Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS “

Disusun oleh :
Nur annisa 204201416083

Silvia Amanda Putri 204201416161

Vera faradita 204201416164

Irmatri Rahayu 204201416030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya serta kemudahan
yang telah di berikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “asuhan
keperawatan diabetes melitus”. Mengingat bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan perbaikan
makalah selanjutnya. Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. 

Bogor, 23 januari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN……………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Ulkus Diabetikum……………………………………………………………….
2.2 Konsep Modern Dressing……………………………………………………………….

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN KASUS UTAMA


3.1 Pengkajian………………………………………………………………………………..
3.2 Analisa Data dan Masalah Keperawatan ……………………………………………….
3.3 Rencana Keperawatan…………………………………………………………………..
3.4 Implementasi …………………………………………………………………………….

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan …………………………………………………………..
4.2 Analisis Intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan……………………………….
4.3 Alternatif pemecahan masalah…………………………………………………………….

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan………………………………………………………………………………………
5.2 Saran ………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus diabetikum adalah luka yang dialami oleh penderita diabetes mellitus pada area kaki
dengan kondisi luka mulai dari luka superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan ketebalan
penuh, yang dapat meluas ke jaringan lain seperti tendon, tulang dan persendian, jika ulkus
dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik akan mengakibatkan infeksi atau gangren. Ulkus
diabetikum disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kadar glukosa darah yang tinggi dan
tidak terkontrol, neuropati perifer atau penyakit arteri perifer (Setiyawan, 2016)

Ulkus diabetikum merupakan suatu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka
yang terbuka pada permukaan kulit yang disertai dengan kematian jaringan sekitarnya. Ulkus
diabetikum adalah luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, jika lebih lanjut terdapat
luka yang sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri aerob dan anaeorob (Windharto, 2007).

Komplikasi ini menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas atau kepekaan kulit, terutama
kaki. Oleh sebab itu, penderita diabetese melitu yang tidak terkontrol kemungkinan tidak ada
merasakan trauma atau luka lecet pada tungkai yang disebabkan oleh bebrapa faktor, seperti
terantuk atau tergores oleh sesuatu, sepatu yang terlalu sempit, menginjak benda yang tajam,
atau berbagai luka lainnya. Luka pada kasus ulkus kaki diabetikum sering tidak kunjung
sembuh, permukaan luka cukup dalam, bengkak, dengan
bau busuk (Soedarsono,2016).

Beberapa gambaran luka pada penderita diabetes melitus dapat berupa bercak-bercak hita
(demopati) selulitis (infeksi kulit dan peradangan), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka
kronik, luka oval, tepi keputihan), osteomelitis (infeksi pada tulang) dan luka kehitaman dan
berbau busuk (gangren).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah pasien Diabetes Mellitus akan
meningkat hingga melebihi 300 juta pada tahun 2025. Indonesia merupakan Negara dengan
penderita penyakit diabetes mellitus cukup tinggi. Dengan Prevalensi 8,6 % dari total
penduduk, terdapat 4,5 juta pengidap Diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12,4 juta penderita. Prevalensi penyakit DM di Provinsi Jambi berdasarkan Dinas
Kesehatan

1.2 Perumusan Masalah

sulitnya melakukan perawatan pada pasien dengan ulkus diabetikum serta tingginya biaya
pengobatan untuk luka ulkus diabetikum, sehingga peneliti berinisiatif memberikan asuhan
keperawatan dengan cairan NaCl 0,9% yang merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk
perawatan luka dengan cara menjaga kelembaban, menjaga granulasi tetap kering, namun
NaCl 0,9% merupakan elektrolit yang kandungan garamnya cukup tinggi namun harganya
yang cukup terjangkau.

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetikum
dengan terapi cairan NaCl0,9%
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar pada klien dengan penyakit ulkus
diabetikum
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien dengan penyakit
ulkus diabetikum
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan pada klien dengan
penyakit ulkus diabetikum
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit ulkus diabetikum
5. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada klien
dengan penyakit ulkus diabetikum
6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada
klien dengan penyakit ulkus diabetikum
7. Mampumelakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Ulkus Diabetikum
8. Menganalisis intervensi penggunaan cairan NaCl 0,9 % untuk luka
ulkus diabetikum
1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Bagi pasien Sebagai tambahan informasi dan dapat


menambah pengetahuan tentang penyakit ulkus
diabetikum, serta dapat menyikapi dan mengatasi
penderita dengan penyakit ulkus diabetikum.
2. Bagi pembaca Memberikan pengertian atau
pengetahuan dan pengembalian keputusan yang tepat
kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi ulkus
diabetikum.
3. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa
dapatmenambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien ulkus diabetikum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ulkus Diabetikum

A. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolic yang ditandai oleh hiperglikemia

(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek

insulin atau keduanya. (kowalak, dkk 2016). Diabetes melitus merupakan

penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal, namun

hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus

gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan

tersebut terjadi akibat hormone insulin jumlah nya kurang atau cacat fungsi.

Hormon insulin merupakan hormone yang membantu masuknya gula darah

(WHO,2016).

B. ETIOLOGI Kalsifikasi
Wagner (1983) dikutip oleh Waspadji. S membagi kerusakan integritas (gangren)
menjadi 5 tingkatan, yaitu:
a. Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”
b. Derajat 1: ulkus superfisial terbatas pada kulit
c. Derajat 2: ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3: abses dalam, dengan atau tanpa osteomeilitis
e. Derajat 4: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
f. Derajat 5: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
C. ETIOLOGI

Mekanisme yang bisa menyebabkan resistensi Insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetis tipe II tidak diketahui. Faktor genetic diperkirakan memegang peran dalam proses
terjadinya resistensi insuline. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor- faktor ini adalah:
1. Obesitas. Obesitas bisa menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh sehingga insulin yang suda ada menjadi berkurang efektif

dalam meningkatkan efek metabolik.

2. Usia. Resistensi unsilen cendrung Cenderung meningkat pada usia atas 65

tahun.

3. Gestasional, diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus

gaestasional (DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan

peningkatan insulin resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan

euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama

masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama

kali didapat selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga

(Brunner & suddarth, 2015). Klasifikasi Diabetik Melitus meurut American

diabetes Asociation adalah sebagai berikut:

a) DM Tipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute, Autoimun, Idiopatik.

b) Tipe II Bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai defekinsulin diserta resistensi insulin.

Tipe Lain: Defek genetik fungsi sel beta, Defek genetik kerja insulin:

resistensi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson Mendenhal,

Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis, trauma pankrea tektomi,


neoplasma, fibrosiskistik, Endokrinopati: akromegali, sindromcushing,

feokromositoma, Obatatau zat kimia: vacor, pentamidin, asam

nikotinat, gluko kortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid, Infeksi:

rubella congenital, Imunologi (jarang): sindrom stiff-man, anti bodi anti

reseptor insulin, Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM

c) Diabetes Melitus Gestasional (Gestational diabetes melitus) GDM.

5%-10% penderita diabetes adalah tipe I Kurang lebih 90% hingga 95%

penderita mengalami diabetes tipe I, yaitu diabetes yang tidak tergantung

insulin. Awetan mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30%. Diabetes

tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas insulin (yang disebut resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes melitus

tipe umum nya di sebabkan oleh obesitas dan kekurangan olahraga factor

yang mempengaruhi timbulnya diabetes mellitus secara umum yaitu usia

lebih dari 40 tahun, obesitas dan riwayat keluarga. (Brunner dan

Suddarth’s, 2016).

D. PATOFISIOLOGI

Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor

khususdan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak

dapat masuk kedalam selsehingga selakan kekurangan glukosa. Mekanisme

inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi

insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka

harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian

jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadilah DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan cirri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan

jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan

keton yang menyertainya. karenaitu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada

diabetis tipe II. (Brruner & suddarth, 2013).

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Poliuri

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam

sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau

hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau

cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari

hiperosmolaritas dan akibat nya akan terjadi diuresisosmotic (poliuria).

b.Polydipsia

Akibat meningkatnya disfungsi cairan dari intra sel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intra sel sehingga efeknya adalah dehidrasi

sel .Akibat dari dehidrasi se mulut menjadi kering dan sensor hausteraktivasi

menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

c.Poliphagia

Karena glukosa tidakdapat masukke sel akibat dari menurunnya kadar

insulin maka produk sienergi menurun, penurunan energy akan menstimulasi

rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak

makan (poliphagia).

D. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka

selakan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi

dan penurunan secara otomatis.

2 Malaise atau kelemahan

3 Kesemutan, Lemasdan Matakabur. (Brunner & Suddart,2013).

4 Pathway
5 MANIFESTASI KLINIS

Ulkus diabetikum akibat mikriangio patik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikro angipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala
klinis 5 yaitu:
a.Pain (nyeri)
b.Paleness (kepucatan)
c.Paresthesia (kesemutan)
d.Pulselessness (denyut nadi hilang) e.Paralysi
s(lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
a.StadiumI:asimptomatis atau gejala tidakkha (kesemutan)
b.Stadium II: terjadi klaudi kasio intermiten

c.Stadium III: timbul nyeri

d.Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN KASUS UTAMA

A. Pengkajian

I. Data Demografi
A. Biodata
 Nama : Ny. S
 Usia : 61 th
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik :Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk :14-01-2021
 Tanggal pengkajian :14-01-2021
 Therapy medik :
B. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. B
 Usia : 28 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Hubungan dengan klien : Menantu
II. Keluhan Utama
klien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanannya yang tak kunjung
sembuh dan semakin besar lukanya. Klien mengatakan takut jika lukanya
tidak kunjung sembuh maka harus di amputasi.
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
klien mengatakan sebulan yang lalu awalnya dia tidak sengaja
menginjak batu krikil kecil saat berjalan kemudian menjadi luka. Luka
sudah sempat kering kemudian ada tetangga yang menyarankan untuk
menggunakan gamat agar semakin cepat sembuh lukanya. Tetapi saat
setelah menggunakan gamat lukanya malah terbuka, klien langsung
mengunjungi dokter terdekat dan diberikan salep. Setelah
menggunakan salep luka tidak kunjung sembuh dan malah semakin
besar lukanya dalam jangka waktu 3 hari,
B. Riwayat kesehatan lalu
klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama
13 tahun terakhir dan hipertensi 2 tahun terakhir.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah klien menderita diabetes mellitus, sementara anggota
keluarga lainnya tidak ada yang sama dengan penyakitnya dengan
klien.
IV. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suaminya, klien mengikuti
perkumpulan pengajian ibu – ibu disekitar kompleknya, keadaan rumah
baik, tidak ada bising ataupun banjir, jika memiliki masalah biasanya klien
bercerita pada suaminya kemudian baru ke anaknya untuk membicarakan
masalahnya agar dapat diatasi, interaksi keluarga juga baik. Persepsi klien
tentang penyakit yang diderita bahwa klien harus lebih berhati – hati lagi
dan lebih peduli dengan kesehatannya.
V. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan dirinya rajin sholat 5 waktu dan sering dijadikan guru
mengaji oleh ibu – ibu sekitar kompleknya.
VI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Kedaan umum baik, cara berpakaian dan penampilan sesuai, TB:165
CM, BB:50kg, gaya berjalan normal
B. Tanda – tanda vital
TD:130mmHg, N:97x/menit, R:19x/menit,S:36,6
C. Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak sesak, irama nafas teratus, tidak
menggunakan alat bantu nafas
D. Sistem kardiovaskuler
tidak ada keluhan, kesadaran composmetis, tidak ada kelainan
pada kuku, capilarryrefil.< 3 detik.
E. Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan, sclera anikterus
F. Sistem indera
1. Mata
Fungsi penglihatan baik
2. Hidung
Fungsi penciuman baik
3. Telinga
Fungsi pendengaran baik
G. Sistem saraf
Status mental baik, GCS 15
H. Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normal, kaki normal, tangan normal
I. Sistem integumen
terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka berukuran sekitar 20
cm, dengan kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak terlihat
jelas, goa kurang dari 2 cm diarea manapun, tipe eksudat purulent dan
jumlahnya banyak, warna sekitar kulit luka berwara merah gelap,
terdapat pitting edema kurang dari 4cm disekitar luka, tidak ada
jaringan granulasi dan epitelisasi kurang dari 25%.
J. Sistem endokrin
Normal
K. Sistem perkemihan
Normal
L. Sistem reproduksi
Wanita sudah
menopause
M. Sistem imun
Tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat - obatan
VII. Aktivitas Sehari – hari
A. Nutrisi
Selera makan baik dengan frekuensi 3x sehari,menu makanan beragam
menghindari makanan manis dan selalu berdoa sebelum makan
B. Cairan
Klien minum 2ltr sehari jenis minuman air putih dan teh tawar
C. Eliminasi
BAK 3-5 x/hari, BAB 1x/hari dipagi hari dengan konsistensi
padat lunak
D. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur malah 8 jam, dan tidak suka tidur siang
E. Olahraga
klien mengatakan biasanya suka berjalan keliling komplek namun
sudah sejak lama tidak dilakukannya akibat pandemic yang
mengharuskan dirinya untuk tetap dirumah saja.
F. Rokok/alcohol
Klien tidak merokok dan tidak minum alkohol
G. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari, keramas 4x dalam seinggu, dan
menyikat gigi 2kali setiap hari
H. Aktivitas/mobilitas fisik
klien merupakan ibu rumah tangga yang kegiatan sehari –
harinya mengurus suami dan bermain dengan cucunya. Setiap
minggu sore klien engaji di masjid bersama ibu komplek.
I. Rekreasi
Klien biasanya menonton tv dan bermain bersama cucunya.
VIII. Tes Diagnostik
hemoglobin 11,8 gr% leukosit 13.890/mm3 trombosit
423.000/mm3 hematokrit 36% albumin 3,6mg% GDS 360.
IX. Theraphy Saat Ini
Glimepiride 1mg 1x/hari
namnesa

B. Analisa data dan masalah keperawatan


3. 2. 1 Analisa Data
1. Nyeri Akut
DS : pasien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki kanan, nyeri
seperti tertusuk jarum.
DO : nyeri hanya dirasakan pada kaki kanan dan tidak
menjalar ke bagian tubuh yang lain, skala nyeri 6, pasien mengeluh
nyeri dirasakan terus menerus, pasien tampak meringis dan sesekali
mengelus kaki kanan yang terasa nyeri.
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan
DS : pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan
DO : terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka
berukuran sekitar 20 cm, dengan kedalaman luka stage 4,
3. 2. 2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang telah
dikaji dengan menetapkan, masalah, penyebab, dan data penunjang
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan adanya luka pada
punggung ibu jari kaki kanan yang menyebabkan nyeri, nyeri
bertambah saat beraktifitas (pulang dari toilet), nyeri seperti ditusuk
jarum dengan skala nyeri 6, pasien meringis kesakitan ditunjukan
dengan memegangi dan mengelus-elus daerah sekitar luka .
2. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan ulkus
DM ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki kanan
klien, luka berukuran sekitar 20 cm, dengan kedalaman luka stage 4
a. Rencana Keperawatan

b. Implementasi

Hari pertama, rabu 20/01/2021


Diagnosa Keperawatan 1: Nyeri Akut
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 09. 10 : Melakukan pengkajian pada pasien.
Hasilnya : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan jika berjalan,
nyeri seperti tertusuk jarum, nyeri hanya dirasakan pada
kaki kanan dan tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain,
skala nyeri 6, pasien mengatakan nyeri dirasakan terus
menerus, pasien tampak meringis dan sesekali memegang
dan mengelus kaki kiri yang terasa nyeri.
Pukul 10. 30 : Mengajarkan teknik non farmakologi (kompres hangat).
Hasilnya : pasien mengatakan merasakan nyeri pada kaki kirinya
sedikit berkurang.
Pukul 12. 20 : Memodifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien (mengalihkan fokus pasien dengan bercerita).
Hasilnya : pasien sangat antusias dan merespon dengan baik saat
perawat menanyakan tentang hobi pasien (masak).
Pukul 13. 03 : Pemberian terapi analgesik IV (Keterolac).
1) Diagnosa Keperawatan 2: Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 10. 05 : Mengkaji keadaan luka pada kaki kiri pasien.
Hasilnya : pasien mengeluh nyeri pada pada ibu jari kaki kanan klien,
luka berukuran sekitar 20 cm, dengan kedalaman luka stage
4,
Pukul 10. 26 : Posisikan untuk menghindari menempatkan ketegangan
pada luka.
Hari kedua, kamis 21/01/2021.
Diagnosa keperawatan 1: Nyeri Akut
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 07. 30 : Mengobservasi keadaan pasien.
Hasilnya : Pasien mengatakan masih nyeri pada kaki kanannya dan
tambah nyeri saat pasien pulang dari toilet, nyeri seperti
tertusuk jarum, nyeri tidak menjalar ke bagian tubuh yang
lain, skala nyeri 4, pasien mengatakan nyeri dirasakan terus
menerus, pasien tampak meringis dan mengelus kaki kiri
yang terasa nyeri.
Pukul 09. 00: Mengajarkan teknik non farmakologi (kompres hangat).
Hasilnya : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan berkurang.
Pukul 10. 30 : Memodifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien (mengalihkan fokus pasien dengan bercerita).
Hasilnya : Pasien merespon dengan baik saat perawat mengajaknya
bercerita pasien.
Pukul 13. 00 : Pemberian terapi analgesik IV(Keterolac).
Diagnosa keperawatan 2: Gangguan integritas kulit dan jaringan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 09. 45 : Merawat luka ulkus pasien.
Hasilnya : Luka pasien tampak bersih.
Pukul 11. 00 : Mengajarakan pasien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
Hasilnya : Keluarga dan pasien menganggukan kepala saat di
arahkan.
Hari ketiga, Sabtu 16/01/2021.
Diagnosa keperawatan 1: Nyeri Akut
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 07. 30 : Mengobservasi keadaan pasien.
Hasilnya : pasien mengatakan masih nyeri pada kaki kirinya dan
tambah nyeri saat pasien pulang dari toilet, nyeri terasa
tertusuk jarum, nyeri tidak menjalar ke bagian tubuh yang
lain, skala nyeri 3, pasien mengatakan nyeri dirasakan
terus menerus, pasien tampak meringis dan mengelus kaki
kiri yang terasa nyeri.
Pukul 09. 00 : Mengajarkan teknik non farmakologi (kompres hangat).
Hasilnya : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan sedikit
berkurang.
Pukul 10. 30 : Memodifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien (mengalihkan fokus pasien dengan bercerita).
Hasilnya : Pasien merespon dengan baik saat perawat mengajaknya
bercerita pasien.
Pukul 13. 00 : Pemberian terapi analgesik IV (Keterolac).
Diagnosa keperawatan 2: Gangguan integritas kulit dan jaringan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan:
Pukul 09. 55 : Mengobservasi luka ulkus pasien. Mengganti balutan
dengan Calcium Alginate
Hasilnya :Luka pasien tampak bersih
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. s dan kemudian dilakukan analisa data
klien untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien serta menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dari hasil analisa data adalah
sebagai berikut: 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
fisik. 2. Nyeri akut ditandai dengan agen cedera fisik 3.Resiko infeksi ditandai
dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh, trauma jaringan)
Kerusakan integritas kulit sebagai masalah yang diprioritaskan. Kemudian
dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan implementasi
keperawatan, Ketiga diagnosa yang diperoleh tidak dapat diatasi secara tuntas,
dengan intervensi untuk setiap diagnosa. Masalah kerusakan integritas kulit belum
teratasi dan intervensi dilanjutkan melalui peran keluarga. Masalah yang dapat
teratasi adalah pencegahan kerusakan integritas kulit, pengurangan gangguan rasa
nyaman nyeri, serta penurunan resiko infeksi dengan evaluasi.

4.1 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan


Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, maka menurut
SDKI, SLKI, dan SIKI, kriteria hasilnya ditetapkan secara umum tanpa
membedakan tujuan umum dan tujuan khusus untuk setiap diagnosa
keperawatan.
Pada kasus ini, intervensi keperawatan pada diagnosa Nyeri akut berhubungan
dengan agens cedera biologis. Intervensi yang ditetapkan yaitu: Manajemen
Nyeri
Observasi:

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:

 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


Semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini dipakai sebagai intervensi
untuk menyelesaikan masalah keperawatan nyeri pada Ny. Y. M sehingga tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Pada diagnosa keperawatan Gangguan integritas kulit dan jaringan. Intervensi


yang ditetapkan yaitu:

Perawatan Integritas Kulit

Observasi:

 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit


Terapeutik:

 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring


 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
kulit kering
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya
Perawatan Luka

Observasi:

 Monitor karakteristik luka


 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:

 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan


 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi

 Kolaborasi prosedur debridement


 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini dipakai sebagai
intervensi untuk menyelesaikan masalah keperawatan nyeri pada Ny. Y. M
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. S dan kemudian dilakukan analisa data
klien untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien serta menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dari hasil analisa data adalah
sebagai berikut:

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.

2. Nyeri akut ditandai dengan agen cedera fisik

3.Resiko infeksi ditandai dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak
utuh, trauma jaringan) Kerusakan integritas kulit sebagai masalah yang
diprioritaskan. Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah
dilakukan implementasi keperawatan, Ketiga diagnosa yang diperoleh tidak
dapat diatasi secara tuntas, dengan intervensi untuk setiap diagnosa. Masalah
kerusakan integritas kulit belum teratasi dan intervensi dilanjutkan melalui
peran keluarga. Masalah yang dapat teratasi adalah pencegahan kerusakan
integritas kulit, pengurangan gangguan rasa nyaman nyeri, serta penurunan
resiko infeksi dengan evaluasi.

5.2 SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan


yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan keterampilannya dalam menjalani pratek dan pembuatan asuhan keperawatan
2. Bagi Perawat

Sebaiknya diupayakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang ulkus

diabetikum dan prosedur penangan yang efektif melalui pelatihan dan seminar

keperawatan pada klien dengan ulkus diabetikum. Dan juga diharapkan perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada klien ulkus diabetikum

melakukan asuhan keperawatan dengan pemantau lebih intensif.

3. Bagi Klinik Wocare Centre


Diharapkan dengan adanya penelitian ini memberikan gambaran untuk setiap
permasalahan yang terjadi pada pasien. Tenaga kesehatan khususnya perawat
perlu menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tepat dan fokus, dan
memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pasien
dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
DAFTAR PUSTAKA

Aboyans, V. Criqui, M.H. Abraha, P. Allison, M.A. Creager, M.A. Diehm,


C. Fowkes, F.G.R. et al. 2012. Measurement and Interpretaton of
the Ankle – Brachial Index. American Heart Association. Volume
126. 2012: 2890-2909.

Allison, Michael., & Kaye, Jude. (2008). Strategic Planning for Nonprofit
Organizations A Practical Guide for Dynamic Times Third Edition.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc

Amin Huda, Dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus.
Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 volume 2. Jakarta EGC

Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hans Tandra, (2009). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang
diabetes tanya jawab lengkap dengan ahlinya. Jakarta :
Gramedis Pustaka Utama

Herdiansyah, Haris. 2009. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu


Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Kowalak. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Kristiyaningrum, Dkk. (2013). Efektifitas penggunaan larutan NaCl 0,9%


dengan D40 terhadap proses penyembuhan luka ulkus DM di
RSUD KUDUS. Journal Stikes Muhammadiya Kudus : Jawa Tengah
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Univ Indonesia.
1. Konsep Modern Dressing

A. Konsep Dasar Dressing

Dressing luka merupakan media untuk mengontrol eksudat dan


memberikan kelembaban yang sesuai, oleh karena itu dresing luka tidak
hanya berfungsi menutup luka, tetapi juga membantu proses penyembuhan.
Dressing membantu proses tersebut baik secara aktif menyembuhkan luka,
maupun secara pasif dengan cara memberikan lingkungan yang ideal untuk
penyembuhan luka. Dressing luka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk
seperti lembaran, pita atau cairan gel. Pemilihan dressing luka merupakan
bagian strategi untuk berperang melawan “musuh” penghalang
penyembuhan luka. Pemilihan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :

1. Kompetensi dan pengalaman tenaga kesehatan (karena dokter memiliki latar belakang,
kepercayaan, dan kompetensi sendiri dalam memilih merawat luka)
2. Kondisi pasien
3. Kondisi lokal luka
4. Kriteria dan jenis dresing
5. Tujuan dan manfaat pemberian balutan

A. Prinsip dasar dressing Pada umumnya, terdapat 4 prinsip dasar dressing


1. Luka kering perlu hidrasi
2. Luka eksudat perlu absorpsi
3. Luka nekrotik perlu debridement (Autolitik debridement)
4. Luka terinfeksi perlu antimikroba

B. Kriteria dan tujuan Dressing yang ideal Balutan luka yang ideal seharusnya memenuhi hal-
hal berikut ini :
1. Mempercepat proses penyembuhan luka
2. Memungkinkan pertukaran gas
3. Memberikan barrier
4. Tidak meningkatkan infeksi
5. Tidak menyebabkan infeksi
6. Nyaman dipakai
7. Tidak mengganggu fungsi tubuh
8. Dapat beradaptasi pada bagian-bagian tubuh
9. Mengupayakan pengangkatan eksudat dan benda asing tanpa menimbulkan trauma terhadap
jaringan baru
10. Cost-effective

C. Macam- macam balutan


1. Balutan primer adalah balutan yang kontak langsung dengan luka
2. Balutan sekunder adalah balutan yang menutupi/ melapisi balutan primer

D. Fungsi balutan pada proses penyembuhan luka


a. Fase Inflamasi
Pada saat terjadi luka maka hal pertama yg akan terjadi adalah adanya peningkatan produksi
cairan yg mengandung sel mati, serpihan jaringan, kotoran & bakteri. Apabila jumlah cairan ini
berlebihan maka proses penyembuhan luka secara mekanis & biologis akan terhambat, selain itu
juga resiko infeksi akan meningkat Jenis balutan yang digunakan pada fase ini adalah jenis
balutan yang mempunyai kemampuan menyerap cairan atau eksudat serta kemampuan untuk
membersihkan luka secara efektif dari sel dan jaringan mati, kotoran dan bakteri karena tidak
semua komponen tersebut dpt dibersihkan secara natural dgn fagositosis.
b. Fase granulasi
Fase granulasi Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran sekret yg mengandung protein serta
jumlah kapiler rambut meningkat, hal yg sering terjadi yaitu pada saat mengganti balutan menjadi
lengket dgn luka sehingga pd saat diangkat, jaringan granulasi juga ikut terekspos & rusak.
Berdasarkan alasan diatas, jenis balutan yang tepat untuk fase ini adalah balutan yang sifatnya
tidak traumatik dan tidak lengket dengan luka, serta mempunyai kemampuan melindungi dari
kejadian infeksi.
c. Epitalisasi atau Poliferasi
Pada akhir fase ini akan terbentuk jaringan granulasi yang sudah matang dan permukaan luka
yang rata. Luka masih mengeluarkan sekret walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan dua fase sebelumnya. Hal yang harus dijaga adalah luka jangan sampai kering karena
apabila permukaan luka kering (scab forms) maka akan menghambat proses re- epitelisasi Kondisi
ini akan mengakibatkan sel epitel akan terjebak dibawahnya sehingga tidak bisa naik ke
permukaan luka, dan pada akhirnya proses penyembuhan luka menjadi lama. Jenis balutan yang
dapat digunakan pada fase ini adalah balutan yang dapat mempertahankan suasana luka yang
lembab dan tidak menyebabkan trauma.

Anda mungkin juga menyukai