Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN

HIPOGLIKEMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
Dosen Pengampu : Ns. Ella Nurlaela, S.Kep., M.kep.

Disusun Oleh :

Putri Azzahra 8801210021

DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN 2023 / 2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, dan juga berterimakasih kepada ibu Ns. Ella
Nurlaela, S.Kep., M.Kep yang telah memberikan tugas sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat dengan judul “Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien Hipoglikemia”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................5
2.1 Konsep Teori Keperawatan Gawat Darurat pada Hipoglikemia...................................5
2.1.1 Definisi.................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi.................................................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi & Pathway.......................................................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinis.................................................................................................10
2.1.5 Klasifikasi.............................................................................................................10
2.1.6 Data Penunjang.....................................................................................................11
2.1.7 Penatlaksanaan......................................................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Hipoglikemia................................14
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................16
2.3 Kasus.............................................................................................................................19
BAB III PENUTUP...........................................................................................................23
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................23
3.2 Saran..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab
kematian di Indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian
adalah diabetes mellitus. Diabetes milittus utamanya dikarenakan pola hidup yang tidak
sehat (Eko, 2012). Salah satu komplikasi akut yang sering dialami penderita diabetes
adalah hipoglikemia (Maria, 2021).
Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang bersifat emergensi yang memerlukan
penangana yang cepat dan tepat. Apabila tidak dapat penanganan dengan cepat akan
menimbulkan konsekuensi klinis yang berat seperti gangguan kognitif, penurunan
kesadaran dan fapat memicu penyakit kardiovaskuar, bahkan menyebabkan kegagalan
fungsi otak bahkan kematian (Mansyur, 2018). Dimana keadaan tubuh denga kadar
glukosa sewaktu dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan (Smeltzer, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka apat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa definisi dari hipoglikemia?
2. Apa yang menyebabkan hipoglikemia?
3. Bagaimana patofisiologi dari hipoglikemia?
4. Bagaimana pathway dari hipohlikemia?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hipoglikemia?
6. Apa saja klasifikasi dari hipoglikemia?
7. Apa saja penatalaksanaan pada pasien hipoglikemia?
8. Apa saja pemeriksaan data penunjang pasien hipoglikemia?
9. Apa saja pengkajian yang dilakukan pada pasien hipoglikemia?
10. Bagaikana perencanaan pada pasien hipoglikemia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan asuhan keperawatan ini antara lain:
1. Tujuan Umum.
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien
hipoglikemia.

3
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui definisi hipoglikemia.
b. Mahasiswa/i mampu mengetahui etiologi hipoglikemia.
c. Mahasiswa/i mampu mengetahui patofisiologi dan pathway hipoglikemia.
d. Mahasiswa/i mampu mengetahui manifestasi klinis hipoglikemia.
e. Mahasiswa/i mampu mengetahui penaalaksanaan hipoglikemia.
f. Mahasiswa/i mampu mengetahui data penunjang diagnostic hipoglikemia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Keperawatan Gawat Darurat pada Hipoglikemia
2.1.1. Definisi
Salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah hipoglikemia. Hipoglikemia disebut sebagai penurunan kadar gula darah
dengan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, ini dapat terjadi
karena aktivitas fisik, ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, dan obat-
obatan yang digunakan. Gejala klinis hipoglikemia antara lain penderita merasa
lemas, pusing, gemetar, berkeringat dingin, pandangan menjadi kabur atau gelap, dan
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar glukosa dalam darah yaitu < 50
mg/dl atau bahkan < 40 mg/dl (Rahardjo, 2012).

2.1.2 Etiologi
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat yang ingin dimasukan harus sesuai dengan kondisi
gula darah saat itu. Kadang-kadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya
sebelum menyuntikan obat, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar
gula darah saat itu. Pasien harus memiliki alat pemeriksaan gula darah karena ini
berguna untuk sebelum menyuntikan insulin suntik.
2. Makan terlalu sedikit atau lupa makan.
Pada penderita diabetes harus mengkonsumsi obat insulin, waktu kerja obat
yang cepat yaitu sesaat sebelum makan dan obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari. Makanan yang dikomsumsi harus diseimbangi karena berpengaruh pada kadar
insulin dalam darah. Jika mengkonsumsi makanan yang kurang, maka keseimbangan
ini akan terganggu dan menyebabkan hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Beraktifitas berat atau olahraga lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Jadi, saat berakifitas akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
turunnya kadar glukosa darah. Ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar
glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

5
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Kadar glukosa darah akan turun akibat minuman alkohol karena mengganggu
pengeluaran glukosa dari hati.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika salah
mengkonsumsi obat misalnya meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka
saat bangun pagi akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Pada penderita diabetes dengan menggunakan suntikan insulin tiap hari
dianjurkan untuk merubah lokasi suntikan. Karena dengan menyuntikan obat dalam
waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Maka
penebalan ini akan menyebabkan lambatnya penyerapan insulin.
7. Waktu pemberian obat dan makanan yang salah.
Sebaiknya obat insulin dikonsumsi harus dengan waktu yang dianjurkan.
Dengan mengetahui kapan obat harus disuntik atau diminum membuat kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
8. Gangguan hormonal.
Gangguan hormon glucagon terkadang di alami oleh penderita diabetes. Jika
kadar gula ini turun terlalu rendah horomon ini berfungsi meningkatkan kadar gula.
Tanpa hormon glucagon ini maka pengendalian kadar gula darah akan menjadi
terganggu.
9. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meski penderita saat ini sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin ini tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

Faktor Resiko Hipoglikemia


1. Bayi prematur dan lebih bulan
2. Neonatus yang bear untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)

6
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

2.1.3 Patofisiologi dan Pathway


Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit,
namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu
banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah
ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf&saraf di dalam
system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang disuplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3,6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada
diabetes ketoasidosis.
 dehidrasi
 kehilangan elektrolit
 asidosis

7
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua faktor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama
air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh
urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5
liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-
sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-
tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di
daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada
hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer, 2001).

8
Pathway

9
2.1.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
a. Fase pertama
Gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom dihipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar
banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turn 50 mg%).

b. Fase kedua yaitu


Gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya ganguan fungsi otak,
gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilan motoric yang halus, penurunan kesadaran, kejang-kejang dan koma
(glukosa darah 20 mg%).

Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidal khas yaitu:


1. Perubahan tingkah laku
2. Serangan sinkop yang mendadak
3. Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
4. Keringat berlebihan waktu tidur malam
5. Bangun malam untuk makan
6. Hemiplegi/ afasia sepintas
7. Angina pectoris tapa kelainan arteri koronaria

2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi hipoglikemia terbagi menjadi tiga yaitu, hipoglikemi ringan, hipoglikem
sedang dan hipoglikemi berat (Nugroho, 2015)
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)

10
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg / dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

2.1.6 Data Penunjang Diagnostik


Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut
Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala
klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostik
c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam <
200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi
glukosa.
f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan
gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa
darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes

11
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut:
a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/di.
b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr
Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/ dI.

2. Penanganan Hipoglikemia
a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus
buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2
jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks. Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pula pankreas,
yang merangsang pembentukan sejumlah bear glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glucagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti rakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1mg glucagon yang
singka (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu 5 sampai 15 menit. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi

12
glikogenolisis yang terjadi.

c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
d. Terapi hipoglikemia
KADAR GLUKOSA (mg/dl) TERAPI HIPOGLIKEMIA (dengan rumus 3-
2-1)
<30 mg/dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 3 falkon
30-60 mg/dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 2 fakon
60-100 mg dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 1 falkon

Fllow up:
1. Periksa kadar gula darah lagi30 menit sesudah injeksi IV.
2. Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat diberikan 1 flakon
lagi sampai 2sampai 3 kali untuk mencapai kadar >120 mg/dl.

e. Penangan kegawatdaruratan hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah
penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun
minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.

13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon
manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan
dapat berhubungan dengan klien, keluarga juga orang terdekat atau masyarakat.
Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam
mengurangi/mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan
data secara sistematis, memilih dan mengatur data yang dikumpulkan dan
mendokumentasikan data dalam format yang didapat. Untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan (Tarwoto, 2006).

2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis dan no. RM, sedangkan identitas
penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat dan hubungan dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.

b. Riwayat penyakit sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan
apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.

c. Riwayat penyakit dahulu

14
Kaji adanya penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis
hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan
hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alkohol, aktivitas
fisik yang dilakukan dan asupan makanan.

d. Riwayat penyakit keluarga


Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia seperti
diabetes mellitus, hepatitis dll.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
1) Pernafasan (B1) pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat, nafas
berbau aseton.
2) Kardiovaskuler (B2) Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski
suhu normal, perubahan TD postural, hipotensi, nadi menurun, ulkus
pada kaki dan penyembuhan luka yang lama.
3) Persyarafan (B3) Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda,
parestesia bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma, letargi,
gangguan memori, reflek tendon menurun, penurunan sensasi.
4) Perkemihan (B4) Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes
mellitus, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi oliguria/anuria bila
terjadi hipovolemia berat, glukosuria.
5) Pencernaan (B5) Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,
bising usus meningkat, polifagi dan polidipsi, Rasa lapar timbul akibat
efek pelepasan epinefrin (adrenalin).
6) Muskuloskeletal dan integument (B6) Kelemahan dan mudah capek saat
melakukan aktivitas, sulit bergerak, kulit/membrane mukosa kering.

Pengkajian (ABCDE)
a) Airway (jalan napas).

15
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b) Breathing (pernapasan).
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c) Circulation (sirkulasi).
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi
lemah, tekanan darah menurun.
d) Disability (kesadaran).
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e) Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena
hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita
menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hipoglikemia
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d benda asing dalam jalan nafas
3. Pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan.
4. Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan
5. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Resiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipoglikemia
kadar glukosa darah keperawatan diharapkan Observasi
kestabilan kadar glukosa  Identifkasi tanda dan gejala
darah meningkat dengan hipoglikemia
kriteria hasil :  Identifikasi kemungkinan
 Kesadaran meningkat penyebab hipoglikemia
 Mengantuk menurun Terapeutik

 Lelah/lesu menurun  Berikan karbohidrat sederhana,

 Kadar glukosa dalam jika perlu

darah membaik  Batasi glucagon, jika perlu


 Berikan karbohidrat kompleks
16
dan protein sesuai diet
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Pertahankan akses IV, jika
perlu
 Hubungi layanan medis, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan membawa
karbohidrat sederhana setiap
saat
 Anjurkan memakai identitas
darurat yang tepat
 Anjurkan monitor kadar
glukosa darah
 Anjurkan berdiskusi dengan tim
perawatan diabetes tentang
penyesuaian program
pengobatan
 Jelaskan interaksi antara diet,
insulin/agen oral, dan olahraga
 Anjurkan pengelolaan
hipoglikemia(tanda dan gejala,
faktor risiko dan pengobatan
hipoglikemia)
 Ajarkan perawatan mandiri
untuk mencegah hipoglikemia
(mis. mengurangi insulin atau
agen oral dan/atau
meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dextros,
jika perlu
17
 Kolaborasi pemberian
glucagon, jika perlu
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif keperawatan diharapkan Observasi
bersihan jalan nafas  Monitor pola napas (frekuensi,
meningkat dengan kriteria kedalaman, usaha napas)
hasil :  Monitor bunyi napas tambahan
 Dyspnea menurun (mis. Gurgling, mengi,
 Ortopnea menurun weezing, ronkhi kering)

 Frekuensi nafas  Monitor sputum (jumlah,

membaik warna, aroma)

 Pola nafas membaik Terapeutik


 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.

18
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

2.3 Kasus

Keluarga mengatakan sekitar 15 menit sebelum masuk Rumah Sakit IGD


klien pingsan. Klien terlihat lemas, klien tampak pucat, akral dingin, klien tampak
berkeringat, ketika bernafas terlihat retraksi dinding dada dan pola nafas klien
tampak reguler dengan Respiratory Rate (RR) 28x/menit. Klien mengatakan kepala
terasa pusing, pusing terasa senut- senut dengan skala 6, klien mengatakan pusing
sering muncul, pusing terasa berat ketika klien beraktivitas dan ekspresi wajah klien
tampak tegang dan klien tampak memegangi kepala.

Pengkajian Primery Survey ABCDE, dengan hasil yang meliputi :

a. Airway: Tidak ada gangguan jalan nafas, jalan nafas bersih, tidak ada obstruksi,
tidak ada sekret, suara paru vesikuler.
b. Breathing: Frekuensi nafas 28 x/menit, klien tampak bernafas menggunakan otot
aksesoris

c. Circulation: Akral teraba dingin dengan suhu 35,8 oC, capilery refill 3 detik, nadi
teraba lemah, klien tampak pucat dan klien tampak berkeringat.

d. Disability: Terjadi penurunan kesadaran, tremor, lemas, gelisah, pupil isokor.

e. Exposure : Tidak ada ruam, tidak ada perdarahan, tidak ada edema, membran
mukosa kering

4.1.1 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya depresan pusat pernapasan,
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penurunan produksi energi metabolik,

19
4.1.2 Tujuan Keperawatan

1. Dx 1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya depresan pusat pernapasan.

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 60 menit pola


nafas kembali efektif

 Kriteria hasil : RR 16-24 x/menit, ekspansi dada normal, sesak nafas hilang /
berkurang, tidak suara nafas abnormal

2. Dx 2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan produksi


energi metabolik.

 Tujuan : Kadar glukosa darah stabil

 Kriteria hasil : GDS normal 70-120 mg/dl

4.1.3 Intervensi Keperawatan


1. Dx 1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya depresan pusat pernapasan.

PEMANTAUAN RESPIRASI

Observasi

 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas

 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,


hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)

 Monitor kemampuan batuk efektif

 Monitor adanya produksi sputum

 Monitor adanya sumbatan jalan napas

 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

 Auskultasi bunyi napas

 Monitor saturasi oksigen

 Monitor nilai AGD

20
 Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Dx 2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan penurunan produksi


energi metabolik.

MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA

Observasi

 Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia

 Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia

Terapeutik

 Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu

 Batasi glucagon, jika perlu

 Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet

 Pertahankan kepatenan jalan nafas

 Pertahankan akses IV, jika perlu

 Hubungi layanan medis, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat

 Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat

21
 Anjurkan monitor kadar glukosa darah

 Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian program


pengobatan

 Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahraga

 Anjurkan pengelolaan hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko dan


pengobatan hipoglikemia)

 Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. mengurangi


insulin atau agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu

 Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.


Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 50 mg/dL. Hanya 20%
hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan
gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih
mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Gejala yang sering di alami
hipoglikemia yang sering terjadi yaitu lemas, sering merasa ngantuk, dan sering sakit
kepala. Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal dengan cara olahraga secara teratur,
hindari strees atau gangguan emosional lainnya, perhatikan pola makan, dan selalu disiplin
minum obat sesuai anjuran dokter,

3.2 Saran

Kesadaran mengontrol gula darah merupakan cara yang terbaik dilakukan oleh
masyarakat, saya sangat menyarankan agar masyarakat sadar akan penyakit yang timbul
jika tidak mengontrol gula darah masing-masing. Saya harap makalah ini bias menjadi
tambahan refrensi pengetahuan mengenai hipoglikemia.

23
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Diabetes Melitus di Ruang Kirana
Rumah Sakit TK. III DR. Soetarto Yogyakarta (Doctoral dissertation, poltekkes
kemenkes yogyakarta).
Syarli, S., & Maulina, Y. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia Pada
Diabetes Melitus di RSUD Embung Fatimah Kota Batam. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 6(4).
MUSTIKA, N. R. W. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. Y
DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II (HIPOGLIKEMI) DI INSTALASI
GAWAT.
Taufan Nugroho, B. T. (2020). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokjs SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai