Anda di halaman 1dari 18

REFARAT

Ulkus Diabetikum

Pembimbing:

dr. I Wayan Wisnu Brata, Sp.B

Diajukan Oleh:

Anggi Izdihar Mahaswari


(1950650148)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN


INDONESIA KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 6 SEPTEMBER 2021 – 16 OKTOBER 2021
JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia- Nya sehingga tugas referat ini berhasil diselesaikan. Referat yang berjudul “Ulkus
Diabetikum” ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Kepanitraan Klinik di
Ilmu Bedah Rumah Sakit UKI.

Bukan suatu hal yang mudah bagi penulis untuk menyelesaikan tugas referat ini.
Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. I Wayan Wisnu Brata, Sp.B selaku pembimbing yang telah memberikan
pengajaran, serta terima kasih pula kepada seluruh teman dan semua pihak di Kepanitraan
Klinik Ilmu Bedah atas kerjasamanya selama penyusunan Makalah ini.

Penulis mengharapkan saran daan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan yang lebih baik. Semoga referat ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri,
pembaca maupun bagisemua pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 20 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.......................................................................................................................2

2.2 Epidemiologi..............................................................................................................2

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko.........................................................................................2

2.4 Patogenesis.................................................................................................................3

2.5 Tanda dan Gejala........................................................................................................5

2.6 Klasifikasi...................................................................................................................5

2.7 Diagnosis....................................................................................................................7

2.8 Tatalaksana.................................................................................................................9

BAB II KESIMPULAN........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes mellitus (DM) merujuk kepada sekelompok gangguan
metabolisme yang mempunyai fenotipe yang sama dengan hiperglikemi.
DM juga merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara
relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu diabetes
tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin).
Diabetes melitus merupakan penyebab kematian ke dua belas di dunia.
Penyakit diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak
(stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata dan kaki. Salah satu komplikasi
menahun dari diabetes melitus adalah ulkus diabetikum. Prevalensi penderita
ulkus diabetikum di AS sebesar 15-20% dan angka mortalitas sebesar 17,6%
bagi penderita diabetes melitus dan merupakan sebab utama perawatan
penderita diabetes melitus dirumah sakit.
Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi
yang berkaitan dengan morbiditas akibat komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler oleh karena diabetes melitus. Pengelolaan ulkus diabetikum
mencakup pengendalian glukosa darah, debridemen atau membuang jaringan
yang rusak, pemberian antibiotik dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir disertai
kematian jaringan yang luas dan invasif kuman saprofit. Ulkus diabetikum adalah
salah satu komplikasi kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang
dapat disertai adanya kematian jaringan setempat.
Pada pasien dengan ulkus diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga
gangren panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya
terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses makroangiopati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah yang akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
1) Pain (nyeri).
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
4) Pulselessness (denyut nadi hilang).
5) Paralysis (lumpuh)

2.2 Epidemiologi
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar 15% dari penderita
DM. di RSCM, pada tahun 2003 masalah kaki diabetes masih merupakan masalah
besar. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait dengan ulkus diabetika. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi,masing-masig sebesar 32,5% dan 23,5%.
Nasib penderita DM paska amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3% akan
meninggal dalam setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun
pasca amputasi.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetikum meliputi
neuropati,penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor risiko terjadi ulkus

2
diabetika pada penderita Diabetes Mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi
dikutip oleh Riyanto dkk.terdiri atas :
 Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah:
a. Umur ≥ 60 tahun.
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
 Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah:
a. Neuropati (sensorik, motorik, perifer).
b. Obesitas.
c. Hipertensi
d. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
e. Kadar glukosa darah tidak terkontrol.
f. Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan:
Kolesterol Total tidak terkontrol, Kolesterol HDL tidak terkontrol,
Trigliserida tidak terkontrol.
g. Kebiasaan merokok.
h. Ketidakpatuhan Diet DM.

2.4 Patogenesis
Gangguan vaskuler pada pasien DM merupakan salah satu penyebab ulkus
diabetikum. Pada gangguan vaskuler terjadi iskemik. Keadaan tersebut di samping
menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki
dan mempermudah timbulnya infeksi. Iskemik merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan sehingga kekurangan
oksigen. Gangguan tersebut terjadi melalui dua proses yaitu:
1. Makroangiopati
Makroangiopati yang terjadi berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah ukuran sedang maupun besar menyebabkan iskemi dan ulkus. Dengan adanya
DM proses sterosklerosis berlangsung cepat dan lebih berat dengan keterlibatan
pembuluh darah multiple. Aterosklerosis biasanya proximal namun sering
berhubungan dengan oklusi arteri distal pada lutut, terutama arteri tibialis posterior
dan anterior, peronealis, metatarsalis, serta arteri digitalis.
2. Mikroangiopati.
Mikroangiopati berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer,

