Akhlak Tasawuf 5
Akhlak Tasawuf 5
Dosen Pengampu :
Nursyamsu,M.Ud
Disusun oleh :
Kelompok 8
2023/2024
KATA PENGANTAR
Kami berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, sehingga
dapat menambah wawasan kita mengenai Perkembangan Tasawuf dari zaman ke
zaman. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karenaitu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………...ii
Daftar Isi………………………………………………………….....iii
Bab 1/Pendahuluan………………………………………………….1
A.latar Belakang………………………………………………......1
B.Rumusan Masalah……………………………………………....1
C.Tujuan…………………………………………………………..1
Bab 2/Pembahasan…………………………………………………..2
A.Pengertian Khauf dan raja’………………………………….....2
B.Pentingnya Khauf dan Raja’Dalam Islam………………………4
C.Hakikat Khauf dan Raja’………………………………………..8
D.Contoh-contoh Keseimbangan Antara Khauf dan Raja’……….18
Bab 3/Penutup………………………………………………………..20
A.Kesimpulan……………………………………………………...20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tasawuf adalah sebuah aliran dalam Islam yang berfokus pada dimensi
mistik dan spiritual agama. Penganut tasawuf, yang disebut sufi, berusaha untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Allah, mencari kebijaksanaan
spiritual, dan mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan. Mereka meyakini
bahwa dengan mengikuti praktik-praktik khusus, seperti meditasi, dzikir
(pengulangan nama Allah), dan penekanan pada kesucian batin, seseorang dapat
mencapai kesatuan dengan Allah dan mencapai kesempurnaan spiritual. Tasawuf
sering kali dianggap sebagai jalan tambahan atau dimensi dalam praktik Islam yang
lebih umum.
Dalam konteks tasawuf, "khauf" dan "raja'" adalah dua konsep penting yang
mengacu pada perasaan dan hubungan seorang sufi dengan Allah.Khauf dan raja'
adalah dua perasaan yang saling melengkapi dalam praktik spiritual sufi. Mereka
membantu sufi menjalani perjalanan spiritual mereka dengan keseimbangan antara
rasa takut akan hukuman Allah dan harapan akan rahmat-Nya.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana yang dimaksud dengan Khauf dan Raja’ tersebut?
2.Bagaimana perbedaan antara Khauf dan Raja’tersebut?
C.Tujuan
1.Mengetahui Bagaimana yang dimaksud dengan Khauf dan Raja’.
2.Mengetahui perbedaan anatara Khauf dan Raja’
1
BAB 2
PEMBAHASAN
la pun melihat ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah ini,
yakni al- khauf minallah (takut dari Allah) dan al-takhwif minallah (seseorang
takut akan Allah). Al-khauf minallah (takut kepada Allah) bukanlah berupa
ketakutan kepada Allah yang bergetar dan terasa di dada manusia seperti takut
kepada singa. Yang dimaksudkan dengan hal ini adalah diri dan perbuatan
2
maksiat dan selanjutnya mengarahkannya untuk tunduk dan patuh kepada
Allah. Oleh karena itu, tidaklah disebut sebagai seorang takut ) (خائِف, bila
belum sanggup menghilangkan perbuatan
2. Definisi Raja’
Secara etimologi, kata raja berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas
tiga huruf, yaitu ra, jim dan 'ain yang bermakna 5 (mengembalikan,
menjawab, menolak, memalingkan) dan ) تکرارpengulangan). Sedangkan
3
menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah" (HR.
Tirmidzi).
Ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh orang yang raja' terhadap
sesuatu, yaitu: pertama, mencintai yang diharapkannya. Kedua, takut akan
kehilangannya. Ketiga, usaha untuk mendapat kannya.
Jadi, raja yang tidak disertai dengan tiga perkara di atas, hanyalah
angan- angan semata. Sedangkan raja' itu bukan angan-angan, begitu pula
sebaliknya. [17]
1. Khauf ( )خوف: Ini merujuk pada rasa takut kepada Allah. Khauf
adalah perasaan takut yang positif yang membantu umat Islam menjauhi dosa
dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ini adalah bagian penting
dari ikhtiar untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Rasa takut akan bernilai ibadah apabila ditujukan kepada Allah ‘Azza
wa Jalla yang disertai dengan perendahan diri, pengagungan dan ketundukan
kepada Allah Ta’ala serta melazimkan seseorang untuk bertakwa.
4
Adapun rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dibagi menjadi dua
macam:
5
Jalla yang mampu melakukannya. Misalnya yang terkait dengan kematian,
rezeki, dan sebagainya. Ini hukumnya syirik akbar.
3. Takut yang Tergolong Maksiat
2. Raja' ( )رجاء: Ini merujuk pada harapan kepada Allah. Raja' adalah
keyakinan dan harapan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. Ini mendorong umat Islam untuk selalu berharap kepada rahmat
6
Allah bahkan setelah melakukan kesalahan. Raja' adalah aspek penting dalam
menjaga semangat dan kepercayaan kepada Allah.
َ َُّللاَ يَ ْغ ِف ُر الذُّن
وب َّ َّللاِ َرحْ َم ِة ِإ َّن ُ َِي الَّذِينَ أَس َْرفُوا َعلَى أَنفُ ِس ِه ْم ََل ت َ ْقن
َّ َطوا ِمن َ قُ ْل يَ ِعبَاد
ُُ*الر ِحيم
َّ ور ُ ُجميعًا ِإنَّهُ ه َُو ْالغَف
ِ
Yang artinya:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-
lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Yang artinya:
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik".
7
a) Pengharapan orang awam, yakni tempat kembali yang baik dengan
diperolehnya pahala.
8
atau bahkan menjadi dendam. Disini, maka ilmu yang dimaksud adalah
jelas sebagai sebab dari rasa takut (al-khauf) dan kegelisahan hati yang
kuat. Begitu juga dengan apa yang dapat membakar, mengetahui (’ilm)
sebab-sebab yang dapat menimbulkan kebakaran juga menimbulkan
rasa takut (al-khauf). Kebakaran pada contoh ini tidak lain adalah rasa
takut itu sendiri.
9
menghapus air matanya, tetapi orang yang takut adalah orang yang
meninggalkan apa yang ia takutkan yang kemungkinan kelak akan menimpa
dirinya”. Dan ”siapa yang takut terhadap sesuatu, ia lari darinya. Orang yang
takut kepada Allah, justeru akan mendekat kepada-Nya”.
1
2 A. Wahib Mu'thi, "Pekerjaan-Pekerjaan Hati Menurut Ibn Taimiyyah, dalam Ulumul Qur'an, Nomor
1, Vol. V, Th. 1994, h. 70. Istilah maqamat mempunyai pengertian yang berbeda dari istilah ahwal.
Maqamat jamak dari maqam dapat diartikan sebagai tahapan-tahapan yang ditempuh oleh sufi
melalui usaha. Sedangkan ahwal jamak dari hol, ialah keadaan haci yang dialami oleh sufi sebagai
karunia yang datang dari Tuhan. Untuk detailnya lihat A. Wahib Mu'thi, ibid, mengutip dari Abu Nasr
Al-Sarraj, Kitab Al-Luma Sementara itu, al-Ghazali menuliskan bahwa dinamakan maqam bila
keberadaannya tetap dan diam (tsabata wa aqama), sedangkan dinamakan hal karena
keberadaannya cepat hilang (sari¹ al-zıwal), sesuatu yang tidak tetap dalam hati. Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulum Ad-Din, Beirut: Dar Al-Fikir, nd, Jilid. Ke-IV, h. 142,
selanjutnya disebut al-Ghazali
10
Dalam pembicaraan al-Ghazali mengenai al-khauf berikutnya ia
menjelaskan tidak semua rasa takut itu terpuji dan semakin banyak rasa takut
seseorang itu baik. Anggapan seperti ini ditegaskan al-Ghazali sebagai
kekeliruan. Al-khauf yang sesungguhnya adalah ”cambuk Allah” yang
menggiring hamba-Nya untuk bergiat diri dalam ilmu dan amal guna enggapai
kede-katan kepadaNya. Bagi al-Ghazali rasa takut yang terpuji adalah yang
pertengahan (al-‘itidal wa al wasth ). Rasa takut yang berlebihan dan melewati
batas-batas pertengahan akan menimbulkan penyesalan. Rasa takut seperti ini
tercela sebab kondisi seperti ini boleh jadi akan menghalangi amal. Yang
dimaksud al-khauf sebenarnya adalah ”cambuk”, sesuatu yang mendorong
untuk beramal yang tanpa itu, maka al-khauf pun tidak akan sempurna
keberadaannya.
11
disenangi kecuali dengan mengekang hawa nafsu. Hawa nafsu tidak akan
pernah padam kecuali dengan api al-khawf.
2.Hakikat Raja’
Al-raja’ 21 (mengharap) menurut al-Ghazali adalah sebagian dari maqamat
para salikin dan ahwal orang-orang yang dalam pencarian untuk dekat dengan
Tuhan. Hakikat dari mengharap (al-raja’) dilengkapi pula dengan hal, ilm dan
12
amal. ilm sebagai sebab yang dapat menimbulkan hal, dan hal memerlukan
adanya amal. Sedang al-raja’ adalah nama dari ketiganya.
Berharap merupakan sesuatu yang lebih baik daripada merasa takut,
Hal itu karena hamba yang paling dekat dengan Allah swt, adalah hamba yang
dicintainya Penjelasannya adalah apa saja yang dijumpai oleh seseorang tidak
terlepas dari ”dibenci” dan ”dicintai”. Kedua kondisi ini keberadaannya ada
pada saat sekarang, masa lalu dan masa yang akan datang. Bila terdetik dalam
hati seseorang tentang maujud hari ini dinamakan idrak (penge-tahuan) Bila
terdetik dalam hati seseorang tentang maujud sesuatu di masa lalu dinamakan
zikr (ingatan), dan bila terdetik dalam hati seseorang tentang maujud di masa
mendatang disebut intizhar (penantian). Lalu bila yang dinanti adalah sesuatu
yang dibenci, maka yang terjadi adalah luka dalam hati yang dinamakan hauf.
Dan bila yang ditunggu adalah sesuatu yang dicintai, maka yang terjadi adalah
penantian yang menambat hati dengan berbagai kesenangan dan kelapangan
(alirtiyah). Kelapangan inilah yang dinamakan al-raja’.Dengan demikian, al-
raja’ adalah kelapangan atau terbuka lebamya hati dalam menantikan sesuatu
yang dicintainya. Namun begitu, sesuatu yang dinanti dan dicintai itu adalah
suatu ”keharusan”, nyata adanya dan perlu adanya berbagai upaya. Maka
apabila penantian itu tidak didasari atas sejumlah upaya tertentu, atau bahkan
upaya itu bertolak belakang dengan penantian itu, itu tidak ubahnya dengan
fatamorgana. Untuk hal yang kedua ini, kata alGhazali ”kedunguan lebih tepat
sebutannya ketimbang al-raja’.
Pengertian al-raja’ yang sesungguhnya adalah penantian atas sesuatu
yang dicintai dengan mengerahkan segenap upaya seorang hamba. Seorang
hamba, yang menanam benih iman lalu disirami dengan air ketaatan,
mensucikan hati dari segala prilaku tercela, kemudian menanti keutamaan
Allah Swt. Untuk menetapkannya agar mati dalam keadaan baik (husnu al-
khotimah) serta berlimpah ampunanNya. Penantian seperti ini adalah raja’
yang sesungguhnya dan dibangkitkan dengan kegigihan dan upaya-upaya
13
iman dan ampunan menuju kematian. Penantian tanpa benih keimanan ir
ketaatan kepada Allah serta hati yang masih lekat dengan perilaku tercela
serta kenikmatan duniawi, maka penantian serupa ini tidak lebih hanyalah
kedunguan dan fatamorgana.
Sabda Nabi Muhammad SAW :Orang yang dungu adalah orang yang
menuruti hawa nafsunya dan berharap akan surga Allah.Firman Allah
Swt.:Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyianyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan.Maka datanglah sesudah mereka generasi
(yang jahat) yang mewarisi al-Kitab, yang mengam-bil harta benda dunia
yang rendah ini, dan berkata: ”Kami akan diberi ampunan”. Dan aku tidak
mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan
kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik
daripada kebun-kebun itu.
14
1.Dalil Khauf (rasa takut) dalam Ibadah yaitu firman Allah:
َ أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَ ْبتَغُونَ إِلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ أَيُّ ُه ْم أ َ ْق َربُ َويَ ْرجُونَ َرحْ َمتَهُ َويَخَافُونَ َعذَابَهُ ِإ َّن
َ َ عذ
اب
ً َُربِّكَ َكانَ َمحْ ذ
ورا
Dalam setiap perbuatan dan ibadah seorang hamba harus ada ketiga
hal ini. Sebagaimana seseorang dalam urusan dunianya, ada tiga hal ini.
misalnya seorang mahasiswa yang mengikuti ujian, maka ada:
15
Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’
sebagaimana dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang hamba berdoa
dengan harap dan cemas. Allah berfirman,
ِ ارعُونَ فِي ْال َخي َْرا
َت َويَدْعُونَنَا َر َغبًا َو َر َهبًا َوكَانُوا لَنَا خَا ِشعِين ِ سَ ُِإنَّ ُه ْم كَانُوا ي
يخاف هللا ويرجوه،والعبد يسير إلى هللا بين الرجاء والخوف كالجناحين للطائر
16
2
الِلِ َع َّز َو َج َّل َّ ََل َي ُموت ََّن أ َ َحد ُ ُك ْم ِإ ََّل َوه َُو يُحْ ِسنُ ال
َّ ظ َّن ِب
2
15 Ibid, h. 157
16 Ibid.,
18 QS. Fathir: 28
19 QS. Al-Maidah: 122. Ayat yang sama juga terdapat dalam QS. At-Taubah: 101, Al- Mujadalah: dan
al-Bayyinah: 8
20 Hadits ini seperti ditulis al-Ghazali, diriwayatkah oleh Abu Bakar Lal al-Faqih.
21 Al-Ghazali dengan terlebih dahulu menjelaskan al-raja'baru kemudian disusul dengan al-khawf.
17
Sebagian ulama mengatakan:
“Hendaknya rasa berharap lebih mendominasi ketika melakukan
ketaatan dan rasa takut lebih mendominasi ketika ingin melakukan
maksiat”Karena ketika melakukan ketaatan akan menuntut adanya husnuzhan
kepada Allah, sehingga hendaknya rasa harap lebih besar yaitu ia engharapkan
amalannya diterima. Adapun dalam maksiat, hendaknya rasa takut lebih besar
agar ia tidak terjerumus dalam maksiat.
18
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi, kata khauf berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas
tiga huruf, yaitu khaf, waw dan fa yang bermakna al-faza "ketakutan,
kepanikan, terkejut, bingung".Sedangkan Raja’ Secara etimologi, kata raja
berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas tiga huruf, yaitu ra, jim dan 'ain
yang bermakna 5 (mengembalikan, menjawab, menolak, memalingkan) dan
) تکرارpengulangan).
Khauf dan Raja' adalah dua konsep penting dalam Islam yang berkaitan
dengan rasa takut kepada Allah dan harapan kepada-Nya:
1. Khauf ( )خوف: Ini merujuk pada rasa takut kepada Allah. Khauf
adalah perasaan takut yang positif yang membantu umat Islam menjauhi dosa
dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ini adalah bagian penting
dari ikhtiar untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Adapun rasa takut di bagi menjadi 4 macam ,yaitu :
1.Takut yang bernilai ibadah.
2.Takut yang tergolong syirik.
3.Takut yang tergolong maksiat.
4.Takut yang bersifat Naluriah (tabi'i)
2. Raja' ( )رجاء: Ini merujuk pada harapan kepada Allah. Raja' adalah
keyakinan dan harapan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang. Ini mendorong umat Islam untuk selalu berharap kepada rahmat
Allah bahkan setelah melakukan kesalahan. Raja' adalah aspek penting dalam
menjaga semangat dan kepercayaan kepada Allah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20