HIPOGLIKEMIA
Oleh:
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul “HIPOGLIKEMIA”
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing kami, dr. Dora Sianturi, yang telah meluangkan waktunya
dalam laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam
penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini bermanfaat,
akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
2.1 Hipoglikemia...................................................................................4
2.1.1 Definisi...................................................................................4
2.1.2 Epidemiologi..........................................................................4
2.1.3 Etiologi...................................................................................4
2.1.5 Klasifikasi..............................................................................7
2.1.6 Patofisiologi...........................................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan...................................................................13
2.1.10 Prognosis............................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipoglikemia
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien diabetes melitus.
Sekitar 90% dari semua pasien yang menerima insulin mengalami episode
hipoglikemia. Kejadian hipoglikemia sangat bervariasi, namun pada
umumnya penderita diabetes mellitus tipe 1 memiliki rata-rata episode
hipoglikemia simtomatik per minggu dan per tahun. Diperkirakan 2-4% dari
mortalitas akibat diabetes melitus dikaitkan dengan hipoglikemia (Shafiee,
2012).
2.1.3 Etiologi
Hipoglikemia biasanya dibagi menjadi hipoglikemia pasa-makan
(reaktif), hipoglikemia puasa, dan hipoglikemia pada pasien rawat inap.
Hipoglikemia pasca-makan dapat disebabkan oleh hiperinsulinisme
pencernaan, intoleransi fruktosa herediter, galaktosemia, sensitivitas leusin,
dan idiopatik. Pada hipoglikemia puasa penyebab utamanya adalah
kurangnya produksi glukosa atau karena penggunaan glukosa yang
berlebihan, sedangkan pada hipoglikemia pasien rawat inap paling lazim
disebabkan oleh penggunaan obat (Longo, 2011).
- Autonomik
o Tanda
Rasa lapar
Berkeringat
Gelisah
Paresthesia
Palpitasi
Tremulousness
o Gejala
Pucat
Takikardia
Widened pulsepressure
- Neurogliopenik
o Tanda
Lemah
Lesu
Dizziness
Pusing
Confusion
Perubahan sikap
Gangguan kognitif
Pandangan kabur
diplopia
o Gejala
Cortical-blindness
Hipotermia
Kejang
Koma
1.1.5 Klasifikasi
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian
terkait dengan derajat keparahannya, yaitu: (Soelistidjo, 2015)
- Hipoglikemia berulang
1.1.6 Patofisiologi
Hipoglikemia dapat terjadi ketika kadar insulin dalam tubuh
berlebihan. Terkadang kondisi berlebih ini merupakan sebuah kondisi yang
terjadi setelah melakukan terapi diabetes mellitus. Selain itu, hipoglikemia
juga dapat disebabkan antibodi pengikat insulin, yang dapat mengakibatkan
tertundanya pelepasan insulin dari tubuh. Selain itu, hipoglikemia dapat terjadi
karena malproduksi insulin dari pankreas ketika terdapat tumor pankreas.
Setelah hipoglikemia terjadi, efek yang paling banyak terjadi adalah naiknya
nafsu makan dan stimulasi masif dari saraf simpatik yang menyebabkan
takikardi, berkeringat, dan tremor (Silbernagl dan Lang, 2010).
Ketika terjadi hipoglikemia tubuh sebenarnya akan terjadi mekanisme
homeostasis dengan menstimulasi lepasnya hormon glukagon yang berfungsi
untuk menghambat penyerapan, penyimpanan, dan peningkatan glukosa yang
ada di dalam darah. Glukagon akan membuat glukosa tersedia bagi tubuh dan
dapat meningkatkan proses glikogen dan glukoneogenesis. Akan tetapi,
glukagon tidak memengaruhi penyerapan dan metabolisme glukosa di dalam
sel (Carrol, 2007).
1.1.8 Penatalaksanaan
Tanda dan gejala hipoglikemia bervariasi dari satu orang dengan
orang lain. Orang dengan hipoglikemia pada diabetes mellitus harus
mengenal tanda-tanda dan gejala serta menggambarkannya kepada teman-
teman dan keluarga sehingga mereka dapat membantu jika diperlukan.
Staf di sekolah juga harus diberitahu bagaimana mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia pada anak dan bagaimana cara mengobatinya. Orang yang
mengalami hipoglikemia beberapa kali dalam seminggu harus menghubungi
pusat pelayanan kesehatan untuk mengatur perubahan dalam rencana
pengobatan, pengurangan obat atau pemberian obat yang berbeda, jadwal
baru untuk insulin atau obat-obatan, makan yang berbeda, atau rencana
kegiatan fisik yang baru apabila diperlukan (Fonseca, 2008).
a. Hipoglikemia ringan
1. Pemberian makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana).
2. Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain
yang berisi glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
3. Makanan yang mengandung lemak dapat memperlanbat respon respon
kenaikan glukosa darah.
4. Glukosa 15-20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah
terpi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glikometer harus dilakukan setelah
15 menit pemberian upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15
menit setelah pengobatan hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan
dapat diulang kembali.
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal,
pasien diminta untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia.
b. Hipoglikemia berat
1. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa
pemberian dekstrose 20 % sebanyak 50 cc (bila terpaksa bisa diberikan
dekstrose 40 % sebanyak 25 cc). Diikuti dengan infus D5% atau D10%.
2. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian IV tersebut. Bila kadar
glukosa darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang dekstrose 20
%.
3. Selanjutnya lakukan menitoring glukosa darah setiap 1-2 jamkalau masih
terjadi hipoglikemia berulang pemberia dekstrose 20 % dapat diulang
4. Lakukan evaluasi terhadap pemicu hipoglikemia.
a. Hipoglikemia ringan
1. 2-3 tablet glukosa, atau 2-3 sendok teh atau gula madu
b. Hipoglikemia berat
2. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar, jangan memberi makanan atau
minuman karena bisa berpotensi terjadi aspirasi.
1.1.10 Prognosis
IDENTITAS PASIEN
Nomor RM : 07.02.58
Umur : 62 tahun
Alamat : Pollung
ANAMNESIS PENYAKIT
dingin dan pusing di jumpai. Nyeri ulu hati dan mual dijumpai. Riwayat
Riwayat alergi :-
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital Sign
GCS = 14
Nadi : 79 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,5 C
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
cmH2O
Thoraks :
tidak terlihat
A. Darah Lengkap
Hb 9,1 13 - 16 g/dl
RBC 3.07 3,7-5,5 x 106/uL
WBC 4,73 3,37-8,38 x 103/uL
PLT 314.000 150-400 x 103/uL
Ht 25,3 40 - 48%
GDS 26 < 200 mg/dl
PENGOBATAN :
1. Tirah Baring
2. IVFD Dextrose 5% 20 gtt/i
3. Injeksi Dextrose 40% 1 flakon
4. Injeksi Mecobalamin 500 mg/12 jam
5. Injeksi Omeprazole 1 Amp/12 jam
6. Amlodipin 1 x 10 mg
7. Candesartan 1 x 8 mg
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 26-05-2021
S Lemas -
O Sens : CM HR : 78 x/i T:
36,7◦C TD : 140/90 mmHg RR :
22 x/i
Kepala : Mata anemis (-/-) ikterik
(-/-) Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax : Cor S1 S2 (+) Reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SP: vesikuler ST: ronkhi basah basal kedua paru
(-/-) Abdomen : Soepel, tympani, BU (+) peristaltis normal
Ekstremitas : CRT<3 detik, Akral hangat, edema (-/-)
KGD : 160 mg/dl
A Dm tipe 2
P Bed Rest
IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i
Injeksi Mecobalamin 500 mg/12 jam
Injeksi Omeprazole 1 Amp/12 jam
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Lantus 0-0-8
Novorapid 10-10-10
Tanggal 28-05-2021
S Lemas -
O Sens : CM HR : 82 x/i T:
36,6◦C TD : 147/89 mmHg RR :
22 x/i
Kepala : Mata anemis (-/-) ikterik
(-/-) Leher : TVJ R+2 cmH2O
Thorax : Cor S1 S2 (+) Reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo SP: vesikuler ST: ronkhi basah basal kedua paru
(-/-) Abdomen : Soepel, tympani, BU (+) peristaltis normal
Ekstremitas : CRT<3 detik, Akral hangat, edema (-/-)
KGDs : 156 mg/dl
A Dm tipe 2
P Bed Rest
Lansoprazole 1 x 30 mg
Sucralfate 3 x CII
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesartan 1 x 8 mg
Lantus 0-0-8
Novorapid 10-10-10
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI DISKUSI
Definisi dan Epidemiologi
Seorang wanita dibawa
Hipoglikemia adalah penurunan keluarganya ke UGD RS dengan
konsentrasi glukosa serum dengan atau keluhan lemas.
tanpa adanya gejala-gejala otonom.
Hipoglikemia ditandai dengan
menurunnya kadar glukosa darah < 70
mg/dl. (Soelistidjo, 2015)
Hipoglikemia biasanya ditemukan
pada pasien diabetes melitus. Sekitar 90%
dari semua pasien yang menerima insulin
mengalami episode hipoglikemia. Kejadian
hipoglikemia sangat bervariasi, namun
pada umumnya penderita diabetes mellitus
tipe 1 memiliki rata-rata episode
hipoglikemia simtomatik per minggu dan
per tahun. Diperkirakan 2-4% dari
mortalitas akibat diabetes melitus dikaitkan
dengan hipoglikemia (Shafiee, 2012).
Diagnosis
Anamnesis:
Menurut PERKENI tahun 2015, 30 menit sebelum masuk RS.
hipoglikemia ditandai dengan menurunnya
Sebelumnya pasien meminum obat
kadar glukosa darah < 70 mg/dl dengan
gula tetapi makan hanya sedikit. 30
atau tanpa adanya gejala- gejala sisten
otonom, seperti adanya Whipple’s triad: menit sebelum masuk RS pasien
Pemeriksaan fisik
GCS = 14
Nadi : 79
kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 36,5 C
Pemeriksaan Laboratorium
Hb 9,1
WBC 4,73
PLT 314.000
GDS 26 mg/dl
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
IGD
Menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (2015) pedoman tatalaksana 1. Tirah Baring
hipoglikemiaa adalah sebagai berikut: 2. IVFD Dextrose 5% 20 gtt/i
3. Injeksi Dextrose 40% 1 flakon
c. Hipoglikemia ringan
1. Pemberian 4. Injeksi Mecobalamin 500
makanan tinggi glukosa (karbohidrat mg/12 jam
sederhana).
5. Injeksi Omeprazole 1 Amp/12
2. Glukosa murni
jam
merupakan pilihan utama, namun bentuk
6. Amlodipin 1 x 10 mg
karbohidrat lain yang berisi glukosa juga
7. Candesartan 1 x 8 mg
efektif untuk menaikkan glukosa darah.
3. Makanan yang
mengandung lemak dapat memperlanbat
respon respon kenaikan glukosa darah.
4. Glukosa 15-20 g
(2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air
adalah terpi pilihan pada pasien dengan
hipoglikemia yang masih sadar
5. Pemeriksaan
glukosa darah dengan glikometer harus
dilakukan setelah 15 menit pemberian upaya
terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15
menit setelah pengobatan hipoglikemia masih
tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
6. Jika hasil
pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah
mencapai normal, pasien diminta untuk
makan atau mengkonsumsi snack untuk
mencegah berulangnya hipoglikemia.
d. Hipoglikemia berat
1. Jika didapat gejala
neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan
berupa pemberian dekstrose 20 % sebanyak
50 cc (bila terpaksa bisa diberikan dekstrose
40 % sebanyak 25 cc). Diikuti dengan infus
D5% atau D10%.
2. Periksa glukosa
darah 15 menit setelah pemberian IV tersebut.
Bila kadar glukosa darah belum mencapai
target, dapat diberikan ulang dekstrose 20 %.
3. Selanjutnya
lakukan menitoring glukosa darah setiap 1-2
jamkalau masih terjadi hipoglikemia berulang
pemberia dekstrose 20 % dapat diulang
Lakukan evaluasi terhadap pemicu
hipoglikemia
BAB VI
KESIMPULAN
Setiati S, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.