3
sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal
dari tungkai berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetika. Proses mikroangiopati
darah menjadikan sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
menjadi dingin, atrofi dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkaix.
Selain proses diatas pada penderita DM terjadi peningkatan HbA1c eritrosit yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang mengganggu sirkulasi jaringan dan
kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus.
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya aktivitas trombosit mengakibatkan
tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan
memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan
mengganggu sirkulasi darah.
Patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer, penyakit
vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat
terganggunya proses penyembuhan luka. Neuropati perifer pada penyakit DM dapat
menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonomix. Kerusakan
serabut motoris dapat menimbulkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer
toes, claw toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan
bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan
serabut sensoris yang terjadi akibat rusaknya serabut mielin mengakibatkan
penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki. Selain itu pada
hiperglikemia terjadi defek metabolism pada sel schwan sehingga konduksi implus
terganggu. Kaki yang tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam
tidak akan dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi
infeksi. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik
menimbulkan kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema kaki.
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu
masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.

4
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi
didaerah ini. Kadar gula dalam darah yang meningkat menjadikan tempat
perkembangan bakteri ditambah dengan gangguan pada fungsi imun sehingga bakteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.

2.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ulkus diabetika adalah :

a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat

c. Sensari rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis,tibialis,dan popliteal

f. Kaki menjadi atrofi, dingin kuku menebal

g. Kulit kering

2.6 Klasifikasi
5
Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner, terdiri
dari 6 tingkatan:

0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.

1 = Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.

2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

3 = Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

4 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian
depan kaki atau tumit.

5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

Sedangkan klasifikasi untuk kedalaman luka dan luasnya daerah iskemik menurut
Brodsky:

o Berdasarkan kedalaman luka/ ulserasi

 0: Pre dan post ulserasi

 1: luka superfisial yang mencapai epidermis atau dermis atau keduanya, tapi
belum menembus tendon, kapsul sendi atau tulang.

 2: luka memembus tendon atau tulang tetapi belum mencapai tulang atau sendi

 3: tulang menembus tulang atau sendi

o Berdasarkan luas daerah iskemia

 A: Tanpa iskemia

6
 B: iskemia tanpa gangrene

 C: partial gangrene

 D: Complete foot gangrene

2.7 Diagnosis

I. Anamnesis
Anamnesa yang dilakukan merupakan tahap awal dari pengumpulan data yang
diperlukan dalam mengevaluai dan mengidentifikasi sebuah penyakit. Pada
anamnesa yang sangat penting adalah mengetahui apakah pasien mempunyai
riwayat DM sejak lama. Gejala-gejala neuropatik diabetik yang sering ditemukan
adalah sering kesemutan, rasa panas di telapak kaki, keram, badan sakit semua
terutama malam hari. Gejala neuropati menyebabakan hilang atau
berkurangnya rasa nyeri dikaki, sehingga apabila penderita mendapat trauma akan
sedikit atau tidak merasakan nyeri sehingga mendapatkan luka pada kaki.
Selain itu perlu di ketahui apakah terdapat gangguan pembuluh darah dengan
menanyakan nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak tertentu akibat aliran darah
ketungkai yang berkurang (klaudikasio intermiten), ujung jari terasa dingin, nyeri
diwaktu malam, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan serta jika
luka yang sukar sembuh.

II. Pemeriksaan Fisik


1) Inspeksi
Pada inspeksi akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat
berkurangnya produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur kulit.
Tampak pula hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus pada
daerah yang mengalami penekanan seperti pada tumit, plantar aspek kaput
metatarsal. Adanya deformitas berupa claw toe sering pada ibu jari. Pada daerah
yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi ulkus diabetikum karena
trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien. Bentuk ulkus
perlu digambarkan seperti; tepi, bau, dasar, ada atau tidak pus, eksudat, edema,
kalus, kedalaman ulkus.

7
2) Palpasi
Kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang sehat.
Oklusi arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi pada
arteri yang terlibat. Kalus disekeliling ulkus akan terasa sebagai daerah yang tebal
dan keras. Deskripsi ulkus harus jelas karena sangat mempengaruhi prognosis serta
tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak tampak maka penekanan pada
daerah sekitar ulkus sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya pus. Eksplorasi
dilakukan untuk melihat luasnya kavitas serta jaringan bawah kulit, otot, tendo
serta tulang yang terlibat.

3) Pemeriksaan Sensorik
Pada penderita DM biasanya telah terjadi kerusakan neuropati sebelum
tebentuknya ulkus. Sehingga apabila pada inspeksi belum tampak adanya ulkus
namun sudah ada neuropati sensorik maka proses pembentukan ulkus dapat
dicegah. Caranya adalah dengan pemakaian nilon monofilamen 10 gauge. Uji
monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif
untuk mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah
mengalami gangguan neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal
apabila pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen. Bagian yang
dilakukan pemeriksaan monofilamen adalah di sisi plantar (area metatarsal, tumit
dan dan di antara metatarsal dan tumit) dan sisi dorsal.

4) Pemeriksaan Vaskuler
Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan test
vaskuler noninvasive yang meliputi pungukuran oksigen transkutaneus, ankle-
brachial index (ABI), dan absolute toe systolic pressure. ABI didapat dengan cara
membagi tekanan sistolik betis denga tekanan sistolik lengan. Apabila didapat
angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia. Arteriografi perlu dilakukan
untuk memastikan terjadinya oklusi arteri.

5) Pengkajian luka:
a. Tentukan lokasi dan letak luka

8
Tentukan letak keberadaan luka berada dibagian tubuh mana hal ini dapat berguna
sebagai indicator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka, sehingga dapat
meminimalisir kejadian terulang dengan menghilangkan penyebabnya
b. Tentukan stadium luka
Tentukan stadium luka berdasarkan klasifikasi stadium ulkus diabetikum dari
wagner, berdasarkan kedalaman dari lukanya juga tingkat keparahan iskemia dari
ulkus
c. Warna pada dasar luka
Apabila warna pada dasar luka adalah merah, maka luka bersih dan banyak
vaskularisasinya. Jika berwarna kuning maka dapat diartikan bahwa jaringan sudah
terinfeksi. Jika berwarna hitam maka jaringan sudah nekrosis dan avaskularisasi
d. Bentuk dan ukuran luka
Kaji ukuran luka, dari panjang, lebar, dan kedalaman luka.
e. Status vaskuler
 Subjective: apakah pasien merasa nyeri terhadap lukanya
 Objective: pbservasi warna kulit apakah pucat atau sianosis pada bagian distal
luka
 Palpasi:
1. Apakah ada perubahan pada suhu ujung kaki (menjadi lebih dingin)
2. Palpasi tekanan nadi, pada bagian distal luka terapa atau tidak

6) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologi akan dapat mengetahui apakah didapat gas subkutan, benda
asing serta adanya osteomielitis.

7) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka lekosit yang meningkat bila sudah
terjadi infeksi. Gula darah puasa dan 2 jam PP harus diperiksa untuk mengetahui
kadar gula dalam lemak. Albumin diperiksa untuk mengetahui status nutrisi
pasien.

2.8 Tatalaksana

Penatalaksanaan pada pasien dengan ulkus DM adalah mengendalikan kadar gula

9
darah dan penanganan ulkus DM secara komprehensif.

1. Pengendalian Diabetes

a. Terapi non farmakologis:

Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan


melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik.
Diabetes melitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi kronik diabetes, salah satunya adalah terjadinya
gangren diabetik. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan
baik, diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah, paling
sedikit dihambat. Dalam mengelola diabetes melitus langkah yang harus
dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, Perubahan gaya hidup, dengan
melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis dan
meningkatkan aktivitas jasmani berupaolah raga ringan. Edukasi kepada
keluarga juga sangat berpengaruh akan keadaan pasien. Peran keluarga sendiri
adalah mengkontrol asupan makanan, obat- obat gula yang dikonsumsi setiap
hari serta mencegah semaksimal mungkin agar penderita tidak mengalami luka
yang dapat memicu timbulnya infeksi.

b. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis ini pada prinsipnya diberikan jika penerapan terapi non
farmakologis yang telah dilakukan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah sebagaimana yang diharapkan. Terapi farmakologis yang diberikan adalah
pemberian obat anti diabetes oral dan injeksi insulin. Terdapat enam golongan
obat anti diabetes oral yaitu:

 Golongan sulfonilurea
 Glinid
 Tiazolidindion
 Penghambat Glukosidase α
 Biguanid
 Obat-obat kombinasi dari golongan-golangan diatas

10
2. Penanganan Ulkus Diabetikum

Penanganan pada ulkus diabetikum dilakukan secara komprehensif. Penanganan


luka merupakan salah satu terapi yang sangat penting dan dapat berpengaruh
besar akan kesembuhan luka dan pencegahan infeksi lebih lanjut. Penanganan
luka pada ulkus diabetikum dapat melalui beberapa cara yaitu: menghilangkan atau
mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist),
penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan skin graft.

a. Debridemen

Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus
diabetikum. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya
pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan
sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus, fistula atau
rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah dilakukan
debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam fisiologis atau
pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres). Tujuan dilakukan
debridemen bedah adalah:

 Mengevakuasi bakteri kontaminasi


 Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan
 Menghilangkan jaringan kalus
 Mengurangi risiko infeksi lokal
 Mengurangi beban tekanan (off loading)

b. Perawatan Luka

Perawatan luka modern menekankan metode moist wound healing atau


menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Lingkungan luka yang seimbang
kelembabannya memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen
didalam matriks non selular yg sehat. Luka akan menjadi cepat sembuh
apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab,
luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan
permeabel terhadap gas. Tindakan ini merupakan salah satu komponen penting

11
dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsipnya yaitu bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi
trauma dan risiko operasi.

c. Pengendalian Infeksi

Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Pada infeksi berat
pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau lebih. Pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa bakteri yang dominan pada infeksi ulkus
diabetik diantaranya adalah s.aureus kemudian diikuti dengan streotococcus,
staphylococcus koagulase negative, Enterococcus, corynebacterium dan
pseudomonas. Pada ulkus diabetikum ringan atau sedang antibiotika yang
diberikan di fokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus terinfeksi yang
berat kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup bakteri gram positif
berbentuk coccus, gram negatif berbentuk batang, dan bakteri
anaerob) antibiotika harus bersifat broadspektrum, diberikan secara
injeksi.

d. Tindakan Amputasi

Tindakan amputasi dilakukan bila dijumpai adanya gas gangren, jaringan


terinfeksi, untuk menghentikan perluasan infeksi, mengangkat bagian
kaki yang mengalami ulkus berulang. Komplikasi berat dari infeksi kaki pada
pasien DM adalah fasciitis nekrotika dan gas gangren. Pada keadaan demikian
diperlukan tindakan bedah emergensi berupa amputasi. Amputasi bertujuan
untuk menghilangkan kondisi patologis yang mengganggu fungsi, penyebab
kecacatan atau menghilangkan penyebab yang didapat. Indikasi amputasi pada
kaki diabetika :

 Gangren terjadi akibat iskemia atau nekrosis yang meluas


 Infeksi yang tidak bisa dikendalikan
 Ulkus resisten
 Osteomielitis
 Amputasi jari kaki yang tidak berhasil

12
 Bedah revaskularisasi yang tidak berhasil
 Trauma pada kaki
 Luka terbuka yang terinfeksi pada ulkus diabetika akibat neuropati

13
BAB III

KESIMPUL

AN

1. Ulkus adalah salah satu komplikasi kronik DM yang menyebabkan amputasi pada
kasus non traumatik.
2. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput disertai kematian
jaringan yang luas dan invasi kuman saprofit.
3. Patofisiologis dari ulkus diabetikum merupakan akibat tiga proses berbeda yang
berperan yaitu iskemia yang disebabkan oleh makroangiopati dan mikroangiopati,
neuropati (sensorik, motorik, dan otonom) dan adanya infeksi
4. Pada penatalaksanaan Ulkus DM diperlukan suatu penatalaksanaan secara
farmakologis dan non farmakologis
5. Pegobatan ulkus diabetikum terdiri dari pengendalian diabetes dan perawatan atau
6. penanganan terhadap ulkus yaitu perwatan luka lembab.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Powers AC. Diabetes mellitus: Diagnosis, classification, and pathopyshiology dalam


Harrison’s principles of internal medicine 18th edition. The McGraw-Hill Companies,
Inc. 2012, Vol. 2.h.2399.

2. American Diabetes Association. 2007. Preventive Care in People with


Diabetes.  Diabetes Care. Vol 26:78-79.

3. Frykberg RG, Zgonis T, Armstrong DG, et al.  2006. Diabetic Foot Disorders: a
Clinical Practice Guideline. American College of Foot and Ankle
Surgeons. Journal Foot Ankle Surgical.  Vol 39:1-66.

4. Powers AC. Diabetes mellitus: Diagnosis, classification, and pathopyshiology dalam


Harrison’s principles of internal medicine 18th edition. The McGraw-Hill Companies,
Inc. 2012, Vol. 2.h.2402.

5. Anna LK. Kenali 3P gejala diabetes. Artikel diunduh dari


http://lifestyle.kompas.com/read/2011/06/11/10095556/Kenali.3P.Gejala.Diabetes

6. Standar terbaru kriteria diagnosis diabetes 2010. Artikel diunduh dari


http://indodiabetes.com/standar-terbaru-kriteria-diagnosis-diabetes-2010.html pada
11/05/2017, 1451pm

7. Waspadi, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Peyakit Dalam ed. IV.  Jakarta.

8. Frykberg R.G. 2002. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management, American


Family Physician.

9. Frykberg RG. Diabetic foot ulcers: Pathogenesis and management. Des Moines
University, Des Moines, Iowa Am Fam Physician. 2002 Nov 1;66(9):1655-1663.

10. Baal JG. 2004. Surgical Treatment of The Infected Diabetic Foot. Clinical Infectious
Disease. Vol 39 (Suppl 2): 123-128.

15

Anda mungkin juga menyukai