Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : KMB LANJUT II

STUDI KASUS HIPERGLIKEMIA DAN HIPOGLIKEMIA

OLEH :

KELOMPOK XII

MASRIANI C012171008

MUHRAWI YUNDING C012171042

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan

tersusunnya makalah kelompok “ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENDERITA HIPOGLIKEMIA” dari berbagai macam sumber/refensi yaitu

beberapa buku dan jurnal penelitian.

Kami sebagai tim penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan lapang dada

kami menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan tugas

di masa yang akan datang. Akhirnya tim penyusun berharap makalah ini bisa

menjadi sumber referensi bagi insan akademik dan memberikan manfaat yang

banyak bagi para pembaca. Amin.

Penyusun

Kelompok XII
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
A. Pengertian Diabetes Melitus ........................................................................ 4
B. Etiologi ......................................................................................................... 4
C. Manifestasi klinik......................................................................................... 5
D. Pathofisiologi ............................................................................................... 6
E. Pemeriksaan penunjang ................................................................................ 9
F. Penatanlaksanaan.......................................................................................... 9
G. Konsep keperawatan .................................................................................. 12
BAB III Analisa Kasus........................................................................................ 31
BAB IV Pembahasan .......................................................................................... 40
BAB VPenutup ................................................................................................... 45
A. Kesimpulan ................................................................................................ 45
B. Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang

kronik akibat terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah

(Kemenkes RI, 2014). Estimasi terakhir dari IDF bahwa diperkirakan terdapat

382 juta orang menderita diabetes pada tahun 2013 dan tahun 2035 jumlah

tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, sedangkan di

Indonesia sendiri menurut Badan Pusat Statistik tahun 2003, diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa yang

menderita diabetes. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka

diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia

diatas 20 tahun (Kemenkes RI, 2014; PERKENI, 2015).

Diabetes merupakan penyakit kronis yang kompleks, membutuhkan

perawatan yang berkelanjutan dengan strategi pengurangan risiko multifaktor.

Pasien yang sedang menjalani pendidikan dan dukungan manajemen mandiri

sangat penting untuk mencegah komplikasi akutdan mengurangi resiko jangka

panjang komplikasi (American Diabetes Association (ADA), 2017).

Hipoglikemia adalah efek samping yang paling sering terjadi akibat

terapi penurunan glukosa darah pada pasien DM dan pengontrolan glukosa

darah secara intensif selalu meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia berat

(Gruden et al., 2012). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1


dengan angka kejadian 10% - 30% pasien per tahun dengan angka kematian 3-

4%, sedangkan pada DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2 % pasien pertahun

(Berber, Li-Ng, Taskin, & Samat, 2013; Goldman & Shcafer, 2012). Setiap

tahunnya jutaan orang mengalami efek buruk dari diabetes atau berada dalam

kondisi komplikasi jangka panjang dan komplikasi jangka pendek yang

mengancam jiwa terutama kondisi hipoglikemia (International Diabetes

Federation, 2011). Sebagai penyakit akut DM tipe 2, hipoglikemia paling

sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI,

2015).

B. TUJUAN

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses

asuhan keperawatan pada pasien yang menderita DM dan sedang mengalami

gejala Hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015). Diabetes mellitus
mempunyai beberapa penyebab antara lain yaitu kelainan sel beta pankreas
yang gagal melepas insulin, pemasukan karbohidrat dan gula berlebihan,
obesitas dan kehamilan, gangguan sistem imunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel-sel penyekresi insulin (Baradero, 2009).
Klasifikasi diabetes mellitus antara lain Diabetes mellitus tipe
I yang tergantung insulin (IDDM), diabetes mellitus tipe II yang tidak
tergantung insulin (NIDDM), dan diabetes mellitus karena sindroma lain
seperti defek genetik fungsi sel beta dan kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati, dan karena obat/ zat lain (Carlisle, 2005). Salah
satu komplikasi dari diabetes mellitus antara lain komplikasi akut seperti
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, dan sindroma hiperglikemia.
Komplikasi jangka panjang seperti gangguan retiopati, nefropati dan
neuropati (Baradero, 2009).
Hipoglikemia terjadi ketika glukosa darah turun di bawah 50
hingga 60 mg/dL, diakibatkan oleh terlalu banyak insulin atau penggunaan
agen hipoglikemik oral, pengurangan makanan yang berlebih, atau aktivitas
fisik yang berlebihan. Hipoglikemia dapat terjadi kapan saja, paling sering
sebelum makan, terutama jika makanan tertunda atau jika makanan ringan
dihilangkan (Johnson, 2010).
B. ETIOLOGI
Faktor yang memudahkan terjadinya hipoglikemia antara lain
pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya konsumsi makanan
utamanya karbohidrat baik karena menunda waktu makan ataupun
melewatkan jam makan, latihan fisik yang berlebih, konsumsi alkohol dan
situasi stress (Kedia, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi klinik dari penderita yang mengalami
hypoglikemia (Johnson, 2010) :
1. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: gejala
adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
2. Gejala hipoglikemik dapat terjadi tiba-tiba dan tidak terduga, dan
bervariasi dari orang ke orang.
3. Pasien yang memiliki glukosa darah dalam kisaran hiperglikemik (200
mg/dL atau lebih besar) mungkin terasa hipoglikemik dengan adrenergik
gejala ketika glukosa darah cepat turun menjadi 120 mg /dL (6,6 mmol/L)
atau kurang.
4. Pasien dengan kadar glukosa darah biasa dalam kisaran rendah normal
mungkin tidak mengalami gejala ketika glukosa darah perlahan-lahan
turun di bawah 50 mg/dL (2,7 mmol/L).
5. Menurunnya respons hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemia dapat
terjadi pada pasien yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun.
6. Pasien harus sering melakukan pemeriksaan glukosa darah.
7. Ketika glukosa turun, lonjakan adrenalin yang normal tidak terjadi, dan
pasien tidak merasakan gejala adrenergik yang biasa (berkeringat dan
gemetar).
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari tiga fase yaitu fase sub
luminal dengan kadar gula darah 60-50 mg/dl gejala rasa lapar tiba-tiba.
Fase kedua adalah aktivasi dengan kadar gula darah 50-20 mg/dl yang
muncul gejala adrenergik seperti palpitasi, keringat berlebihan, tremor,
ketakutan, mual, muntah. Fase ketiga yaitu neurologi dengan kadar gula
darah < 20 mg/dl dengan adanya gangguan fungsi otak serta muncul gejala
pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, serta hilangnya skill
motorik halus (Mansjoer, 2010).

D. PATOFISIOLOGI
Hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin dan gangguan
pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme
pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II.
Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada
untuk memenuhi kebutuhan di otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan
dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
(Kedia, 2011).
Glukosa adalah bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.
Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi darah. Gangguan cadangan glukosa
dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL.
Penurunan konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
konsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah
batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologik (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas
normal (Setyohadi, 2011).
Penurunan kadar glukosa dapat menurunkan perfusi perifer,
sehingga respon epinefrin akan merangsang lipolysis di jaringan lemak dan
proteolysis di otot yang akan menyebabkan berkeringat, gemetaran, akral
dingin, pingsan dan lemah. Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi
adalah sebuah tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat
menyebabkan gejala klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Setyohadi,
2011; Shafiee, Mohajeri-Tehrani, Pajouhi, & Larijani, 2012)
E. PATHWAY

Factor DM insulin Lain-lain Asupan karbohidrat Penyakit


genetik >> kurang kronis

HIPOGLIKEMI

Penurunan suplai glukosa Hiperaktifitas seluler


kejaringan & seluler pd penyakit kronis

Perfusi perifer
Jaringan otak Jaringan otot menurun Hipermetabolisme
seluler

Unmetabolisme Pemecahan Respon epinefrin


Penyerapan glukosa
otak glukagon/glikogen
vaskuler >>
Lipolisis dan
Proteolisis di Otot
Iskemik jaringan otak Metabolisme anaerob
Glikolisis dlm hepar
inadekuat
Keringat, akral dingin,
Penurunan Nyeri Gemetar dn pingsan
fungsi/kesa Kepala
Gangguan
daran
Ketidakstabilan keseimbangan
Gangguan nutrisi
glukosa darah
Gangguan rasa nyaman
fs.sensorik Nyeri
Menghasilkan Menghasilkan
asam laktat Badan keton

G3 Perfusi jaringan
serebral Penumpukann asam Nafas bau
laktat pada otot aseton

Kelemahan Mual muntah


muskuloskeletal

Intoleransi aktifitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gula darah puasa.
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial.
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, terjadi peningkatan kreatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2
yaitu stadium permulaan (sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20
gram harus segera diberikan. Dapat berupa gula murni (idealnya dalam
bentuk tablet atau jelly) atau minuman yang mengandung glukosa seperti
jus buah segar.
Jika stadium lanjut (koma hipoglikemia) diberikan bolus D10%
yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2
flakon tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga pasien sadar. Dilanjutkan
dengan pemberian D10% per infus 6 jam/kolf. Bila belum teratasi dapat
diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau
glukagon 1 mg intravena. Untuk terapi hari selanjutnya pemberian
dekstrosa menyesuaikan dengan keadaan gula darah pasien.
Manajemen Keperawatan (Johnson, 2010)
1. Ajarkan pasien untuk mencegah hipoglikemia dengan mengikuti
konsisten, pola teratur untuk makan, pemberian insulin, dan berolahraga.
Anjurkan pasien untuk makan di antara makan dan snack sebelum tidur
untuk menangkal efek insulin maksimal.
2. Perkuat bahwa tes glukosa darah rutin dilakukan bahwa perubahan
kebutuhan insulin dapat diantisipasi dan dosis disesuaikan.
3. Mendorong pasien yang memakai insulin untuk memakai identifikasi
gelang atau tag yang menunjukkan mereka menderita diabetes.
4. Anjurkan pasien untuk memberi tahu dokter setelah hipoglikemia berat
telah terjadi.
5. Anjurkan pasien dan keluarga tentang gejala hipoglikemia dan
penggunaan glukagon.
6. Ajari keluarga bahwa hipoglikemia dapat menyebabkan irasional dan
perilaku yang tidak disengaja.
7. Ajarkan pasien pentingnya melakukan swa-monitor glukosa darah secara
teratur dan sering.
8. Ajarkan pasien dengan diabetes tipe 2 yang minum sulfonylurea oral
agen yang gejala hipoglikemia mungkin juga mengembangkan.
9. Pasien dengan diabetes harus membawa sejenis gula sederhana dengan
mereka setiap saat.
10. Pasien tidak dianjurkan mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan
tinggi lemak makanan pencuci mulut untuk mengobati hipoglikemia,
karena makanan ringan tinggi lemak dapat memperlambat penyerapan
glukosa.

G. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien hipoglikemi antara
lain :
a. Pengkajian primery survey ABCD dengan hasil yang meliputi:
1) Tidak ada gangguan jalan nafas
2) Frekuensi nafas > 24 x/menit
3) Nafas tersengal-sengal
4) Hipotensi
5) Bradikardi
6) Nadi teraba lemah
7) Hipotermi
8) Akral dingin
9) Anemiscapillary refill kembali < 2 detik
10) Tremor
11) Lemas
12) Gelisah
13) Penurunan kesadaran.
b. Pada pengkajian sekundary survey AMPLE ditemukan hasil antara
lain :
1) Pasien mengkonsumsi insulin per-oral maupun per-IV
2) Penggunaan sulfonylurea
3) Intake makan kurang.
4) Pengkajian head to toe:
a) Palpitasi
b) Keringat berlebihan
c) Tremor
d) Ketakutan
e) Pusing
f) Pandangan kabur
g) Ketajaman mental menurun
h) Akral dingin
i) Anemis dan hilangnya skill motorik halus.
c. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang) yang utama adalah
pemeriksaan GDS < 60 mg/dl.
d. Pengkajian riwayat penyakit dahulu dan keluarga juga diperlukan
untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus atau tidak (Baradero, 2009).

2. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa keperawatan menurut NANDA (International,
2014), tujuan hasil NOC (Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013)
dan intervensi keperawatan NIC (Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013) menurut Judith (2007) dan (Nurarif & Kusuma, 2015)
antara lain :
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak
c. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan
aktivitas jasmani
e. Resiko Syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit ke dalam
sel tubuh, hipovolemia
f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangrene)
g. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses
penyakit (diabetes mellitus)
h. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung
kemih, sfingter kuat dan poliuri
i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala
poliuria dan dehidrasi
j. Keletihan
BAB III
TINJAUAN KASUS

Scenario
T.R. adalah seorang mahasiswi berusia 22 tahun yang tinggal di asrama.
Temannya menemukannya berkeliaran tanpa tujuan di sekitar kampus, dia tampak
pucat dan berkeringat. Dia melibatkan T.R. dalam percakapan dan menuntunnya
ke klinik medis kampus, tempat Anda bertugas. Teman tersebut menjelaskan
kepada anda bagaimana dia menemukan T.R. dan menyatakan bahwa T.R.
memiliki diabetes mellitus (DM) dan mengkonsumsi insulin. T.R. tidak memakai
tanda peringatan medis.
1. Menurut Anda apa yang terjadi dengan T.R.?
Glukosa adalah bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak.
Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat
sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi darah. Gangguan pasokan glukosa
dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Penurunan kadar glukosa dapat menurunkan perfusi perifer, sehingga
respon epinefrin akan merangsang lipolysis di jaringan lemak dan proteolysis
di otot yang akan menyebabkan berkeringat, gemetaran, akral dingin, pingsan
dan lemah. Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi adalah sebuah
tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat menyebabkan gejala
klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Setyohadi, 2011; Shafiee et al.,
2012)
2. Apa tindakan pertama yang akan Anda lakukan?

Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2 yaitu


stadium permulaan (sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20 gram harus
segera diberikan. Dapat berupa gula murni (idealnya dalam bentuk tablet atau
jelly) atau minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar.
3. Jika tidak ada meter glukosa yang tersedia, apakah Anda akan merawat T.R.
Dengan asumsi dia hiperglikemik atau hipoglikemik? Jelaskan alasan Anda.
TR mengalami hipoglikemia, dengan asumsi TR sedang menderita
DM, salah satu komplikasi dari DM adalah hipoglikemia dengan gejala
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut (Setyohadi, 2011) antara lain:
a. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
b. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.
4. Bacaan glukosa di atas adalah 50 mg / dL. Apa tindakanmu selanjutnya?
Pemberian glukosa oral 10-20 gram, dapat berupa gula murni atau
pemberian minuman mengandung glukosa seperti jus buah.
5. Saat Anda memasuki ruangan untuk mengelola jus, T.R. tidak responsif Apa
yang harus kamu lakukan.
Berikan bolus D10% yang diikuti pemberian larutan glukosa 40%
melalui intravena sebanyak 2 flakon tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga
pasien sadar
6. T.R. bernapas dengan frekuensi 16 kali/menit, memiliki denyut nadi 85
kali/menit dan teratur, namun tetap tidak responsif. Karena sumber rawat
jalan bervariasi, jelaskan tindakan Anda selanjutnya jika :
a. Klinik Anda dilengkapi dengan baik untuk keadaan darurat atau.
Pemberian D10% per infus 6 jam/kolf. Bila belum teratasi dapat
diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau
glukagon 1 mg intravena. Untuk terapi hari selanjutnya pemberian
dekstrosa menyesuaikan dengan keadaan gula darah pasien (Kedia,
2011).
b. Klinik Anda tidak memiliki persediaan darurat.
Segera rujuk ke rumah sakit dengan menghubungi pusat layanan
emergency.

STUDI KASUS KEMAJUAN


Beberapa menit setelah dekstrosa diberikan, T.R. mulai terbangun. Dia menjadi
sadar dan bertanya dimana dia dan apa yang terjadi padanya Anda
mengarahkannya, dan kemudian menjelaskan apa yang telah terjadi.
7. Pertanyaan apa yang akan Anda ajukan untuk mencari tahu apa yang memicu
kejadian ini?
a. Apakah anda tahu apa yang telah terjadi pada diri anda?
b. Bagaimana perasaan anda saat ini? Bisa anda ceritakan apa yang terjadi
sebelum anda berada di tempat ini?
c. Apa yang anda rasakan saat itu?
d. Apa yang biasa anda lakukan jika mengalami kondisi seperti itu?
e. Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan? Bisa anda sebutkan!
f. Apakah anda mengetahui tentang kondisi anda saat ini?
8. Tindakan lebih lanjut apa yang perlu Anda lakukan?
a. Tetap memantau keadaan umum dan hemodinamik T.R.
b. Menganjurkan untuk beristirahat
c. Memantau kembali kadar gula darah T.R. sesuai kebutuhan

STUDI KASUS KEMAJUAN


T.R. memberitahu Anda ia mengambil 35 unit glargine (Lantus) insulin dan 12
unit insulin reguler (Humulin R) di 0745. Dia bilang dia terlambat masuk kelas,
jadi dia hanya mengambil apel di jalan. Dia menambahkan bahwa dia memiliki
dua yang serupa episode gula darah rendah di masa lalu. Dia memperlakukan
mereka dengan makan permen dan kemudian makan. Dia berkata dia sedang
menjalani diet berkalori 2000 kalori, karbohidrat (CHO) tetapi telah memeriksa
kadar glukosa darahnya. setiap "beberapa hari" saja.
9. Berdasarkan pengetahuan anda tentang jenis insulin T.R. sedang menerima,
kapan kamu harapkan, T.R. mengalami reaksi hipoglikemik?
Jawab: Sepengatahuan saya, Insulin regular (Humulin R) yang
dikombinasikan dengan Insulin Lantus tidak digunakan secara bersamaan.
Insulin regular biasanya digunakan 30 menit sebelum makan di pagi dan
siang hari, sedangkan Insulin Lantus itu digunakan sebelum tidur (jam 22.00)
di malam hari. Melihat kasus diatas, tidak dijelaskan kapan waktu
penggunaan insulinnya. Terutama untuk insulin regular 12 unit, apakah
diberikan sekali dosis dan waktunya kapan diberikan tidak dijelaskan pada
kasus. Semisalnya insulin diberikan di pagi hari, maka reaksi hipoglikemik
akan terjadi di siang hari. Begitupun sebaliknya jika insulin regular itu
diberikan di siang hari, maka akan mengalami reaksi hipoglikemik di pagi
hari.
10. Kesalahan umum apa yang terjadi pada episode hipoglikemia yang diobati
sebelumnya adalah T.R. membuat?
Jawab:
 T.R. menggunakan 35 unit Glargine (Lantus) insulin dan 12 unit insulin
reguler (Humulin R)tanpa mengukur kadar gula darah dan berkonsultasi
dengan petugas kesehatan terlebih dahulu.
 Karena T.R. terlambat masuk kelas, maka dia mengkonsumsisebuah apel
di jalan. Apel diketahui baik untuk penderita diabetes untuk mengurangi
kadar gula darah, karena kandungan indeks glikemik yang rendah. Tapi
pada kasus ini, T.R. mengalami hipoglikemia, yang artinya buah apel
tidak tepat untuk dikonsumsi olehnya karena akan menurunkan kadar
gula darah ke level yang lebih rendah lagi.
 T.R. telah dua kali mengalami kejadian serupa sebanyak dua kali di masa
lalu, dan T.R. diberikan permen, kemudian makanan. Tapi tidak
dijelaskan jenis permen seperti apa yang T.R. konsumsi (manis, mint,
atau gum), dan tidak dilakukan pengontrolan terhadap kadar gula darah
sejak kejadian tersebut secara rutin.
 T.R. sedang menjalani diet berkalori 2000 kalori, karbohidrat (CHO)
tetapi tidak rutin memeriksa kadar glukosa darahnya setiap hari. 2.000
kalori sama dengan 250 gram karbohidrat. Dan karbohidrat dikenal
sebagai sumber energi utama tubuh (Kedia, 2011), maka diet rendah
karbohidrat dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah secara
drastis. Oleh karena itu, T.R. harus mengotrol ketat kadar gula darahnya
setiap hari selama menjalani diet tersebut.
11. Cantumkan setidaknya empat poin penting yang akan Anda stres dalam
mendiskusikan rencana pengajaran Anda dengan T.R.
Jawab :
a. Monitoring kadar gula darah setiap hari
b. Pengaturan jadwal dan diit nutrisi T.R.
c. Jadwal penggunaan Insulin yang tepat.
d. Pengaturan jadwal olahraga yang teratur
12. Anda akan mengenali bahwa T.R. memahami pengajaran Anda mengenai
hipoglikemia jika ia menyatakan:
a. "Jika saya terlalu sakit untuk makan, saya tidak akan mengkonsumsi
insulin sampai saya merasa lebih baik."
b. "Saya akan berolahraga sebelum makan dan minum insulin jadi saya
tidak kram."
c. "Saya perlu makan dalam waktu tiga puluh menit untuk mengkonsumsi
insulin rutin (Humulin R)."
d. "Hanya beberapa jenis minuman beralkohol tertentu yang akan
mempengaruhi kadar glukosa darah saya."
e. Jawab:
f. “Saya perlu makan dalam waktu tiga puluh menit setelah mengkonsumsi
insulin regular (Humulin R)”.
g. Disaat T.R. mengatakan pernyataan seperti di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa T.R. telah memahami kapan waktu yang tepat untuk
menggunakan insulin regular (Humulin R), yaitu 30 menit sebelum
makan.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas
1) Nama : Nn. TR
2) TTL/Umur : 22 Tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Diagnosa Mds : DM, Hipoglikemia
b. Keluhan Utama: Kebingungan, pucat dan berkeringat
c. Riwayat Keluhan Utama:
- Nn.TR mengatakan bahwa dia terlambat masuk kelas sehingga hanya
sempat mengambil apel di jalan.
- Klien menderita diabetes melitus (DM) dan telah menjalani terapi
insulin.
d. Keluhan Yang Menyertai: -
e. Riwayat Kesehatan Lalu : Klien pernah mengalami gejala yang sama dan
hanya makan permen dan makan untuk mengatasi keluhan.
f. ADL
1) Nutrisi: klien menjalani diet kalori, 2000 kalori/ hari
2) Eliminasi:
3) Istirahat:
4) Personal Hygiene:
g. Psikososial dan spiritual:-
2. Pemeriksaan Fisik
a. TTV:
- TD: - ; HR: 85 kali/menit; RR: 16 kali/menit; Suhu: -
b. Inspeksi:
1) Klien tampak lemah
2) Wajah pucat
3) Klien nampak berkeringat
c. Palpasi:
1) Kulit berkeringat
d. Perkusi: (-)
e. Auskultasi: (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Lab Kimia Darah
Hasil Lab Darah Rutin KB
4. Pengobatan
- 35 unit glargine (Lantus) insulin.
- 12 unit insulin regular.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik (Domain 2, kelas 4).
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak (Domain 4, kelas 4).
3. Risiko penurunan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
diabetes mellitus (Domain 4, kelas 4).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
(Domain 2, kelas 1).
5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention Classification Evidence Based


. (International, 2014) Classsification (Moorhead (Bulechek et al., 2013) Practice
et al., 2013)
1 Ketidakstabilan kadar Setelah perawatan 1x24 jam, Manajemen Hipoglikemia : olahraga intensitas
glukosa darah, ditandai tingkat kadar glukosa dalam 1. Monitor kadar glukosa darah sesuai tinggi (HIE) per
dengan : plasma dan urin berada dalam dengan indikasi minggu dapat menjadi
latihan yang efisien
DO : rentang normal, dengan skala 2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia
waktu strategi untuk
- Klien tampak lemah target outcome: glukosa darah 3. Berikan sumber karbohidrat sederhana membantu mengontrol
- Klien tampak pucat dipertahankan pada level 3, sesuai indikasi glukosa darah pada
- Klien tampak ditingkatkan ke level 5. 4. Berikan glukosa secara intravena, sesuai pasien diabetes
berkeringat indikasi dan meningkatkan
5. Pertahankan kepatenan jalan nafas, jika sensitivitas insulin
diperlukan pada orang dewasa
DS : 6. Instruksikan pasien dan orang terdekat nondiabetes, Therapy
- Klien mengatakan mengenai tanda dan gejala, faktor risiko ini dapat menurunkan
menderita DM dan penanganan hipoglikemia resiko hipoglikemia.
- Klien mengatakan 7. Instruksikan pasien untuk selalu patuh (Peter Adams, 2013)
menggunakan insulin
terhadap diitnya, terapi insulinnya, dan
melakukan olahraga/aktifitas fisik.

2 Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan Monitor Tekanan Intra Kranial Pengaturan posisi
perfusi jaringan serebral selama 1x24 jam, kecukupan 1. Monitor status neurologis elevasi kepala sebesar
berhubungan dengan aliran darah melalui pembuluh 2. Monitor pasien TIK, dan reaksi 30o dalam 24 jam dapat
kurangnya suplai glukosa darah otak untuk perawatan neurologis serta rangsang mengurangi tekanan
ke otak, ditandai dengan: mempertahankan fungsi otak, lingkungan intra kranial secara
DO : dengan skala target outcome : 3. Monitor intake dan output significant (Ng, Lim, &
- Klien tampak lemah penurunan tingkat kesadaran 4. Monitor suhu dan jumlah WBC Wong, 2004)
- Klien tampak pucat dipertahankan pada level 3 ke 5. Periksa pasien terkait ada tidaknya
level 5 gejala kaku kuduk
- Klien tampak
6. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
berkeringat mengoptimalkan perfusi serebral
- Klien tidak sadarkan 7. Monitor efek rangsangan lingkungan
diri pada TIK
- Nadi: 85 kpm
- RR: 16 kpm

DS :
- Klien mengatakan
menderita DM
- Klien mengatakan
bingung
- Klien mengatakan
mengunakan insulin
3 Risiko penurunan perfusi Setelah dilakukan perawatan Manajemen sensasi perifer:
jaringan perifer selama 1x24 jam, perfusi 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
berhubungan dengan jaringan perifer adekuat, hanya peka terhadap
diabetes mellitus, ditandai dengan kriteria hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
dengan:  Mendemonstrasikan 2. Monitor adanya presentese
DO: kemampuan kognitif yang 3. Instruksikan keluarga untuk
- Perubahan ditandai dengan: mengobservasi kulit jika ada isi atau
karakteristik kulit - Berkomunikasi dengan laserasi
(keringat berlebih, jelas dan sesuai dengan 4. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
lembab) kemampuan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
- Warna kulit pucat - Menunjukkan perhatian, punggung
konsentrasi dan orientasi 6. Monitor kemampuan BAB dan BAK
DS: - Memproses informasi 7. Kolaborasi pemberian analgetik
- Klien mengatakan - Membuat keputusan 8. Monitor pemberian analgetik
menderita DM dengan benar 9. Monitor adanya tromboplebitis
- Klien mengatakan 10. Diskusikan mengenai penyebab
menggunakan insulin  Menunjukkan fungsi sensori perubahan sensasi
motori cranial yang utuh:
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan involunter.
4 Ketidakseimbangan Setelah perawatan 1x24 jam Manajemen Hipoglikemia Pemberian glucagon
nutrisi: kurang dari status nutrisi : asupan nutrisi 1. Identifikasi pasien yang berisiko sesuai indikasi
kebutuhan tubuh untuk memenuhi kebutuhan- mengalami hipoglikemia. memiliki keuntungan
berhubungan dengan kebutuhan metabolik adekuat 2. Kenali tanda dan gejala hipoglikemia ekonomi karna akan
kurang asupan makanan, dengan skala target outcome: 3. Monitor kadar glukosa darah sesuai mengurangi jumlah
ditandai dengan : asupan karbohidrat dengan indikasi. pasien yang dirawat,
DS : dipertahankan pada level 3 4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia meredakan kecemasan,
- Klien mengatakan ditingkatkan ke level 5 5. Berikan sumber karbohidrat sederhana, glucagon kit mudah
terlambat, sehingga sesuai indikasi digunakan dan
6. Berikan glucagon, sesuai indikasi menunjukkan risiko
dia mengambil apel di
7. Berikan glukosa secara intravena, sesuai terhadap efek
jalan indikasi pengobatan sangat
8. Instruksikan pasien untuk selalu rendah. (Kedia, 2011)
DO : menyediakan sumber karbohidrat
- Klien nampak pucat sederhana.
- Glukosa > 50 mg/dL 9. Instruksikan pasien untuk mendapatkan
identitas pasien DM dan selalu
membawanya
10. Bantu pasien dalam menentukan
keputusan dalam rangka pencegahan
hipoglikemia
11. Dorong pasien untuk selalu memonitor
kadar glukosa darahnya.
12. Modifikasi target kadar glukosa darah
untuk mencegah hipoglikemia, disaat
hipoglikemia tidak terjadi.
6. Evaluasi
Proses keperawatan sering digambarkan sebagai proses bertahap. Proses
keperawatan dikatakan efektif bila pencapaian hasil teridentifikasi dan dievaluasi
sebagai penilaian pada status pasien (Heather, 2015)

No. Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan perawatan terkait
kadar glukosa darah ketidakstabilan kadar glukosa darah pada
pasien menunjukkan :
1. Kadar glukosa darah > 125mg/dL
(penderita diabetes)
2. Tidak terdapat tanda dan gejala
hipoglikemia
3. Selalu membawa sumber karbohidrat
sederhana
4. Melibatkan keluarga terdekat dalam dalam
penanganan hipoglikemia
5. Pasien selalu patuh terhadap diit, terapi
insulin, dan rutin berolahraga
2 Risiko Setelah dilakukan perawatan terkait risiko
ketidakefektifan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
perfusi jaringan pada pasien menunjukkan :
serebral
1. Klien mampu menunjukkan status
neurologis
2. Klien mampu memonitor reaksi perawatan
neurologis dan rangsang lingkungan
3. Klien mampu memonitor intake dan
output
4. Klien mampu menunjukkan adanya gejala
kaku kuduk
5. Klien mampu menyesuaikan kepala
tempat tidur untuk mengoptimalkan
perfusi serebral
6. Klien mampu memonitor efek rangsangan
lingkungan pada TIK
3 Risiko penurunan Setelah dilakukan perawatan terkait risiko
perfusi jaringan penurunan perfusi jaringan perifer pada
perifer pasien menunjukkan:
1. Klien mampu memonitor adanya daerah
yang peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Klien mampu memonitor adanya
presentese
3. Klien dan keluarga mampu mengobservasi
kulit dari isi atau laserasi
4. Klien mampu menggunakan sarung
tangan
5. Klien mampu membatasi gerakan kepala,
leher, dan punggung
6. Klien mampu memonitor kemampuan
BAK dan BAB
7. Klien mampu mendiskusikan adanya
perubahan sensasi
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan perawatan terkait
nutrisi : kurang dari ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan pada pasien menunjukkan :
1. Klien mampu mengenali tanda dan gejala
hipoglikemia
2. Klien mampu mengontrol kadar glukosa
darah
3. Klien mampu menyediakan sumber
karbohidrat sederhana
4. Klien mampu mendapatkan identitas
pasien DM dan selalu membawanya
5. Klien mampu mengontrol kadar glukosa
darah dengan rutin
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang
kesadaran (syok hipoglikemia).
B. Saran
a) Bagi klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemia
serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala klinis yang menyebabkan
terjadinya hipoglikemia.
b) Bagi petugas kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan literature dalam
menangani pasien dengan hipoglikemia bagi institusi pendidikan sebagai bahan
acuan untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan mahasiswa terhadap
penyakit hipoglikemia.
c) Bagi instansi pendidikan
Agar dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan,serta dapat
merencanakan kegatan pendidikan dalam konteks asuhan keperawatan secara
menyeluruh,khususnya pada pasien hipoglikemia.
d) Bagi mahasiswa
Menambah ilmu dan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipoglikemia sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai mahasiswa praktik.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2017). Standard of medical care in diabetes -


2017. Diabetes Care, 40 (sup 1)(January), s4–s128. https://doi.org/10.2337/dc17-
S001
Berber, E., Li-Ng, M., Taskin, H., & Samat, A. (2013). Evaluation of hypoglycemia.
Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) (Sixth). Siingapore: Elseviers Singapore Pte
Ltd.
Goldman, L., & Shcafer, A. I. (2012). Hypoglycemia (disorder). Elsevier Inc.
Gruden, G., Barutta, F., Chaturvedi, N., Schalkwijk, C., Stehouwer, C. D., Witte, D. R.,
… Bruno, G. (2012). Severe hypoglycemia and cardiovascular disease incidence in
type 1 diabetes: The EURODIAB prospective complications study. Diabetes Care,
35(7), 1598–1604. https://doi.org/10.2337/dc11-1531
Heather, H. T. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan : Defenisi &
Klasifikasi 2015-2017 (Edisi 10). Jakarta: EGC.
International, N. (2014). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015–2017.
(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (Tenth Edit). United Kingdom: Wiley-
Blackwell.
International Diabetes Federation. (2011). IDF Diabetes Atlas 5th edition. Media.
https://doi.org/10.1007/978-90-481-3271-3
Johnson, J. Y. (2010). Handbook for Brunner & Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing. https://doi.org/10.1002/1521-3773(20010316)40:6<9823::AID-
ANIE9823>3.3.CO;2-C
Kedia, N. (2011). Treatment of severe diabetic hypoglycemia with glucagon: an
underutilized therapeutic approach. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity :
Targets and Therapy, 4, 337–46. https://doi.org/10.2147/DMSO.S20633
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. https://doi.org/24427659
Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran (4th ed.). Jakarta: Media Aesculapius.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Measurement of Health Outcomes (Fifth). Siingapore:
Elseviers Singapore Pte Ltd.
Ng, I., Lim, J., & Wong, H. B. (2004). Effects of Head Posture on Cerebral
Hemodynamics: Its Influences on Intracranial Pressure, Cerebral Perfusion
Pressure, and Cerebral Oxygenation. Neurosurgery, 54(3), 593–598.
https://doi.org/10.1227/01.NEU.0000108639.16783.39
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. (Yudha, Budi, & Oskar, Eds.). Jogyakarta:
Mediaction Jogja.
PERKENI, P. E. I. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia 2015.
Peter Adams, O. (2013). The impact of brief high-intensity exercise on blood glucose
levels. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, 6, 113–
122. https://doi.org/10.2147/DMSO.S29222
Setyohadi, B. (2011). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam.
Shafiee, G., Mohajeri-Tehrani, M., Pajouhi, M., & Larijani, B. (2012). The importance
of hypoglycemia in diabetic patients. Journal of Diabetes and Metabolic
Disorders, 11(1). https://doi.org/10.1186/2251-6581-11-17

Anda mungkin juga menyukai