OLEH :
KELOMPOK XII
MASRIANI C012171008
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan lapang dada
kami menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan tugas
di masa yang akan datang. Akhirnya tim penyusun berharap makalah ini bisa
menjadi sumber referensi bagi insan akademik dan memberikan manfaat yang
Penyusun
Kelompok XII
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
A. Pengertian Diabetes Melitus ........................................................................ 4
B. Etiologi ......................................................................................................... 4
C. Manifestasi klinik......................................................................................... 5
D. Pathofisiologi ............................................................................................... 6
E. Pemeriksaan penunjang ................................................................................ 9
F. Penatanlaksanaan.......................................................................................... 9
G. Konsep keperawatan .................................................................................. 12
BAB III Analisa Kasus........................................................................................ 31
BAB IV Pembahasan .......................................................................................... 40
BAB VPenutup ................................................................................................... 45
A. Kesimpulan ................................................................................................ 45
B. Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(Kemenkes RI, 2014). Estimasi terakhir dari IDF bahwa diperkirakan terdapat
382 juta orang menderita diabetes pada tahun 2013 dan tahun 2035 jumlah
penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa yang
diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia
(Berber, Li-Ng, Taskin, & Samat, 2013; Goldman & Shcafer, 2012). Setiap
tahunnya jutaan orang mengalami efek buruk dari diabetes atau berada dalam
2015).
B. TUJUAN
gejala Hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015). Diabetes mellitus
mempunyai beberapa penyebab antara lain yaitu kelainan sel beta pankreas
yang gagal melepas insulin, pemasukan karbohidrat dan gula berlebihan,
obesitas dan kehamilan, gangguan sistem imunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel penyekresi insulin (Baradero, 2009).
Klasifikasi diabetes mellitus antara lain Diabetes mellitus tipe
I yang tergantung insulin (IDDM), diabetes mellitus tipe II yang tidak
tergantung insulin (NIDDM), dan diabetes mellitus karena sindroma lain
seperti defek genetik fungsi sel beta dan kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati, dan karena obat/ zat lain (Carlisle, 2005). Salah
satu komplikasi dari diabetes mellitus antara lain komplikasi akut seperti
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, dan sindroma hiperglikemia.
Komplikasi jangka panjang seperti gangguan retiopati, nefropati dan
neuropati (Baradero, 2009).
Hipoglikemia terjadi ketika glukosa darah turun di bawah 50
hingga 60 mg/dL, diakibatkan oleh terlalu banyak insulin atau penggunaan
agen hipoglikemik oral, pengurangan makanan yang berlebih, atau aktivitas
fisik yang berlebihan. Hipoglikemia dapat terjadi kapan saja, paling sering
sebelum makan, terutama jika makanan tertunda atau jika makanan ringan
dihilangkan (Johnson, 2010).
B. ETIOLOGI
Faktor yang memudahkan terjadinya hipoglikemia antara lain
pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya konsumsi makanan
utamanya karbohidrat baik karena menunda waktu makan ataupun
melewatkan jam makan, latihan fisik yang berlebih, konsumsi alkohol dan
situasi stress (Kedia, 2011).
C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi klinik dari penderita yang mengalami
hypoglikemia (Johnson, 2010) :
1. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: gejala
adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
2. Gejala hipoglikemik dapat terjadi tiba-tiba dan tidak terduga, dan
bervariasi dari orang ke orang.
3. Pasien yang memiliki glukosa darah dalam kisaran hiperglikemik (200
mg/dL atau lebih besar) mungkin terasa hipoglikemik dengan adrenergik
gejala ketika glukosa darah cepat turun menjadi 120 mg /dL (6,6 mmol/L)
atau kurang.
4. Pasien dengan kadar glukosa darah biasa dalam kisaran rendah normal
mungkin tidak mengalami gejala ketika glukosa darah perlahan-lahan
turun di bawah 50 mg/dL (2,7 mmol/L).
5. Menurunnya respons hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemia dapat
terjadi pada pasien yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun.
6. Pasien harus sering melakukan pemeriksaan glukosa darah.
7. Ketika glukosa turun, lonjakan adrenalin yang normal tidak terjadi, dan
pasien tidak merasakan gejala adrenergik yang biasa (berkeringat dan
gemetar).
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase sub
luminal dengan kadar gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar tiba-tiba.
Fase kedua adalah aktivasi dengan kadar gula darah 50-20 mg/dl yang
muncul gejala adrenergik seperti palpitasi, keringat berlebihan, tremor,
ketakutan, mual, muntah. Fase ketiga yaitu neurologi dengan kadar gula
darah < 20 mg/dl dengan adanya gangguan fungsi otak serta muncul gejala
pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, serta hilangnya skill
motorik halus (Mansjoer, 2010).
D. PATOFISIOLOGI
Hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin dan gangguan
pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II.
Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada
untuk memenuhi kebutuhan di otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan
dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
(Kedia, 2011).
Glukosa adalah bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.
Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi darah. Gangguan cadangan glukosa
dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL.
Penurunan konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
konsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah
batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologik (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal (Setyohadi, 2011).
Penurunan kadar glukosa dapat menurunkan perfusi perifer,
sehingga respon epinefrin akan merangsang lipolysis di jaringan lemak dan
proteolysis di otot yang akan menyebabkan berkeringat, gemetaran, akral
dingin, pingsan dan lemah. Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi
adalah sebuah tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat
menyebabkan gejala klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Setyohadi,
2011; Shafiee, Mohajeri-Tehrani, Pajouhi, & Larijani, 2012)
E. PATHWAY
HIPOGLIKEMI
Perfusi perifer
Jaringan otak Jaringan otot menurun Hipermetabolisme
seluler
G3 Perfusi jaringan
serebral Penumpukann asam Nafas bau
laktat pada otot aseton
Intoleransi aktifitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gula darah puasa.
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial.
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, terjadi peningkatan kreatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2
yaitu stadium permulaan (sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20
gram harus segera diberikan. Dapat berupa gula murni (idealnya dalam
bentuk tablet atau jelly) atau minuman yang mengandung glukosa seperti
jus buah segar.
Jika stadium lanjut (koma hipoglikemia) diberikan bolus D10%
yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2
flakon tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga pasien sadar. Dilanjutkan
dengan pemberian D10% per infus 6 jam/kolf. Bila belum teratasi dapat
diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau
glukagon 1 mg intravena. Untuk terapi hari selanjutnya pemberian
dekstrosa menyesuaikan dengan keadaan gula darah pasien.
Manajemen Keperawatan (Johnson, 2010)
1. Ajarkan pasien untuk mencegah hipoglikemia dengan mengikuti
konsisten, pola teratur untuk makan, pemberian insulin, dan berolahraga.
Anjurkan pasien untuk makan di antara makan dan snack sebelum tidur
untuk menangkal efek insulin maksimal.
2. Perkuat bahwa tes glukosa darah rutin dilakukan bahwa perubahan
kebutuhan insulin dapat diantisipasi dan dosis disesuaikan.
3. Mendorong pasien yang memakai insulin untuk memakai identifikasi
gelang atau tag yang menunjukkan mereka menderita diabetes.
4. Anjurkan pasien untuk memberi tahu dokter setelah hipoglikemia berat
telah terjadi.
5. Anjurkan pasien dan keluarga tentang gejala hipoglikemia dan
penggunaan glukagon.
6. Ajari keluarga bahwa hipoglikemia dapat menyebabkan irasional dan
perilaku yang tidak disengaja.
7. Ajarkan pasien pentingnya melakukan swa-monitor glukosa darah secara
teratur dan sering.
8. Ajarkan pasien dengan diabetes tipe 2 yang minum sulfonylurea oral
agen yang gejala hipoglikemia mungkin juga mengembangkan.
9. Pasien dengan diabetes harus membawa sejenis gula sederhana dengan
mereka setiap saat.
10. Pasien tidak dianjurkan mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan
tinggi lemak makanan pencuci mulut untuk mengobati hipoglikemia,
karena makanan ringan tinggi lemak dapat memperlambat penyerapan
glukosa.
2. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa keperawatan menurut NANDA (International,
2014), tujuan hasil NOC (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013)
dan intervensi keperawatan NIC (Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013) menurut Judith (2007) dan (Nurarif & Kusuma, 2015)
antara lain :
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak
c. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan
aktivitas jasmani
e. Resiko Syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit ke dalam
sel tubuh, hipovolemia
f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangrene)
g. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses
penyakit (diabetes mellitus)
h. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung
kemih, sfingter kuat dan poliuri
i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala
poliuria dan dehidrasi
j. Keletihan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Scenario
T.R. adalah seorang mahasiswi berusia 22 tahun yang tinggal di asrama.
Temannya menemukannya berkeliaran tanpa tujuan di sekitar kampus, dia tampak
pucat dan berkeringat. Dia melibatkan T.R. dalam percakapan dan menuntunnya
ke klinik medis kampus, tempat Anda bertugas. Teman tersebut menjelaskan
kepada anda bagaimana dia menemukan T.R. dan menyatakan bahwa T.R.
memiliki diabetes mellitus (DM) dan mengkonsumsi insulin. T.R. tidak memakai
tanda peringatan medis.
1. Menurut Anda apa yang terjadi dengan T.R.?
Glukosa adalah bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.
Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi darah. Gangguan pasokan glukosa
dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Penurunan kadar glukosa dapat menurunkan perfusi perifer, sehingga
respon epinefrin akan merangsang lipolysis di jaringan lemak dan proteolysis
di otot yang akan menyebabkan berkeringat, gemetaran, akral dingin, pingsan
dan lemah. Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi adalah sebuah
tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat menyebabkan gejala
klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Setyohadi, 2011; Shafiee et al.,
2012)
2. Apa tindakan pertama yang akan Anda lakukan?
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas
1) Nama : Nn. TR
2) TTL/Umur : 22 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Diagnosa Mds : DM, Hipoglikemia
b. Keluhan Utama: Kebingungan, pucat dan berkeringat
c. Riwayat Keluhan Utama:
- Nn.TR mengatakan bahwa dia terlambat masuk kelas sehingga hanya
sempat mengambil apel di jalan.
- Klien menderita diabetes melitus (DM) dan telah menjalani terapi
insulin.
d. Keluhan Yang Menyertai: -
e. Riwayat Kesehatan Lalu : Klien pernah mengalami gejala yang sama dan
hanya makan permen dan makan untuk mengatasi keluhan.
f. ADL
1) Nutrisi: klien menjalani diet kalori, 2000 kalori/ hari
2) Eliminasi:
3) Istirahat:
4) Personal Hygiene:
g. Psikososial dan spiritual:-
2. Pemeriksaan Fisik
a. TTV:
- TD: - ; HR: 85 kali/menit; RR: 16 kali/menit; Suhu: -
b. Inspeksi:
1) Klien tampak lemah
2) Wajah pucat
3) Klien nampak berkeringat
c. Palpasi:
1) Kulit berkeringat
d. Perkusi: (-)
e. Auskultasi: (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Kimia Darah
Hasil Lab Darah Rutin KB
4. Pengobatan
- 35 unit glargine (Lantus) insulin.
- 12 unit insulin regular.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik (Domain 2, kelas 4).
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak (Domain 4, kelas 4).
3. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus (Domain 4, kelas 4).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
(Domain 2, kelas 1).
5. Intervensi Keperawatan
2 Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan Monitor Tekanan Intra Kranial Pengaturan posisi
perfusi jaringan serebral selama 1x24 jam, kecukupan 1. Monitor status neurologis elevasi kepala sebesar
berhubungan dengan aliran darah melalui pembuluh 2. Monitor pasien TIK, dan reaksi 30o dalam 24 jam dapat
kurangnya suplai glukosa darah otak untuk perawatan neurologis serta rangsang mengurangi tekanan
ke otak, ditandai dengan: mempertahankan fungsi otak, lingkungan intra kranial secara
DO : dengan skala target outcome : 3. Monitor intake dan output significant (Ng, Lim, &
- Klien tampak lemah penurunan tingkat kesadaran 4. Monitor suhu dan jumlah WBC Wong, 2004)
- Klien tampak pucat dipertahankan pada level 3 ke 5. Periksa pasien terkait ada tidaknya
level 5 gejala kaku kuduk
- Klien tampak
6. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
berkeringat mengoptimalkan perfusi serebral
- Klien tidak sadarkan 7. Monitor efek rangsangan lingkungan
diri pada TIK
- Nadi: 85 kpm
- RR: 16 kpm
DS :
- Klien mengatakan
menderita DM
- Klien mengatakan
bingung
- Klien mengatakan
mengunakan insulin
3 Risiko penurunan perfusi Setelah dilakukan perawatan Manajemen sensasi perifer:
jaringan perifer selama 1x24 jam, perfusi 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
berhubungan dengan jaringan perifer adekuat, hanya peka terhadap
diabetes mellitus, ditandai dengan kriteria hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
dengan: Mendemonstrasikan 2. Monitor adanya presentese
DO: kemampuan kognitif yang 3. Instruksikan keluarga untuk
- Perubahan ditandai dengan: mengobservasi kulit jika ada isi atau
karakteristik kulit - Berkomunikasi dengan laserasi
(keringat berlebih, jelas dan sesuai dengan 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
lembab) kemampuan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
- Warna kulit pucat - Menunjukkan perhatian, punggung
konsentrasi dan orientasi 6. Monitor kemampuan BAB dan BAK
DS: - Memproses informasi 7. Kolaborasi pemberian analgetik
- Klien mengatakan - Membuat keputusan 8. Monitor pemberian analgetik
menderita DM dengan benar 9. Monitor adanya tromboplebitis
- Klien mengatakan 10. Diskusikan mengenai penyebab
menggunakan insulin Menunjukkan fungsi sensori perubahan sensasi
motori cranial yang utuh:
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan involunter.
4 Ketidakseimbangan Setelah perawatan 1x24 jam Manajemen Hipoglikemia Pemberian glucagon
nutrisi: kurang dari status nutrisi : asupan nutrisi 1. Identifikasi pasien yang berisiko sesuai indikasi
kebutuhan tubuh untuk memenuhi kebutuhan- mengalami hipoglikemia. memiliki keuntungan
berhubungan dengan kebutuhan metabolik adekuat 2. Kenali tanda dan gejala hipoglikemia ekonomi karna akan
kurang asupan makanan, dengan skala target outcome: 3. Monitor kadar glukosa darah sesuai mengurangi jumlah
ditandai dengan : asupan karbohidrat dengan indikasi. pasien yang dirawat,
DS : dipertahankan pada level 3 4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia meredakan kecemasan,
- Klien mengatakan ditingkatkan ke level 5 5. Berikan sumber karbohidrat sederhana, glucagon kit mudah
terlambat, sehingga sesuai indikasi digunakan dan
6. Berikan glucagon, sesuai indikasi menunjukkan risiko
dia mengambil apel di
7. Berikan glukosa secara intravena, sesuai terhadap efek
jalan indikasi pengobatan sangat
8. Instruksikan pasien untuk selalu rendah. (Kedia, 2011)
DO : menyediakan sumber karbohidrat
- Klien nampak pucat sederhana.
- Glukosa > 50 mg/dL 9. Instruksikan pasien untuk mendapatkan
identitas pasien DM dan selalu
membawanya
10. Bantu pasien dalam menentukan
keputusan dalam rangka pencegahan
hipoglikemia
11. Dorong pasien untuk selalu memonitor
kadar glukosa darahnya.
12. Modifikasi target kadar glukosa darah
untuk mencegah hipoglikemia, disaat
hipoglikemia tidak terjadi.
6. Evaluasi
Proses keperawatan sering digambarkan sebagai proses bertahap. Proses
keperawatan dikatakan efektif bila pencapaian hasil teridentifikasi dan dievaluasi
sebagai penilaian pada status pasien (Heather, 2015)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia).
B. Saran
a) Bagi klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemia
serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala klinis yang menyebabkan
terjadinya hipoglikemia.
b) Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan literature dalam
menangani pasien dengan hipoglikemia bagi institusi pendidikan sebagai bahan
acuan untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan mahasiswa terhadap
penyakit hipoglikemia.
c) Bagi instansi pendidikan
Agar dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan,serta dapat
merencanakan kegatan pendidikan dalam konteks asuhan keperawatan secara
menyeluruh,khususnya pada pasien hipoglikemia.
d) Bagi mahasiswa
Menambah ilmu dan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipoglikemia sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa praktik.
DAFTAR PUSTAKA