Oleh:
Pembimbing:
SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah dengan:
NIM : 012118236306
Oleh
Pembimbing
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………….
1.2 Faktor Predisposisi, Prevalensi dan Insidensi…………………………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1 Patofisiologi PE...........................................................................................
2.2 Klasifikasi PE..............................................................................................
2.3 Penegakan Diagnosis PE.............................................................................
2.3.1 Manifestasi Klinis.........................................................................................
2.3.2 Pemeriksaan Penunjang................................................................................
2.3.2.1 Elektrokardiografi........................................................................................
2.3.2.2 Rontgen Toraks.............................................................................................
2.3.2.3 Echocardiografi............................................................................................
2.3.2.4 Kateterisasi Jantung......................................................................................
2.4 Diagnosis Banding
PE…………………………………………………………………………
2.5 Tatalaksana PE............................................................................................
2.5.1 Tatalaksana Medikamentosa.........................................................................
2.5.2 Tatalaksana Operatif.....................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
iv
1. DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. ................................................................................................................
Gambar 2. ............................................................................................................
Gambar 3. ..............................................................................................................
Gambar 4. ..............................................................................................................
v
2. DAFTAR TABEL
Tabel 1. ...................................................................................................................
Table 2. ..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.6 Pendahuluan
2
adanya riwayat tromboemboli vena, adanya keganasan, riwayat penyakit
gangguan koagulasi, riwayat pemberian terapi hormonal dan riwayat kontrasepsi.
Emboli paru seringkali bukan merupakan penyebab kematian utama, seringkali
berdampingan dengan kondisi komorbid lainnya seperti kanker, sepsis, kondisi
penyakit kronis yang memerlukan inhospitalisasi maupun kondisi lain seperti
sesudah pembedahan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trombus vena mengandung fibrin, sel darah merah, platelet dan neutrophil
(Gambar 2,1). Trombi ini menciptakan lingkungan stasis, tensi oksigen rendah,
stress oksifatif, dan meningkatkan ekpresi dari produk genetic inflamatorik, dan
mengganggu kapasitas regulatorik endotel. Inflamasi berasal dari infeksi,
4
transfuse, atau faktor stimulasi eritropoiesis yang mengaktivasi kaskade reaksi
biokimiawi pada endotel vena dan mempromosikan thrombosis.
Gambar 2.1 Mikorgrafik emboli paru fatal pada autopsy. Kiri, preparasi pewarnaan
konvensional dengan hematosiklin-eosin (HE), Kanan, Pewarnaan dengan menggunakan
2 pewarnaan special, yaitu CD11b untuk leukosit polimorfonuklear (PMN, coklat muda)
dan pewarna CD4eb untuk platelet (biru). Pewarnaan special ini menunjukan
tromboemboli fatal terdiri atas konstituen platelet (biru)
5
hasilnya, terdapat peningkatan gradien oksigen arteriolar-alveolar sehingga
kemudian terjadi hipoksemia. Resistensi vascular pulmoner terjadi sebagai
konsekuensi dari obstruksi mekanik dan adanya mediator vasoaktif dan
bronkokonstriktif yang dilepaskan oleh platelet pada emboli menginduksi
terjadinya konstriksi dari vascular pulmoner dan broncospasma. Peningkatkan
resistensi vascular pulmoner menyebabkan peningkatan stress dinding ventrikel
kanan, dilatasi dan kegagalan kontraktil yang menyebabkan ketidakseimbangkan
dari curah jantung (cardiac output). Adanya emboli paru yang rekuren dan kronik
menyebabkan remodelling dari vascular paru disertai adanya hipertensi paru
pulmoner yang kemudian berujung pada kegagalan jantung kanan. (Giordano et
al., 2017)
Gambar 2.2 Patofisiologi disfungsi ventrikel kanan dan efek berbhaya yang
menyebabkan penurunan tekanan artei sistemik, berkurangnya perfusi coroner dan
6
terganggunya fungsi ventricular. LV, ventriel kiri/ventikuer, PA: arteri pulmoner; RV:
righ venticular
2.2 Klasifikasi PE
Klasifikasi emboli paru akut dapat berkaian dengan prognostikasi dan
manajemen secara klis. Emboli paru massif menyebabkan 5-10% kasus. PE
submasif lebih sering ditemukan terjadi pada 20-25% pasien. PE berisiko rendah
terbanyak meliputi 65-70% kasus.
7
pembesaran ventrikel kanan seringkali terjadi. Apabila pasien sebelumnya
tidak memiliki riwayat penyakit kardiopulmoner, secara klinis akan tampak
baik, akan tetapi biasanya impresi awal ini akan dapat menimbulkan
kekeliruan, karena adanya resiko rekurensi dari emboli paru, walaupun
dengan adanya antikoagulan yang adekuat. Hampir sebagian besar dapat
bertahan, namun sebagian yang lain dapat mengalami deteroriasi klinis dan
membutuhkan esklasi terapi vasopresos maupun trombolisis (37)
8
emboli. Tanda dan gejala meliputi demam, leuokositosis, peningkatan
kecepatan sedimentasi eritrosit (ESR) dan adanya bukti radiologis infark.
9
embolus spetik, yang dapat menyebabkan endocarditis pada katup
pulmoner dan tricuspid.
10
gejala dyspnea, nyeri dada, dan hipotensi seringkali berujung
dengan penemuan incidental dari emboli paru. Thrombus yang
berasal dari emboli paru mumnya berasal dari sistem vena pada
kaki sehingga ekokardiografi dapat memvisualisasikan secara
langsung dari vena kava hingga arteri pulmoner. (Gambar 2.5)
11
emboli paru akut, PVR mengalami peningkatan secara substansial
dan mendadak, sehingga menyebabkan dilatasi ventrikel kanan dan
pada kasus yang berat, menyebabkan gagal jantung kanan. Dilatasi
ventrikel kanan merupakan penanda utama (hallmark) dari emboli
paru. Visualisasi terbaik dilihat dengan menggunakan penampang
apical four chamber view, disertai dengan adanya penanda lain
yang mendukung seperti diameter ventrikel kanan lebih besar
dibandingkan dengan diameter ventrikel kiri (ratio > 1.0) dan
adanya ventrikel kiri yang lebih kecil dengan pengisian yang
underfill akan tetapi berfungsi normal. Abnormalitas dari
pergerakan dinding regional dapat diketahui pada emboli paru
yaitu adanya dinding tengah (midwall) ventrikel kanan mengalami
diskinetik dengan jarak relative antara apeks dan basis jantung.
Pada pola ini, disebut sebagai McCornell sign, merupakan kondisi
yang spesifik adanya peningkatan PVR mendadak. TAPSE
ventrikel kanan juga ditemui mengalami penurunan pada pasien
emboli paru. Dilatasi ventrikel kanan dan disfungsi ventrikel kanan
regional tidak terlalu tampak pada pasien dengan peningkatan PVR
dalam jangka waktu panjang yang kemudian menhasilkan
hipertrofi ventrikel kanan. Pada pasien demikian, tekanan
pulmoner akan secara otomatis mengalami peningkatan dan
ventrikel kanan tidak menunjukkan adanya bukti dilatasi atau
disfungsi pada emboli paru. Sehingga, pola klasik dari
ekokardiografi pada ventrikel kanan memiliki sensitivitas yang
rendah dan memiliki nilai prediksi positif yang juga rendah
terutama pada pasien hipertensi pulmoner kronik seperti pada
PPOK atau penyakit tromboembolik kronik. (Braunwalds et al.,
2015)
12
ditemui adanya peningkatan TR konsisten dengan peningkatan
tekanan sistolik pulmoner. Penilaikan ditasi ventrikel kanan dan
disfungsi terinkorporasi pada algoritma tatalaksana dan bermanfaat
pada pasien dengan resiko sedang-tinggi. Adanya dilatasi ventrikel
atau difungsi ada emboli paru akut meupakan predictor
independent adanya luaran mortalitas jangka pendek, walaupun
pada pasien dengan hemodinamik stabil. Untuk respon terapi pada
emboli paru, perningkatan fungsi ventrikel kanan dapat dievaluasi
dengan menggunakan ekokardiografi beberapa hari setelah
keberhasilan terapi dilakukan (reperfusi dengan menggunakan
embolektomi atau trombolisis) pada emboli paru.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
https://doi.org/10.1056/NEJMcp2116489.
Konstantinides, S. V. et al. (2020) ‘2019 ESC Guidelines for the diagnosis and
management of acute pulmonary embolism developed in collaboration with the
European respiratory society (ERS)’, European Heart Journal, 41(4), pp. 543–
603. Available at: https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehz405.
16