Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS”

Kelompok 1
Disusun Oleh :
1. Dwi Sukma Waty (204201416151)
2. Gita Gartika (204201416144)
3. Melia Fitriani (204201416014)
4. Nur Oktavia (204201416036)
5. Sukmawati (204201416036)
6. Vina Nursinta (204201416015)
7. Yulia Asri Saputri (204201416130)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Ns. Millya Helen, M.Kep
selaku dosen Konsep dasar keperawatan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 26 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Ulkus Diabetikum……………………………………………………………….

2.2 Konsep Modern Dressing……………………………………………………………….

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN KASUS UTAMA


3.1 Pengkajian………………………………………………………………………………..
3.2 Analisa Data dan Masalah Keperawatan ……………………………………………….
3.3 Rencana Keperawatan…………………………………………………………………..
3.4 Implementasi …………………………………………………………………………….

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan …………………………………………………………..
4.2 Analisis Intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan……………………………….
4.3 Alternatif pemecahan masalah…………………………………………………………….

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan………………………………………………………………………………………
5.2 Saran ………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi urin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes melitus yaitu gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika
telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik, penyakit vaskular mikroangiopati
dan neuropati (Price & Wilson, 2006)
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah ulkus diabetikum. Asuhan keperawatan yang profesional
diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, implementasi keperawatan, dan
mengevaluasi tindakan keperawatan
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan untuk pasien diabetes melitus
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan diabetes mellitus.
Penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Ulkus Diabetikum
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ulkus Diabetikum

1. Definisi
Ulkus adalah luka yang terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai infasif kuman suprofit. Adanya kuman suprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Ulkus
diabetikum adalah luka yang disebabkan akibat kurang kuatnya elastisitas kulit yang
disebabkan oleh gangren pada kulit dari reaksi kadar gula sehingga menimbulkan rusaknya
jaringan kulit dan terjadinya ulkus pada penderita Diabetes Mellitus (suyono S, 2006).

2. Etiologi
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya Ulkus Diabetikum menjadi faktor endogen
dan ekstrogen
a. Faktor endogen :
a) Genetik, metabolik
b) Angiopati diabetik
c) Neuropati diabetik
b. Faktor ekstrogen :
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya Ulkus Diabetikum adalah angipati, neuropati
dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa uang mengakibatkan
terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
pada otot kaki sehingga meribah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki klien.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit pada tungkainya sesudah berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik sehingga
menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuha ulkus
diabetikum (Askandar, 2001).

3. Patofisiologi
Penyakit diabetes membuat gangguan melalui gangguan pada pembuluh darah diseluruh
tubuh, disebut anggio dibetiku. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan
pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut makroangiopati dan pada pembuluh
darah halus (mikrovaskuler) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas
sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kaki keras dan tebal.
Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemi yang berefek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daera kaki yang mengalami beban terberat neuropati sensoris
perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan
jaringan dibawah area kalus. Selanjunya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme masuk mengadakan kolonisasi
didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan space infektion. Akhirnya sebagai
konsekuensisistem imun abnormal, bakterial dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya.

4. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikro angiopati disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri pada bagian distal. Proses mikro angiopati menyebabkan sumbatan pembuluh
darah, sedangkan secara akut emboli memberi gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Palanes (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralilysis (lumpuh)

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbulnya nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) (International
Working Group on the Diabetic Foot,2011)

5. Pengelolaan Ulkus Diabetikum


1. Kontrol Nutrisi dan Metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka
adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu
memonitor Hb diatas 12 gr/dl dan pertahanan albumin diatas 3,5 gr/dl. Diet pada penderita
Diabetes Mellitus dengan selulitas atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan
koposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat
mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian
antibiotik pada abses atau infeksi dapat membantu kemampuan melawan infeksi turun
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara
total.
2. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight
bearing meliputi bed rest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu
khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi
serta kedua tungkai harus diinspeksi setiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien
sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat
yang sama menyebabkan bakteri masuk pada tempat luka.
3. Obat-obatan
Pencegahan infeksi sistemik kerena luka lama yang sukar sembuh dan penanganan
pengobatan Diabetes Mellitus merupakan faktor utama keberhasilan pengobatan serta
keseluruhan. Pemberian obat untuk sirkulasi daerah perifer dengan pendekatan multi
disiplin (reologivasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika) / “3 ANTI
REVANE” merupakan pokok pengobatan dan menjadi berhasil bila juga harus
dilakukan terapi bedah dengan amputasi (3 ANTI REVANE-PUT).
4. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut warger maka tindakan pengobatan
atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut : a. Derajat 0 : perawatan lokal
secara khusus tidak ada b. Derajat I-IV : pengelolaan medik dan bedah minor

6. Derajat Ulkus Diabetikum


1. Derajat I (Pertama)
Terjadinya Ulkus Diabetikum dilantai dengan adanya tanda dan gejala pada tubuh dan
kulit seperti : lesi sudah tampak tapi terlihat hanya lesi dalam dan tidak ada lesi terbuka
adanya ulkus superfisial pada kulit.
2. Derajat II (Kedua)
Terjadinya ulkus Diabetikum ditandai dengan adanya tanda dan gejala pada tubuh dan
kulit seperti : lesi sudah tampak tapi terlihat hanya lesi dalam dan tidak ada lesi terbuka
adanya ulkus superfisial pada kulit, luka sudah tampak pada kulit terlihat ulkus sudah
dan tampak tembusan seningga sampai ke tendon. Terlihat adanya pus pada sekitar
pinggiran luka.
3. Derajat III (Ketiga)
Terjadinya Ulkus Diabetikum ditandai dnegan adanya tanda dan gejala pada tubuh dan
kulit sperti : lesi sudah tampak tapi terlihat lesi lebu dalam dari derajat 2 sedikit ada lesi
terbuka, adanya ulkus superfisial pada kulit, luka sudah tampak pada kulit terlihat ulkus
sudah dalam dan tampak tembus sehingga sampai ke tendon. Pada derajat 3 ini pus
sudah lebih tampak pada pinggiran luka, dan terlihat sudah seperti ganggren mengenai
sebagian tungkai.
4. Kemajuan Derajat Ulkus
Kemajuan derajat ulkus dapat dilihat dari pertumbuhan jaringan yang ada disekitar
ulkus, dimana pertumbuhan jaringan yang terlihat dapat diamati mulai dari lapisan kulit
utama (dermis) sampai pada lapisan otot dimana ulkus terlihat.

2.3Konsep Modern Dressing


1. Definisi modern dressing
Modern dressing adalah suatu balutan modern yang sedang berkembang pesat
dalam wound care, dimana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode konvensional (Rukmana, 2008). Luka dapat memproduksi
eksudat mulai dari jumlah sedikit, sedang, hingga banyak. Luka dengan eksudat banyak
dapat menyebabkan maserasi pada kulit sekitar luka dan luka dengan eksudat sedikit atau
tidak ada eksudat dapat menjadi kering (Gitaraja, 2008).
Luka menyebabkan disentegrasi dan discontinuitas dari jaringan kulit sehingga kulit
kehilangan yang fungsinya untuk memproteksi jaringan di bawahnya menjadi terganggu
(Gitaraja, 2008). Tujuan utama dari modern dressing adalah penggunakan prinsip moisture
balance ini mengkondisikan luka dalam keadaan lembab karena lingkungan yang lembab
akan mempercepat proses penyembuhan luka (Rukmana, 2008).
Manajemen dalam modern dressing antara lain adalah pemilihan bahan topical
therapy yang di dasarkan pada pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort),
keamanan (safety). Oleh karena itu, tingkat kemandirian dan profesional perawat akan
tampak pada pemilihan topical therapy saat melaksanakan modern dressing (Suryo, 2009).

2. Manfaat modern dressing


Menurut Haimowitz, dkk (1997), ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam
perawatan luka antara lain adalah untuk mencegah luka menjadi kering dan keras,
meningkatkan laju epitelisasi, mencegah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan
pembentukan jaringan dermis, mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih
kosmetis, mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi,
cost effective, dapat mempertahankan gradien voltase normal, mempertahankan aktifitas
neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis dan mudah digunakan.

3. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative modern dressing


Jenis-jenis balutan modern dressing dan terapi alternative yang dapat digunakan untuk
merawat dan melindungi luka adalah :

1) Film Dressing
Bentuk Semi-permeable primary atau secondary dressings, clear polyurethane yang
disertai perekat adhesive, conformable, anti robek atau tergores, tidak menyerap eksudat,
dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka dekubitus, pelindung sekitar luka
terhadap maserasi, berfungsi sebagai pembalut luka pada daerah yang sulit,
pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep, sebagai pembalut sekunder,
transparan, bisa melihat perkembangan luka, dapat breathable, tidak tembus bakteri dan air,
pasien bisa mandi, memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Jenis modern dressing ini memiliki kontraindikasi berupa luka terinfeksi, eksudat banyak.
Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm.
2) Hydrocolloid
Memiliki kandungan pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers.
Memiliki fungsi autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Bersifat
occlusive yaitu hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis, waterproof,
digunakan untuk luka dengan eksudat minimal sampai sedang, dapat menjaga kestabilan
kelembaban luka dan sekitar luka, menjaga dari kontaminasi air dan bakteri, bisa
digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder, dapat diaplikasikan 5 – 7 hari serta
memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, eksudat minimal dan kontraindikasi: luka yang
terinfeksi atau luka grade III-IV. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel.

3) Alginate
Terbuat dari rumput laut, membentuk gel diatas permukaan luka, mudah diangkat
dan dibersihkan, bisa menyebabkan nyeri, membantu untuk mengangkat jaringan mati,
tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, kandungan calsium dapat membantu
menghentikan perdarahan. Alginate digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun
permukaan, dengan cairan banyak, maupun terkontaminasi karena dapat mengatur eksudat
luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan membentuk gel serta dapat menyerap
luka > 20 kali bobotnya. Bersifat tidak lengket pada luka, tidak sakit saat mengganti
balutan, dapat diaplikasikan selama 7 hari serta memiliki indikasi dapat dipakai pada luka
dengan eksudat sedang sampai dengan berat seperti luka decubitus, ulkus diabetik, luka
operasi, luka bakar deerajat I dan II, luka donor kulit. Dengan kontraindikasi tidak bisa
digunakan pada luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon,
Sorbsan.

4) Foam Dressing
Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang dan sedikit banyak, tidak lengket
pada luka, menjaga kelembaban luka, menjaga kontaminasi serta penetrasi bakteri dan air,
balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit, dapat digunakan sebagai balutan
primer / sekunder, dapat diaplikasikan 5-7 hari, bersifat non-adherent wound contact layer,
tingkat absorbsi yang tinggi, semi-permeable dengan indikasi pemakaian luka dengan
eksudat sedangsampai dengan berat. Dressing ini memiliki kontraindikasi tidak bisa
digunakan pada luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam. Contoh: Cutinova,
Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN KASUS UTAMA

3.1 Pengkajian
I. Data Demografi
A. Biodata
 Nama : Ny. S
 Usia : 61 th
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik :Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk :14-01-2021
 Tanggal pengkajian :14-01-2021
 Therapy medik :
B. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. B
 Usia : 28 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Hubungan dengan klien : Menantu
3.2 Analisa Data dan Masalah Keperawatan

ANALISA DATA DAN MASALAH

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : klien mengatakan luka di Ibu jari kaki Diabetes meilitus Kerusakan integritas kulit.
kanan yang tak kunjung sembuh dan makin
besar

DO : Luka berukuran sekitar 20 cm, dengan


kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak
terlihat jelas, goa kurang dari 2 cm, warna
sekitar kulit luka berwarna merah gelap,
terdapat pitting edema kurang dari 4 cm di
sekitar luka, tidak ada jaringan granulasi dan
epitelisasi kurang dari 25%. GDS 360,
Leukosit 13.890 / mm3.
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kerusakan Integritas Kulit Tujuan : Observasi :
setelah dilakukan tindakan 1. Kaji/catat, ukuran warna kedalam luka.
keperawatan maka : tidak Perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
terjadi kerusakan yang sekitar luka.
lebih parah dan integritas 2. Indentifikasi drajat perkembangan luka
kulit terpelihara. tekan (ulkus).
3. Pantau TTV
Kriteria Hasil :
- Kerusakan jaringan Terapeutik :
menurun 1. Bersihkan dengan cairan Nacl
- Kerusakan lapisan 2. Bersihkan jaringan nektrotik
kulit menurun 3. Berikan salep yang sesuai ke lesi, jika
- Kemerahan perlu
menurun 4. Pasang balutan sesuai jenis luka
- Peradangan luka 5. Pertahankan teknik steril saat melakukan
menurun perawatan luka
- Penyembuhan 6. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
terhadap luka drainase
- Edema pada sisi
luka menurun Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan TKTP
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


16/01/2021 - Mengkaji ukuran S : - klien mengatakan mengerti apa
- warna, kedalaman yang dijelaskan oleh perawat
luka. - Klien mengatakan luka sudah mulai
- Mengindentifikasi membaik
derajat perkembangan
luka O : Tanda-tanda vital
- Memantau TTV TD : 130/80 mmhg
- Melakukan perawatan N : 84 x/ menit
luka RR : 20 x/ nenit
- Mengedukasi kepada S : 36 º C
klien tentang tanda dan GDS : 250 mg/dl
gejala infeksi
- Menganjurkan untuk A : - Masalah integritas kulit sudah
mengkonsumsi mulai teratasi
makanan yang TKTP
- Mengajarkan prosedur P : - Intervensi dilanjutkan
perawatan luka sendiri

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan


Kerusakan integritas kulit adalah kerusakan kulit ( dermis dan/atau epidermis ) atau jaringan
( membran mukosa, kornea, fasia, otot, lendon, tulang, kartaligo, kapsul sendi dan/atau tigamen ).

4.2 Analisis Intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan


Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan kerusakan integritas kulit akan
dilakukan Observasi yaitu Kaji/catat, ukuran warna kedalam luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
kondisi sekitar luka, indentifikasi drajat perkembangan luka tekan (ulkus), dan pantau TTV lalu
setelah di lakukannya Observasi maka berlanjut ke Terapeutik di terapeutik ini pasien akan akan di
berikan Nacl untuk pembersihan luka, membersihkan jaringan Nektrotik, meberikan salep yang
sesuai ke lesi, jika perlu, memasang balutan sesuai jenis luka, mempertahankan theknik steril saat
melakukan perawatan luka, dan menganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase. Setelah
dilakukannya Terapeutik akan berlanjut ke Edukasi di edukasi ini perawat akan menjelaskan ke
pasien tentang tanda dan gejala infeksi, menganjurkan pasien untuk makan TKTP ( Tinggi Kalori,
Tinggi Protein ), dan menganjurkan pasien untuk merawat luka nya sendiri

4.3 Alternatif pemecahan masalah


Alternatif pemecahan masalah itu ada di Implementasi, implementasi keperawatan yang akan di
lakukan pada Ny, S yaitu Mengkaji ukuran warna, kedalaman luka, mengindentifikasi denyut pada
luka, Memantau TTV, melakukan perawatan luka, mengedukasi kepada klien tentang tanda dan
gejala infeksi, menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang TKTP, dan mengajarkan
prosedur perawatan luka sendiri

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Luka yang terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai infasif kuman suprofit. Adanya kuman suprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik
dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus diabetikum adalah luka yang
disebabkan akibat kurang kuatnya elastisitas kulit yang disebabkan oleh gangren pada kulit
dari reaksi kadar gula sehingga menimbulkan rusaknya jaringan kulit dan terjadinya ulkus
pada penderita Diabetes Melitus.
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah ulkus diabetikum. Asuhan keperawatan yang profesional diberikan melalui
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan
intervensi, implementasi keperawatan, dan mengevaluasi tindakan keperawatan

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Penulis berharap dengan memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam
penyembuhan luka pada penderita Diabetes Melitus, Tenaga kesehatan dapat termotivasi
melakukan tindakan perawatan luka dengan baik pada penderita Diabetes Melitus
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bagian dari referensi kepustakaan dalam hal
pengembangan ilmu keperawatan khususnya yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus dan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan khususnya pada pasien diabetes mellitus.
5.2.3 Bagi Klinik Wocare Centre
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan, evaluasi, penanganan yang
diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya untuk asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

II. Data Demografi


A. Biodata
 Nama : Ny. S
 Usia : 61 th
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik :Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk :14-01-2021
 Tanggal pengkajian :14-01-2021
 Therapy medik :
B. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. B
 Usia : 28 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Hubungan dengan klien : Menantu
III. Keluhan Utama
klien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanannya yang tak kunjung
sembuh dan semakin besar lukanya. Klien mengatakan takut jika lukanya
tidak kunjung sembuh maka harus di amputasi.
IV. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
klien mengatakan sebulan yang lalu awalnya dia tidak sengaja
menginjak batu krikil kecil saat berjalan kemudian menjadi luka. Luka
sudah sempat kering kemudian ada tetangga yang menyarankan untuk
menggunakan gamat agar semakin cepat sembuh lukanya. Tetapi saat
setelah menggunakan gamat lukanya malah terbuka, klien langsung
mengunjungi dokter terdekat dan diberikan salep. Setelah
menggunakan salep luka tidak kunjung sembuh dan malah semakin
besar lukanya dalam jangka waktu 3 hari,
B. Riwayat kesehatan lalu
klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama
13 tahun terakhir dan hipertensi 2 tahun terakhir.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah klien menderita diabetes mellitus, sementara anggota
keluarga lainnya tidak ada yang sama dengan penyakitnya dengan
klien.
V. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suaminya, klien mengikuti
perkumpulan pengajian ibu – ibu disekitar kompleknya, keadaan rumah
baik, tidak ada bising ataupun banjir, jika memiliki masalah biasanya klien
bercerita pada suaminya kemudian baru ke anaknya untuk membicarakan
masalahnya agar dapat diatasi, interaksi keluarga juga baik. Persepsi klien
tentang penyakit yang diderita bahwa klien harus lebih berhati – hati lagi
dan lebih peduli dengan kesehatannya.
VI. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan dirinya rajin sholat 5 waktu dan sering dijadikan guru
mengaji oleh ibu – ibu sekitar kompleknya.
VII. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Kedaan umum baik, cara berpakaian dan penampilan sesuai, TB:165
CM, BB:50kg, gaya berjalan normal
B. Tanda – tanda vital
TD:130mmHg, N:97x/menit, R:19x/menit,S:36,6
C. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak sesak, irama nafas teratus, tidak
menggunakan alat bantu nafas
D. Sistem kardiovaskuler
tidak ada keluhan, kesadaran composmetis, tidak ada kelainan
pada kuku, capilarryrefil.< 3 detik.
E. Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan, sclera anikterus
F. Sistem indera
1. Mata
Fungsi penglihatan baik
2. Hidung
Fungsi penciuman baik
3. Telinga
Fungsi pendengaran baik
G. Sistem saraf
Status mental baik, GCS 15
H. Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normal, kaki normal, tangan normal
I. Sistem integumen
terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka berukuran sekitar 20
cm, dengan kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak terlihat
jelas, goa kurang dari 2 cm diarea manapun, tipe eksudat purulent dan
jumlahnya banyak, warna sekitar kulit luka berwara merah gelap,
terdapat pitting edema kurang dari 4cm disekitar luka, tidak ada
jaringan granulasi dan epitelisasi kurang dari 25%.
J. Sistem endokrin
Normal
K. Sistem perkemihan
Normal
L. Sistem reproduksi
Wanita sudah
menopause
M. Sistem imun
Tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat - obatan
VIII. Aktivitas Sehari – hari
A. Nutrisi
Selera makan baik dengan frekuensi 3x sehari,menu makanan beragam
menghindari makanan manis dan selalu berdoa sebelum makan
B. Cairan
Klien minum 2ltr sehari jenis minuman air putih dan teh tawar
C. Eliminasi
BAK 3-5 x/hari, BAB 1x/hari dipagi hari dengan konsistensi
padat lunak
D. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur malah 8 jam, dan tidak suka tidur siang
E. Olahraga
klien mengatakan biasanya suka berjalan keliling komplek namun
sudah sejak lama tidak dilakukannya akibat pandemic yang
mengharuskan dirinya untuk tetap dirumah saja.
F. Rokok/alcohol
Klien tidak merokok dan tidak minum alkohol
G. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari, keramas 4x dalam seinggu, dan menyikat
gigi 2kali setiap hari
H. Aktivitas/mobilitas fisik
klien merupakan ibu rumah tangga yang kegiatan sehari – harinya
mengurus suami dan bermain dengan cucunya. Setiap minggu sore
klien engaji di masjid bersama ibu komplek.
I. Rekreasi
Klien biasanya menonton tv dan bermain bersama cucunya.
IX. Tes Diagnostik
hemoglobin 11,8 gr% leukosit 13.890/mm3 trombosit
423.000/mm3 hematokrit 36% albumin 3,6mg% GDS 360.
X. Theraphy Saat Ini
Glimepiride 1mg 1x/hari
ANALISA DATA DAN MASALAH

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : klien mengatakan luka di Ibu jari kaki Diabetes meilitus Kerusakan integritas kulit.
kanan yang tak kunjung sembuh dan makin
besar

DO : Luka berukuran sekitar 20 cm, dengan


kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak
terlihat jelas, goa kurang dari 2 cm, warna
sekitar kulit luka berwarna merah gelap,
terdapat pitting edema kurang dari 4 cm di
sekitar luka, tidak ada jaringan granulasi dan
epitelisasi kurang dari 25%. GDS 360,
Leukosit 13.890 / mm3.
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
2. Kerusakan Integritas Kulit Tujuan : Observasi :
setelah dilakukan tindakan 1. Kaji/catat, ukuran warna kedalam luka.
keperawatan maka : tidak Perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
terjadi kerusakan yang sekitar luka.
lebih parah dan integritas 2. Indentifikasi drajat perkembangan luka
kulit terpelihara. tekan (ulkus).
3. Pantau TTV
Kriteria Hasil :
-Kerusakan jaringan Terapeutik :
menurun 1.Bersihkan dengan cairan Nacl
- Kerusakan lapisan kulit 2.Bersihkan jaringan nektrotik
menurun 3.Berikan salep yang sesuai ke lesi, jika perlu
-Kemerahan menurun 4.Pasang balutan sesuai jenis luka
-Penyembuhan luka 5.Pertahankan teknik steril saat melakukan
-Peradangan luka menurun perawatan luka
-Oedem pada sisi luka 6.Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
menurun drainase

Edukasi :
3 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4 Anjurkan mengkonsumsi makanan TKTP
5 Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


16/01/2021 -Mengkaji ukuran S : - klien mengatakan mengerti apa
warna, kedalaman yang dijelaskan oleh perawat
luka. - Klien mengatakan luka sudah mulai
-Mengindentifikasi membaik
derajat
perkembangan O : Tanda-tanda vital
pada luka TD : 130/80 mmhg
-Memantau TTV ND : 84 x/ menit
-Melakukan RR : 20 x/ menit
perawatan luka S : 36º C
-Mengedukasi GDS : 250 mg/dl
kepada klien
tentang tanda dan A : - Masalah integritas kulit sudah
gejala infeksi mulai teratasi
-Menganjurkan
untuk P : - Intervensi dilanjutkan
mengkonsumsi
makanan yang
TKTP
-Mengajarkan
prosedur perawatan
luka sendiri
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/13322/1/Andi%20Syahputra%2070300114004.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/611/1/27%20WITRA%20SARI.pdf
https://www.google.com/search?
q=penyembuhan+luka&safe=strict&rlz=1C1CHBF_enID803ID803&biw=1366&bih=625&sxsrf
=ALeKk026CWDO00AtmaxX0JWtbdZaEfCndQ
%3A1619544625086&ei=MUqIYMDbBIu9rQGDqbLQCA&oq=simpulan+makalah+diabetes+p
enyembuhan+luka&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBwgjELACECc6BwgjELADECdQqj1Y7T5g
skZoAXAAeACAAaABiAH_ApIBAzEuMpgBAKABAaoBB2d3cy13aXrIAQHAAQE&sclient
=gws-wiz&ved=0ahUKEwiAuM3w-Z7wAhWLXisKHYOUDIoQ4dUDCA0&uact=5
Buku SDKI, SLKI, SIKI

Anda mungkin juga menyukai