Anda di halaman 1dari 28

SYOK HIPOVOLEMIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN
Yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo, S.P.d., S.Kep., M.Kep

Oleh:

Bintari Puspa Alfirosa 1611011005


Okta Savira D. 1611011017
Muhammad Gafur 1611011018
Nuril Lailia 1611011034
Mila Elvia 1611011038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Juni, 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Syok Hipovolemik” ini
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
Keperawatan Gadar Bapak Ns. Cipto Susilo, S.P.d., S.Kep., M.Kep. Meskipun
banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tetapi penulis
berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Kritis yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Makalah yang
disusun. Serta rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu mendukung
terselesainya Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya Makalah ini. Penulis berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jember, Juni 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
A. Definisi .................................................................................................. 3
B. Klasifikasi ............................................................................................. 4
C. Anatomi dan Fisiologi ........................................................................... 5
D. Etiologi .................................................................................................. 8
E. Patofisiologi .......................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis ................................................................................. 12
G. Penatalaksanaan .................................................................................... 13
H. Resusitasi Cairan ................................................................................... 15
I. WOC ..................................................................................................... 17
J. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 18
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 22
A. Kesimpulan ........................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kondisi yang memerlukan tindakan segera di UGD adalah syok
hipovolemik. Pasien syok sangat memerlukan pemantauan ketat terhadap
tanda-tanda klinis serta status hemodinamik dan status intravaskular. Syok
hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut
(syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di
negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. (Kakunsi, dkk. 2015)
Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas
penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah
karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik
pada wanita karena khasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan
99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal
setelah beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang
tepat dan adekuat. (Ganesha dan Putra. 2016)
Menurut WHO cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan
terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien
trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat
pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat
trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan
yang kurang memadai mencapai 36% Syok Hipovolemik juga terjadi pada
wanita dengan perdarahan karena kasus obstetric, angka kematian akibat syok
hipovolemik mencapai per tahun dan 99% kematian tersebut terjadi di Negara
berkembang. Sebagian besar penderita syok hipovolemik akibat perdarahan
meninggal setelah beberapa jam terjadinya perdarahan karena tidak mendapat
penatalaksanaan yang tepat dan adekuat. (Kakunsi, dkk. 2015)
Diare pada balita juga merupakan salah satu penyebab terjadinya syok
hipovolemik. Menurut WHO, angka kematian akibat diare yang disertai syok
hipovolemik pada balita di Brazil mencapai jiwa. Sebagian besar penderita
meninggal karena tidak mendapat penanganan pada waktu yang tepat. Syok

1
hipovolemik sendiri bergantung pada efisiensi mekanisme kompensasi
seseorang dan kecepatan kehilangan darah. Tanda dan gejala syok
hipovolemik harus di monitor oleh perawat secara berkala. Sebagai perawat
harus mengenal dan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk
menangani kondisi ini, disetiap tempat/ruangan. Perawat harus memberikan
intervensi yang tepat atau manajemen kegawatdaruratan untuk mengobati
syok hipovolemik.(Kakunsi,dkk 2015)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Syok Hipovolemik?
2. Bagaimana klasifikasi Syok Hipovolemik?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari Syok Hipovolemik?
4. Bagaimana etiologi Syok Hipovolemik?
5. Bagaimana patofisiologi Syok Hipovolemik?
6. Bagaimana manifestasi klinis Syok Hipovolemik?
7. Bagaimana penatalaksanaan Syok Hipovolemik?
8. Bagaimana resusitasi cairan pada Syok Hipovolemik?
9. Bagaimana web of cautions Syok Hipovolemik?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Syok Hipovolemik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian, klasifikasi, etiologi, anfis, patofisiologi,
manifestasi klinis. WOC dan penatalaksanaan Syok Hipovolemik.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan Syok Hipovolemik.

