Disusun Oleh :
2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Review Jurnal Hemostasis tepat
waktu. Makalah Hemostasis tentang APTT dan PT pada penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi Praktik Hemostasis di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang PT dan APTT pada penderita diabetes
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Identitas Jurnal ................................................................................. 1
B. Latar Belakang ................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Metode Penelitian............................................................................. 4
E. Subjek Penelitian .............................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II ISI ................................................................................................. 6
A. Hasil ................................................................................................ 6
B. Pembahasan ..................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Identitas Jurnal
Judul : APTT (Activated Partial Thromboplastin Time) dan PT
(Prothrombine Time) pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya
Jurnal : Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Penulis : Rinny Ardina, Fera Sartika, Lidya Prihatini Nainggolan
Volume dan Halaman : Volume 2 No. 2 ISSN : 2622-6111
Tahun : 2020
B. Latar Belakang
Penderita diabetes mellitus memiliki risiko tinggi terhadap kejadian
aterotrombotik. Banyak penelitian menunjukkan bahwa berbagai macam diabetes
mellitus berhubungan dengan abnormalitas sistem hemostasis dan trombosis.
Trombosis vena juga sering ditemukan pada penderita diabetes.
Delapan puluh persen penderita diabetes mellitus meninggal karena trombosis,
dan 75% dari kematian ini disebabkan oleh komplikasi kardiovaskular dan dan
25% akibat disfungsi pembuluh darah perifer. Endotel pembuluh darah merupakan
situs pertahanan utama terhadap trombosis dan disfungsi endotel pembuluh darah
dilaporkan terjadi pada penderita Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) (Zhao et al.,
2011).
1
Diketahui penderita DMT2 mengalami peningkatan antihemophilic factor (VIII)
yang baru-baru ini diketahui berhubungan dengan disfungsi pembuluh darah.
2
Diabetes melitus (DM) ditandai dengan hiperglikemia, disertai dengan
perubahan biokimia dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lipid.Tipe 2 DM
menyumbang sekitar 80% dari DM2. Pada penderita DM, penyakit kardiovaskular
(CVD) tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas dan sekitar 80%
pasien meninggal akibat komplikasi kardiovaskular. Selain dari percepatan
perkembangan aterosklerosis pada pasien dengan diabetes, pasien ini juga memiliki
risiko yang lebih tinggi dari kejadian trombotik. Orang-orang ini telah ditunjukkan
berada dalam keadaan prokoagulan. Keadaan prokoagulan ini adalah karena
kelainan pada beberapa protein plasma dalam darah koagulasi.
Kelainan hemostatik dan endotel disfungsi bertanggung jawab untuk generasi
keadaan hiperkoagulasi pada individu Diabetes Mellitus Tipe 2. Tes koagulasi
seperti waktu protrombin (PT) dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (APTT)
bersifat global tes yang digunakan untuk menilai sistem koagulasi secara klinis
Kelainan koagulasi dengan penurunan kadar antitrombin III, protein C dan
protein S telah dilaporkan pada DM dengan peningkatan faktor pembekuan VII.
Selain itu, ada juga merupakan peningkatan inhibitor aktivator plasminogen tipe 1
yang menurunkan fibrinolisis. Bersama-sama mereka berkontribusi untuk keadaan
hiperkoagulasi pada DM. Hiperkoagulabilitas pada diabetes dapat mempercepat
aterosklerosis dan bertindak sebagai faktor risiko untuk perkembangan penyakit
kardiovaskular (CVD)
Pengukuran waktu protrombin (PT), parsial teraktivasi waktu tromboplastin
(APTT), waktu perdarahan dan pembekuan konsentrasi faktor biasanya dilakukan
pada pasien dengan dugaan koagulasi abnormal. PT dan APTT adalah penanda
untuk aktivasi jalur ekstrinsik dan intrinsik masing-masing.
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT). PT mencerminkan defisiensi
faktor-faktor koagulasi jalur ekstrinsik (misalnya tissue factor dan faktor VII),
sedangkan APTT mencerminkan kelainan jalur intrinsik (kontak) (misalnya
defisiensi faktor VIII,IX, IX, dan XII) (Lippi et al., 2010).
D-Dimer adalah penanda langsung fibrinolitik aktivitas dan penanda skrining
klinis konvensional aktivitas koagulasi sebelumnya. Peningkatan D-dimer plasma
3
tingkat telah dilaporkan pada diabetes mellitus tipe 2.Diabetes mellitus
memperburuk berbagai proses biologis seperti sistem koagulasi dan fibrinolitik.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perubahan APTT dan PT pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
D. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untukmembuktikan adanya perubahan APTT dan PT pada penderita Diabetes
mellitus tipe 2 yang rutin melakukan pemeriksaan di Laboratorium Patologi Klinik
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
E. Subjek penelitian
4
F. Manfaat
Manfaat Teoritis
Hasil dari pembuatan partofolio ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan
media pembelajaran lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah pengetahuan dan
wawasan dalam bidang pendidikan maupun bidang kesehatan di Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang APTT dan PT pada
penderita Diabetes Melitus Tipe 2
2. Bagi dosen
Dalam pembelajaran dapat menjadi bahan dalam memfasilitasi mahasiswa
dalam belajar
3. Bagi kampus
Dapat memberikan referensi dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa TLM agar memahami tentang APTT dan PT pada penderita Diabetes
Melitus Tipe 2
5
BAB II
ISI
A. Hasil
Hasil APTT pada penderita DM Tipe 2
APTT
(Activated Parsial Tromboplastin Time)
N % N % N %
14 70 5 25 1 5
PT
(Activated Parsial Tromboplastin Time)
Memendek Normal
N % N %
5 25 15 25
Pada penelitian ini kami menemukan 25% APTT normal, 70% APTT
memendek, dan 5% APTT memanjang pada penderita DMT2 yang menjadi subjek
penelitian di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Hasil serupa juga ditemukan
oleh Ephraim et al. (2017) dimana APTT dan PT memendek secara signifikan pada
60 penderita DMT2 jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (orang sehat) di
Ghana. Begitu pula pada penelitian Mohammed (2020) dimana ditemukan APTT
dan PT memendek pada penderita DMT2. Karim et al. (2015) menemukan nilai
6
APTT dan PT signifikan lebih rendah pada penderita DMT2 di Dhaka
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sedangkan Elhassade & Balha (2016) hanya menemukan nilai APTT yang
signifikan lebih rendah pada penderita DMT2 di Libya dibandingkan dengan
kelompok kontrol sedangkan PT normal. Hasil ini serupa dengan penelitian (Awad,
Hassan and Babiker, 2016) yang juga menemukan APTT memendek sedangkan PT
normal pada penderita DMT2.
Seluruh pasien DMT2 yang menjadi subjek dalam penelitian ini berada pasa
rentang usia 50-79 tahun dan memiliki kadar glukosa darah puasa dan glukosa 2
jam post prandial yang tidak terkontrol (di atas nilai normal/hiperglikemia). Selain
itu, 20% diantara pasien DMT2 ini telah mengalami komplikasi akibat DMT2 yang
dideritanya. Kondisi hiperglikemia yang terjadi pada pasien DMT2 ini terus terjadi
meskipun mereka rutin melakukan pemeriksaan laboratorium dan juga konsultasi
ke dokter untuk terapi pengobatan di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
7
B. Pembahasan
Penelitian lain oleh Agarwal dkk pada tahun 2019 juga menemukan bahwa
PT pada pasien DM lebih pendek secara bermakna dibandingkan dengan populasi
sehat. Hal yang kontradiksi dilaporkan oleh Tukral dkk yang menemukan bahwa
pada subjek DM didapatkan nilai PT dan APTT lebih tinggi dibandingkan kontrol
sehat. Namun demikian sebagian besar penelitian menemukan bahwa pada pasien
DMT2 ditemukan PT dan APTT yang lebih pendek dibandingkan kontrol,
sebagaimana dilaporkan oleh Karim dkk.Teori yang mendukung pemendekan PT
dan APTT pada pasien DMT2 adalah bahwa pada DMT2 terdapat peningkatan
8
faktor-faktor pembekuan darah seperti Tissue factor (TF), FVII, trombin dan
fibrinogen. Hiperglikemia yang terjadi pada DMT2 tak terkontrol menyebabkan
peningkatan ekpresi tissue factor melalui pembentukan advance glikation end
product dan radikal bebas. Perbedaan hasil yang didapatkan pada penelitian ini
mungkin juga dipengaruhi oleh perbedaan suku bangsadan kemungkinan penyebab
lain adalah pada penelitian ini kami tidak membedakan pasien dengan komplikasi
dan tanpa komplikasi.
Dalam studi yang dilakukan oleh Kanani D et al26 pasien diabetes dengan
nefropati secara signifikan lebih tinggi kadar D-dimer plasma dibandingkan pasien
tanpa komplikasi. Namun menurut berbagai penelitian yang berkontribusi terhadap
peningkatan kadar D-dimer, ini menandakan bahwa D-dimer jika digunakan
sebagai tes tambahan dapat meningkatkan risiko penilaian awal penyakit arteri
koroner pada pasien DM. Oleh karena itu masuk akal untuk mengasumsikan bahwa
level yang lebih tinggi D-dimer terutama merupakan hasil dari peningkatan bekuan
9
fibrin pembentukan dan penguraiannya. Trombogenik meningkat keadaan mungkin
terkait dengan peningkatan kerentanan terhadap vaskular penyakit pada pasien ini.
D-dimer dapat digunakan sebagai biomarker komplikasi diabetes dan dapat
membantu untuk mengidentifikasi diabetes dengan risiko tinggi komplikasi
vaskular. Plasma Tes D-dimer sekarang secara rutin digunakan sebagai pelengkap
tes dalam identifikasi awal komplikasi diabetes.
10
risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun,
disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi
glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel ß
pancreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih
tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30 % dan memicu
terjadinya resistensi insulin. Menurut Waspadji (2008) dibandingkan dengan usia
yang lebih muda. usia lanjut mengalami peningkatan produksi insulin glukosa dari
hati (hepatic glukose production), cenderung mengalami resistensi insulin , dan
gangguan sekresi insulin akibat penuaan dan apoptosis sel beta pankreas.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hampir semua pasien DMT2 tak tekontrol memiliki PT dan APTT normal,
terdapat sejumlah besar pasien dengan kadar fibrinogen dan D-dimer meningkat.
Hiperfibrinogen berhubungan dengan onset DM dan D-dimer tinggi berhubungan
dengan umur pasien. Dalam penelitian ini didapatkan nilai APTT dan PT yang
abnormal pada penderita DMT2 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
Adanya hasil yang abnormal pada mekanisme hemostastis membuktikan bahwa
pemeriksaan koagulasi rutin sebaiknya dapat terus dilakukan untuk manajemen
diabetes mellitus yang lebih baik agar dapat mencegah komplikasi mikro atau
makrovaskular akibat gangguan koagulasi.
B. Saran
Penulis menyarankan perlu dipertimbangkan pemeriksaan faal hemostasis
seperti fibrinogen dan D-dimer pada pasien DMT2 tidak terkontrol, terutama pada
pasien yang disertai dengan faktor risiko lain seperti riwayat keluarga, obesitas,
usia tua dan merokok dan sebaiknya pemeriksaan koagulasi rutin dapat terus
dilakukan untuk manajemen diabetes mellitus yang lebih baik agar dapat mencegah
komplikasi mikro atau makrovaskular akibat gangguan koagulasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bashir, B. A. and Ali, M. S. 2018. ‘Hemostatic state augmented with platelet indices
among Sudanese diabetic septic foot’, BMC Hematology. BMC
Hematology, 18(1), pp. 5–10.
Ephraim, R. K., Awuku, YA., Adu, P., Ampomah, LT., Adoba, P., Panford, S., Ninnoni,
JP., Agbodzakey, H. 2017.‘High risk of coagulopathy among Type-2
Diabetes Mellitus clients at a municipal hospital in Ghana’, Ghana
medical journal,
Karim F, Akter QS, Jahan S, et al. Coagulation Impairment in Type 2 Diabetes Mellitus.
J Bangladesh Soc Physiol. 2015;10(1):26-29.
doi:10.3329/jbsp.v10i1.24614
Lippi, G., Salvagno, GL., Ippolito, L., Franchini, M., Favaloro, EJ. 2010.‘Shortened
activated partial thromboplastin time: Causes and management’, Blood
Coagulation and Fibrinolysis, 21(5), pp. 459–463.
13
McFarlane, S. I. 2017. ‘Shift work and sleep: medical implications and management’,
Sleep Medicine and Disorders: International Journal, 1(2), pp. 1–14.
doi: 10.15406/smdij.2017.01.00008.
Thukral S, Hussain S, Bhat S, Kaur N, Reddy A. Prothrombin Time (PT) and Activated
Partial Thromboplastin Time (APTT) in Type 2 Diabetes Mellitus, a
Case Control Study. Int J Contemp Med Res [IJCMR]. 2018;5(8).
doi:10.21276/ijcmr.2018.5.8.13 13.
Zhao, Y., Zhang, J., Zhang, J., Wu, J. 2011.’Diabetes mellitus is associated with
shortened activated partial thromboplastin time and increased
fibrinogen values’, PLoS ONE, 6(1), pp. 4–7.
14