Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GAWAT DARURAT DENGAN SYOK

Dosen pengampu : Ns. Rita Sari., M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Ferdian Rizki Rahmadi (2019206203015)
2. Indah Yulistiani (2019206203019)
3. Dwi Rahma Aulia (2019206203013)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 16 Maret 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul...........................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAULUAN
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ..........................................................................................................6
2.2 Etiologi...............................................................................................................6
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................7
2.4 Tanda dan gejala ...............................................................................................8
2.5 Pemeriksaan penunjang......................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan ................................................................................................8
2.7 Asuhan keperawatan pada pasien syok
1. Pengkajian....................................................................................................9
2. Diagnosa keperawatan ..............................................................................12
3. Rencana keperawatan.................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
Daftar pustaka.15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah
syok. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik
(Hardisman, 2013). Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana
darah, plasma, atau kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi
darah dan cardiac output. Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena
perfusi jaringan yang tidak adekuat (Hammond and Zimmermann, 2017).

Prevalensi hipovolemia di dunia berdasarkan data World Health Organization


dalam Misniati (2015) hipovolemia merupakan urutan yang ke-3 penyebab
kematian didunia yang diperkirakan 3-4 milyar dalam setahunnya akibat diare
atau gastroenteritis. Sedangkan angka kematian akibat diare yang disertai syok
hipovolemik pada balita di Brazil mencapai 800.000 jiwa. Sebagian besar
penderita meninggal karena tidak mendapat penanganan pada waktu yang tepat
(World Health Organization dalam Hidayatulloh et al., 2016). Selanjutnya
angka mortalitas pada pasien syok hipovolemik nontrauma khususnya dehidrasi
akibat diare, menurut studi pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 1,3 juta orang
dari seluruh rentang usia mengalami kematian akibat dehidrasi pada diare dan
dehidrasi akibat diare merupakan penyebab tertinggi keempat kematian pada
anak dibawah 5 tahun (The Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk
Factors Study dalam Hidayatulloh et al., 2016).

Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok salah


satunya ialah kehilangan cairan ekstraselluler yang dapat disebabkan oleh
terjadinya diare, dehidrasi dan muntah (Nurarif dan Kusuma, 2015).

4
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini:
1. Apa pengertian dari syok hipovolemik?
2. Apa saja etiologi dari syok hipovolemik?
3. Bagaimana patofisiologi dari syok hipovolemik?
4. Apa saja tanda gejala dari syok hipovolemik?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari syok hipovolemik?
6. Bagaimana penatalakasanaan dari syok hipovolemik?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien syok hipovolemik?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari syok hipovolemik
2. Dapat mengetahui etiologi dari syok hipovolemik
3. Dapat mengetahui patofisiologi dari syok hipovolemik
4. Dapat mengetahui tanda gejala dari syok hipovolemik
5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari syok hipovolemik
6. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari syok hipovolemik
7. Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien syok hipovolemik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dan oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi
jaringan dan kegagalan sirkulasi (Simmons and Ventetuolo, 2017).

Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau
kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac output.
Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak
adekuat (Hammond and Zimmermann, 2017).

Syok hipovolemik adalah hilangnya volume dapat menurunkan preload yang


menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah serta gangguan perfusi
jaringan (Ramdani B., 2016).

2.2 Etiologi
Menurut Standl et al. (2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi dalam 4 bagian,
yaitu:
a. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa terjadi cedera pada
jaringan lunak.
b. Syok hemoragik traumatik, dikarenakan adanya perdarahan akut yang disertai
cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya pelepasan aktivasi sistem
imun.
c. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa
adanya perdarahan.
d. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara
kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada jaringan lunak serta adanya
pelepasan aktivasi sistem imun.

6
2.3 Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara mengaktifkan 4
sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem kardiovaskular, sistem renal
dan sistem neuroendokrin.system hematologi berespon kepada perdarahan hebat
yag terjadi secara akut dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan
mengkonstriksikan pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal)
dan membentuk sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang
rusak akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan
menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk. Kurang
lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang sempurna dan
formasi matur.

Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik dengan


meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard, dan
mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian
pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh
baroreseptor yang terdapat pada arkus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan
pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga merespon dengan
mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit,
otot, dan GI. System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang
meningkatkan pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan
rennin kemudian dip roses kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang
memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan pembuluh darah dan
menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal. Adrenal bertanggung jawab
pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi air. System neuroendokrin
merespon hemoragik syok dengan meningkatkan sekresi ADH. ADH dilepaskan
dari hipothalmus posterior yang merespon pada penurunan tekanan darah dan
penurunan pada konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi
air dan garam (NaCl) pada tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of Henle

7
2.4 Tanda gejala
Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut (Ramdani, 2016):
a. Takipnea, menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk asidosis
metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
b. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit, pengisian
ulang kapiler lambat, hipotensi
c. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak, diaforetik
terutama pada ekstemitas
d. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
e. Oligouria

2.5 Pemeriksaan penunjang


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien dengan syok hipovolemik adalah sebagai berikut:
a. Kultur darah
b. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
c. DPL dan profil koagulasi
d. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
e. Pemeriksaan curah jantung
f. Laktat Serum
g. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
h. EKG
i. Tes fungsi ginjal dan hati

2.6 Penatalaksanaan
Pengkajian yang menyeluruh terhadap masalah pasien yang muncul dapat
mengungkapkan faktor resiko terjadinya syok hipovolemik. Pasien yang mengalami
kehilangan darah yang signifikan karena perdarahan lambung atau ruptur hati atau
limfa akibat trauma membutuhkan penggantian volume sirkulasi darah secara cepat
untuk mencegah akibat hipovolemia. Baik pasien yang amat muda dan lansia yang
beresiko tinggi mengalami hipovolemia yang mungkin disebabkan oleh dehidrasi
berat atau penyakit medis lainnya dibandingkan akibat trauma (Morton et al., 2013)

8
2.7 Asuhan keperawatan pada pasien syok hipovelemik
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama ialah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien berobat
atau gejala awal yang dialami pasien saat pengkajian (Hidayat, 2021).
Gejala yang biasanya timbul pada pasien dengan hipovolemia ialah nadi
meningkat dan teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun dan hematocrit meningkat (PPNI, 2016).
c. Pengkajian primer
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan selalu
diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada
umumnya menggunakan pendekatan A-B-C (Airway= JALAN NAFAS,
Breathing=PERNAFASAN dan Circulation = SIRKULASI). Perlu diingat
sebelum melakukan pengkajian harus memperhatikan proteksi diri
(keamanan dan keselamatan diri) dan keadaan lingkungan sekitar
(Hamarno, 2016).
1) Airway : Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan
nafas paten (longgar) atau mengalami obstruksi total atau partial
sambil mempertahankan tulang servikal. Pada kasus non trauma dan
pasien tidak sadar posisi kepala headtilt dan chin lift (hiperekstensi)
sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus terkontrol
atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala (Hamarno,
2016).
2) Breathing : Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah
penilaian jalan nafas. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksi
dada pasien: Jumlah, ritme dan tipe pernafasan; Kesimetrisan

9
pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis.
Palpasi dada pasien, adakah nyeri tekan, adakah penurunan ekspansi
paru. Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun),
adakah suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural
friksionrub. Perkusi, dilakukan di daerah thorak beberapa hasil yang
akan diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor
atau timpani bila ada udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada
konsolidasi atau cairan (Hamarno, 2016).
3) Circulation : Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan
menilai kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam memompa
darah keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meliputi: tekanan darah;
jumlah nadi; keadaan akral: dingin atau hangat; sianosis; bendungan
vena jugularis (Hamarno, 2016).
4) Disability : Mengkaji status umum dan neurologis pasien dengan
menilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-
gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan.
Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan
pada pembuluh darah. Pasien dengan kehilangan cairan berat dapat
mengalami penurunan kesadaran (Hamarno, 2016).
5) Exposure : Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan
apakah pasien mengalami cidera tertentu (Hamarno, 2016).

d. Pengkajian sekunder
Menurut Horne and Swearingen (2010) beberapa pengkajian sekunder yang
perlu diperhatikan khususnya pada pasien dengan syok hipovolemik adalah
sebagai berikut:
1) Penampilan umum (GCS)
2) Riwayat Penyakit/Pengkajian SAMPLE (sign and Symptom,
Allergies, Medications, Past Illnes, Last Meal, Event leading to
injury illness)
3) Pengkajian Nyeri (PQRST)

10
4) Pengkajian Fisik Pada pengkajian ini dapat dilakukan inspeksi dan
didapatkan hasil takipnea dan hiperventilasi, pada pemeriksaan
secara palpasi didapatkan hasil kulit dingin, berkeringat dan saat di
auskultasi didapatkan takikardi dan nadi lemah halus. Selain itu
secara umum hasil pengkajian akan di dapati penurunan tekanan
darah, peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit menjadi buruk,
lidah kering dan kasar, mata cekung, vena leher kempes,
peningkatan suhu, dan penurunan berat badan akut. Pasien syok
hipovolemik akan tampak pucat, hipotensi terlentang dan oliguria.
5) Pengkajian Perubahan pada Hipovolemi
Hipovolemia ringan biasanya dengan perubahan seperti anoreksia,
keletihan dan kelemahan. Hipovolemia sedang biasanya dengan
perubahan seperti hipotensi ortostatik, takikardi, penurunan CVP
dan penurunan haluaran urine. Hipovolemia berat biasanya dengan
perubahan seperti hipotensi berbaring, nadi cepat dan lemah,
oliguria, kacau mental, stupor dan koma.
6) Pengukuran Hemodinamik Penurunan CVP, penurunan tekanan
arteri pulmoner (TAP), penurunan curah jantung, penurunan tekanan
arteri rerata, peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
7) Riwayat dan Faktor-Faktor Resiko
a) Kehilangan GI abnormal : muntah, diare, drainase intestinal
b) Kehilangan kulit abnormal : diaforesis berlebihan terhadap
demam atau latihan, luka bakar, fibrosis sistik
c) Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretik, diabetes
insipidus, dirusis oemotik, insufisiensi adrenal (misal
diabetes melitus tak terkontrol)
d) Spasium ke tiga atau perpindahan cairan plasma ke intersisial
: peritonitis, obstruksi usus, luka bakar, asites.
e) Hemoragi
f) Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan

11
8) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) diagnosa keperawatan :
a. Penurunan curah jantung
b. Hipovolemia (Penurunan volume cairan instravaskular, interstisial, dan/atau
intraselular).
c. Perfusi perifer tidak efektif

3. Rencana keperawatan
No DX Tujuan Intervensi
1 Hipovolemia Setelah dilakukan - Periksa tanda dan gejala
(Penurunan tindakan hipovolemia (mis. Frekuensi
volume cairan keperawatan selama nadi meingkat, nadi teraba
instravaskular, 3 x 24 jam masalah lemah, TD menurun, turgor
interstisial, hipovolemia teratasi kulit menurun, dll)
dan/atau dengan kriteria - Hitung kebutuhan cairan
intraselular). hasil : - Anjurkan menghindari
- TTV dalam perubahan posisi mendadak.
batas normal - Kolaborasi dalam pemberian
- Tidak ada cairan IV isotonis (mis.
tanda-tanda NaCL, RL)
dehidrasi
- Elastisitas - Penggunaan EPB dari
turgor kulit baik Penelitian menurut Hutabarat
(2017) : Pemberian posisi
passive leg raising (PLR)
yang bertujuan untuk
meningkatkan hemodinamik
( meningkatkan tekanan
darah, nadi)

2 Penurunan curah Setelah dilakukan - Monitor adanya dipsnea


jantung tindakan - Memonitor status

12
keperawatan selama kardiovaskuler
3 x 24 jam masalah - Atur periode latihan dan
penurunan curah istirahat untuk menghindari
jantung dalam keletihan
rentang normal - Melakukan terapi infuse RL,
dengan kriteria 16 tpm
hasil : - Memonitor adanya
- Tanda-tanda perubahan tekanan darah
vital dalam
rentang normal
(TD, nadi,
respirasi)
- Dapat
mentoleransi
aktivitas tidak
ada kelelahan

3 Perfusi perifer Setelah dilakukan - Auskultasi TD. Bandingkan


tidak efektif tindakan kedua lengan, ukur dalam
keperawatan selama keadaan berbaring, duduk, atau
3 x 24 jam masalah berdiri bila memungkinkan
perfusi perifer dapat - Kaji warna kulit, nadi perifer,
teratasi dengan CRT, dan akral pada bagian
kriteria hasil : tungkai.
- TTV dalam - Monitoring urin output
batas normal - Kolaborasi Pertahankan cara
- Tidak ada masuk heparin (IV) sesuai
sianosis indikasi.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma,
atau kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac
output. Pada asuhan keperawatan teori pada pasien dengan syok hypovolemia
menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan.
1. pengkajian
dilakukan pengkajian dengan mendapatkan hasil seperti adanya tanda dan
gejala yaitu nadi meningkat dan teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun dan hematocrit meningkat.
2. diagnosa keperawatan
diagnose yang muncul pada pasien dengan syok hipovolemik adalah
hypovolemia, penurunan curah jantung, dan perfusi perifer tidak efektif.
3. Rencana keperawatan
Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasien
serta sarana dan prasarana di rumah sakit. Prioritas masalah berdasarkan
teori Hierarki Maslow, sedangkan penentuan tujuan meliputi sasaran, kriteria
waktu dan hsil dan rencana tindakan keperawatan kasus ini berpedoman
pada NANDA, NOC dan NIC, serta Penerapan EBP.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hammond, B. B., & Zimmermann, P. G. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster


Nursing - 1st Indonesian Edition (A. Kurniati, S. Theresia, & Y. Trisyani, Eds.).
Retrieved from https://www.google.co.id/books/edition/ Sheehy_s_Emergency_
and_Disaster_Nursing/sez3DwAAQBAJ?hl=id& gbpv=0 Diakses pada 14 Mei
2021

Hidayatulloh, M. N., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh Resusitasi Cairan


Terhadap Status Hemodinamik (MAP), Dan Status Mental (GCS) Pada Pasien
Syok Hipovolemik Di Igd Rsud Dr. Meowardi Surakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 8(2), 222–229. Retrieved from
http://182.253.197.100/e-journal/index.php/jikk/article/view/376 Diakses pada
14 Mei 2021

PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Caille, V. et al. (2008) ‘Hemodynamic effects of passive leg raising: An


echocardiographic study in patients with shock’, Intensive Care Medicine, 34(7),
pp. 1239–1245. doi: 10.1007/s00134-008-1067-y.

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai