Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat hidayah-Nya,
kegiatan penyusunan makalah dapat terlaksana dengan baik.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu kegiatan proses belajar-mengajar di


SMAN 1 TIGA DIHAJI , dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan yang bernuansa Islami. Makalah yang berjudul “Prinsip dan
Praktek Ekonomi dalam Islam”  ini menyajikan tentang bagaimana ekonomi yang sesuai
dengan syari’at Islam. Makalah  ini berasal dari berbagai sumber, kemudian sedemikian rupa
Saya singkat menjadi sebuah makalah.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Guru pengajar yang telah memberikan
Saya bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini. Akhirnya, semoga Allah
meridhoi kegiatan penyusunan makalah  ini dan memberikan manfaat bagi kita semua yang
membacanya.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Makalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
A. Hakikat Mencintai Allah Swt......................................................................................................4
B. Pengertian Khauf dan Raja’........................................................................................................6
C. Dalil-dalil Khauf dan Raja’..........................................................................................................7
D. Ciri-ciri Khauf dan Raja’..............................................................................................................9
E. Macam-macam Khauf dan Raja’..............................................................................................10
F. Korelasi Khauf dan Raja’.........................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai manusia kita pastinya pernah merasakan yang namanya takut, sedih,gelisah dan
selalu berharap. Allah SWT menciptakan manusia lebih mulia di banding ciptaanNya yang
lain seperti hewan, jin, tumbuh-tumbuhan. Allah SWT pastinya sudah memikirkan tujuan
kenapa di ciptakan manusia.Dan salah satu tujuannya adalah agar manusia beribadah
kepadaNya.

Kita pasti pernah merasakan yang namanya takut dan berharap. Untuk lebih mengetahui
apa itu takut dan berharap, makah kami susun makalah ini yang berjudul khauf dan raja’,
agar kita lebih mengetahui secara mendalam.

B. Rumusan Makalah

Adapun rumusan masalah yang kami ambil, yaitu:


1. Bagaimana perngertian tentang khauf dan raja’?
2. Apa ciri-ciri Khauf dan Raja’?
3. Apa saja dalil-dalil yang menjelaskan tentang khauf dan raja’?
4. Bagaimana tingkatan-tingkatan khauf dan raja’?
5. Apa korelasi antara khauf dan raja’?

C. Tujuan Makalah

Dari rumusan di atas, maka makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian tentang khauf dan raja’.
2. Mengetahui ciri-ciri khauf dan raja’.
3. Mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan tentang khauf dan raja’.
4. Mengetahui tingkatan-tingkatan khauf dan raja’.
5. Mengetahui korelasi khauf dan raja

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Mencintai Allah Swt.

Cinta adalah perasaan yang suci dan lembut berupa rasa kasih sayang. Perasaan cinta
ditandaidengan rasa rindu kepada yang dicintai. Tingkatan cinta tertinggi dan hakiki adalah
cinta kepada Allah Swt. Cinta kepada Allah Swt. (mahabbatullah) berarti menempatkan Allah
Swt. dalam hati sanubari. Cinta merupakan unsur terpenting dalam ibadah, di samping khauf
(takut) dan raja’ (berharap). Ketiganya menjadi perasaan hati yang harus dimiliki setiap
mukmin dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Cinta seseorang kepada Allah
tumbuh dari pengaruh akal dan jiwa yang kuat akibat berpikir mendalam terhadap kekuasaan-
Nya di langit dan bumi. Cinta ini akan semakin menggelora dengan merenungkan ayat-ayat
Al-Qur`an dan membiasakan diri berzikir dengan nama dan sifat-sifat Allah Swt. Seseorang
tidak akan memperoleh kesempurnaan iman tanpa mengenal keagungan Allah Swt.,
merasakan kebaikan dan ketulusan Allah, dan mengakui nikmat-nikmat-Nya. Allah Swt.
telah menetapkan cinta kepada orang-orang beriman sebagaimana irman-Nya dalam Q.S. al-
Baqarah/2: 165 berikut ini: ُ “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain
Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim
itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya
milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).

” (Q.S. al-Baqarah/2: 165) Ketika cinta seseorang kepada Allah Swt. mengakar kuat
dalam jiwanya, maka akan berpengaruh terhadap seluruh kehidupannya. Segala sesuatu akan
terasa indah karena adanya rasa cinta kepada Allah Swt. Seseorang yang cinta kepada Allah
Swt. akan merasakan manisnya iman, sebagaimana hadis berikut ini. “Dari Anas r.a. dari
Nabi Saw., beliau bersabda: ’Ada tiga hal di mana orang yang memilikinya akan merasakan
manisnya iman yaitu: mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai
seseorang karena Allah, dan enggan untuk kembali kair setelah diselamatkan oleh Allah
daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari dan
Muslim) Rasulullah Saw. telah menyalakan api cinta pada hati para sahabatnya hingga
mereka lebih mencintai Allah Swt. daripada mencintai diri sendiri dan keluarganya. Para
sahabat Nabi rela mengorbankan jiwa demi cintanya kepada Allah Swt.

4
Cinta kepada Allah yang menjadikan para sahabat meninggalkan kenikmatan duniawi
demi meraih kebahagiaan di akhirat. Tanda-Tanda Cinta kepada Allah Swt.:

a) Mencintai Rasulullah Saw.

Di antara tanda seseorang mencintai Allah Swt. adalah adanya rasa cinta kepada rasul-
Nya. Simaklah Q.S. Ali Imran/3: 31 berikut ini

: “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(Q.S. Ali Imran/3: 31) Ayat di atas dipertegas lagi dengan sebuah hadis nabi berikut ini

“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Demi dzat yang jiwaku
berada dalam kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku
lebih dicintai daripada orang tuanya dan anaknya”. (HR. Bukhari).

b) Mencintai Al-Qur`an Seseorang yang cinta kepada Allah Swt. dan rasul-Nya

pasti akan cinta kepada Al-Qur`an. Dengan demikian ia akan selalu membaca dan
mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Swt.
kepada Rasulullah Saw. melalui malaikat Jibril a.s. Sehingga kecintaan kepada Al-Qur`an
akan menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah Saw. sebagai penerima wahyu Allah Swt.
Mencintai Rasulullah Saw. berarti pula mencintai sunah-sunahnya.

c) Menjauhi perbuatan dosa Rasa cinta kepada Allah Swt.

akan menjadikan seseorang selalu berusaha untuk menghindari perilaku dosa dan
maksiat. Mereka selalu taat kepada perintah-Nya dengan ketaatan yang murni. Perilaku dosa
akan menjauhkan hamba dari Tuhannya, sedangkan ketaatan akan mendekatkan diri kepada
Tuhannya. Di samping itu, seseorang yang cinta kepada Allah Swt. akan selalu
memperbanyak berzikir kepada-Nya. Mereka akan selalu menyebut nama-Nya pada setiap
kesempatan. Hatinya bergetar tatkala disebut nama Allah Swt., dan bertambah imannya saat
melihat tanda-tanda kebesaran-Nya.

d) Mendahulukan perkara yang dicintai oleh Allah Swt.

Apapun yang dicintai oleh Allah Swt. akan lebih diutamakan oleh seseorang yang
mencintai Allah Swt. Mereka tidak mempedulikan lagi kepentingan dan urusan pribadi atau
pun keinginannya. Cintanya kepada Allah Swt. mewujudkan pengorbanan yang
mengagumkan. Keikhlasan hati orang-orang yang cinta kepada Allah Swt. berbuah amal

5
kebaikan pada seluruh aktivitas kehidupannya. Mereka merasa ringan untuk meninggalkan
semua urusan, demi melaksanakan perintah Dzat yang ia cintai.

e) Tak gentar menghadapi hinaan Kecintaan seseorang kepada Allah Swt.

akan menjadikannya semakin teguh dalam mengamalkan ajaran Islam. Ia tak


menghiraukan hinaan, cemoohan dan ujaran kebencian dari orang yang benci kepadanya.
Kekuatan cinta membuatnya kuat menghadapi berbagai macam hujatan. Inilah yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam menghadapi kaum musyrikin. Semua hinaan yang
ditujukan kepada Nabi Saw. tak menyurutkan langkah untuk tetap melanjutkan dakwah.

B. Pengertian Khauf dan Raja’.

Secara bahasa Khauf berasal dari kata khofa yakhofu khoufan yang artinya takut.Yang
dimaksud disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah,
atau kegalauan hati yang membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.

Al-Ashfahani menyatakan bahwa kha’uf adalah:


‫ ٍة‬Eَ‫ظنُوْ ن‬ ْ ‫ا َر ٍة َم‬EE‫ب ع َْن َأ َم‬ ْ ‫تَ َوقُّ ُع َم ْكرُوْ ِه ع َْن َأ َما َر ٍة َم‬
َ ‫ظنُوْ نَ ٍة َأوْ َم ْعلُوْ َم ٍة َك َما َ َأ َّن الر‬
ٍ ْ‫و‬EEُ‫َّجا َء َو الطَ َم َع ت ََوقُّ ُع َمحْ ب‬
‫َأوْ َم ْعلُوْ َم ٍة فِ ْي اُأل ُموْ ِر ال ُّد ْنيَ ِويَّ ِة َواُأل ْخ َر ِويَّ ِة‬
“ Perkiraan akan terjadinya sesuatu yang dibenci karena bertanda yang diduga atau
yang diyakini, sebagaimana harapan dan hasrat tinggi itu adalah perkiraan akan
terjadinya sesuatu yang disenangi karena pertanda yang diduga atau diyakini, baik
dalam urusan duniawi maupun ukhrawi”.
Ia pun melihat ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah ini, yakni al-khauf
minallah (takut dari Allah) danal-takhwif minallah (seseorang takut akan Allah). Al-
khauf minallah (takut kepada Allah) bukanlah berupa ketakutan kepada Allah yang
bergetar dan terasa di dada manusia seperti takut kepada singa. Yang dimaksudkan
dengan hal ini adalah diri dan perbuatan maksiat dan selanjutnya mengarahkannya
untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Oleh karena itu, tidaklah disebut sebagai
ٌ ‫)خَاِئ‬, bila belum sanggup menghilangkan perbuatan-perbuatan dosa.
seorang takut ( ‫ف‬
Adapun at-takwifminallah(Membuat seseorang takut akan Allah) adalah perintah agar
tetap melaksanakan dan memelihara kepatuhan kepada-Nya seperti firman-Nya di
dalam QS.Az-Zumar [39]:16 yang berbunyi:

6
َ‫ ِعبَا َدهُ يَ ِعبَا ِد فَاتَّقُوْ ن‬,‫ف هللاُ بِ ِه‬
Eُ ‫ك يُ َح ِّو‬
َ ِ‫ذَل‬

Terjemah:

“Demikianlah Allah membuat takut hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka


bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku”.

Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau optimism.
Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan
disenangi.Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam
memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang Shaleh.1

Raja’ (pengharapan) berbeda dengan tamanni (angan-angan). Sebab, orang yang


beharap adalah orang yang megerjakan sebab, yakni ketaatan, seraya mengharapkan ridha
dan pengabulan dari Allah.Sedangkan orang yang berangan-angan meninggalkan sebab dan
usaha, lalu dia menunggu datangnya ganjaran dan pahala dari Allah. Orang semacam inilah
yang terekam dalam sabda Nabi, “ dan orang yang lemah adalah orang yang selalu
menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.” (HR.Tirmidzi).

C. Dalil-dalil Khauf dan Raja’.

1. Dalil al-Qur’an tentangg khauf dan Raja’.


QS annur : 52

Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.
QS al imron :175

1
Rosidi, Pengantar Akhlak Tasawuf, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 11,12

7
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. Ali ‘Imraan: 175)

Al-Ashfahani menyatakan bahwa kha’uf adalah:


َ ‫ت ََوقُّ ُع َم ْك ُر ْو ِه َع ْن َأ َم َار ٍة َم ْظ ُن ْون َ ٍة َأ ْو َم ْعلُ ْو َم ٍة اَمَك َ َأ َّن َّالر َجا َء َو‬
‫الط َم َع ت ََوقُّ ُع َم ْح ُب ْو ٍب َع ْن َأ َم َار ٍة َم ْظ ُن ْون َ ٍة َأ ْو َم ْعلُ ْو َم ٍة‬
‫يِف ْ اُأل ُم ْو ِر ادلُّ نْ َي ِوي َّ ِة َواُألخ َْر ِوي َّ ِة‬

“ Perkiraan akan terjadinya sesuatu yang dibenci karena bertanda yang diduga atau
yang diyakini, sebagaimana harapan dan hasrat tinggi itu adalah perkiraan akan terjadinya
sesuatu yang disenangi karena pertanda yang diduga atau diyakini, baik dalam urusan
duniawi maupun ukhrawi”.2

2. Dalil-dalil tentang Raja’.

QS Yusuf : 87

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
."Allah, melainkan kaum yang kafir

Dan Allah menyifati orang yang selalu mengharap rahmat-Nya dalam firman-Nya,”
(QS.Al-Baqarah :218.).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(QS.Al-Baqarah :218.).

2
Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an Kajian KosakataCet. I, (Jakarta: Letera Hati, 2007), hlm 473

8
Hadis-hadis Nabi juga banyak yang menganjurkan untuk selalu mengharap rahmat
Allah. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :

َ‫ك‬EEَ‫ت ل‬ُ ْ‫ يَا ا ْبنَ آ َد َم ِإنَّكَ َما َدعَوْ تَنِي َو َر َجوْ تَنِي َغفَر‬:‫ك َوتَ َعالَى‬ َ ‫ قَا َل هَّللا ُ تَبَا َر‬:ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُول‬
َ ِ‫ْت َرسُو َل هللا‬ ُ ‫َس ِمع‬
‫ا ا ْبنَ آ َد َم‬EEَ‫ ي‬،‫الِي‬EEَ‫ َوالَ ُأب‬،‫ك‬ ُ ْ‫ر‬EEَ‫ك َعنَانَ ال َّس َما ِء ثُ َّم ا ْستَ ْغفَرْ تَنِي َغف‬
َ Eَ‫ت ل‬ َ ُ‫َت ُذنُوب‬ ْ ‫ يَا ا ْبنَ آ َد َم لَوْ بَلَغ‬،‫ك َوالَ ُأبَالِي‬ َ ‫َعلَى َما َكانَ فِي‬
َ ُ‫ك بِي َش ْيًئا َألتَ ْيت‬
ً‫ك بِقُ َرابِهَا َم ْغفِ َرة‬ ِ ْ‫ب اَألر‬
ُ ‫ض َخطَايَا ثُ َّم لَقِيتَنِي الَ تُ ْش ِر‬ ِ ‫ك لَوْ َأتَ ْيتَنِي بِقُ َرا‬
َ َّ‫ِإن‬.3
Artinya:
“Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu bermohon
kepada-Ku dan ber-raja’ pada-Ku, Aku pasti mengampunimu atas segala keadaanmu
dan Aku tidak peduli.Wahai anak Adam, kalaulah dosa-dosamu mencapai langit
kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, niscya Aku mengampunimu. Wahai
anak Adam, jika sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa/ kesalahan
sebanyak isi bumi tetapi kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya
Aku akan datang dengan kemampuan sebanyak isi bumi pula” (HR. Turmudzi).4

D. Ciri-ciri Khauf dan Raja’.

Adapun cirri-ciri Khauf adalah:


1) Mampu menjaga tutur kata dan perbuatannya dri prilaku maksiat yang di larng
oleh allah
2) Semakin hari bertmbah rajin ibadahnya dan amal kebaikannya
3) Tampak berani menghadapi setiap rintangan,sepannjang untuk membela kebenran
.
4) Jika di sebutkan nama allah kepadanya,hatinya bergetar dan jiwanya khusuk
mengagumi keagungan allah.
5) Senantiasa menjauhi dan menghindari perbuatan yang di larang oleh allah SWT.

Adapun ciri-ciri raja’ adalah:

1) Memiliki sifat jiwa optimis dan penuh semangat dalam menjuhi kehidupan.
2) Tekun dan ulet dalam mengerjakn suatu pekerjaan meskipun sering di hadapkan
pada kegagalan dan kerugian.

4
Muhammad Ibn ‘Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahaq al-Turmuziy, Sunah al-Turmuiy, Juz 5(Beirut: Dar al-
Garbi al-Islamiy, 1998), hal. 440.

9
3) Menghargai waktu dan kesempatan untuk senantiasa di isi dan di manfatkan
dengan pekerjan yang  baik dan maslahat.
4) Tidak lekas prustasi dan patah semangat dalam menjalani suatu tugas belajar atau
bekerja
5) Meyakini bahwa allah SWT adalah maha pengasih dan maha penyayang bagi
semua hambnya

E. Macam-macam Khauf dan Raja’.

1. Macam-macam Khauf

a) Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut tenggelam,
maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan tetapi apabila
rasa takut ini menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang
diharamkan maka hal itu haram.
b) Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya
tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh ada kecuali
ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah
syirik akbar.
c)  Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang
berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi
dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bagian
dari syirik.
2. Macam-macam Raja’.
Dua bagian termasuk termasuk raja` yang terpuji pelakunya sedangkan satu lainnya
adalahraja` yang tercela. Yaitu:

a) Seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah di atas cahaya
Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya
b) Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap
ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya.
c)  Adapun yang menjadikan pelakunya tercela ialah seseorang yang terus-menerus
dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi

10
amalan. Raja`yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang
dusta.5

F. Korelasi Khauf dan Raja’.

Berbicara tentang relasi antara khauf dan raja’ ibarat berbicara tentang Romeo
dan Juliet. Karena setiap orang yang raja’ pastilah ia orang yang khauf. Seorang
pejalan, jika ia takut, ia pasti mempercepat langkahnya, kalau–kalau ia tidak
mendapatkan yang ditujunya. Dalam hal ini penulis mengutip pendapat Ibnu Qayyim
yang mengatakan bahwa dalam perjalanan menujun Tuhan, cinta, takut, dan harapan
merupakan inti.Setiap orang yang mencintai tentu berharap dan takut. Mengharapkan
apa yang ada pada diri kekasih dan takut tidak diperhatikan oleh kekasih atau yang
ditinggalkan, sehingga setiap cinta disertai dengan rasa takut dan harapan, karena setiap
perjalanan menuju Tuhan tidak terlepas dari dosa dan mengharapkan ampunan, tidak
terlepas dari amal saleh, 6
[21] dan mengharapkan diterima, tidak lepas dari
istiqamah ,dan mengharapkan kekekalannya dan tidak lepas dari kedekatan dengan
Tuhan dan mengharapkan pencapaiannya. Jadi, harapan (raja’) merupakan sebab
tercapaianya apa yang diinginkan.
Jika seseorang hamba sedang menghadap kepada Tuhannya dan berjalan untuk
mencapai kedekatan di sisi-Nya, maka sebaiknya dia menggabungkan antara khauf dan
raja’.Jangan sampai khaufnya mengalahkan raja’nya, sehingga dia berputus asa dari
rahmat dan ampunan Allah.Dan jangan pula raja’nya mengalahkan khaufnya, sehingga
di terjerumus ke jurang maksiat dan kejahatan.Dia harus terbang dengan kedua sayap
itu (khauf dan raja’) di udara yang jernih, sehingga dia dapat mencapai kedekatan di
hadirat Allah.
Relasi antara khauf dan raja’ digambarkan dengan takut kepada neraka-Nya dan
mengharap surga-Nya, takut jauh dari-Nya dan mengaharap untuk berada di dekat-Nya,
takut ditinggalkan-Nya dan mengharap ridha-Nya, takut putus hubungan dengan-Nya
dan berharap agar dapat terus berinteraksi dengan-Nya.7

BAB III
5
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf 1; Mukjizat Nabi, Karamah Wali dan Ma’rifah suci.(Jakarta : Kalam Mulia, 2009)
6

11
PENUTUP
A. Kesimpulan.

Secara bahasa Khauf berasal dari kata khofa yakhofu khoufan yang artinya takut.Yang
dimaksud disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah,
atau kegalauan hati yang membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.

Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau optimism.
Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan
disenangi.Secara terminology Raja’ diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam
memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang Shaleh.

12
DAFTAR PUSTAKA.
 http://zulkiflialmandary.blogspot.co.id/2015/04/khauf-dan-raja-makalah-
akhlak_21.html.tanggal 18 mei 2016.
 i https://kholiq09.wordpress.com/2010/02/18/ciri-ciri-khauf-dan-raja/.

13

Anda mungkin juga menyukai