Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan terjadi gangguan metabolik yang ditandai


dengan hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) di akibatkan kurang hormon
insulin, menurunya efek insulin atau keduanya.(Kowalak,dkk.2016)
Para penderita diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang tidak
terkendali bisa menyebabkan komplikasi kronik yaitu neuropati, bisa
menyebabkan perubahan jaringan syaraf karena penimbunan fruktosa dan
sorbitol sehingga mengakibatkan penurunan kecepatan induksi, parastesia,
penurunan reflek otot, keringat berlebihan, atrofi otot, hilang rasa dan kulit
kering apabila diabetes tidak hati-hati dapat menyebabkan trauma yang
menjadi ulkus diabetikum
Ulkus merupakan luka permuakaan kulit yang terbuka atau selaput
lendir, bisa juga dinamakan kematian jaringan yang luas disertai invasif
kuman saprofit, adanya kuman saprofit tersebut bbisa menimbulkan ulkus
yang berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salalh satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit diabetes dengan neuropati perifer (Soedarsono, 2016).
Ulkus diabetikum merupakan suatu bentuk komplikasi kronik diabetes
melitus berupa luka yang terbuka pada permukaan kulit yang disertai dengan
kematian jaringan sekitarnya. Ulkus diabetikum adalah luka terbuka pada
permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi
vaskuler insusifiensi dan neuropati, jika lebih lanjut terdapat luka yang sering
tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri aerob dan anaeorob (Windharto, 2007).
Komplikasi ini menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas atau
kepekaan kulit, terutama kaki. Oleh sebab itu, penderita diabetese melitus
yang tidak terkontrol kemungkinan tidak ada merasakan trauma atau luka
;ecet pada tungkai yang disebabkan oleh bebrapa faktor, seperti terantuk atau
tergores oleh sesuatu, sepatu yang terlalu sempit, menginjak benda yang
tajam, atau berbagai luka lainnya. Luka pada kasus ulkus kaki diabetikum
sering tidak kunjung sembuh, permukaan luka cukup dalam, bengkak, dengan
bau busuk (Soedarsono,2016).
Beberapa gambaran luka pada penderita diabetes melitus dapat berupa
bercak-bercak hitam (demopati) selulitis (infeksi kulit dan peradangan),
nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka kronik, luka oval, tepi keputihan),
osteomelitis (infeksi pada tulang) dan luka kehitaman dan berbau busuk
(gangren).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah pasien
Diabetes Mellitus akan meningkat hingga melebihi 300 juta pada tahun 2025.
Indonesia merupakan Negara dengan penderita penyakit diabetes mellitus cukup tinggi.
Dengan Prevalensi 8,6 % dari total penduduk, terdapat 4,5 juta pengidap
Diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta
penderita.
Prevalensi penyakit DM di Provinsi Jambi berdasarkan Dinas Kesehatan
1
adalah 0,5% sedangkan prevalensi DM sebesar 0,7%. Data ini menunjukkan
cakupan diagnosis DM oleh tenaga kesehatan mencapai 71,4%, lebih tinggi
dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit jantung.
Data penderita diabetes mellitus di RSUD H. Hanafie Muara Bungo tahun
2018 berjumlah 751 orang. Dimana jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 293 dan penderita berjenis kelamin perempuan sejumlah 458 0rang.
Menurut Haris (2009). Cara membersihkan luka secara klasik yaitu
dengan menggunkan antiseptic seperti acetic acid, hydrogrn peroxide,
perovidone iodone dan chlorohexadine dapat mengganggu proses
penyembuhan luka pada tubuh karena mengandung antiseptic tersebut tidak
hanya membunuh kuman tetapi juga membunuh leukosit yang dapat embunuh
bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit baru.
Cara terbaik untuk membersihkan luka dengan menggunakan cairan
saline dan untuk luka yang kotor bisa menggunakan water-presure. Cairan
NaCl 0,9% juga merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk penyembuhan karena sesuai
dengan kandungan garam dalam tubuh (Thomas, 2007).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas dapat


dirumuskan permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah sulitnya melakukan
perawatan pada pasien dengan ulkus diabetikum serta tingginya biaya
pengobatan untuk luka ulkus diabetikum, sehingga peneliti berinisiatif
memberikan asuhan keperawatan dengan cairan NaCl 0,9% yang merupakan
cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka dengan cara menjaga
kelembaban, menjaga granulasi tetap kering, namun NaCl 0,9% merupakan
elektrolit yang kandungan garamnya cukup tinggi namun harganya yang cukup terjangkau.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulis karya ilmiah akhir Ners adalah bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetikum
dengan terapi cairan NaCl0,9% di Ruang Penyakit Dalam RSUD H.
Hanafie Muara Bungo tahun 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Tujuan khusus dari karya ilmiah akhir Ners adalah:
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar pada klien dengan
penyakit ulkus diabetikum di Ruangan penyakit dalam RSUD H.
Hanafie Muara Bungo
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien
dengan penyakit ulkus diabetikum di Ruangan penyakit dalam
RSUD H. Hanafie Muara Bungo
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa
keperawatan pada klien dengan penyakit ulkus diabetikum di
Ruangan penyakit dalam RSUD H. Hanafie Muara Bungo
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan
2
pada klien dengan penyakit ulkus diabetikum di Ruangan penyakit dalam RSUD H.
Hanafie Muara Bungo
e. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada klien
dengan penyakit ulkus diabetikum di Ruangan penyakit dalam
RSUD H. Hanafie Muara Bungo
f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada
klien dengan penyakit ulkus diabetikum di Ruangan penyakit
dalam RSUD H. Hanafie Muara Bungo
g. Mampumelakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Ulkus Diabetikum
h. Menganalisis intervensi penggunaan cairan NaCl 0,9 % untuk luka
ulkus diabetikum.
1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Bagi pasien

Sebagai tambahan informasi dan dapat menambah

pengetahuan tentang penyakit ulkus diabetikum, serta dapat

menyikapi dan mengatasi penderita dengan penyakit ulkus

diabetikum.

2. Bagi profesi keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit ulkus

diabetikum, sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan

yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada

pasien dengan penyakit ulkus diabetikum.

3. Bagi pembaca

Memberikan pengertian atau pengetahuan dan pengembalian

keputusan yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam

3
menyikapi ulkus diabetikum.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan

dan pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan

asuhan keperawatan khususnya pada pasien ulkus

diabetikum.

5. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan positif

dalam memodifikasi standar asuhan keperawatan di lahan

rumah sakit untuk mengurangi masalah keperawatan dengan

ulkus diabetikum.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ulkus Diabetikum

2.1.1. Pengertian
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik dari penyakit
diabetes melitus. Adanya luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis
yang terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan
neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga pasien tidak
menyadari adanya luka (Waspadji, 2006). Menurut Tambunan (2006) dalam
Hidayah (2012), ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik
diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai
adanya kematian jaringan setempat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan, ulkus diabetika merupakan luka
terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati dari
penyakit diabetes melitus sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati,
yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan
dapat berkembang menjadi infeksi.
2. 2 Konsep Modern Dressing

1. Konsep Dasar Dressing


Dressing luka merupakan media untuk mengontrol eksudat dan memberikan kelembaban yang
sesuai, oleh karena itu dresing luka tidak hanya berfungsi menutup luka, tetapi juga membantu
proses penyembuhan. Dressing membantu proses tersebut baik secara aktif menyembuhkan luka,
maupun secara pasif dengan cara memberikan lingkungan yang ideal untuk penyembuhan luka.
Dressing luka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk seperti lembaran, pita atau cairan gel.
Pemilihan dressing luka merupakan bagian strategi untuk berperang melawan “musuh” penghalang
penyembuhan luka. Pemilihan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kompetensi dan pengalaman tenaga kesehatan (karena dokter memiliki latar belakang,
kepercayaan, dan kompetensi sendiri dalam memilih merawat luka)
2. Kondisi pasien
3. Kondisi lokal luka
4. Kriteria dan jenis dresing
5. Tujuan dan manfaat pemberian balutan
5
A. Prinsip dasar dressing
Pada umumnya, terdapat 4 prinsip dasar dressing
1. Luka kering perlu hidrasi
2. Luka eksudat perlu absorpsi
3. Luka nekrotik perlu debridement (Autolitik debridement)
4. Luka terinfeksi perlu antimikroba

B. Kriteria dan tujuan Dressing yang ideal


Balutan luka yang ideal seharusnya memenuhi hal-hal berikut ini :
1. Mempercepat proses penyembuhan luka
2. Memungkinkan pertukaran gas
3. Memberikan barrier
4. Tidak meningkatkan infeksi
5. Tidak menyebabkan infeksi
6. Nyaman dipakai
7. Tidak mengganggu fungsi tubuh
8. Dapat beradaptasi pada bagian-bagian tubuh
9. Mengupayakan pengangkatan eksudat dan benda asing tanpa menimbulkan trauma terhadap
jaringan baru
10. Cost-effective
C. Macam- macam balutan
1. Balutan primer adalah balutan yang kontak langsung dengan luka
2. Balutan sekunder adalah balutan yang menutupi/ melapisi balutan primer

D. Fungsi balutan pada proses penyembuhan luka


a. Fase Inflamasi
Pada saat terjadi luka maka hal pertama yg akan terjadi adalah adanya peningkatan produksi cairan
yg mengandung sel mati, serpihan jaringan, kotoran & bakteri. Apabila jumlah cairan ini
berlebihan maka proses penyembuhan luka secara mekanis & biologis akan terhambat, selain itu
juga resiko infeksi akan meningkat Jenis balutan yang digunakan pada fase ini adalah jenis
balutan yang mempunyai kemampuan menyerap cairan atau eksudat serta kemampuan untuk
membersihkan luka secara efektif dari sel dan jaringan mati, kotoran dan bakteri karena tidak
semua komponen tersebut dpt dibersihkan secara natural dgn fagositosis.
b. Fase granulasi
Fase granulasi Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran sekret yg mengandung protein serta
jumlah kapiler rambut meningkat, hal yg sering terjadi yaitu pada saat mengganti balutan menjadi
lengket dgn luka sehingga pd saat diangkat, jaringan granulasi juga ikut terekspos & rusak.
Berdasarkan alasan diatas, jenis balutan yang tepat untuk fase ini adalah balutan yang sifatnya
tidak traumatik dan tidak lengket dengan luka, serta mempunyai kemampuan melindungi dari
kejadian infeksi.

c. Epitalisasi atau Poliferasi


Pada akhir fase ini akan terbentuk jaringan granulasi yang sudah matang dan permukaan luka yang
rata. Luka masih mengeluarkan sekret walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan dua fase sebelumnya. Hal yang harus dijaga adalah luka jangan sampai kering karena
apabila permukaan luka kering (scab forms) maka akan menghambat proses re- epitelisasi Kondisi
ini akan mengakibatkan sel epitel akan terjebak dibawahnya sehingga tidak bisa naik ke
6
permukaan luka, dan pada akhirnya proses penyembuhan luka menjadi lama. Jenis balutan yang
dapat digunakan pada fase ini adalah balutan yang dapat mempertahankan suasana luka yang
lembab dan tidak menyebabkan trauma.

7
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN KASUS UTAMA

3.1 Pengkajian

3.2 Analisa data dan masalah keperawatan

3.3 Rencana Keperawatan

3.4 Implementasi

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan

4.2 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Perawat

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

5.2.3 Bagi Klinik Wocare Centre


Daftar Pustaka
Lampiran 2 Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Data Demografi
A. Biodata
 Nama : Ny. S
 Usia : 61 th
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik :Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk :14-01-2021
 Tanggal pengkajian :14-01-2021
 Therapy medik :
B. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. B
 Usia : 28 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Hubungan dengan klien : Menantu
II. Keluhan Utama
klien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanannya yang tak kunjung
sembuh dan semakin besar lukanya. Klien mengatakan takut jika lukanya
tidak kunjung sembuh maka harus di amputasi.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
klien mengatakan sebulan yang lalu awalnya dia tidak sengaja
menginjak batu krikil kecil saat berjalan kemudian menjadi luka. Luka
sudah sempat kering kemudian ada tetangga yang menyarankan untuk
menggunakan gamat agar semakin cepat sembuh lukanya. Tetapi saat
setelah menggunakan gamat lukanya malah terbuka, klien langsung
mengunjungi dokter terdekat dan diberikan salep. Setelah
menggunakan salep luka tidak kunjung sembuh dan malah semakin
besar lukanya dalam jangka waktu 3 hari,
B. Riwayat kesehatan lalu
klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama
13 tahun terakhir dan hipertensi 2 tahun terakhir.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah klien menderita diabetes mellitus, sementara anggota
keluarga lainnya tidak ada yang sama dengan penyakitnya dengan
klien.
IV. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suaminya, klien mengikuti
perkumpulan pengajian ibu – ibu disekitar kompleknya, keadaan rumah
baik, tidak ada bising ataupun banjir, jika memiliki masalah biasanya klien
bercerita pada suaminya kemudian baru ke anaknya untuk membicarakan
masalahnya agar dapat diatasi, interaksi keluarga juga baik. Persepsi klien
tentang penyakit yang diderita bahwa klien harus lebih berhati – hati lagi
dan lebih peduli dengan kesehatannya.
V. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan dirinya rajin sholat 5 waktu dan sering dijadikan guru
mengaji oleh ibu – ibu sekitar kompleknya.
VI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Kedaan umum baik, cara berpakaian dan penampilan sesuai, TB:165
CM, BB:50kg, gaya berjalan normal
B. Tanda – tanda vital
TD:130mmHg, N:97x/menit, R:19x/menit,S:36,6
C. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak sesak, irama nafas teratus, tidak
menggunakan alat bantu nafas
D. Sistem kardiovaskuler
tidak ada keluhan, kesadaran composmetis, tidak ada kelainan
pada kuku, capilarryrefil.< 3 detik.
E. Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan, sclera anikterus
F. Sistem indera
1. Mata
Fungsi penglihatan baik
2. Hidung
Fungsi penciuman baik
3. Telinga
Fungsi pendengaran baik
G. Sistem saraf
Status mental baik, GCS 15
H. Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normal, kaki normal, tangan normal
I. Sistem integumen
terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka berukuran sekitar 20
cm, dengan kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak terlihat
jelas, goa kurang dari 2 cm diarea manapun, tipe eksudat purulent dan
jumlahnya banyak, warna sekitar kulit luka berwara merah gelap,
terdapat pitting edema kurang dari 4cm disekitar luka, tidak ada
jaringan granulasi dan epitelisasi kurang dari 25%.
J. Sistem endokrin
Normal
K. Sistem perkemihan
Normal
L. Sistem reproduksi
Wanita sudah
menopause
M. Sistem imun
Tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat - obatan
VII. Aktivitas Sehari – hari
A. Nutrisi
Selera makan baik dengan frekuensi 3x sehari,menu makanan beragam
menghindari makanan manis dan selalu berdoa sebelum makan
B. Cairan
Klien minum 2ltr sehari jenis minuman air putih dan teh tawar
C. Eliminasi
BAK 3-5 x/hari, BAB 1x/hari dipagi hari dengan konsistensi
padat lunak
D. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur malah 8 jam, dan tidak suka tidur siang
E. Olahraga
klien mengatakan biasanya suka berjalan keliling komplek namun
sudah sejak lama tidak dilakukannya akibat pandemic yang
mengharuskan dirinya untuk tetap dirumah saja.
F. Rokok/alcohol
Klien tidak merokok dan tidak minum alkohol
G. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari, keramas 4x dalam seinggu, dan menyikat
gigi 2kali setiap hari
H. Aktivitas/mobilitas fisik
klien merupakan ibu rumah tangga yang kegiatan sehari – harinya
mengurus suami dan bermain dengan cucunya. Setiap minggu sore
klien engaji di masjid bersama ibu komplek.
I. Rekreasi
Klien biasanya menonton tv dan bermain bersama cucunya.
VIII. Tes Diagnostik
hemoglobin 11,8 gr% leukosit 13.890/mm3 trombosit
423.000/mm3 hematokrit 36% albumin 3,6mg% GDS 360.
IX. Theraphy Saat Ini
Glimepiride 1mg 1x/hari
ANALISA DATA DAN MASALAH
DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subjektif

Data objektif
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

17
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai