Nim : 210201219
Jawab:
Menurut Zaki Mubarak Latif yang mengutip pendapat dari Hasan Al-
Banna mengatakan bahwa aka’id (bentuk jamak dari ‘aqidah) artinya beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati.
Jawab:
Hal ini karena akidah Islam berpegang Pada Al-Qur’an, Ash-Sunnah dan
Ijma’ Salafush shalih. Jadi, akidah islam diambil dari sumber yang jernih dan jauh
dari kekurangan hawa nafisu dan syahwat. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh
berbagai madzhab, millah dan ideology lainnya diluar akidah islam.
‘Aqidah Islam sesuai dengan fitrah yang sehat dan selaras dengan akal
yang murni. Akal murni yang bebas dari pengaruh syahwat dan syubhat tidak
akan bertentangan dengan nash yang shahih dan bebas dari cacat.
‘Aqidah Islam adalah ‘aqidah yang mudah dan jelas, sejelas matahari
ditengah hari. Tidak ada kekaburan, kerumitan, kerancuan, maupun kebengkokan
di dalamnya. Karena lafazh-lafazhnya begitu jelas dan makna-maknanya demikian
terang sehingga bisa dipahami oleh orang berilmu maupun orang awam, anak
kecil maupun orang tua. Karena Rasulullah Saw membawakannya dalam kondisi
yang putih bersih tidak ada yang menyimpang darinya, selain orang yang binasa.
‘Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari
arah manapun datangnya. Sebab, kebenaran itu tidak mungkin rancu, paradox
maupun kabur, melainkan serupa satu sama lain dan saling menguatkan.
Allah Swt berfirman.
٨٢ َأَفاَل َيَتَدَّبُروَن ٱۡل ُقۡر َء اَۚن َو َلۡو َك اَن ِم ۡن ِع نِد َغ ۡي ِر ٱِهَّلل َلَو َج ُدوْا ِفيِه ٱۡخ ِتَٰل ٗف ا َك ِثيٗر ا
Artinya:
Jawab:
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang
mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan
nama gerakan muwahhidin (yang memperjuangkan tauhid). Dalam perkembangan
sejarah kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu
cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan
membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang
menyangkut masalah ke-Maha Esa-an Allah.
a. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah taala di dalam
perbuatan-perbuatan-Nya.
Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah subhanahu
wa ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits
dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-hukumnya.
c. Tauhid Uluhiyah
Jawab:
Firman Allah:
٥٣ َو َم ا ِبُك م ِّم ن ِّنۡع َم ٖة َفِم َن ٱِۖهَّلل ُثَّم ِإَذ ا َم َّسُك ُم ٱلُّض ُّر َفِإَلۡي ِه َتَٔۡجُروَن
Artinya:
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-
lah kamu meminta pertolongan. (S. An Nahl: 53).
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan,
ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia tidak menyadari bahwa
kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
٨٧ َو اَل َتْأَۡيُسوْا ِم ن َّرۡو ِح ٱِۖهَّلل ِإَّن ۥُه اَل َيْأَۡيُس ِم ن َّرۡو ِح ٱِهَّلل ِإاَّل ٱۡل َقۡو ُم ٱۡل َٰك ِفُروَن
Artinya:
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Q.S. Yusuf: 87)
Sabda Rasulullah Saw. Artinya: Tidak akan masuk surga orang yang di
dalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan. (HR. Muslim)
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang akan terjadi pada dirinya.
Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu
tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih
kebahagiaan dan keberuntungan itu.
َو ٱۡب َتِغ ِفيَم ٓا َء اَتٰى َك ٱُهَّلل ٱلَّد اَر ٱٓأۡلِخ َر َۖة َو اَل َتنَس َنِص يَبَك ِم َن ٱلُّد ۡن َيۖا َو َأۡح ِس ن َك َم ٓا َأۡح َس َن ٱُهَّلل ِإَلۡي َۖك َو اَل َتۡب ِغ ٱۡل َفَس اَد ِفي
٧٧ ٱَأۡلۡر ِۖض ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ٱۡل ُم ۡف ِسِد يَن
Artinya:
d. Menenangkan Jiwa
٣٠ َو ٱۡد ُخ ِلي َج َّنِتي٢٩ َفٱۡد ُخ ِلي ِفي ِع َٰب ِد ي٢٨ ٱۡر ِج ِع ٓي ِإَلٰى َر ِّبِك َر اِضَيٗة َّم ۡر ِض َّيٗة٢٧ َٰٓيَأَّيُتَها ٱلَّنۡف ُس ٱۡل ُم ۡط َم ِئَّنُة
Artinya:
Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam Surga-Ku. (Al Fajr: 27-30).
Jawab: