KELOMPOK 3
DISUSUN OLEH :
1. NADIA DWI LESTARI
2. SINDY ELDA SAFIRA
3. INTAN KOMALA SARI
4. PUTRI ANI PUSPITASARI
KELAS : VIII.2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kelompok Kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berjudul " PROSES PEMBEKUAN DARAH
PADA MANUSIA " ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena . Oleh kerena itu
Kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................4
C. Ruang Lingkup............................................................................4
D. Tujuan..........................................................................................5
E. Manfaat.........................................................................................5
F. Metode Penyusunan.....................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
2.1 Hemostasis..................................................................................5
2.2 Pembekuan Darah.....................................................................6
2.3 Gangguan Pembekuan Darah................................................15
BAB III
PENUTUP..........................................................................................17
3.1 Simpulan......................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari–hari, selalu saja ada kemungkinan rusak
kesinambungan dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda
runcing, tersayat pisau dan sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya
darah sehingga selalu ada reaksi untuk menghentikannya. Apabila tidak diatasi,
ada kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah dan terjadinya infeksi.
Tetapi untuk luka yang kecil yang terkadang bahkan tidak kita sadari, jarang
sekali dilakukan upaya untuk menegndalikan luka itu. Misalnya pada kasus luka
kecil di saluran cerna akibat memakan sesuatu yang keras dan runcing, misalnya
tertelan duri ikan. Bisa saja hal ini akan menimbulkan infeksi bila tidak ada
kesadaran dari individu itu sendiri untuk mengatasinya. Untunglah di dalam tubuh
setiap manusia mempunyai suatu mekanisme pengendalian pendarahan atau
hemostasis dan pembekuan darah atau koagulasi.
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan
bekuan fibrin pada tempat cedera.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembekuan darah ?
2. Apa saja gangguan pada pembekuan darah ?
3. Apa saja yang termasuk Faktor – faktor pembekuan darah?
4. Bagaimana proses pembekuan darah ?
C. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas tentang khususnya proses terjadinya pembekuan
darah, dan gangguan dalam pembekuan darah.
4
D. Tujuan
Tujuan Penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Hemostasis dan macam luka serta pengendaliannya
2. Mengetahui faktor-faktor pembekuan darah
3. Mengetahui proses pembekuan darah
4. Mengetahui gangguan pembekuan darah
E. Manfaat
Agar para pembaca dapat memperoleh pemahaman tentang proses
pembekuan darh dan gangguan pembekuan darah .
F. Metode Penyusunan
Makalah ini menggunakan metode penyusunan kepustakaan, yaitu
penyusunan makalah yang melalui sumber kepustakaan, mengumpulkan data-data
dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya seperti internet, yang ada
hubungannya dengan masalah-masalah yang bahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemostasis
a. Pengertian Hemostasis
Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti),
merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam
mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan
akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah. Proses ini mencakup pembekuan
darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit (platelet)
serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang
melarutkan bekuan.
5
Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah
yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu.
Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan
adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan dengan
cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang teraktivasi
menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan
terjadi agregasi trombosit dan membentuk plak trombosit yang menutup
luka/truma . Proses ini kemudian diikuti proses hemostasis sekunder yang ditandai
dengan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik.
Pengendalian luka oleh tubuh dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama ialah
usaha untuk mengendalikan luka, yang berakhir dengan terbentuknya gumpalan
darah (clot) yang berguna untuk menghentikan pendarahan. Tahap kedua ialah
penghancura gumpalan darah atau resorpsi. Tahap ketiga ialah pembentukan
kembali struktur semula (regenerasi) yang rusak pada waktu luka
6
Faktor Nama
I Fibrinogen
II Protrombin
III Tromboplastin ( faktor jaringan)
IV Ca2+
V Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
VII Prokonvertin
VIII Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)
IX Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)
IX Faktor stuart-power
X Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
XII Faktor hageman
XIII Faktor Laki-Lorand
Tabel 1.1 faktor pembekuan darah. 3
7
3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi
benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk
membentuk bekuan.
8
Mekanisme Pembekuan darah
9
Gambar Mekanisme Ekstrinsik Dan Istrinsik
B. Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan dengan
demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya
trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak dengan kolagen pada dinding
pembuluh darahyang rusak, dan kemudian berlangsunglah serangkaian reaksi
yang bertingkat.
1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan
kolagen pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting
dalam darah: Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu,
misalnya karena berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang
basah seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk baru yaitu sebagai
enzim proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat
10
bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat
bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan ini akan
melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang
disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan
langkah kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen
HMW( berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi,
yang bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid
trombosit dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-
peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama
dengan langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi
berbentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin.
11
b. Interaksi antara jalur intrinsik dan ekstrinsik
Pembuluh darah rusak, pembekuan dimulai oleh kedua jalur secara
bersamaan. Factor jaringan mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya
factor XII dan trombosit dengan kolagen di dinding pembuluh mengawali jalur
instrinsik. Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ektrinsik dan jalur
intrinsic ialah bahwa jalur ektrinsiksipatnya dapat ekplosit, sekali dimulai,
kecepatan prosesnya hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan
oleh jaringan yang cidera, dan oleh jumlah factor X, VII, dan V yang terdapat
dalam darah. Pada cidera jaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi dalam 15
detik. Jalur intrinsic prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memerlukan waktu 1-6
menit untuk menghasilkan pembekuan.
12
menjadi trombin yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan
perakitan kompleks proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik platelet,
Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi
fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIa. Faktor ini
merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan
silang secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida
antara gugus amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga
menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan
resistensiterhadap proteolisis.
c. Regulasi Thrombin
Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis,
konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan
bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin.
Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan
keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
13
Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah
dan berbagai jaringan, yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi
bentuk aktif, yaitu fibrinokinase (fibrinolisokinase). Selanjutnya, fbrinokinase ini
akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang didalam darah berada dalam
bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau fibrinolisin
yang aktif ini adalah suatu enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat
fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah menjadi peptida kecil-kecil.
Bakteri stafilokokus menghasilkan enzim stafilokinase, sedangkan bakteri
stertokokus menghasilkan stertokinase. Kedua enzim ini mampu mengaktifkan
plasminogen atau profibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin.
Dalam keadaan sehari-hari pristiwa resorpsi gumpalan darah ini dapat dilihat
dengan mudah pada luka yang terjadi dipermukaan tubuh. Biasanya luka tersebut
akan ditutupi oleh gumpalan darah, yang kemudian mengering dan bercampur
dengan lapisan tanduk dari kulit untuk menjadi keropeng (krusta). Bila keropeng
ini ditekan, akan kelihatan cairan serum yang tidak berwarna terperas keluar.
Keropeng ini dari hari ke hari makin mengecil dan akhirnya akan terlepas dan di
bawahnya digantikan oleh jaringan baru yang telah bertaut. Tindakan untuk
menjaga kebersihan luka di permukaan tubuh menjadi sangat penting, mengingat
adanya sejumlah kuman yang mampu mengaktifkan plasminogen atau
prifibrinolisin menjadi plasmin atau fibrinolisin dalaam jumlah yang berlebihan.
Akibatnya gumpalan darah penutup luka dan yang dimaksudkan juga untuk
menghalangi masuknya kuman, Menjadi rusak sehingga kuman dapat masuk.
D. Anti Koagulasi
Senyawa yang dapat menghambat penggumpalan darah dinamakan
antikoagulan. Antikoagulasi ada yang bekerja dengan cara mengganggu
pematangan protein factor penggumpalan yaitu antagonis vitamin K seperti
dikumorol, selain itu ada juga antikoagulan yang bekerja dengan mengaktifkan
antitrombin, yaitu Heparin, menghambat kerja thrombin yang sudah aktif dalam
mengkatalis proses penggumpalan darah. 3
14
2.3 Gangguan Pembekuan Darah
Gangguan pada tingkat pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh adanya
kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang
agak lama, yang berujung pada kerapuhan pemmbuluh darah, terutama pembuluh
darah kapiler. Akibatnya, mudah terjadinya pendarahan bahkan oleh trauma
ringan sekalipun.
Gangguan pada tingkat trombosit. Hal ini disebabkan adanya penurunan
jumlah trombosit yang mengakibatkan gangguan pada penggumpalan darah.
Faktor penyabab berkurangnya trombosit ini, bisa disebabkan berkurangnya
jumlah megakaryosit yang mana merupakan pembentukan sel asalnya yang berada
di sumsum tulang. Hal ini dinamakan Amegakaryocyte thrombopenia purpura
(ATP). Selain disebabkan oleh Amegakaryocyte thrombopenia purpura,
penurunan jumlah tromosit juga dapat disebabkan karena beberapa penyakit virus
yang mengakibatkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Keadaan ini
disebut idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP) . Salah satu contohnya adalah
pada penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada DBD terjadi penurunan
tajam dari jumlah trombosit di dalam darah tepi, sehingga peenderita tiap saat
terancam oleh bahaya pendarahan.
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit
cenderung mudah beragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan
melekat di suatu tempat, menimbulkan trombus, yang mengganggu aliran darah
ke hilir. Trombus ini dapat terlepas menjadi embolus dapat menimbulkan akibat
yang parah.
Gangguan pada faktor penggumpalan. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
3 faktor. Pertama, kelainan genetik. Kedua, kelainan karena kerusakan organ yang
membuatnya. Dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah
pada faktor pendukung proses sintesis.
Ada beberapa jenis penyakit kelainan penggumpalan darah yang
disebabkan oleh kelainan gen, yaitu hemofilia. Ada 2 jenis hemofilia yaitu
hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A merupakan penyakit yang terkenal
dalam sejarah karena menyangkut anak keturunan dari Ratu Victoria yang
15
memerintah Inggris Raya di sebagian besar abad XIX. Penyakit ini disebabkan
oleh kelainan gen tang menjadikan faktor VIII atau AHG. Meskipun gen ini
terdapat di kromosom x namun bersifat resesif sehingga laki – laki yang lebih
sering menjadi penderita dibandingkan perempuan.
Hemofilia B disebut juga penyakit christmas atau faktor XI. Gen ini juga
terdapat di kromosom x dan bersifat resesif. Pada penyakit Hemofilia A dan
Hemofilia B sama – sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk melakukan
penggumpalan. Hanya gen dari faktor inilah yang terdapat di kromosom x,
sedangkan faktor penggumpalan lain disebut otosom. Penyakit von willebrand
adalah salah satu contoh penyakit genetik otosom. Penyakit ini ditandai dengan
adanya gangguan pada kemampuan trombosit untuk melekat pada permukaan dan
juga gangguan pada faktor VIII. Darah si penderita masih dapat menggumpal,
hanya saja membutuhkan waktu yang lama. Kelainan penggumpalan lain yang
disebabkan oleh genetik otosom ialah kelainan pada faktor V yang
dinamakan parahemofilia, faktor VII dan faktor X (stuart). Selain itu, ada pula
penyakit afibrinogenemia yang juga merupak genetik otosom yang dicirikan
dengan tidak adanya fibrinogen dalam darah oleh karena penderita tidak mampu
mensintesis fibrinogen sendiri. Saat ia terancam bahaya pendarahan, ia harus
diberikan fibrinogen dari luar tiap 10 – 14 hari karena biasanya fibrinogen akan
lenyap dalam waktu 12 – 21 hari.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hemostasis dan koagulasi merupakan serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan
bekuan fibrin pada tempat cedera.
17
Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing, tersayat pisau dan
sebagainya, dengan jelas memperlihatkan keluarnya darah sehingga selalu ada
reaksi untuk menghentikannya. Apabila tidak diatasi, ada kemungkinan akan
menyebabkan kehilangan darah dan terjadinya infeksi. Dan hendaknya kita lebih
berhati-hati agar tidak terjadi luka, meskipun terdapat di dalam tubuh setiap
manusia suatu mekanisme pengendalian pendarahan atau hemostasis dan
pembekuan darah atau koagulasi.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentu jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi perbaikan di masa yang akan
datang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Idun, K. dkk. 2018. IPA TERPADU untuk SMP/Mts kelas VIII. Jakarta:
CV. Graha Pustaka.
Siti, z. dkk . 2017 . IPA untuk SMP/Mts kelas VIII. Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
https://www.academia.edu/29435397/Makalah_pembekuan_darah
19