Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan merupakan salah satu

unit pelayanan yang amat penting dalam upaya pembangunan bidang

kesehatan, oleh karena itu baik laboratorium pemerintah maupun swasta perlu

mengadakan pemantapan dan peningkatan mutu pemeriksaan laboratorium.

Tes laboratorium adalah tes yang digunakan oleh dokter untuk

mendiagnosis suatu kondisi, memantau perkembangan penyakit, dan melihat

efektifitas pengobatan. Hasil dari suatu tes laboratorium harus bisa

dipertanggung jawabkan, maka dari itu harus diperhatikan mengenai prosedur

dan teknik pemeriksaannya. Test rumple leed atau yang biasa dikenal dengan

tes kerapuhan kapiler merupakan metode diagnostik klinis untuk menentukan

kecenderungan perdarahan pada pasien. Tes ini menilai kerapuhan dinding

kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia.

Rumple leede test dimaksudkan untuk menguji ketahanan kapiler darah

menggunakan pembendungan pada lengan sehingga darah akan menekan

dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat, maka darah dari kapiler

keluar dan merembes dalam jaringan sekiternya sehingga tampak bercak

petechiae. Ketika manset tekanan darah dipacu ke titik antara tekanan darah

sistolik dan diastolik selama 5-10 menit maka tes ini akan dinilai. Tes positif

jika ada 10 atau lebih petechiae per inci persegi. Pada pasien DBD tes ini

memberikan hasil positif yang pasti dengan adanya 20 atau lebih petechiae.

Faktor pengganggu pada tes ini adalah pada perempuan pramenstruasi atau

1
postmenstruasi yang juga mengalami kerapuhan kapiler. Oleh karena itu

dilakukanlah praktikum pemeriksaan ini untuk melihat resistensi kapiler pada

seseorang dengan cara pembendungan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan pemeriksaan test resistensi kapiler

meggunakan metode rumple leed ?

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui bagaimana cara

pemeriksaan resistensi kapiler menggunakan metode rumple leed

1.4 Manfaat praktikum

Adapun manfaat praktikum yaitu mahasiswa dapat mengetahui

bagaimana cara pemeriksaan resistensi kapiler menggunakan metode rumple

leed.

1.5

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hemostatis

Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah

perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segera akan

terjadi vasokonstrinsik pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh

darah yang terluka berkurang. kemudian trombosit akan berkumpul dan

melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat

trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk

benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non

permeable sehingga perdarahan dapat dihentikan. (Rahajuningsih, 2012).

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah

pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain faktor

tersebut diatas ada pula faktor lain yang juga ikut mempengaruhi hemostasis

adalah faktor ekstravaskuler, yaitu jaringan ikat sekitar pembuluh daeah dan

keadaan otot. Perdarahan bisa terjadi karena beberapa hal yaitu, kelainan

pembuluh darah, trombosit atau sistem pembekuan darah. (Rahajuningsih,

2012).

2.2 Sistem Vaskular

Peran system vascular dalam mencegah pendarahan meliputi kontraksi

pembuluh darah (Vasokontriksi) serta aktivitas trombosit dan pembkuan

darah. Apabila pembuluh darah mengalami luka, akan terjadi vaskonstriksi

yang mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan di pertahankan oleh

3
faktor local seperti 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin) dan epinefrin.

(Rahajuningsih, 2012)

Vasokonstriksi ini akan menyababkan pengurangan aliran darah pada

daerah yang luka. Pada pembulu darah kecil hal ini mungkin dapat

menghentikan pendarahan, sedangkan pada pembulu darah besar masih

diperlukan sistim-sistim lain selain trombosit dan pembekuan darah.

Pembuluh darah dilapisi oleh sel enofel. Apabila lapisan endofel rusak maka

jaringan ikat dibawah endofel seperti serat kolagen, serat elastin, membrana

basalis terbuka sehingga terjadi aktivitas trombosit yang menyebabkan adhesi

trombosit dan pembentukan sumbat trombosit disamping itu terjadi aktivitas

factor.

2.3 Sistem Trombosit

Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu: Melindungi

pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang

terjadi sehari-hari. Mengawali pembuluhan luka pada dinding pembuluh

darah. Strabilisis fibrin. Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui

beberapa tahap yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi

pelepasan. Dalam melaksanakan fungsi hemostasis, trombosit menunjukan

beberapa macam aktivitas yaitu:

1. Perlekatan trombosit pada kolagen dan elastin jaringan subendotel bila

terjadi luka pada endotel pembuluh darah.

2. Proses penglepasan terjadi setelah perlekatan. Pada proses ini granula

trombosit melepaskan isi yang terdiri atas ADP, ATP, serotin disusul

4
dengan pelepasan enzim lisozom dan factor trombosit yang bersifat

anti heparin.

3. Akibat dilepasnya ADP, trombo berubah dan membentuk

pseudopodia kemudian saling belekatan dan menggumpul (agregasi)

disusul oleh pelepasan lebih banyak ADP dan pembentukan

tromboksan AZ sehingga bersama-sama dengan sejumlah serotonin

mengakibatkan agregasi trombo yang ireversibel.

4. Membaran trombo mengandung baik posfolipit,satu diantaranya

adalah factor trombo yang meningkatkan proses interaksi diantara

factor koagulasi, ini sangat membantu pembnetukan fifbrin,

5. Retraksi bekun terjadi karena trombo protein yang dapat mengerut dan

disebut an trombositein.

2.4 Pembuluh Darah Kapiler

Pembuluh darah kapiler merupakan tempat terjadinya pertukaran material

seperti nutrisi dari darah ke sel jaringan. Secara fisiologis, darah tidak selalu

mengalir terus menerus pada kapiler namun secara intermittenartinya, akan

berhenti sejenak setelah mengalir selama beberapa detik atau menit.

Fenomena ini terjadi akibat adanya vasomotion yaitu kontraksi yang terjadi

pada metarteriol dan sfingter prakapiler. Sfingter prakapiler merupakan

lapisan metarteriol berupa sel otot polos yang berfungsi untuk mengatur

aliran darah ke jaringan. Vasomotion yang terjadi pada kapiler sangat

dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen di dalam jaringan. Apabila terjadi

defisit oksigen di dalam jaringan, maka periode intermitten terjadi lebih lama

5
yang akan membuat aliran darah berlangsung lebih lama sehingga, kebutuhan

oksigen di dalam jaringan dapat terpenuhi (Guyton & Hall, 2006).

Aliran yang terjadi di dalam kapiler mempunyai kecepatan yang lambat

dibanding aliran pada aorta. Hal ini terjadi karena luas penampang total

kapiler berukuran 1.300 kali lebih besar dibandingkan dengan luas

penampang aorta. Aliran yang lambat ini membuat tersedianya waktu yang

cukup untuk pertukaran nutrisi dan sisa metabolisme antara darah dan sel

jaringan. Pertukaran zat yang terjadi di kapiler bergantung pada permeabilitas

membran dinding kapiler terhadap bahan yang dipertukarkan. Bahan-bahan

yang larut dengan air akan masuk melalui pori yang terdapat pada kapiler.

Sementara itu, untuk bahan yang larut dengan lemak seperti O2 dan CO2 akan

dengan mudah menembus sel endotel itu sendiri. Pertukaran zat di kapiler

terjadi melalui dua cara yaitu difusi pasif menuruni gradien konsentrasi, bulk

flow (Sherwood, 2012).

2.5 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan ukuran dari seberapa kuatnya jantung dalam

memompa darah hingga beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.

Dengan kata lain, tekanan darah menjadi salah satu indikator untuk menilai

sistem kardiovaskuler dan seberapa optimalnya kinerja tubuh seseorang,

(Kiswari, Rukman. 2014).

Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg dan terdiri dari tekanan darah

atas (sistolik) dan tekanan darah bawah (diastolik). Rata-rata tekanan darah

normal pada orang dewasa berada pada angka 120/80 mmHg. Sementara itu,

6
tekanan darah yang berada pada angka 140/90 atau lebih dianggap hipertensi

sedangkan di bawah 90/60 menandakan hipotensi, (Kiswari, Rukman. 2014).

Tekanan darah dapat dapat berubah-ubah (naik atau turun) tergantung

aktivitas yang dilakukan, makanan dan kondisi emosional diri sendiri.

Kondisi ini normal, selama angkanya tidak konsisten tinggi atau rendah

dalam jangka waktu yang lama, (Kiswari, Rukman. 2014).

1. Tekanan Darah Sistolik

Di saat jantung berdetak, otot jantung akan berkontraksi untuk

memompa darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Kontraksi otot jantung

tersebut kemudian akan menimbulkan tekanan pada arteri. Tekanan inilah

yang disebut sebagai tekanan darah sistolik atau tekanan tertinggi yang

dicapai saat otot jantung berkontraksi, (Guyton dan Hall. 2006).

Tekanan darah sistolik normal pada orang dewasa yakni berkisar

antara 90-120 mmHg. Jika berada pada kisaran angka 120-139 mmHg

termasuk pra-hipertensi dan dianggap hipertensi apabila tekanan darah

sistoliknya berada pada angka 140 atau lebih, (Guyton dan Hall. 2006).

2. Tekanan Darah Distolik

Ketika kontraksi otot jantung telah berakhir, maka otot jantung pun

akan menjadi rileks sehingga suplai darah ke aorta (arteri terbesar dalam

tubuh) akan berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada saat inilah aorta akan

kembali ke posisi semula dan tekanan darah pun menurun, (Guyton dan

Hall. 2006).

Tekanan darah di dalam arteri ketika jantung sedang beristirahat/rileks

(antar detak) inilah yang kemudian disebut dengan tekanan darah diastolik.

7
Pada orang dewasa, tekanan darah diastolik normalnya berada pada

kisaran angka 60-80 mmHg. Apabila berkisar pada angka 80-89 masih

termasuk normal namun kurang ideal. Sedangkan jika berada pada angka

90 atau lebih maka dianggap hipertensi, (Guyton dan Hall. 2006)

2.6 Pengertian Rumple Leede

Test rumple leed atau yang biasa dikenal dengan tes kerapuhan kapiler

merupakan metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan

perdarahan pada pasien. Tes ini menilai kerapuhan dinding kapiler dan

digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia. Testrumple leed ini

didefinisikan oleh WHO sebagai salah satu syarat yang diperlukan untuk

diagnosis Demam Berdarah Dengue. Ketika manset tekanan darah dipacu ke

titik antara tekanan darah sistolik dan diastolik selama 5-10 menit maka tes

ini akan dinilai. Tes positif jika ada 10 atau lebih petechiae per inci persegi.

Pada pasien DBD tes ini memberikan hasil positif yang pasti dengan adanya

20 atau lebih petechiae. Faktor pengganggu pada tes ini adalah pada

perempuan pramenstruasi atau postmenstruasi yang juga mengalami

kerapuhan kapiler. (Guyton dan Hall. 2006)

2.7 Prinsip Pemeriksaan Rumple Leede

Prinsip dari tes rumple leed ini adalah diciptakan suasana anoksia pada

kapiler dengan cara membendung darah vena. Suasana anoksia dan

penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika

ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena

menyebabkan darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh

suatu sebab kurang kuat atau adanya trombositopenia, akan rusak oleh

8
pembendungan tersebut. Darah dari dalam kapiler akan keluar dan merembes

ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak, titik merah

kecil pada permukaan kulit yang dikenal sebagai peteki. (Sherwood,

Lauralee. 2012)

2.8 Kelainan Vaskuler

Berbagai kelainan biasanya dapat terjadi pada tiap tingkat mekanisme

hemostatik. Pasien dengan kelainan pada sistem vaskuler biasanya datang

dengan perdarahan kulit, dan sering mengenai membran mukosa. Perdarahan

dapat diklasifikasikan menjadi purpura alergik dan purpura nonalergik.

Pada kedua keadaan ini, fungsi trombosit dan faktor koagulasi adalah

normal (Nugraha, Gilang. 2015.)

Terdapat banyak purpura nonalergik, yaitu pada penyait-penyakit ini

tidak terdapat alergi sejati tetapi terjadi berbagai bentuk vaskulitis. Yang

paling sering ditemukan adalah lupus eritematosus sistemik. Kelainan ini

merupakan penyakit vaskuler-kolagen, yaitu pasien membentuk auto

antibodi. Vaskulitis atau peradangan pembuluh darah, terjadi dan

merusak integritas pembuluh darah, mengakibatkan purpura. Jaringan

penyokong pembuluh darah yang mengalami perburukan, dan tidak efektif

yang terjadi seiring proses penuaan, mengakibatkan purpura senilis,

(Nugraha, Gilang. 2015).

2.9 Patechiae

Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,

warna terkadang bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae

umumnya muncul pada kaki bagian bawah tetapi bisa muncul diseluruh

9
tubuh. Petechiae mungkin terlihat pada pasien-pasien dengan jumlah platelet

yang sangat rendah. Petechiae terjadi kerena perdarahan keluar dan

pembuluh–pembuluh darah yang kecil sekali di bawah kulit atau selaput

lendir, petechiae umumnya tidak jelas dan menyakitkan. (Arifin,2012)

10
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Rumple Leed” dilaksanakan pada

hari rabu, 10 April 2019 bertempat di Laboratorium Stikes Bina Mandiri

Gorontalo.

3.2 Metode

Adapun metode yang digunakan pada praktikum peemriksaan tes

resistensi kapiler yakni metode rumple leed test.

3.3 Prinsip Pemeriksaan

Terhadap kapiler diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung

aliran darah vena. Terhadap anoksia dan penambahan tekanan internal akan

terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika ketahanan kapiler turun akan

timbul “Petechiae” dikulit.

3.4 Pra Analitik

Berikut tahap pra analitik pada pemeriksaan resistensi kapiler metode

rample leede:

1. Persiapan pasien.

2. Persiapan alat yang digunakan yakni: tensimeter, dan stopwatch.

3. Pencocokan identitas pasien dengan jenis pemeriksaan.

3.5 Analitik

1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Carilah tekanan sistolis (TS)

dan tekanan diastolik (TD).

11
2. Buatlah lingkaran pada bagian volar lengan bawah radius 3 cm dan titik

pusat terletak 2 cm di bawah garis lipatan siku.

3. Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ X (TS + TD),

pertahankan tekanan ini selama 5 menit.

4. Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechiae dalam

lingkaran yang telah dibuat.

3.6 Pasca Analitik

Nilai rujukan: a. < 10 : Normal (-)

b. 10 – 20 : Dubia (ragu-ragu)

c. > 20 : Abnormal (+)

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pratikum yang dilakukan, adapun hasil yang didapatkan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Rumple Leed

Tekanan
Nilai
Pasein Sistolik dan Hasil Keterangan
Rujukan
Distolik

< 10 : Negatif Normal (Tidak

Nn. FP 100 mmHg 10-20 : Dubia Negatif terdapat bercak

>20 : Positif Petechiae)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan test rumplee leede.

Pemeriksaan ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan cepat

untuk menentukan apakah pasien terkena demam berdarah atau tidak.

Pemeriksaan rumple leed bertujuan untuk menguji ketahan kapiler darah

dengan cara melakukan pembendungan vena, sehingga darah menekan

dinding kapiler. Dinding kapiler yang kurang kuat akan rusak oleh

pembendungan itu, sehingga darah dari dalam kapiler itu akan keluar dari

kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak

13
merah kecil pada permukaan kulit, bercak merah itulah yang disebut

petechiae (petekie) sebagai salah satu manifestasi perdarahan.

Pada praktikum ini dilakukan test uji rumple leede pada seorang wanita

atas nama Nn. FP. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan

pemeriksaan tekanan darah, umumnya dilakukan pada lengan bawah atau

tungkai bawah. Kemudian catat nilai tekanan sistole dan diastolenya yang

mana tekanan sistolnya 100 mmHg dan tekanan dastol 80 mmHg . Setelah

mendapatkan hasil tekanan darahnya maka jumlahkan nilai pada tekanan

darah sistole dengan nilai pada diastolenya, nilai hasil penjumlahan kemudian

dibagi dua dan catat hasilnya. Sehingga pada pemeriksaan rumple leed ini

digunakan tekanan 90 mmHg. Kemudian istirahatkan pasien selama kurang

lebih 2 menit sebelum melakukan rumple leed test, lakukan rumple leed test

dengan melakukan pembendungan aliran darah penderita dengan

menggunakan tensimeter sampai dengan nilai yang dicatat tadi. Seteleh itu

diberi lingkaran dengan menggunakan pena pada kulit lengan bawah bagian

volar, dengan garis tengah kurang lebih 3 cm, kira-kira 3 jari dari lipatan siku,

pertahankan tekanan itu selama 10 menit. Setelah itu, lepaskan lilitan bladder

cuff dan tunggulah sampai tanda-tanda statis darah lenyap. Statis darah telah

berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi kembali seperti

semula, carilah adanya bercak bintik merah yang timbul pada lingkaran pada

kulit lengan bawah bagian volar kemudian hitung jumlah petekie yang timbul.

Jika ditemukan lebih dari 10 buah bintik merah didalam lingkaran, maka uji

tourniquet (rumple leed test) dinyatakan positif (+).

14
Namun pada praktikum ini setelah dilakukannya test tidak terdapat bintik-

bintik merah sehingga dapat dikatakan bahwa orang tersebut ketahanan

kapilernya normal sehingga terindikasi tidak adanya kelainan pada kapiler

dan sistem vaskular.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk melihat adanya resistensi terhadap kapiler dapat dilakukan dengan

metode rumple leed dengan cara melakukan pembendungan pada lengan

sehingga darah akan menekan dinding kapiler. Jika dinding kapiler kurang

kuat, maka darah dari kapiler keluar dan merembes dalam jaringan sekiternya

sehingga tampak bercak petechiae. Bercak petechiae inilah yang akan

menandakan kelainan. Jika ditemukan lebih dari 10 buah bintik merah

didalam lingkaran, maka rumple leed test dinyatakan positif (+).

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat melakukan pembendungan, diharapkan menunggu

hingga 5 menit agar hasil yang didaptkan juga akurat, karena waktu

pembendungan juda dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan rumple leed.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2012. Pemeriksaan Rumple Leede Test. Tersedia di (Online): http://
nonasandha.blogspot.co.id/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.html

Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku EGC.
Jakarta.

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.

Nugraha, Gilang. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.


Jakarta Timur: CV Trans Info Media.

Rahajuningsih D. Setiabudy. 2012. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta : fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia edisi Kelima, 2012, hal. 23-32.

Sherwood, L. (2012). Human physiology : From cells to systems 7th editionn.


California: Thomson Learning.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai