Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG/PENDAHULUAN

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga waktu yang berbeda. Seseorang akan disebut hipertensi jika tekanan darah sistolnya
lebih tinggi dari 140 mmHg atau jika tekanan darah diastole lebih tinggi dari 90 mmHg
(Corwin,2001). Sedangkan menurut Joint National Committee mendefinisikan hipertensi
merupakan tekanan darah sistol lebih tinggi dari 140 mmHg atau jika tekanan darah diastole
lebih tinggi dari 90 mmHg dan sedang menjalani pengobatan/ mengkonsumsi obat anti
hipertensi. Tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg lebih lanjut dikategorikan ke dalam 2
stage yaitu stage 1 (140-159/90-99 mmHg) atau stage 2 (≥160/100mmHg). Meskipun tekanan
darah yang kurang dari 140/90 mmHg masuk dalam kategori normal, namun Joint National
Committee memasukkan ke dalam kategori pre-hipertensi, yaitu rentang tekanan darah 120-
139/80-89 mmHg (Bacon, Sherwood, Hinderliter, & Blumenthal, 2004).

Hipertensi menjadi faktor utama penyebab penyakit kardiovaskuler terhadap sekitar satu
juta orang di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian di dunia (Fagard, 2007).
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menunjukkan bahwa satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang. Bahkan
diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar pada tahun 2025
(Adib,2009). Hipertensi membunuh hampir 8 milyar orang setiap tahun di dunia (WHO,2015).
Prevalensi hipertensi nasioanal berdasarkan Risdakes 2018 sebesar 34,1%. Menurut data BPJS
Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni Rp2,8
triliun pada 2014, lalu naik menjadi Rp3,8 triliun pada 2015 kemudian pada tahun 2016
meningkat menjadi Rp4,2 triliun. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
besar dan serius di seluruh dunia karena merupakan penyebab dari berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain. Selain itu, hipertensi merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung,
stroke dan ginjal. Bahkan menurut WHO, 2018 hipertensi juga dapat mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah, kebutaan, gagal ginjal dan gangguan kognitif.

Hipertensi sering disebut silent killer (pembunuh diam-diam) karena seseorang bisa
mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tanpa disadari sehingga menyebabkan kerusakan
organ vital yang berat bahkan dapat menyebabkan kematian (Adib, 2009). Jika penyakit ini tidak
ditangani sesegara mungkin , maka dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain yang ditakuti
masyarakat seperti stroke, serangan jantung, edema paru, gagal ginjal, kebutaan dan pendengaran
menurun (Soeryoko, 2010). Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk menangani kasus
hipertensi mulai dari pencegahan sampai pada pengobatan. Pengobatan masa kini lebih banyak
ke non farmakologi seperti latihan fisik ataupun terapi komplementer.

Upaya non farmakologi untuk menangani hipertensi semakin dipilih masyarakat saat ini
karena tidak ada efek samping dan lebih terjangaku, bahkan ada yang sama sekali tidak
membutuhkan biaya sedikit pun. Selain itu terapi non farmakologi dipilih karena tidak semua
obat hipertensi efektif untuk semua orang dan ada beberapa orang yang tidak bisa taat untuk
mengkonsumsi obatnya (Bacon et al., 2004). Di antara beberapa terapi yang dipilih adalah
latihan fisik termasuk latihan aerobik.

Latihan aerobik menjadi panduan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi yang direkomendasikan oleh negara-negara Eropa dan di Amerika serta World Health
Organization(Article, 2017). Gerakan –gerakan pada senam aerobik bervariasi yang utama
adalah gerakan dasar pada kaki dan jalan yang dapat memenuhi kriteria continous, rhythmical,
interval, progresif dan endurance (CRIPE) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Senam aerobik bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan jantung, paru-paru, menguatkan otot-
otot tubuh,, membakar kalori dan kelenturan (Susanto, 2008).

Dari beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa dengan latihan aerobik secara teratur
mampu menurunkan tekanan darah pasien. Latihan aerobik ( berjalan biasa, jogging, berenang
dan bersepeda) secara teratur menunjukkan hasil yang dapat menurunkan tekanan darah serta
dapat meningkatkan kesehatan secara umum dan peningkatan ketahanan terhadap faktor risiko
penyakit kardiovaskuler (Effect, Aerobik, Exercise, Bp, & Individuals, 2016). Namun demikian
latihan aerobik belum memasyarakat.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melakukan rivew sistematis tentang efektivitas
latihan aerobik yang teratur terhadap penurunan tekanan darah baik sitolik maupun diastolic pada
pasien hipertensi yang diterbitkan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai