َْو‬
ْ ْ‫ت‬ ‫رۡح‬
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah
dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS Al-Baqarah :
218)
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan keimanan
dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang yang berharap
memperoleh rahmat dan ridha Allah serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang dapat mewujudkan harapannya
tersebut.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah seseorang yang hanya berharap saja tanpa
mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada sesuatu yang mustahil atau

3
yang disebut dengan tamammi, yang dampaknya nanti menyebabkan seseorang
berputus asa, putus harapan terhadap rahmat dan ridha Allah.
Sikap raja' memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Selalu berfikir positif dan dinamis.
2. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT
3. Selalu bersikap optimis, yakin bahwa Allah SWT akan memberikan jalan
keluar masalah yang kita hadapi.
4. Tidak mudah pantang menyerah dalam berusaha, dan yakin bahwa Allah
SWT akan membantu dan mempermudah urusan-urusan kita di dunia.
5. Selalu berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT.
6. Menyadari bahwa keberhasilan adalah suatu karunia yang Allah SWT
berikan.
B. Menghargai Karya Orang Lain
Menurut ajaran agama islam yang dimaksud dengan menghargai orang lain
adalah sikap yang selalu memberikan nilai baik pada segala aktivitas orang lain dan
juga kepada hasil suatu karya orang lain baik sesama muslim maupun non muslim agar
tidak terjadi partikaian dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menumbuhkan sikap ini manusia berusaha untuk memiliki rasa saling
menyayangi, mencintai dan tolong-menolong antara sesama manusia. Dengan adanya
sikap-sikap di atas maka akan sempurnalah sikap terpuji yang dimiliki oleh para
Mukmin.
Menurut fitrahnya, setiap manusia akan merasa senang jika hasil karyanya
dihargai orang lain. Menghargai karya orang lain merupakan perilaku terpuji yang harus
dilakukan, jangan menghina dan mencela karena merupakan perilaku buruk yang harus
dijauhi.
Dasar yang berkaitan dengan menghargai karya orang lain ialah sebuah hadist
berikut :
َ َ ُ ‫َخ‬
ْ ‫ْيْانلَاْسْانف ُع ُهمْل َِلناس‬
Artinya : Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
(Muttafaq’alaih)
Kita tidak dapat mencapai keberhasilan dengan mudah dan santai, tapi dengan
perjuangan yang gigih, rajin, ulet, dan tekun serta dengan resiko yang menyertainya.
Jadi kita harus bersungguh-sungguh dalam berkarya, agar karya kita nantinya bisa
diapresiasi tinggi oleh orang lain.

ْ ْ٧ْ‫ب‬ َ َ‫ْف‬
ْ ۡ ‫ٱنص‬ْ‫ت‬ َ ‫ْفَإ َذاْفَ َر ۡغ‬٦ْ‫سا‬
ٗ ۡ ُ ‫سْي‬
ْ ۡ ‫نْ َم َعْٱلۡ ُع‬
ْ
َ
‫إ‬ْ ٥ ْ‫ا‬‫س‬ً ۡ ُ ‫سْي‬
ْ ۡ ‫ْم َعْٱلۡ ُع‬
َ ‫ْفَإ َن‬
ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya : 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 6.
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu

4
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain
Tujuan menghargai karya orang lain ialah :
1. Menjalin tali kasih sayang dan silaturahmi antara orang yang memberi
penghargaan dan yang diberi penghargaan
2. Membuat senang dan gembira karena hasil karyanya dihargai
3. Mendorong orang yang hasil karyanya dihargai agar mempertahanakan dan
meningkatkan kualitas karyanya
4. Menjauhi diri dari sikap menghina dan mencela hasil karya orang lain
karena merupakan perilaku buruk yang akan mendatangkan kerugian
5. Meningkatkan tarif hidup orang yang diberi penghargaan apabila
penghargaan yang diberikan berupa uang atau hadiah
Sikap dan perilaku menghargai orang lain ialah :
1. Menghargai karya orang lain dapat diwujudkan melalui sikap, ucapan lisan,
pernyataan tertulis melalui harta maupun perbuatan.
