Oleh :
19100707360803083
Preseptor :
SOLOK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “G1P0H0A0 30-31 minggu
+CKD stage V + Anemia Berat + Hipertensi Stage III ”. Case ini dibuat sebagai
salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Mengingat
pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun
case report ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan
saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Yostilla Derosa, Sp. PD selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan
masukan yang berguna dalam penyusunan case report ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya case report ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai
“G1P0H0A0 30-31 minggu + CKD stage V + Anemia Berat + Hipertensi Stage
III”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
iii
2.3.7 Komplikasi Hipertensi Pada Ginjal............................................ 34
2.3.8 Penatalaksanaan Hipertensi........................................................ 34
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal kronik (Chronic
lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua
ginjal terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi kelainan
patologis, terdapat pada kelainan ginjal misalnya pada pencitraan (imaging) atau
Saat ini jumlah CKD sudah bertambah banyak dari tahun ke tahun. Menurut
(WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke12 tertinggi angka kema
CKD. Sedangkan di Indonesia tahun 2009 prevalensinya 12,5% atau 18 juta orang
dewasa yang terkena CKD. Prevalensi CKD di Sumatera Barat sebesar 0,2%.
Prevalensi CKD tertinggi sebanyak 0,4% yaitu di Kabupaten Tanah Datar dan
Kota Solok. Di Kota Padang didapatkan prevalensi CKD sebesar 0,3%. Kejadian
tertinggi CKD di Sumatera Barat adalah pada kelompok umur 45-54 tahun
1
sebanyak 0,6%. Perbandingan CKD berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita
darah, gangguan status gizi yang refrakter, dan gangguan kognitif membutuhkan
terapi hemodialisis. Pada penderita yang sudah mencapai derajat V (LFG <15
Hemodialisis adalah proses pertukaran zat terlarut dan produk sisa tubuh. Zat
sisa yang menumpuk pada pasien PGK ditarik dengan mekanisme difusi pasif
metode tersebut diharapkan pengeluaran albumin yang terjadi pada pasien PGK
dapat diturunkan, gejala uremia berkurang, sehingga gambaran klinis pasien juga
Terdapat lebih dari 2 juta pasien yang saat ini menjalani HD di seluruh dunia.
orang.
2
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta
populasi paling sering terjadi pada wanita dewasa hamil dengan prevalensi 50-
70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan
tubuh melalui pembuluh darah. Hipertensi berkaitan dengan tekanan sistolik atau
tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
Data National Centers for disease control (NCHS, 2017) prevalensi hipertensi
meningkat dengan usia, pada orang dewasa berusia 18-39 tahun (7,5%), diantara
mereka yang berusia 40-59 tahun (33,2%), dan mereka yang berusia 60 tahun
keatas (63,1%). Data WHO, (2015) menunjukkan 1,3 milyar penduduk di dunia
3
akan terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5
milyar orang yang terkena hipertensi. Penyakit hipertensi sampai saat ini telah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
5
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors.
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Pada stadium paling
dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve), dimana basal Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum
tertimbun dalam darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Uremia
metabolik (sampah), maka gejala akan semakin berat. Kondisi ini dapat
LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
6
2.1.4 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
penurunan LFG :
60-89 mL/menit/1,73 m2
ginjal terminal.
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
7
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
berkonsentrasi).
ammonia.
8
e. Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning –
f. Gangguan endokrin
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis
dan trombositopeni.
2.1.6 Diagnosis
rutin khusus.
9
laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan
tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.
B. Pemeriksaan penunjang
ekokardiografi
Biopsi ginjal
2.1.8 Tatalaksana
A. Non farmakologis
Nutrisi
10
atau asam keton
< 60 0,8 (+ 1 g protein/ g 30 - 35 ≤9
(sindrom proteinuria atau 0,3 g/kgBB
nefrotik) tambahan asam amino
esensial atau asam keton
Protein
B. Farmakologis
11
- Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II :
- Penghambat kalsium
- Diuretik
Koreksi hiperkalemi
golongan statin
2.1.9 Komplikasi
Anemia
Penyakit kardiovaskular
1.2.10 Prognosis
merujuk (kurang dari 3 bulan sebelum onset terapi pengganti ginjal) berkaitan erat
dengan meningkatnya angka mortalitas setelah dialisis dimulai. Pada titik ini,
pasien lebih baik ditangani bersama oleh pelayanan kesehatan tingkat primer
12
bersama nefrologis. Selama fase ini, perhatian harus diberikan terutama dalam
2.2 Anemia
keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh. Secara fisiologis,
paling sering terjadi pada populasi wanita dewasa hamil dengan prevalensi 50-
70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
13
Hb < 10 gr/dl
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
2.2.2 Klasifikasi
A. Anemia Aplastik
prekusor sel-sel sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia
ini dapat disebabkan oleh kongenital atau didapat, idiopati akibat dari infeksi
tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta kerusakan akibat radiasi. Penyembuhan
sempurna dan cepat mungkin dapat diantisipasi jika pemajanan pada pasien
tanda hipoplasi, depresi sumsum tulang hampir dapat berkembang menjadi gagal
tubuh menurun dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan
14
merupakan tipe anemia yang paling umum. Anemia ini dapat ditemukan pada pria
dan wanita pasca menopause karena perdarahan (misal, ulkus, gastritis, tumor
yang identik.Defisiensi vitamin B12 sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat
merusak absorpsi vitamin B12. Tanpa pengobatan pasien akan meninggal setelah
beberapa tahun, biasanya akibat gagal jantung kongesti sekunder akibat dari
anemia. Sedangkan defisiensi asam folat terjadi karena asupan makanan yang
kurang gizi asam folat, terutama dapat ditemukan pada orang tua, individu yang
hemodialisis.
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh
terutama pada orang Mediterania dan populasi di Afrika, serta terutama pada
orang-orang kulit hitam. Anemia sel sabit merupakan gangguan resesif otosom
yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah
dari masing-masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin S
15
(HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti sabit apabila terpajan
E. Anemia Hemolitik
hemolitik adalah jenis yang tidak sering dijumpai, tetapi bila dijumpai
disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru
2.2.3 Etiologi
Menurut Price & Wilson penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
2. Kehilangan darah
16
a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi
secara mendadak.
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
obat acetosal.
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau
lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah
penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb < 7g/dl). Sindrom anemia
terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata
17
pemeriksaan ,pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa
mulut, telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak
spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit diluar anemia dan tidak sensitif
karena timbul setelah penuruna hemoglobin yang berat (Hb <7 g/dl).
vitamin B 12.
akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis dan warna
kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar
dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena artritis
reumatoid.
2.2.5 Patofisiologi
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik
18
atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi
akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin
yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi
kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan
sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat,
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga
19
menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara
lain:
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan.
d. Autoimun.
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada
kelahiran.
20
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia
darah.
Pemeriksaan khusus
21
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
Pemeriksaan sitogenetik.
2.2.7 Penatalaksanaan
PRC digunakan pada pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume
dan perdarahan perdarahan kronis yang ada tanda “oxygen need” (rasa sesak,
mata berkunang, palpitasi, pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda
terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10
22
g/dl apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan
laboratorium.
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi
tinggi (contoh pada penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung
iskemik berat).
Sel darah merah ada tiga jenis yaitu sel darah merah pekat, suspensi sel
darah merah,dan sel darah merah yang dicuci. Indikasi mutlak pemberian PRC
adalah bila Hb penderita 5 g/dl. Jumlah PRC yang diperlukan untuk menaikkan
Jumlah PRC = Hb x 3 x BB
Hb: selisih Hb yang diinginkan dengan Hb sebelum transfusi
BB : berat badan
a. Demam
b. Alergi : sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein atau zat lain
c. Infeksi
jam setelah transfusi. Jika peradangan yang terjadi parah, kerusakan paru-
memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Sesak napas juga bisa terjadi
akibat paru-paru dipenuhi oleh cairan. Resiko kelebihan cairan lebih tinggi
23
pada orang usia lanjut yang memiliki penhyakit serius seperti penyakit
jantung.
f. Kelebihan zat besi : transfusi darah dapat memicu kelebihan zat besi
dalam darah.
g. Penyakit graft versus host : terjadi akibat sel darah putih yang diterima
2.3 Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi
Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90
mmHg.
menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan
umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak
jenuh.
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the
24
silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah
darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
25
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor
polisitemia.
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal,
26
Menurut Black & Hawks (2014) hipertensiadapat diklasifikasikan berdasarkan
derajat hipertensinya.
a. Berdasarkan derajat
b. Berdasarkan tingkatan
2.4.3 Patogenesis
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
27
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
2) Sistem renin-angiotensin
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
28
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
29
Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer
sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi
tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
jangka panjang.
dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui
sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang
bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang
cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran
sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
30
obesitas dan faktor endotel. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi
antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian
Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan
kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala,
beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah,
sering buang air kecil terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan
1) Usia
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
2) Ras/etnik
pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin
31
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta
32
kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain
regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi
garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan
1) Jantung
Gagal jantung
2) Otak
5) Retinopati
33
nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal.
Pengurangan massa ginjal akan mengakibatkan nefron yang masih hidup akan
dan growth factors. Proses maladaptasi ini berlangsung singkat sehingga terjadi
melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik
koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi
kronik.
Tujuan dari setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan
komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau
kurang dari 140/90 mmHg (130/90 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau
pembatasan alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksai, tinggi buah
dan sayur, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektifitas terbesar, efek samping terkecil
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
34
Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kembali
kriteria untuk diagnosis dan kontrol hipertensi. Kondisi tekanan darah tinggi yang
Committee)
35
Tabel 6 : Indikasi khusus pengobatan hipertensi
36
BAB III
LAPORAN KASUS
37
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Yd
Jenis kelamin : Pekanbaru
Usia : 22 tahun
No MR : 168754
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Selayo
Tanggal Masuk : 25 Oktober 2020
II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Dada terasa sesak dan nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan badan terasa mual, muntah, dan letih sejak 2 hari
SMRS.
Pasien mengeluhkan dada sesak dan nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS
Pasien tidak mengeluhkan demam
Pasien mengeluhkan BAK tidak lancar dan hanya sedikit, BAK jernih dan
berwarna putih, pasien juga terkadang mengeluhkan rasa ingin BAK tetapi
BAK nya tidak keluar
BAB normal, tidak ada darah dan lendir
Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan kabur
Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala
Nyeri pada bagian pinggang disangkal
Rasa kesemutan dan terbakar ditelapak kaki juga disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat 2 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit paru disangkal
38
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat kolesterol disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien seorang perempuan berusia 22 tahun tinggal bersama suami dan
tidak bekerja. Pasien memiliki kebiasaan tidak terlalu suka air putih. Pasien tidak
mengkonsumsi rokok. Pasien juga tidak suka mengkonsumsi makanan yang
bersantan.
39
Mulut : Bentuk normal, tidak ada kelainan, atrofi lidah (-), bibir
kering (-)
Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, Tidak ada pembesaran KGB dan tyroid
Thorak
Paru:
Inspeksi : Dinding dada terlihat simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler, rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis telihat di RIC VI garis axilaris anterior sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di RIC IV linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas kiri: RIC V line medioclavicularis sinistra
Batas kanan: RIC IV linea sternalis dextra
Batas atas: RIC II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Irama reguler, bising (-), S3 gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut cembung gravid
Palpasi : Supel, nyeri tekan(-), nyeri lepas(-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Bimanual (-), Ballotement (-), CVA (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+)
Ektremitas
Superior
Inspeksi : Edema (-/-), Sianosis (-/-), Palmer eritem (-/-).
Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi arteri radialis kuat angkat
40
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus (+), Sensibilitas kasar (+)
Inferior
Inspeksi : Edema (+/+) minimal, Sianosis (-/-)
Palpasi : Perabaan hangat, Pulsasi A.Femoralis, A.Dorsalis
pedis, A.Tibialis posterior, dan A.Poplitea kuat
angkat
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
TGL Hasil Selesai : 13 Oktober 2020
Pemeriksaan darah rutin :
o Hb : 5.2 g/dL (LL)
o Eritrosit : 1.75 106/mm3 (L)
o Hematokrit : 15.3 % (L)
o MCV : 87.4 fL (N)
o MCH : 29.7 pg/cell (N)
o MCHC : 34.0 (N)
o RDW CV : 15.4 % (H)
o Leukosit : 19.4 103mm3 (N)
o Trombosit : 267 103mm3 (N)
Kimia klinik :
o Ureum : 145 mg/dl (H)
o Kreatinin : 7.10 mg/dl (HH)
41
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Darah rutin
IX. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
Bed rest
Pengaturan diet yang terkontrol
Batasi air minum
Farmakologis
Transfusi PRC 5 unit
IVFD D5% 12 jam/kolf
Inj.ceftriaxone 1x2gr
Inj. Dexametason 2x2amp
Asam folat 3 x 1mg
Metildopa 3 x 500mg
Adalat oros 1x3mg
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
42
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planing
43
-sakit kepala (+) mmHg Berat + Hipertensi
Nadi : 78 Stage III
x/menit
Nafas:20x/me
nit
suhu : 36,oC
anemis (+)
anemis (+)
BAB IV
PENUTUP
wanita dengan keluhan utama pasien merasa sesak dan nyeri ulu hati sejak 2 hari
SMRS.
44
Pasien mengeluhkan badan terasa lemah, letih, dan kurang nafsu makan sejak
demam. Pasien mengeluhkan BAK tidak lancar dan hanya sedikit, BAK jernih
dan berwarna putih, pasien juga terkadang mengeluhkan rasa ingin BAK tetapi
BAK nya tidak keluar. BAB normal, tidak ada darah dan lendir. Pasien juga
dengan keluhan yang sama. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
kolesterol disangkal
Pasien memiliki kebiasaan tidak suka mengkonsumsi air putih sejak beberapa
tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien juga tidak suka
adanya rohnki (-/-) dan wheezing (-/-), tekanan darah mencapai 170/120 mmHg,
gr/dL. Oleh karena nya pasien tersebut di diagnosa G1P0H0A0 30-31 minggu
45
DAFTAR PUSTAKA
46