2
BAB II
TINJAUAN KONSEP

A. Definisi
Syok didefinisikan sebagai kegaagalan sirkulasi akut yang terjadi karena
tidak adekuatnya perfusi jaringan sehingga menimbulkan hipoksia seluler.
Syok merupakan kondisi life-threatening dengan berbagai penyebab. Tanpa
terapi keadaan ini dapat menyebabkan kematian sel, disfungsi organ,
kegagalan organ yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Secara umun
syok disebabkan banyak faktor, namun demikian patofisiologi syok relative
sama. Seperti syok yang terjadi karena penurunan volume darah dinamakan
syok hipovolemi (Ningsih, 2015).
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya
volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan
hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan cairan
(ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh
berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok
hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan oleh perdarahan
sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan
hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organorgan tubuh
atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada
pembuluh arteri utama (Hardisman, 2013).
Hipovolemik shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai
berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas
pembuluh darah total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan
oleh kehilangan cairan intravascular yang umumnya berupa darah atau
plasma. Kehilangan darah oleh luka yang terbuka merupakan salah satu
penyebab yang umum, namun kehilangan darah yang tidak terlihat dapat
ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau jaringan di sekitar
retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein dapat diasosiasikan
dengan penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan anafilaksis
(Ganesha dan Putra. 2016).

3
Syok Hipovolemik
HR Meningkat
JVP Menurun
TD Menurun
Kulit Dingin
CRT Lambat

Syok Indeks (SI) merupakan kombinasi rasio dari dua komponen Heart
Rate (HR) dan SBP yang merupakan variable fisiologi komprehensif yang
dapat digunakan untuk mengukur perubahan mekanisme kompensasi fisiologi
dalam mempertahankan tekanan darah dari penurunan volume sirkulasi, stroke
volume dan cardiac output. Peningkatan SI >0,9 (Normal 0,5 – 0,7)
berkorelasi dengan kondisi syok hipovolemik yang dapat menyebabkan
kematian.

B. Klasifikasi
Klasifikasi Syok Hipovolemik menurut Hardisman (2013) adalah :
Tanda dan
Pemeriksaan Stadium-I Stadium-II Stadium-III Stadium-IV
Klinis
Kehilangan
15% 15-30% 30-40% >40%
Darah (%)
Sangat Cemas/
Kesadaran Sedikit cemas Cemas Letargi
Bingung
Frekuensi
>120-
Jantung atau <100x/menit >100-120x/menit > 140 x/menit
140x/menit
Nadi
Frekuensi
14-20x/menit 20-30x/menit 30-40x/menit > 35x/menit
Nafas

Refiling
Lambat Lambat Lambat Lambat
Kapiler
Tekanan Darah
Normal Normal Turun Turun
Sistolik
Tekanan Nadi Normal Turun Turun Turun

Produksi Urin >30ml/Jam 20-30ml/Jam 5-15ml/Jam Sangat sedikit

4
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Pebuluh Darah
Pembuluh darah menurut pearce (2016) terdiri atas tiga jenis, yaitu arteri,
vena, dan kapiler.

a. Arteri
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut
darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh melalui
cabangnya. Arteri yang mempunyai diameter kurang lebih 25mm (1
inchi ) mempunyai banyak cabang.Dan cabang itu dibagi bagi lagi
menjadipembuluh darah yang lebih lebih kecil, arteri dan arteriol yang
berukuran 4mm (0,16 inchi ) yang mengalirkan darah sampai
mencapai jaringan.Didalam jaringan, pembuluh darah terbagi lebih
lanjut, mencapai diameter yang lebih kecil, kira kira 30 mikrometer
yang dianamakan arteriole.
Dinding arteri dan arteriola tersusun atas tiga lapisan yaitu:
1) Lapisan dalam sel : Intima
Merupakan lapisan yang sangat tipis, permukaan halus, dan
berhubungan langsung dengan darah yang mengalir.
2) Lapisan tengah : Media
Merupakan bagian terbesar dari dinding pembuluh darah di aorta
dan arteri besar lainnya.Tersusun atas serabut jaringan elastic dan
jaringan ikat yang member kekuatan pada pembuluh darah untuk
berkonstriksi dan dilatasi untuk mengakomodasi darah yang

5
diejeksikan dari jantung ( volume sekuncup ) dan menjaga aliran
darah agar tetap dan teratur.
3) Lapisan luar jaringan ikat : Adventisia
Merupakan lapisan jaringan ikat yang mengikat pembuluh darah
dari jaringan sekitarnya. Kandungan jaringan elastis pada arteri
yang kecil dan arteriola lebih sedikit, dan lapisan media pada
pembuluh darah ini tersusun terutama oleh otot polos.
i. Karena banyaknya otot, maka dinding arteri relative tebal, terhitung
sekitar 25% total dari diameter arteri.Dinding merupakan 67% total
dari arteriola.
b. Kapiler
Dinding kapiler tidak mempunyai otot polos maupun
adventisia,hanya tersusun oleh satu lapis sel endotel.Stuktur
berdinding tipis memungkinkan transport nutrisi cepat dan efisien ke
sel dan mengangkut sisa metabolisme. Diameter kapiler berkisar
antara 5 sampai dengan 10 mikrometer, sehingga sel darah merah
harus menyesuaikan bentuknya untuk melalui pembuluh darah
ini.Perubahan diameter kapiler bersifat pasif dan dipengaruhi oleh
perubahan konstruksi pembuluh darah yang mengalirkan darah ked an
dari kapiler. Diameter kapiler juga berubah sebagai respons dari
rangsangan kimia. Pada beberapa jaringan suatu cincin otot polos
dinamakan sfingter prekapiler, yang terletak diakhir arteriola kapiler
dan bertanggungjawab bersama dengan arteriola untuk mengatur
aliran darah ke kapiler.
Penyebaran kapiler sepanjang jaringan bervariasi tergantung pada
jenis jaringannya.Misalnya jaringan skelet, yang metabolismenya
aktif, mempunyai jaringan kapiler yang lebih padat disbanding dengan
jaringan yang kurang aktif seperti kartilago.
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan
yang menghubungkan arteriol dengan venula.Pada beberapa daerah
tubuh, seperti pada ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung

6
dengan arteri dan vena tanpa diperantarai oleh kapiler. Tempat
hubungan seperti ini dinamakan anastomisis arteriovenosa.
c. Vena
Secara structural vena merupakan analogi system arteri dan vena
cava sesuai dengan aorta.Dinding vena berbeda dengan dinding arteri,
lebih tipis dan lebih sedikit ototnya.Hal ini memungkinkan dinding
vena mengalami distensi lebih besar dibanding arteri.
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke
jantung. Vena terkecil dinamakan venula.Vena yang lebih kecil atau
cabang cabangnya dinamakan venula, kemudian bersatu membentuk
vena yang lebih besar yang seringkali satu sama lain membentuk
pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh kedua
vena masing masing pada sisi sisinya, dan dinamakan venae
cominantes.
2. Fisiologi Pembuluh Darah
Jantung adalah organ pertama sirkulasi darah. Aliran darah dari
vertikel kiri melalui arteri, arteriola, dan kapiler kembali ke atrim kanan
melalui vena disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran
dari vertikel kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran
kecil atau sirkulasi pulmonal. (Pearce, 2016)
Peredaran darah besar. Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung
melalui aorta, yait terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi
arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke berbagai bagian tubuh.
Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga samapai
pada arteriol. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot
yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fngsinya
adalah: mempertahankn tekanan darah arteri dan dengan jalan mengubah-
ubah ukuran saluran mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler
sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertkaran zat antara plasma dan
jaringan interstisiil. Kemdian kapiler-kapiler ini bergabung dan
membentuk pemblu lebih besar yang disebut venula, yang kemudian juga
bersatu menjadi vena, untuk menghantarkan darah kembali ke jantung.

7
Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena,
yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan
anggota gerak bawah, dan vena kava superior yang mengumpulkan darah
dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembulh darah ini menuangkan
isinya ke dalam atrium kanan jantung. (Pearce, 2016)

Peredaran darah kecil (sirkulasi pulmonal). Drah dari vena tadi


kmudian masuk kedalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan
memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk
menghantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar
memasuki pembulu-pembulu darah yang mengaliri paru-paru. Di dalam
paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi
kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk
memungut oksigen dan melepaskan karbon dioksida. (Pearce, 2016)
Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena, dan darah di
kembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya
dituangkan ke dalam atrium kiri. Darah ini mengalir masuk ke dalam
vertikel kiri. Vertikel ini berkontraksi dan darah dipompa masuk ke dalam
aorta. Maka kini mulai lagi perdarahan darah besar. (Pearce, 2016)

D. Etiologi
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada

8
perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat
kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Syok hipovolemik dapat
disebabkan oleh kehilangan volume massive yang disebabkan oleh:
perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau kondisi
yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain,
intestinal obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari
excessive perspiration, diare berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis,
atau intake cairan yang tidak adekuat. (Dewi dan Rahayu. 2010)
Sedangkan menurut Sudoyo et al (2009) penyebab syok hipovolemik,
antara lain:
1. Kehilangan darah
a. Hematom subkapsular hati
b. Aneurisma aorta pecah
c. Perdarahan gastrointestinal
d. Trauma
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
3. Kehilangan cairan ekstraselular
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi adrenal

E. Patofisiologi
Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena adanya
mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya hipovolemia. Pada awal-
awal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim saraf simpatis yang

9
mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi jantung. Dengan
demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat dipertahankan. Namun
kompensasi yang terjadi tidak banyak pada pembuuh perifer sehingga telah
terjadi penurunan diastolik sehingga secara bermakna akan terjadi penurunan
tekanan nadi rata-rata. (Hadisman, 2013)
Menurut Hadisman (2013). berdasarkan kemampuan respon tubuh
terhadap kehilangan volume sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap syok
hipovolemik dapat dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi,
tahapan dekompensasi dan tahapan irevesrsibel.
1. Tahap Kompensasi: Pada tahapan kompensasi, mekanisme autoregulasi
tubuh masih dapat mempertahankan fungsi srikulasi dengan
meningkatkan respon simpatis.
2. Tahap Dekompetisi: Pada tahapan dekompensasi, tubuh tidak mampu
lagi mempertahankan fungsinya dengan baik untuk seluruh organ dan
sistim organ. Pada tahapan ini melalui mekanisme autoregulasi tubuh
berupaya memberikan perfusi ke jaringan organ-organ vital terutama
otak dan terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-
ujung jari lengan dan tungkai mulai pucat dan terasa dingin.
3. Tahap Ireversible: Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila
kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ
yang menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling
nyata adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal yang disebut
sebagai gagal ginjal akut.
Sedangkan menurut Ganesha dan Putra (2016) patofisiologi dari syok
hipovolemik adalah sebagai berikut ini: Perdarahan akan menurunkan
tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan menurunkan aliran darah
balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung.
Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa
kejadian pada beberapa organ:
1. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha
untuk meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang

10
cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan
khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan
metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu
tidak mampu menyimpan cadangan energi. Sehingga keduanya sangat
bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila
terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan
toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial
pressure/MAP) jatuh hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
2. Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor
dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons
autonom tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain.
3. Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan
(ejeksi) ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam
mengontrol volume sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam
perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung.
Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada
akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi
jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
4. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi
peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram
negatif yang mati di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh
darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel
dan menyebabkan depresi jantung.
5. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan
pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat

11
interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat
aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan
aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya
produksi urin.

F. Manifestasi Klinis
Pada penderita syok umumnya pernapasan cepat. Karena penurunan curah
jantung dan vasokonstriksi, biasanya kulit pucat dan dingin, tetapi membrane
mukosa dan palung kuku mungkin sianosis. Rangsangan simpatis berlebihan
menyebabkansekresi keringat, yang menyebabkan sekresi kulit basah.
Denyutan nadi umumnya lemah dan cepat, sering hamper tak teraba. Tekanan
darah sistolik biasanya rendah dan dalam kasus syok berat sering tak teraba
sama sekali. Bila penderita dibaringkan, tekanan darah cenderung sedikit
lebih membaik dan memburuk jika pasien yang berbaring didudukkan.
Penurunan urin biasanya menurun atau tidak ada. Kesadaran menjadi
berkabut sangat dini, penderita ini konfusi dan gelisah. Lazim terdapat rasa
haus, khususnya bila ditanyakan ke pasien. (Boswick, 1997)
Menurut Dewi dan Rahayu (2010), manifestasi klinis dari syok
hipovolemik adalah:
Kehilangan cairan Kehilangan cairan Kehilangan cairan
minimal: sedang: berat:
Kehilangan volume cairan Kehilangan volume Kehilangan volume
intravaskular 10% - 15% cairan intravascular cairan 40% atau lebih
sekitar 25%

Tanda dan Gejala: Tanda dan Gejala: Tanda dan Gejala:


Tachycardia ringan Nadi cepat dan Tachycardia yang nyata
Lemah
Tekanan darah supinasi Hipotensi supinasi Hipotensi yang nyata
normal

12
Penurunan sistol lebih Kulit dingin Nadi perifer lemah dan
menghilang
dari 16 mm Hg atau
peningkatan denyut nadi
lebih dari 20x/m
Peningkatan capillary Sangat kehausan Kulit dingin dan
sianosis
refill lebih dari 3 detik,
Urin output lebih Urin output sekitar Urin output kurang dari
dari 30 ml / jam, 10 sampai 30 ml / jam 10 ml / Jam
Kulit pucat dan Gelisah, bingung, Penurunan kesadaran
dingin cepat marah

G. Penatalaksanaan
Pada algoritma penatalakasanaan syok hipovolemik didapatkan bagan
sebagai berikut ini:
Penderita perdarahan
c
v
Pasang IV line jarum besar +
Ambil sampel darah Catat TD, Nadi, perfusi,
c Produksi urin
v
Ringer laktat atau NaCl 0,9 % Siap transfuse darah
1000- 2000 ml dalam 30- 60 mnt, 500 – 1000 ml
Ulangi sampai 2- 4 x lost volume
(kalau perlu 2 IV line)

Hemodinamik naik Hemodinamik buruk


c c
v v
Tekanan darah > 100, nadi < 100 Teruskan cairan
Perfusi hangat, kering 2 – 4 x lost volume
Urin > ½ ml/kg/jam

c
v

13
Hemodinamik baik Hemodinamik buruk
c
v
Evaluasi Evaluasi Emergency medikasi

Menurut Dewi dan Rahayu (2010) tujuan utama dalam mengatasi syok
hipovolemik adalah memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat,
meredistribusi volume cairan dan memperbaiki penyebab yang mendasari
kehilangan cairan secepat mungkin.
1. Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
perdarahan internal.
2. Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk
membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen
darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9
%, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).
3. Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan
tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan
kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena
yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
4. Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada
pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin
(DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti
emetic untuk muntah-muntah.
5. Military anti syoc trousersn (MAST) adalah pakain yang dirancang untuk
memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan
tekanan balik disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan
tahanan perifer artificial dan membantu menahan perfusi coroner.

14
H. Resusitasi Cairan
Pada syok hipovolemik, pemberian cairan bertujuan untuk ekspansi
volume intravaskuler dan mengembalikan venous return. Cairan awal yang
dapat diberikan adalah cairan isotonic (misal: normal salin dan ringer
laktat) yang dihangatkan sebanyak 1 – 2 L untuk orang dewasa dan 20 ml/
kg untuk pasien anak- anak. Jenis cairan ini memberikan ekspansi
sementara dan lebih lanjut menstabilkan volume vaskuler dengan mengisi
kehilangan cairan pada ruang interstitial dan intraseluler (Putra, 2017).
Rapid response, Transient Minimal or no
response response
Tanda vital Kembali ke Perbaikan Tetap abnormal
normal sementara, tensii
dan nadi kembali
menurun
Dugaan Minimal (10% - Sedang (20% - Berat (> 40 %)
kehilangan darah 20%) 40 %)
Kebutuhan Sedikit Sedang Banyaak
kristaloid
Kebutuhan darah Sedikit Sedang - banyak Segera
Persiapan darah Type and Type spesific Emergency blood
crossmatch release
Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti
Kehadiran dini Perlu Perlu Perlu
ahli bedah
(Tabel respon terhadap pemberian cairan awal)
Berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal, pasien
digolongkan sebagai: rapid response, transient response dan minimal or no
response. Pasien yang tergolong sebagai rapid response umumnya
kehilangan darah dalam jumlah yang minimal (< 20 % dari EBV) dan
merespon dengan cepat terhadap pemberian cairan awal. Pasien dengan
kondisi ini cenderung memiliki hemodinamik yang stabil setelah terapi cairan
awal dikurangi menjadi dosis rumatan. Tidak ada indikasi bolus cairan

15
resusitasi dan tranfusi segera pada kategori ini. Pasien dengan transient
response merespon terhadap pemberian cairan awal, namun menunjukkan
tanda- tanda perburukan perfusi setelah terapi cairan dikurangi menjadi dosis
rumatan. Hal ini dapat menunjukkan resusitasi yang kurang memadai atau
proses perdarahan yang masih berlangsung. Pasien dengan kategori ini
umumnya kehilangan darah sebesar 20 – 40 % dari EBV sehingga umumnya
transfusi darah dan produk darah dapat diberikan (Putra, 2017).
Transfuse darah dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan yang
masih berlangsung dan kadar hemoglobin <10 mg/ dl. Pasien yang
teresusitasi umumnya mengalami koagulopati akibat tidak adanyaa faktor
pembekuan pada cairan kristaloid an PRC yang diberikan selama resusitasi.
Pemberian dini komponen darah (FFP dan TC) dengan ratio FFP dan PRC
mendekati 1:1 terbukti meningkatkn survival pada pasien dengan syok
hemoragik. Pasien dengan minimal or no response umumnya tidak merespon
terhadap pemberian cairan awal. Hal ini menunjukkan diperlukannya terapi
definitive (misal: operasi atau embolisasi) untuk menghentikan perdarahan.
Pada beberapa kasus kegagalan dalam merespon juga dapat disebabkan
gangguan pada jantung akibat trauma tumpul jantung , tamponade jantung
dan tension peumotorax. (Putra, 2017)

16
I. WOC
Syok Hipovolemik

Menurunnya volume
intravaskuler

Tubuh kekurangan darah dan


oksigen

Menurunnya tekanan Hipovolemia Oksigen menurun dan


Karbondioksida
pengisian sirkulasi
meningkat
sistemik
Defisien Volume
Cairan Gangguan proses
Penurunan curah
oksigenasi
jantung

Perubahan perfusi Tubuh


mengkompensasi
jaringan dengan napas cepat

Penurunan perfusi ke
Ketidakefektifan Pola
ginjal Nafas

↑ Reabsorsi Na dan Air


Hambatan Eliminasi
oleh tubulus ginjal
Urine

16
J. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Syok Hipovolemik
1. Pengkajian
Pengkajian konsep asuhan keperawatan syok hipovolemik menurut
Wardania (2016) adalah:
a. Identitas Klien
Pada saat anamnesis, umumnya pasien dengan syok hipovolemik
tidak bisa diwawancara sehingga identitas klien hanya didapatkan
dari wali klien atau kartu identitas klien tersebut.
b. Keluhan Utama
Klien dengan syok hipovolemik umumnya mengalami sesak napas.
c. Riwayat Penyakit
Umumnya informasi riwayat penyakit didapatkan dari wali pasien
atau orang yang mengetahui kejadian. Pada kasus syok hipovolemik
kebanyakan klien mengalami diare dan perdarahan karena trauma
atau luka.
d. Primari survey
1) Airway (Jalan Napas)
Pada kasus syok hipovolemik umumnya tidak ada
sumbatan pada jalan napasnya. Kesulitan bernapas pada pasien
dengan syok hipovolemik dikarenakan penurunan cairan
intravascular sehingga terjadi penurunan oksigen.
2) Breathing (Bernapas):
Pada kasus syok hipovolemik umunya pergerakan dada
simestris, suara napas vesikuler, dan klien merasa sesak napas.
Saat kehilangan cairan minimal terjadi takikardi ringan,
sedangkan saat kehilangan cairan berat terjadi takikardi yang
nyata.
3) Circulation – kontrol perdarahan
Pada kasus syok hipovolemik tanda dan gejala di setiap
tahapnya berbeda. Pada tahap kompensatori, HR meningkat
akibat perangsangan saraf simpatis. TD meningkat karena
vaasokonstriksi pembuluh darah, kulit pucat dan dingin serta CRT

17
< 2 detik. Pada tahap progresif terjadi peningkatan HR,
dysrhythmia, nadi cepat dan lemah, kulit dingin dan berkeringat,
serta CRT lambat. Dan pada tahap refraktori terjadi tidak terkaji
CRT, hipotensi nyata, nadi perifer lemah dan menghilang, kulit
dingin dan diaphoresis.
4) Disability – pemeriksaan neurologi.
Pada kasus syok hipovolemik tanda dan gejala di setiap
tahapnya berbeda. Pada tahap kompensatori, penurunan tingkat
kesadaran, disorientasi, bingung, gelisah,cemas dan irritable. Pada
tahap progresif terjadi lethargi. Dan pada tahap refraktori terjadi
penurunan kesadaran.
5) Eliminasi
Pada kasus syok hipovolemik didapatkan warna urine yang
pekat dan gelap dan terjadi penurunan produksi urine. saat
kehilangan cairan 10% - 15 % urine output > 30 ml/ jam, saat
kehilangan cairan sekitar 25 % urine output sekitar 10 – 30 ml/
jam dan saat kehilangan cairan 40% atau lebih urine output <10
ml/ jam.
6) Fahrenheit
Pada kasus syok hipovolemik badan dan akral terasa
dingin, tekanan darah terjadi, nadi mengalami penurunan dan RR
mengalami peningkatan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk syok hipovolemik menurut Dewi dan
Rahayu (2010) adalah:
a. Hemoglobin dan hematokrit
Pada diagnosa syok hipovolemik ditandai dengan penurunan HCT,
penurunan Hb, penurunan RBC dan jumlah platelet.
b. Urin
Peningkatan berat jenis urin (> 1.020) dan osmolalitas urin, sodium
urin < 50 mEq/L, penurunan creatinin urin, warna lebih pekat dan
produksi urin menurun.

18
c. Pemeriksaan gas darah
pH, PaO2, dan Hco3 darah menurun, bila proses berlangsung terus
maka proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak
tanda-tanda kegagalan dengan makin menurunnya pH dengan PaO2
dan meningkatnya PaCO2 dan HCO3. Terdapat perbedaan yang
lebih jelas antara PO2 dan PCO2 arterial dan vena.
d. Pemeriksaan elektrolit serum dan fungsi ginjal
Pada syok hipovolemik juga ditandai dengan peningkatan serum
potassium, peningkatan sodium, peningkatan lactate dehydrogenase,
peningkatan creatinin, dan peningkatan BUN.
e. Tes Kehamilan
Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan
usia subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok,
konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan
pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Menurut Nanda 2018 – 2020 adalah:
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d tubuh kekurangan suplai oksigen
b. Defisien volume cairan b.d tubuh kekurangan darah dan cairan
c. Hambatan eliminasi urine b.d penurunan perfusi ke ginjal
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut NOC Edisi Ke lima dan NIC Edisi
Keenam adalah:
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Masalah
Kolaborasi
Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola nafas b.d Setelah dilakukan asuhan Pengurangan
tubuh kekurangan selama … ketidakefektifan pola Kecemasan
suplai oksigen nafas teratasi dengan kriteria

19
hasil: Monitor Pernapasan
Status Pernapasan:
a. Frekuensi pernapaan Monitor tanda- tanda
menunjukkan angka 5 (tidak vital
ada deviasi dari kisaran
normal) Perawatan Gawat
b. Kedalaman inspirasi Darurat
menunjukkan angka 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran Monitor Cairan
normal)
c. Irama pernapasan Pengaturan Posisi
menunjukkan angka 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran
normal)
d. Saturasi oksigen
menunjukkan angka 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran
normal)

Setelah dilakukan asuhan Pengurangan


Defisien volume
selama defisien volume cairan Perdarahan
cairan b.d tubuh
teratasi dengan kriteria hasil:
kekurangan darah
Status Pernapasan: Manajemen
dan cairan
a. Tekanan darah menunjukkan Hipovolemi
angka 5 (tidak terganggu)
b. Denyut nadi menunjukkan Pemasangan Infus
angka 5 (tidak terganggu)
c. Tekanan arterial rata- rata Manajemen Syok:
menunjukkan angka 5 (tidak Volume
terganggu)
d. Hematokrit menunjukkan Monitor Tanda- Tanda
angka 5 (tidak terganggu) Vital

20
Hambatan Setelah dilakukan asuhan selama Kateterisasi Urine:
eliminasi urine … hambatan eliminasi urin Sementara
b.d penurunan teratasi dengan kriteria hasil:
perfusi ke ginjal Eliminasi urine: Manajemen Pengobatan
a. Jumlah urin menunjukkan
angka 5 (tidak terganggu) Perlindungan Infeksi
b. Warna urin Pola eliminasi
menunjukkan angka 5 (tidak Perawatan Selang
terganggu) Perkemihan
c. Kejernihan urine
menunjukkan angka 5 (tidak
terganggu)
d. Pola eliminasi menunjukkan
angka 5 (tidak terganggu)

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai
berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas
pembuluh darah total. Syok hipovolemik diklasifikasikan berdasarkan tanda
dan pemeriksaan fisik klien, yang terdiri dari stadium I, stadium II, stadium III
dan stadium IV.
Manifestasi klinis dari syok hipovolemik adalah perdarahan derajat I
(kehilangan darah 0-15%) , perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%),
perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%) dan perdarahan derajat IV
(kehilangan darah > 40%).
Untuk diagnosa keperawatan dari syok hipovolemik menurut Nanda 2018-
2020 diantaranya adalah ketidakefektifan pola nafas b.d tubuh kekurangan
suplai oksigen, defisien volume cairan b.d tubuh kekurangan darah dan
cairan, dan hambatan eliminasi urine b.d penurunan perfusi ke ginjal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Boswick. (1997). Perawatan Gawat Darurat (https://books.google.


co.id/books?id=_3mue8YPn3kC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_
atb#v=onepage&q&f=false). Jakarta: EGC

Bulechek dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi ke 6.


United Kingdom: Elsevier Inc

Dewi, Enita dan Rahayu, Sri. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik


(http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3799/2459). Berita
Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. 93-96

Ganesha dan Putra. (2016). Hypovolemic Shock (https://simdos.unud.ac.id


/uploads/file_penelitian_1_dir/e36641972d7e1943e4405a63b542e36b.pdf).
Universitas Udayana: Simdos

Hadisman. (2013). Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik:


Update dan Penyegar (http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka
/article/view/167/162). Unand: Vol 2, No 3

Herdman dan Kamitsuru. (2018). NANDA- I Diagnosis Keperawatan: Definisi


dan Klasifikasi 2018 – 2020 Edisi ke 11. Jakarta: EGC

Kakunsi, Yane D., Killing, Maykel, and Deetje, Supit. (2015) Hubungan
Pengetahuan Perawat dengan Penanganan Pasien Syok Hipovolemik di
UGD RSUD Pohuwato (https://docplayer.info/48741244-Hubungan-
pengetahuan-perawat-dengan-penanganan-pasien-syok-hipovolemik-di-ugd-
rsud-pohuwato.html). Buletin Sariputra; 5(3):90-96.

Moorhead dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke 5.


United Kingdom: Elsevier Inc

Ningsih. (2015). Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Syok (https://books.google


.co.id/books?id=y_dRDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=g
bs_atb#v=onepage&q&f=true). Malang: UB Press

Pascoe S, Lynch J. (2016). Management of Hypovolaemic Shock in the Trauma


Patient (https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0006/195
171/HypovolaemicShock_FullReport.pdf). Institute Of Trauma and Injury
Management: NSW Health

Pearce, Evelyn C. 2016. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: CV


Prima Grafika

Putra, Kadek. 2017. Terapi Cairan Pada Pasien Syok.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/eb08cef0948d59698
eb055427049e1c3.pdf. Unud: Fakultas Kedokteran

23
Sudoyo, et.al. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V
(https://www.scribd.com/doc/154496984/Buku-Ajar-Ilmu-Penyakit-Dalam-
Edisi-V). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Wardania. (2016). Kegawatdaruratan Syok (https://www.academia.edu


/16346258/kegawatdaruratan_Syok).

24

Anda mungkin juga menyukai