2. Menghargai karya orang lain dengan sikap misalnya menampilkan wajah
manis tersenyum dan bertegur sapa
3. Menghargai karya orang lain dengan ucapan lisan, misalnya dengan pujian
dan pernyataan yang menyenangkan
4. Menghargai hasil karya orang lain dengan tulisan misalnya adanya piagam
penghargaan yang ditandatangani
5. Mengharagai karya orang lain dengan pemberian suatu hadiah yang
berharga
6. Menghargai karya orang lain dengan perbuatan mislanya mengucapakan
selamat
7. Tidak bersikap iri hati dan dengki kepada yang mestinya diterima hanya oleh
orang yang berkarya sehingga yang berkarya mengalami kerugian.
C. Adil
1. Adil
Secara bahasa adil mempunyai arti meletakkan sesuatu pada tempatnya,
tidak memihak ke salah satu pihak, bersikap prorporsional, dan memihak kepada
yang benar. Kemudian secara istilah, pengertian dari perilaku terpuji adil yaitu
menetakpkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk
dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama. Dengan
demikian perbuatan adil adalah suatu tindakan yang berdasar kepada kebenaran,
bukan mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi. Allah swt berfirman dalam Q.S.
Al-Maidah ayat 8

5
ُ َ َ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ۡ َ ٓ َ َ ُ َ َ َٰ َ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ ُّ َ َٰٓ َ
ْ‫طْوَلَْي ِرمنكمْشنْان‬ ِْ ‫ّْللِْشهداءْْب ِٱلقِس‬
ِ ‫ِينْءامنواْكونواْقومِني‬ ْ ‫يأيهاْٱَّل‬
َ ُۢ ُ َ ََ َ ََ ُ َ َ َٰ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ُ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َ َٰٓ َ َ ۡ َ
ْ‫ٱّلل ْخبِْي ْبِما‬
ْ ْ ‫ٱّلله ْإِن‬
ْ ْ ْ‫ْوٱتقوا‬ْ ٰۖ‫قو ٍم ْلَع ْأَل ْتع ِدل هوا ْٱع ِدلواْ ْهو ْأقرب ْل ِلتقوى‬
َ ُ َ
ْ ْ٨ْ‫ت ۡع َملون‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
Sebagai umat Islam yang beriman, kita dituntut untuk selalu menegakan
kebenaran karena Allah, bila kita menjadi saksi maka kita harus menjadi saksi yang
sebenar-benarnya, dan sejujur jujurnya. Kita tidak boleh berbohong atau memihak
pada salah satu pihak, karena itu termasuk perbuatan yang tidak adil. Kemudian
yang selanjutnya, adalah nasihat bagi para pemimpin dan kita semua. Dimana
sebagai seorang pemimpin harus adil kepada seluruh rakyatnya dan tidak tekecuali
kepada musuhnya atau rakyat yang tidak memihak kepadanya.
2. Macam-Macam perilaku adil
1. Berlaku adil terhadap Allah SWT
Maksud dari berlaku adil kepada Allah adalah menjadikan Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Allah swt berfirman dalam
Q.S. Ads-Dzariaat ayat 56

ُ ‫ِْلَ ۡع ُب‬ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َۡ َ ََ
ْ ْ٥٦ْ‫ون‬
ِ ‫د‬ ِ ‫َل‬ِ ‫نسْإ‬
ْ ‫ٱۡل‬
ِ ‫نْ ْو‬
ْ ‫ٱۡل‬
ِ ْ‫وماْخلقت‬
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku
Kita harus yakin bahwa nikmat yang kita terima selama hidup di dunia
ini adalah pemberian dari Allah swt. Maka berbuat adil dalam arti berlaku
proporsional kepada Allah adalah dengan memenuhi hak-Nya Hak Allah swt
adalah disembah, dan kewajiban kita adalah menyembahnya. Ini bisa
dilakukan dengan menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2. Berlaku adil kepada diri sendiri
Maksud dari perilaku adil terhadap diri sendiri adalah meletakkan diri
pribadi pada tempat yang bak dan juga tempat yang benar. Dimana kita harus
memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan norma-
norma syariat. Contoh berlaku adil terhadap diri sendiri, makan makanan yang

6
halal dan baik. Istirahat yang cukup, tidak menyiksa diri sendiri seperti
mentato, minum alkohol, narkoba, dan lain sebagainya.
3. Berlaku adil kepada orang lain
Maksud dari berlaku adil kepada orang lain artinya adalah meletakkan
orang lain pada tempat yang seharusnya. Berperilaku adil kepada orang lain
harus kita lakukan, dan itu kita lakukan kepada semuanya tidak terkecuali
bahkan kepada musuh atau orang yang kita benci sesuai dengan Q.S. Al-
Maidah ayat 8 yang sudah dibahas di atas tadi. Contoh berlaku adil kepada
orang lain yaitu, tidak menghukum orang lain dengan berlebihan (tidak sesuai
dengan besar kesalahannya), tidak mengejek dan menghina karena kita pasti
juga tidak mau bila di ejek atau dihina oleh orang lain.
4. Berlaku adil kepada makhluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan) serta
lingkungan
Maksud dari berlaku adil yang ke empat ini adalah kita harus
menyayangin dan merawat hewan atau tumbuhan serta lingkungan yang ada
disekitar kita. Terlebih lagi apabila kita memelihara hewan seperti burung,
kelinci, kucing atau yang lainnya maka kita harus berbuat adil, diantaranya
dengan merawatnya dengan sebaik-baiknya, memberikan makan dan minum
setiap hari, tidak menyiksanya dan lain sebagainya.
3. Membiasakan sikap adil dalam kehidupan sehari-hari
Perilaku adil adalah perilaku yang terpuji, kita dapat membiasakan dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara yang sederhana berikut ini :
1. Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa saja yang telah di
larang oleh Allah SWT
2. Memberikan rasa keadilan kepada orang lain, dari mulai keluarga,
teman, tetangga dan lain sebagainya.
3. Selalu mengargai dan menghormati orang lain, tanpa adanya sikap
diskriminasi (membeda-bedakan)
4. Memberikan hak-hak orang lain, misal : tidak merokok di samping
orang yang tidak merokok
5. Menghormati orang yang sedang berbicara dengan cara
mendengarkannya
6. Tidak menyakiti diri sendiri, tidak merokok, mabuk-mabukan, narkoba
dan lain sebagainya
7. Tidak suka menyiksa hewan, tidak mengadu hewan, dll
8. Selalu merawat hewan dan tumbuhan dengan sebaik-baiknya, juga
tidak merusak lingkungan sekitar.
4. Hikmah berperilaku adil
Berperilaku adil pasti ada hikmahnya, dan berikut ini beberapa hikmah
yang akan kita dapatkan apabila kita berbuat adil yaitu :

7
1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
karena adil lebih dekat dengan taqwa (Q.S. Al-Maidah ayat 8)
2. Menjadi pemimpin dan teladan sekaligus pengayom bagi orang lain
3. Disegani dan dipercaya oleh masyarakat sekitar
4. Menumbuhkan rasa kepuasan, aman dan nyaman bagi orang lain
5. Menciptakan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat
6. Mempererat tali persaudaraan dan pesatuan
7. Doanya cepat dikabulkan oleh Allah SWT, dan juga mendapatkan
perlindungan/pertolongan (naungan) dari Allah SWT ketika di akhirat
nanti, jika kita menjadi pemimpin yang adil.
D. Ridha dan Amal Shaleh
1. Ridha
Perkataan ridha berasal dari bahasa arab, radhiya yang artinya senang hati
(rela). Ridha menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang
diberikan Allah SWT, baik berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap ridha harus ditunjukkan,
baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
Pengertian dari ridha adalah menerima semua yang terjadi atas dirinya
dengan lapang dada dan senang hati, dan meyakini bahwa semua yang terjadi
adalah atas kehendak Allah SWT. Pengertian yang lain tentang Ridha adalah tidak
menentang hukum dan ketentuan dari Allah SWT.
Ridha juga dapat diartikan dengan perasaan gembira atau senang hati dalam
menerima keputusan Allah SWT. Ridha mencerminkan ketenangan jiwa
seseorang. Orang yang mempunyai sikap ridha, akan dapat merasakan nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT dan juga mensyukuri segala nikmat yang Allah
SWT berikan. Orang yang berperilaku Ridha juga akan tabah dan sabar dalam
menerima cobaan atau musibah yang menimpanya.
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 59 :

ُ َ َ ۡ ُ َ ُ َ َ ُ ۡ َ ُ َ َ ُ ُ ُ َ َ ُ َ ُ ُ َٰ َ َ ٓ َ ُ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ
ْ‫ٱّلل ْمِن‬
ْ ْ‫ٱّلل ْسيؤت ِينا‬
ْ ْ‫ولۥ ْوقالوا ْحسبنا‬
ْ ‫ٱّلل ْورس‬
ْ ْ ‫ول ْو ْأنهم ْرضوا ْما ْءاتىهم‬
َ ُ َٰ َ َ َ ٓ َ ٓ ُ ُ ُ َ َ ۡ َ
ْ ْ٥٩ْ‫ٱّللِْرغِبون‬
ْ ْ‫ول ْۥْإِناْإِل‬
ْ ‫فضل ِ ْهِۦْورس‬
Artinya : Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan
Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah
bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan
demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik
bagi mereka)
Berikut ini yang dapat kita lakukan untuk menerapkan perilaku ridha dan
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari :

8
1. Selalu bersikap menerima dengan senang hati dan rasa syukur atas
nikmat yang diberikan oleh Allah SWT
2. Selalu bertawakal kepada Allah SWT setelah berikhtiar semaksimal
mungkin
3. Menerima dengan senang hati, ikhlas dan lapang dada atas apa yang
telah ditakdirkan oleh Allah SWT
4. Mensyukuri segara nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita
5. Sabar dan tabah ketika mendapatkan cobaan atau musibah
6. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, bahwa yang telah
ditakdirkan kepada kita adalah yang terbaik untuk kita.
Berikut ini beberapa hikmah yang akan kita peroleh apabila kita berperilaku
ridha :
1. Menjadi pribadi yang bersahaja dan jauh dari sifat iri dan dengki kepada
sesama
2. Memiliki jiwa yang ikhlas, suka memberi dan menolong tanpa pamrih
3. Dapat hidup dengan tentram dan tenang.
4. Menjadi pribadi yang sederhana, tidak sombong dan tidak berlebihan.
5. Menjadi pribadi yang legowo, dan senantiasa bersyukur kepada Allah
SWT.
6. Dapat menjalankan ibadah dengan khusyu' karena pikiran dari hatinya
yang pasrah kepada Allah
7. Lebih tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, karena perilaku
Ridha juga mengajarkan kita untuk bersabar dan menerima apa yang
terjadi pada diri kita.
Ada beberapa macam ridha, yang pertama ialah ridha terhadap perintah dan
larangan Allah SWT. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah. Artinya ridha
untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha
terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
Yang kedua ialah ridha terhadap taqdir Allah. Ada dua sikap utama bagi
seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar.
Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan
dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku
menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan
mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan
jiwa dalam menerima taqdir Allah SWT. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai
penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan)
terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat
untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk
bermusyahadah kepada Allah.
Yang ketiga ialah ridha terhadap perintah orang tua. Ridha terhadap
perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT.

9
karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam
Q.S. Luqman (31) ayat 14
َ َۡ َ ُ ُ َٰ َ َ ۡ َ َٰ َ َ ً ۡ َ ُ ُّ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ
ِ ‫ن ْبِو َٰ ِِليهِْۡحلته ْأم ْهۥ ْوهناْلَع ْوه ٖن ْوف ِصل ْهۥ ْ ِِف َْعم‬
ْ‫ني ْأ ِن‬ ْ ‫ٱۡلنس‬
ِ ْ ‫ووصينا‬
ُ َ ۡ ََ َ ۡ َ َ َ ۡ ُ ۡ
ْ ْ١٤ْ‫ْي‬ْ ‫ٱشك ْرْ ِلْول ِو َٰ ِِليكْإِلْٱلم ِص‬
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu
Yang keempat ialah ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara.
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan
merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Karena dengan
demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial.
2. Amal Shaleh
Menurut bahasa amal berasal dari bahasa arab artinya perbuatan atau
tindakan,sedangkan shaleh artinya yang baik atau yang patut. Menurut istilah amal
shaleh adalah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia
dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan
(baik atau buruk). Secara istilah, amal shaleh berarti perbuatan sungguh- sungguh
dalam menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan
dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh
mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penyandang cacat,
orang jompo dan anak yatim piatu.
Dasar amal shaleh ialah surat Al-Ashr ayat 1-3
َ ُ َ َُ َ َ َ َ ُ َ َ َٰ َ ۡ َ ۡ ‫ْ َوٱلۡ َع‬
ْ‫ت‬ ْ َ ِ ‫ْو َع ِملواْٱلصَٰل‬
ِْ َٰ‫ح‬ ‫ِينْءامنوا‬
ْ ‫ْإَِلْٱَّل‬٢ْ‫س‬ ٍ
ۡ ‫ْخ‬ ‫ِف‬
ِ ‫ل‬ ْ ْ
‫ن‬ ‫نس‬‫ٱۡل‬
ِ ِ ْ ‫ن‬ ‫إ‬ ْْ ١ ْ ْ
‫ص‬
ِ
َ ‫قْ َوتَ َو‬ ۡ َ ‫َوتَ َو‬
ْ ْ ٣ ْ‫ب‬ِْ ۡ ‫ٱلص‬
َ ‫اص ۡواْْب‬
ِ
َ ‫اص ۡواْْب‬
ِْ ‫ٱۡل‬ ِ
Artinya : 1. Demi masa 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran
Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa
kekayaan, keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihan duniawi
lainnya menjadi faktor yang akan menentukan keadaan seseorang.

10
Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat,
kedudukan yang tinggi, dan kekayaan yang bayak, semua itu tidak mendatangkan
keuntungan, terutama untuk kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang
memberikan faedah ialah amal shaleh, yakni perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal shaleh
(amal yang baik) dan amalus sayyiah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala
perbuatan kebijakan yang mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga,
bangsa, dan manusia seluruhnya, baik berupa perbuatan, ucapan, maupun sikap.
Dalam Al-Qur’an, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal shaleh, baik
didunia maupun diakhirat, yaitu:
1. Rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);
2. Derajat yang tinggi (Taha/20:75);
3. Keberuntungan (al-Qasas/28:67);
4. Keadilan (Yunus/10:4);
5. Keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);
6. Rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);
7. Hilang perasaan takut (Taha/20:112);
8. Pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57);
9. AmpunanIlahi (Fatir/3:57);
10. Kehidupan di surga (al-Mu’minun/23:40).
Adapun nilai yang terkandung dalam amal shaleh adalah :
1. Menentramkan hati dan mendamaikan jiwa
2. Berbagi kebahagiaan kepada orang lain
3. Membina kepribadian yang berkualitas
4. Memberikan rasa tentram kepada orang lain
5. Membela kebenaran dan keadilan
6. Menumbuhkan kerendahan hati
7. Membentengi diri dari perbuatan dosa
Setiap amal shaleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai
seorang yang beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misal,
mengharap kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.
Berusaha atau beramal, pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu
serta tidak hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak
menyianyiakan untuk beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu belum
tampak sekarang, hal itu tidak boleh menjadikan kita malas beramal.
Cara membiasakan diri untuk beramal shaleh ialah dengan menyadari dan
memahami manfaat amal shaleh baik untuk diri sendiri atau orang lain. Juga
menyadari bahwa amal shaleh dapat mencegah kemungkaran untuk diri sendiri dan
orang lain

11
E. Persatuan dan Kerukunan
1. Persatuan
Persatuan berasal dari kata satu. Kata persatuan merujuk pada kebersamaan
antara dua orang atau lebih. Kebersamaan baik itu dalam arti fisik maupun nonfisik
seperti bersama dalam organisasi, kesepakatan, keluarga, maupun yang lainnya.
Persatuan merupakan akibat dari adanya ikatan batin dan ikatan hukum dari
beberapa orang yang berada dalam suatu kesepakatan untuk bersama.
Agama Islam melarang umatnya bercerai berai dan mengajarkan untuk
membina persatuan. Perhatikan firman Allah berikut ini.
َ ٓ َ َ َ ٗ ُ ُ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ َٰ َ ُ َ َ َ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ ُ َ َ ُّ َ َٰٓ َ
ْ‫اس ْإِنا ْخلقنكم ْمِن ْذك ٖر ْوأنَث ْوجعلنكم ْشعوبا ْوقبائِل‬ ْ ‫يأيها ْٱنل‬
ٞ َ ٌ َ َ َ َ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ ٓ ‫َ َ َ ُ ه‬
ْ ْ١٣ْ‫ٱّللْعلِيمْخبِْي‬
ْ ْ‫ٱّللِْأتقىك همْإِن‬
ْ ْ‫ِلِ عارفواْإِنْأكرمكمْعِند‬
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat : 13)
Untuk menjaga persatuan agar tetap terjalin antar individu maupun
kelompok, diperlukan adanya interaksi antar sesama. Interaksi itu akan
menyebabkan mereka saling mengenal dan selanjutnya saling membutuhkan.
Mengapa mereka saling membutuhkan? Hal ini karena Allah SWT telah
menciptakan mereka dengan potensi dan kapasitas yang berbeda-beda.
Potensi dan kapasitas itu sangat berguna untuk menggarap satu bidang
kebutuhan hidup mereka. Oleh karena satu orang tidak menguasai semua bidang,
dia membutuhkan orang lain. Demikian juga dalam hal potensi daerah tempat
mereka berada. Tidak semua daerah dapat memenuhi kebutuhan orang yang ada di
wilayah itu. Akhirnya, mereka pun saling berinteraksi, saling berbagi, dan
membantu untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Setelah beberapa orang bersatu menjadi sebuah kelompok, mereka tidak
lagi merupakan pihak yang berbeda. Saat sebuah kelompok berhubungan dengan
kelompok lain, mereka bermain sebagai satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap unsur
yang ada di dalamnya harus bersatu dan tidak terpisahkan lagi. Demikian juga
setelah sebuah kelompok bersatu menjadi sebuah suku dan setelah beberapa suku
bersatu menjadi sebuah bangsa. Unsur-unsur yang ada di dalamnya akan bersatu
dan melebur menjadi satu kesatuan yang utuh dan padu.
Persatuan ini harus dijaga oleh tiap-tiap pihak yang ada di dalam komunitas
tersebut. Dengan adanya persatuan, kekuatan akan muncul sehingga berbagai
masalah yang dihadapi akan terselesaikan dengan baik. Dalam Surah Ali ‘Imran
ayat 103 Allah SWT. berfirman seperti berikut.

12
ْۡ‫نتم‬ُ ‫ْك‬ُ ۡ ۡ ُ َۡ َ َ َ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َُ ََ ََ ٗ َ َ َۡ ُ َ ۡ َ
‫ٱّللِْعليكمْإِذ‬
ْ ْ‫ْوٱذكرواْْن ِعمت‬ ْ ‫ٱّللَِْجِيعاْوَلْتفرق هوا‬
ْ ْ‫وٱعت ِصمواْْ ِِبب ِل‬
ۡ ُ َ َ َٰ َ َ ۡ ُ ُ َ ٗ َٰ َ ۡ ٓ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ ََ ۡ ُ ُ ُ َ َۡ َ َََ ٗٓ َ ۡ َ
َ
ْٖ‫أعداءْفألفْبنيْقلوبِكمْفأصبحتمْبِنِعمت ِ ْهِ ْۦْإِخوناْو ْكنتمْلَعْشفاْحفرة‬
َ ََُۡ ۡ ُ َََ َٰ َ َ ۡ ُ َ ُ َ ُ َ ُ َ َٰ َ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ َ
ْ‫ٱّلل ْلكم ْءايت ِ ْهِۦ ْلعلكم ْتهتدون‬ ْ ْ ‫ارِ ْفأنقذكمْمِنهاْ ْكذل ِك ْيب ِني‬ ْ ‫مِن ْٱنل‬
ْ ْ١٠٣
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk
Allah swt dalam ayat di depan melarang hamba-Nya bercerai-berai dan
memerintahkan agar berpegang teguh pada Dinul Islam. Selanjutnya, dalam ayat
tersebut Allah SWT melarang berpecah belah dan memberikan nikmat yang sangat
besar berupa persatuan dan persaudaraan yang menyebabkan hati kita tenteram dan
damai dalam kehidupan. Selain itu, kita juga diperintahkan untuk mengambil
pelajaran terhadap kaum terdahulu yang terpecah belah dan sering berselisih di
antara mereka sendiri.
2. Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun yang berarti baik, damai, dan tidak
berselisih. Kerukunan merupakan kata benda bentukan dari kata rukun. Persatuan
dan kerukunan mempunyai hubungan yang sangat erat. Persatuan hanya akan ada
jika kerukunan tercipta. Kerukunan merupakan syarat utama adanya persatuan.
Kerukunan dan persatuan mutlak diperlukan dan diterapkan dalam keragaman.
Kerukunan dan persatuan akan menciptakan kedamaian dan ketenangan. Dengan
kedamaian dan ketenangan seseorang dapat mengerjakan tugas dan kewajibannya
dengan baik. Perselisihan dan pertikaian akan menciptakan ketidaknyamanan dan
kekhawatiran. Hal tersebut dapat berdampak pada kehidupan dan dapat menganggu
aktifitas keseharian. Oleh karena itu, kerukunan harus diciptakan dan dijaga dalam
kehidupan sehari-hari.
Kerukunan dapat terlaksana dalam semua bidang kehidupan dan terjadi di
antara pihak yang terkait di dalamnya. Perilaku kerukunan harus kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan kerukunan dalam kehidupan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Kerukunan Antar umat Seagama
Kerukunan antar umat seagama merupakan bentuk kerukunan dalam
hubungan internal umat yang memeluk satu agama. Misalnya antara seorang
13
muslim dengan muslim lainnya. Kerukunan antar umat seagama ini harus
tercipta di antara kita sebagai umat Islam yang selalu menjunjung tinggi
kerukunan antar sesama.
Dalam Islam ada beberapa madzhab yang berbeda-beda. Dengan
perbedaan itu kita menemukan perbedaan dalam fikih yang mereka
keluarkan. Perbedaan dalam fikih tidak semestinya merusak persatuan umat.
Tidak selayaknya perbedaan dalam bidang fikih memutus tali silaturahmi
yang telah terjalin. Sungguh disayangkan jika perbedaan dalam bidang fikih
menyebabkan pertikaian antar sesama muslim. Perbedaan yang ada
hendaknya disikapi dengan arif dan bijaksana. Jangan menjadikan perbedaan
yang ada sebagai sarana untuk saling menyalahkan atau merasa paling benar.
Jadikan perbedaan yang ada sebagai sarana untuk saling menghargai dan
menghormati serta mempererat tali silaturahmi.
2. Kerukunan Antar Umat Beragama
Di negara Indonesia kita ini terdapat banyak agama yang diakui.
Selain itu, aliran kepercayaan pun juga diakui oleh negara. Demi kerukunan
kita sebagai sesama bangsa Indonesia, perbedaan agama tidak boleh
memecah kerukunan. Jika dalam satu agama terdapat perbedaan, sangatlah
wajar jika dengan pemeluk agama lain kita memiliki perbedaan. Ibarat
peribahasa lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lain agama lain
pula tata cara dan peraturannya. Meskipun demikian, agama boleh berbeda,
tetapi kerukunan di antara umat beragama harus tetap dipelihara. Islam
mengajarkan toleransi dengan pemeluk agama lain
Adapun toleransi yang dimaksud ialah toleransi dalam bidang
muamalah. Islam melarang umatnya untuk bertoleransi antar umat beragama
dalam bidang akidah. Hal ini sesuai firman Allah surat Al-Kafirun ayat 1-6 :
ٓ َ َ ُ َٰ َ ۡ ُ َ ٓ َ َ َ َُُۡ َ ُُۡ َ َٓ َ ُ َٰ َ ۡ َ ُّ َ َٰٓ َ ۡ ُ
ْ‫ْْوَلْأنتمْعبِدونْما‬٢ْ‫َْلْأعبدْماْتعبدون‬١ْ‫ون‬ ْ ‫لْيأيهاْٱلكفِر‬ ْ‫ق‬
ُ ُ ۡ َ ٓ َ َ ُ َٰ َ ۡ ُ َ ٓ َ َ ۡ ُّ َ َ َ ٞ َ ۠ َ َ ٓ َ َ ُ ُ ۡ َ
ْْ٥ْ ‫َل ْأنتم ْعبِدون ْما ْأعبد‬ ْ ‫ ْو‬٤ْ ‫ ْْوَل ْأنا َْعبِد ْماْعبدتم‬٣ْ ‫أعبد‬
ُ ُ ۡ ُ َ
َ ‫ك ۡم‬
َ ‫ْو‬
ْ ْ٦ْ‫ِين‬
ِْ ‫ِلْد‬ِ ‫لكمْدِين‬
Artinya : 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir 2. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah 3. Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah 4. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah 5. dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 6.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku"

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap manusia pastilah memiliki akhlak yang berbeda-beda. Dan perbedaan
tersebut menciptakan sebuah keseimbangan sosial yang saling mengisi satu sama lain. Ada
ruang untuk orang berakhlak buruk, juga ada ruang untuk orang berakhlak baik.
Akan tetapi sebuah keharusan bagi setiap manusia berakal untuk memperkecil ruang
akhlak buruk. Hal ini ditinjau dari setiap agama yang ada di dunia ini yang kesemuanya
membimbing umatnya untuk berbondong-bondong menuju kebaikan.
Ada banyak akhlak terpuji yang diajarkan dalam Islam. Dan sedikit diantaranya ialah
yang sudah dijelaskan dalam makalah ini. Beberapa akhlak yang disebutkan diatas
semuanya membimbing kita untuk mengendalikan diri. Menjelaskan kepada kita bagaimana
seharusnya hidup berTuhan. Mengajarkan bagaimana seharusnya kita berinteraksi dengan
lingkungan kita.
Saat semua manusia sadar akan faedah dari akhlak terpuji, maka akan tercipta
suasana harmonis dalam kesatuan. Walaupun didalamnya berisikan perbedaan, Baik
perbedaan akidah, maupun perbedaan sifat. Semua pastilah mengedepankan toleransi.
Menjunjung tinggi rasa pluraris.
Untuk itu hendaklah kita selalu berakhlak terpuji dalam setiap langkah kita.
Terutama beberapa akhlak terpuji yang sudah disebutkan diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA
Labib Mz, (2007), Ringkasan Ihya’ Ulumuddin Cet kedua
Bintang Usaha Jaya : Surabaya
Amin Syukur, (2006), Tasawuf Bagi Orang Awam
LKP-2, Suara Merdeka : Yogyakarta
http://jajaka-aja.blogspot.co.id/2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.html?m=1
http://www.ipapedia.web.id/2015/11/ajaran-islam-tentang-persatuan-dan-kerukunan.html?
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/13/pengertian-taubat-dan-raja’/
http://www.kitapunya.net/2015/07/pengertian-ridha-dan-hikmah-berperilaku.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai