HIPOGLIKEMIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
Dosen Pengampu : Ns. Ella Nurlaela, S.Kep., M.kep.
Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, dan juga berterimakasih kepada ibu Ns. Ella
Nurlaela, S.Kep., M.Kep yang telah memberikan tugas sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat dengan judul “Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien Hipoglikemia”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui definisi hipoglikemia.
b. Mahasiswa/i mampu mengetahui etiologi hipoglikemia.
c. Mahasiswa/i mampu mengetahui patofisiologi dan pathway hipoglikemia.
d. Mahasiswa/i mampu mengetahui manifestasi klinis hipoglikemia.
e. Mahasiswa/i mampu mengetahui penaalaksanaan hipoglikemia.
f. Mahasiswa/i mampu mengetahui data penunjang diagnostic hipoglikemia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Keperawatan Gawat Darurat pada Hipoglikemia
2.1.1. Definisi
Salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah hipoglikemia. Hipoglikemia disebut sebagai penurunan kadar gula darah
dengan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, ini dapat terjadi
karena aktivitas fisik, ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, dan obat-
obatan yang digunakan. Gejala klinis hipoglikemia antara lain penderita merasa
lemas, pusing, gemetar, berkeringat dingin, pandangan menjadi kabur atau gelap, dan
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia).
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar glukosa dalam darah yaitu < 50
mg/dl atau bahkan < 40 mg/dl (Rahardjo, 2012).
2.1.2 Etiologi
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat yang ingin dimasukan harus sesuai dengan kondisi
gula darah saat itu. Kadang-kadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya
sebelum menyuntikan obat, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar
gula darah saat itu. Pasien harus memiliki alat pemeriksaan gula darah karena ini
berguna untuk sebelum menyuntikan insulin suntik.
2. Makan terlalu sedikit atau lupa makan.
Pada penderita diabetes harus mengkonsumsi obat insulin, waktu kerja obat
yang cepat yaitu sesaat sebelum makan dan obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari. Makanan yang dikomsumsi harus diseimbangi karena berpengaruh pada kadar
insulin dalam darah. Jika mengkonsumsi makanan yang kurang, maka keseimbangan
ini akan terganggu dan menyebabkan hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Beraktifitas berat atau olahraga lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Jadi, saat berakifitas akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
turunnya kadar glukosa darah. Ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar
glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
5
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Kadar glukosa darah akan turun akibat minuman alkohol karena mengganggu
pengeluaran glukosa dari hati.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika salah
mengkonsumsi obat misalnya meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka
saat bangun pagi akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Pada penderita diabetes dengan menggunakan suntikan insulin tiap hari
dianjurkan untuk merubah lokasi suntikan. Karena dengan menyuntikan obat dalam
waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Maka
penebalan ini akan menyebabkan lambatnya penyerapan insulin.
7. Waktu pemberian obat dan makanan yang salah.
Sebaiknya obat insulin dikonsumsi harus dengan waktu yang dianjurkan.
Dengan mengetahui kapan obat harus disuntik atau diminum membuat kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
8. Gangguan hormonal.
Gangguan hormon glucagon terkadang di alami oleh penderita diabetes. Jika
kadar gula ini turun terlalu rendah horomon ini berfungsi meningkatkan kadar gula.
Tanpa hormon glucagon ini maka pengendalian kadar gula darah akan menjadi
terganggu.
9. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meski penderita saat ini sudah merasa baikan tetapi belum
menjamin ini tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
6
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi
cadangan kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
7
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua faktor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama
air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh
urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5
liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-
sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-
tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di
daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada
hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer, 2001).
8
Pathway
9
2.1.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
a. Fase pertama
Gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom dihipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar
banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turn 50 mg%).
2.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi hipoglikemia terbagi menjadi tiga yaitu, hipoglikemi ringan, hipoglikem
sedang dan hipoglikemi berat (Nugroho, 2015)
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
10
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg / dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
11
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut:
a. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/di.
b. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr
Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/ dI.
2. Penanganan Hipoglikemia
a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa
darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam
bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus
buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2
jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks. Bila pasien
mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat,
pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak
dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pula pankreas,
yang merangsang pembentukan sejumlah bear glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glucagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti rakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1mg glucagon yang
singka (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu 5 sampai 15 menit. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi
12
glikogenolisis yang terjadi.
c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien
sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
d. Terapi hipoglikemia
KADAR GLUKOSA (mg/dl) TERAPI HIPOGLIKEMIA (dengan rumus 3-
2-1)
<30 mg/dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 3 falkon
30-60 mg/dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 2 fakon
60-100 mg dl Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 1 falkon
Fllow up:
1. Periksa kadar gula darah lagi30 menit sesudah injeksi IV.
2. Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat diberikan 1 flakon
lagi sampai 2sampai 3 kali untuk mencapai kadar >120 mg/dl.
13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon
manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan
dapat berhubungan dengan klien, keluarga juga orang terdekat atau masyarakat.
Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam
mengurangi/mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan
data secara sistematis, memilih dan mengatur data yang dikumpulkan dan
mendokumentasikan data dalam format yang didapat. Untuk itu diperlukan
kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan (Tarwoto, 2006).
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis dan no. RM, sedangkan identitas
penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
14
Kaji adanya penyakit yang diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis
hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan
hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alkohol, aktivitas
fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)
1) Pernafasan (B1) pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat, nafas
berbau aseton.
2) Kardiovaskuler (B2) Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski
suhu normal, perubahan TD postural, hipotensi, nadi menurun, ulkus
pada kaki dan penyembuhan luka yang lama.
3) Persyarafan (B3) Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda,
parestesia bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma, letargi,
gangguan memori, reflek tendon menurun, penurunan sensasi.
4) Perkemihan (B4) Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes
mellitus, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi oliguria/anuria bila
terjadi hipovolemia berat, glukosuria.
5) Pencernaan (B5) Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,
bising usus meningkat, polifagi dan polidipsi, Rasa lapar timbul akibat
efek pelepasan epinefrin (adrenalin).
6) Muskuloskeletal dan integument (B6) Kelemahan dan mudah capek saat
melakukan aktivitas, sulit bergerak, kulit/membrane mukosa kering.
Pengkajian (ABCDE)
a) Airway (jalan napas).
15
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b) Breathing (pernapasan).
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c) Circulation (sirkulasi).
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi
lemah, tekanan darah menurun.
d) Disability (kesadaran).
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e) Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena
hipoglikemi adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita
menemukan adanya luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
18
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2.3 Kasus
a. Airway: Tidak ada gangguan jalan nafas, jalan nafas bersih, tidak ada obstruksi,
tidak ada sekret, suara paru vesikuler.
b. Breathing: Frekuensi nafas 28 x/menit, klien tampak bernafas menggunakan otot
aksesoris
c. Circulation: Akral teraba dingin dengan suhu 35,8 oC, capilery refill 3 detik, nadi
teraba lemah, klien tampak pucat dan klien tampak berkeringat.
e. Exposure : Tidak ada ruam, tidak ada perdarahan, tidak ada edema, membran
mukosa kering
19
4.1.2 Tujuan Keperawatan
Kriteria hasil : RR 16-24 x/menit, ekspansi dada normal, sesak nafas hilang /
berkurang, tidak suara nafas abnormal
PEMANTAUAN RESPIRASI
Observasi
20
Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Edukasi
MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA
Observasi
Terapeutik
Edukasi
21
Anjurkan monitor kadar glukosa darah
Kolaborasi
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kesadaran mengontrol gula darah merupakan cara yang terbaik dilakukan oleh
masyarakat, saya sangat menyarankan agar masyarakat sadar akan penyakit yang timbul
jika tidak mengontrol gula darah masing-masing. Saya harap makalah ini bias menjadi
tambahan refrensi pengetahuan mengenai hipoglikemia.
23
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Diabetes Melitus di Ruang Kirana
Rumah Sakit TK. III DR. Soetarto Yogyakarta (Doctoral dissertation, poltekkes
kemenkes yogyakarta).
Syarli, S., & Maulina, Y. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hipoglikemia Pada
Diabetes Melitus di RSUD Embung Fatimah Kota Batam. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 6(4).
MUSTIKA, N. R. W. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. Y
DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II (HIPOGLIKEMI) DI INSTALASI
GAWAT.
Taufan Nugroho, B. T. (2020). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokjs SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
24