Disusun oleh :
Wangi Kamtala Syafti 1710070100079
Preseptor :
dr.Lidia Dewi,Sp.PD FINASIM
SMF INTERNE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M.NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH
SOLOK
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1Latar belakang................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................................6
1.3 Manfaat Penulisan........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................6
2.1 Anemia..........................................................................................................................7
2.1.1 Defenisi..............................................................................................................7
2.1.2 Etiologi .............................................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi..........................................................................................................8
2.1.4 Tanda dan Gejala............................................................................................11
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................................12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................14
2.1.7 Peatalaksanaan................................................................................................16
2.2 Diabetes Melitus.........................................................................................................17
2.2.1 Defenisi.............................................................................................................17
2.2.2 Klasifikasi.........................................................................................................18
2.2.3 Faktor Resiko...................................................................................................18
2.2.4 Patofisiologi.....................................................................................................20
2.2.5 Gejala Klinis.....................................................................................................20
2.2.6 Diagnosis..........................................................................................................20
2.2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................21
BAB IIILAPORAN KASUS.....................................................................................24
BAB IVPENUTUP.....................................................................................................32
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................32
Daftar pustaka...........................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia merupakan penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass) sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian
parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,
menjadi: tidak anemia (kadar Hb >11 gr %), anemia ringan (kadar Hb 9- 10 gr%),
anemia sedang (kadar Hb 7-8 gr%), dan anemia berat (kadar Hb < 7 gr%). Data
18,4%, dan perempuan 23,9%. Di kabupaten Probolinggo, pada tahun 2015, remaja
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kerja
antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa akan datang.
4
Terdapat dua tipe utama diabetes melitus yaitu, diabetes melitus tipe 1 yang
disebabkan kurangnya sekresi insulin dan diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan
insulin.4
Penderita diabetes melitus yang sudah lama yaitu lebih dari 5 tahun dan tidak
terkontrolnya gula darah akan terjadi gangguan pada sel-sel saraf dan pembuluh darah
Kerusakan pada pembuluh darah kecil terjadi pada mata, ginjal dan saraf. Sedangkan
mikroangiopati, dan neuropati. Komplikasi kronis ini biasanya terjadi pada penderita
Menurut WHO, pada tahun 2014, 8,5% dari orang dewasa berusia 18 tahun
dan lebih tua menderita DM. Pada tahun 2012 DM menjadi penyebab utama dari 1,5
juta kematian. Pada tahun 2014, Indonesia memiliki sekitar 9,1 juta penyandang DM.
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta
pada tahun 2030 (1,4).5 Tingginya prevalensi DM yang sebagian besar tergolong
5
1.2 Tujuan Penulisan
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang Anemia Berat
3. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik senior di Bagian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
Anemia merupakan penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass) sehingga
(penurunan oxygen carrying capacity). Parameter yang paling umum dipakai untuk
hematokrit dan hitung eritrosit. Kriteria anemia menurut WHO sebagai berikut:
2.1.2 Etiologi 7
Hal ini terjadi karena perdarahan akut yang hebat, pendarahan dapat
7
kecelakaan , dan pendarahan kronis.
(hemolisis).
Masa hidup dari eritrosit yang berkurang yaitu kurang dari 120 hari dan
2.1.3 Klasifikasi
Besi serum
menurun normal
HB A2 ↑
HbF ↑
8
Bagan 1. Algoritme pendekatan diagnostik anemia mikrositer hipokrom
retikulosit
meningkat Normal/menurun
Sumsum
Tanda Riwayat tulang
hemolisis perdarahan
positif akut hipoplastik Anemia aplastik
Test coomb
infiltrasi Anemia mielosptisik
Riwayat AIHA
keluarga Anemia pada GGK
positif penyakit hati kronik,
hipotiroidi
peny.kronik
Enzimopati,
Anemia pasca
membrano
perdarahan
pati, akut
hemoglobin
opati
9
3. Anemia makrositer : apabila MCV > 95 fl
Anemia makrositer
retikulosit
meningkat Noemal/
menurun
terdiri dari :
10
A. Gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang
besi, anemia defisiensi asam folat dan anemia defisiensi vitamin b12
anemia sideroblastik.
C. Anemia hemolitik
Gejala umum dari anemia adalah lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinnitus) , mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan
dispepsia.
Gejala yang spesifik untuk masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
11
angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
infeksi.
2.1.5 Patofisiologi 8
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau
dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia timbul
karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap
anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut
sindrom anemia.
kelompok.
12
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau
sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat
adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang
dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi
yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum
tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
lain:
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis
makanan.
d. Autoimun.
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
13
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
Anemia hemolisis
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
14
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen.seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
4. Pemeriksaan Khusus
stain)
hemoglobin
B. Pemeriksaan laboratorium non hematologis terdiri dari faal ginjal, faal endokrin,
15
a) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
c) Pemeriksaan sitogenetik.
2.1.7 Penatalaksanaan 7
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada penderita
anemia ialah:
akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa penderita, atau pada anemia
b. Terapi suportif
anemia teresbut.
16
penderita dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang kemungkinan
perubahan diagnosis.
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda tanda
diberikan packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia kronik sering
dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti
hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi pada insulin, kerja insulin
di dalam darah sehingga gagal untuk masuk ke sel. Diabetes Melitus (DM)
glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara
adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif.6
Klasifikasi Deskripsi
17
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan pada
defisiensi insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
DM berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah,
faktor resiko tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga dengan DM, umur ≥45 tahun,
jenis kelamin, riwayat pernah menderita DM gestasional, Faktor risiko yang dapat di
ubah yaitu Obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m 2 atau lingkaran perut ≥80 cm pada
wanita dan ≥90 cm pada laki-laki. Kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dyslipidemia
2.2.4 Patofisiologi10
Resistensi Insulin
18
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat
badan overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot,
insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat
guna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan
pada DMT2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi insulin
Perjalanan penyakit DM terjadi karena penurunan fungsi sel beta pankreas dan
peningkatan resistensi insulin yang berlanjut sehingga sel beta pankreas tidak dapat
insulin oleh karena pada saat itu fungsi sel beta pankreas yang normal tinggal 50%.
Pada tahap lanjut sel beta pankreas diganti dengan jaringan amiloid, akibatnya
Sel beta pankreas merupakan sel yang sangat penting diantara sel lainnya
seperti sel alfa, sel delta, dan sel jaringan ikat pada pankreas. Disfungsi sel beta
pankreas terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Jumlah dan
kualitas sel beta pankreas dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain proses regenerasi
dan kelangsungan hidup sel beta itu sendiri, mekanisme selular sebagai pengatur sel
19
beta, kemampuan adaptasi sel beta ataupun kegagalan mengkompensasi beban
a. Gejala Klasik
Poliphagia, polidipsia, polyuria, nafsu makan bertambah namu berat badan turun
b. Gejala kronik
Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah
dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
2.2.6 Diagnosis10
20
5. Tanpa gejala klasik + 2x Pemeriksaan GDS ≥ 200 mg/dl
7. HbA1c ≥ 6.5%
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
21
2. Diet
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing masing individu. Standar yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat
60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung
dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
IMT = Berat badan (kg) / Tinggi Badan (m) X tinggi Badan (m)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit.
3. Farmakologi
Oral hipoglikemia dan insulin Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan
latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral
insulin sensitizing. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin
22
pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan.
23
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S
Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan badan terasa mudah lemah, letih sejak 3 bulan yang
lalu dan memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengalami penurunan berat badan 7 bulan yang lalu, dari 55 kg menjadi 45
kg
Pasien mengeluhkan sering kesemutan pada kaki sejak 7 bulan yang lalu
Pasien mengeluhkan sering buang air kecil meningkat sejak 7 bulan yang lalu,
tidak berbusa, dan tidak nyeri
24
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati hilang timbul dan tidak menjalar sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluh sering pusing sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada, dan dada berdebar-debar tidak ada
- Pasien dikenal DM sejak 10 tahun yang lalu, pasien tidak rutin kontrol dan
minum obat
- Pasien memiliki riwayat buang air kecil berdarah sejak 3 bulan yang lalu
- Pasien pernah di rawat di RSUD M.Natsir pada bulan juni karena anemia
25
- Riwayat penyakit jantung disangkal
anaknya. Pasien sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan pasien
sebelumnya tidak pernah keluar daerah endemik dan daerah yang terpapar covid-19.
Kebiasaan pasien meinum teh manis sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Pasien tidak
merokok.
Status Generalisata
2. Vital Signs
a. Kesadaran : Composmentis
e. Suhu : 36,1ºC
3. Status gizi :
Berat badan : 45 kg
26
3.3 Pemeriksaan Fisik
Paru-paru
A. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan statis
dan dinamis
B. Palpasi : Fremitus kiri sama dengan yang kanan
C. Perkusi : sonor di kedua lapang paru
D. Auskultasi : Vesikular,ronki(-/-) wheezing (-/-)
Jantung
A. Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
B. Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
C. Perkusi
Batas kiri : 2jari di RIC V sejajar linea midclavicularis
Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
27
Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra
D. Auskultasi : reguler,mur-mur (-), gallop (-)
E. Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit, sikatrik (-).
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-) nyeri lepas (-),ascites (-), tidak ada
pembesaran hepar dan lien.
Perkusi : tympani
Auskultasi : Bising usus normal.
Extremitas : Superior
A. Inspeksi : edema(-), sianosis(-), Ptekie (-)
B. Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi arteri radialis kuat angkat, pitting
edema(-/-). CRT (< 2 detik)
C. Tes sensibilitas : kasar (+/+), Halus (+/+)
Extremitas : Inferior
A. Inspeksi : edema(-) sianosis(-), ptekie (-)
B. Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi A. Femoralis, A. Dorsalis pedis, A.
Tibialis posterior, dan A. Poplitea kuat angkat, pitting edema (-/-)
C. Tes sensibilitas: kasar (+/+), halus (+/+)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
28
Trombosit 369 103/mm3
Basophil 1%
Eosinophil 3%
Neutrophil 64%
Limfosit 24%
Monosit 8%
Kimia Klinik
Glukosa darah 386 mg/dl
ureum 15 mg/dl
kreatinin 0,83 mg/dl
Urine lengkap
Blood 1+
Bilirubin Negatif
Keton negatif
Protein 1+
Glukosa 1+
PH 7.00
Hematologi lengkap
Hb 11.5 g/dL
Eitrosit 5.18 106/mm3
Hematocrit 35.5 %
MCV 68.5fL
MCH 22.2 pg/cell
MCHC 32.4 g/dl
RDW-CV 27.2%
Leukosit 13.7 103/mm3
Trombosit 264 103/mm3
29
Pemeriksaan Radiologi 13 september 2021
3.6 Penatalaksanaan
Non farmakologi
Istirahat
Diet DM
Farmakologi
30
Metformin 2x 500mg
Cefixime 2x200mg
Paracetamol 3x 500mg
B complex 3x1
Hematologi Lengkap
USG ginjal
3.8 Prognosis
31
3.9 Follow Up
32
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
pada tanggal 13 september 2021 dengan keluhan badan terasa lemah, letih yang
meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan sering
merasa kesemutan pada kaki dan sering haus. Pasien mengalami penurunan berat
badan 7 bulan yang lalu, dari 55 kg menjadi 45 kg. Riwayat buang air kecil berdarah
Pada pemeriksaan fisik pasien di temukan berat badan 45 kg, tinggi badan 155
cm, keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 120/85 mmHg, Nadi :
yaitu hematologi lengkap ditemukan nilai Hb 4.47 g/dl, eritrosit 2.92 10 6/mm3, MCV
55.5 fL, MCH 15.1 pg/cell, Trombosit 369 10 3/mm3. Kimia klinik ditemukan glukosa
darah 386 mg/dl. Ureum 15 mg/dl, kreatinin 0.83 mg/dl. Oleh karena itu pasien di
diagnosis anemia berat hipokromik mikrositer dan iabetes mellitus tipe 2 tidak
terkontrol normoweight.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta IM. Pendekatan Diagnosis dan Terapi Terhadap Penderita Anemia. Bali
Heal J [Internet]. 2017;1(1):36–48
2. Narsih U, Hikmawati N. Pengaruh Persepsi Kerentanan Dan Persepsi Manfaat
Terhadap Perilaku Remaja Putri Dalam Pencegahan Anemia. Indones J Heal Sci.
2020;4(1):25
3. Suci, M, and Wungouw H. Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol
3, No 1, 2015
4. Dodie, Natasya J, et al. Pengaruh Lamanya Diabetes Melitus Terhadap Ereksi.
Jurnal E-Biomedik (EBM), vol. 1, no 1. November, 2019, pp. 1120–25.
5. World Health Organization. Diabetes. 2016 June [cited 2016 Sep 29]. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/facts heets/fs312/en/
6. Evi, Kurniawaty, and Bella Yanita. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Majority, vol. 5, no. 2, 2016, pp. 27–31,
7. Aru Sudoyo, Bambang Setiyonadi SS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
8. Baldy Catherine M. Patofisiologi. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006. 271–284 p
9. Soelistijo SA, Lindarto D, Decroll E, Permana H, sucipto KW, Budiman, et al.
Pedoman Pengelolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 Dewasa di
Indonesia 2019. Indonesia: Perkeni;2019.
10. Decroli, Eva. Diabetes Melitus tipe 2. Fakultas kedokteran Universitas Andalas.
2019
11. Fatimah, Noor R. Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, vol 4, no 5, 2015
34