Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PATIENT SAFETY

Menganalisa Prinsip dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan

Dosen Pengampu

Dr.Ns.Ernawati Umar, S.Kep,M.Kes

Di susun oleh

Dea Yunni Maulina ( 8801210055 )

Jasmine Nurul Aulia (8801210002 )

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN AJARAN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Manajemen Patient Safety tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah tugas dari dosen Dr.Ns.Ernawati
Umar,S.Kep,M.Kes pada mata Manajemen Patient Safety untuk menambah wawasan tentang
“Menganalisa Prinsip dan Implementasi Upaya Pencegahan Penularan ”. Kami ucapan terima
kasih kepada dosen Dr.Ns.Ernawati Umar,S.Kep,M.Kes pada mata kuliah Manajemen Patient
Safety yang telah memberi tugas ini sehingga dapat memperluas wawasan dan terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan sehingga kami sangat
menerima kritik dan saran Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 28 September 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………..………………4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………4

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………….………….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencegahan dan Penularan…………………………………………..6

2.2 Penerapan Penegahan Penularan…………………………………………………6-9

2.3 Faktor Penyebab Penularan………………………………………………………9-10

2.4 Jenis-Jenis Alat Pencegaan Penularan….………………………………………..10-11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………12

BAB II

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat,
karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab
utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua di antaranya adalah
penyakit menular dan tidak menular. Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dahm
menangani masalah penyakit menukir, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya
menangani masalah penyakit menukar. Karena itu, epidemiologi hampir selalu dikaitkan dan
dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.hal ini tidak dapat disangkal dari
sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar belakang penyakit menular.

Sejarah epidemiologi memang bermula dengan penanganan masahh penyakit menular


dan tidak menular yang merajalela dan banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan
sosio ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian menurut epidemiologi untuk
memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular
dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM dalam
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun
dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri
membawakecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan pola struktur
masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.

Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang
sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola
penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada
giliran nya dapat memacu semakin meningkat nya PTM. Di Indonesia keadaan perubahan pola
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi
epidemiologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pencegahan dan Penularan ?

2. Sebutkan Prinsip-Prinsip Pencegahan penularan?

3. Bagaimana Penerapan Penegahan Penularan?

4. Apa Saja Faktor Penyebab Penularan?

5. Sebutkan Jenis-Jenis Alat Pencegaan Penularan?

1.3 Tujuan

4
1. Mengetahui pengertian pencegahan penularan

2. Mengetahui prinsip-prinsi pencegahan penularan

3. Mengetahui Penerapan Pencegahan Penularan

4. Mengetahui Faktor penyebab penularan

5. Mengetahui jenis-jenis alat pencegahan penularan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencegahan dan Penularan

Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum
kejadian, dengan didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologi (Nasry, 2006).

Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah
dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang
erat hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap
dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping munculnya masalah
baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis
yang erat hubungan nya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik
sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan
biologis. Dewasa ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-
negara maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang sedang
berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu.

Dalam hal ini maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama
yakni:

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.

2. Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih
ringan dibanding dengan yang pertama.

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat
menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya

2.2 Penerapan Pencegahan Penularan

 Penerapan kebersihan tangan


 Penerapan APD Penerapan dekontaminasi peralatan perawatan pasien
 Penerapan pengendalian lingkungan
 Penerapan penatalaksanaan linen
 Penerapan perlindungan petugas kesehatan
 Penerapan penempatan pasien

6
 Penerapan hygiene respirasi
 Penerapan praktik menyuntik yang aman

1. Kebersihan Tangan Prinsip Mencuci Tangan


Fasilitas penunjang cuci tangan juga merupakan faktor penting yang berperan dalam
kepatuhan petugas untuk mencuci tangan dengan benar. Kebersihan tangan di kamar
operasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu pertama adalah cuci tangan steril yang harus
dilakukan oleh dokter dan perawat sebelum melakukan tindakan operasi, sedangkan yang
kedua adalah cuci tangan biasa yang harus dilakukan oleh seluruh pegawai yang bekerja.
Tangan dapat membawa sejumlah organisme secara signifikan baik pathogen maupun
flora normal. Mencuci tangan yang tepat dapat menurunkan angka infeksi dan secara
potensial mengurangi transmisi ke pasien sebelum merawat pasien, terlebih dahulu
mencuci tangan untuk menghilangkan sejumlah organisme normal pada tubuh manusia
hingga ke tingkat yang aman. Selain itu, mencuci tangan merupakan tindakan
pengendalian infeksi yang paling mendasar dan penting, namun sering diabaikan karena
hasil yang tampak dan mikroorganisme tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Beberapa
perawat teramati tidak melakukan cuci tangan saat akan kontak dengan pasien, perawat
langsung menjumpai pasien dan mengenakan sarung tangan. Selain itu, prinsip penerapan
cuci tangan paling jarang dilakukan oleh perawat pelaksana adalah tindakan mencuci
tangan sebelum kontak dengan pasien lain.
2. Prinsip Penggunaan Sarung Tangan
Sarung tangan sangat penting dilakukan perawat untuk mencegah penularan pathogen
melalui cara kontak langsung maupun tidak langsung (Potter & Perry, 2005). Sarung
tangan mengurangi risiko petugas kesehatan terkena infeksi bakterial dari pasien,
mencegah penularan flora kulit petugas kesehatan kepada pasien, dan mengurangi
kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
satu pasien ke pasien lainnya (Tietjen, 2004). Semua perawat pelaksana di ruang rawat
inap penyakit bedah menggunakan sarung tangan saat menyentuh darah, tinja, urin,
cairan tubuh, kontak dengan kulit terluka dan melakukan tindakan invasif. Muhardi
(1999), menyebutkan bahwa dalam perawatan luka, sarung tangan harus dipakai sebelum
menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah dan cairan tubuh

7
lain). Gunakan sarung tangan steril untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan
kontak dengan jaringan di bawah kulit. Hasil pengamatan lain juga menunjukkan bahwa
masih ada perawat yang tidak mengganti sarung tangan saat berganti pasien, dimana
sekali penggunaan sarung tangan steril terkadang untuk menangani dua sampai dengan
tiga pasien. Padahal tindakan yang dilakukan berupa ganti verban dan perawatan luka
yang mengharuskan perawat untuk menggunakan prinsip aseptik dalam melakukan
perawatan terhadap pasien.
3. Prinsip Penggunaan Masker
Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu perawat berbicara, batuk,
bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh pasien yang
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas (Tietjen, 2004). Menurut
Potter dan Perry (2005), masker harus digunakan bila diperkirakan ada percikan darah
atau cairan tubuh pasien. Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup
mikroorganisme dan mencegah penularan pathogen dari saluran pernafasan pasien
maupun sebaliknya. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perawat yang tidak
menggunakan masker bukan karena perawat tidak mau dan tidak ingin menggunakan
masker, tetapi karena persediaan masker di ruangan terbatas atau habis. Cara memakai
dan melepaskan masker juga sudah tepat dilakukan oleh perawat. Masker yang digunakan
tepat menutupi hidung dan mulut, metal strip yang ada pada masker juga diatur tepat
diatas batang hidung. Penggunaan masker juga hanya untuk sekali pakai dan perawat
tidak membiarkan masker yang telah dipakai tergantung di leher tapi langsung
membuangnya ke dalam tong sampah. Potter dan Perry (2005), menyebutkan bahwa
masker yang dipakai dengan tepat dan terpasang pas akan nyaman menutupi mulut dan
hidung sehingga pathogen, darah dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar
diantara sela-selanya, jika perawat memakai kaca mata, batas atas masker berada tepat di
bawah kaca mata sehingga tidak akan mengembun pada kaca mata pada saat perawat
menghembuskan nafas.
4. Prinsip Penggunaan Baju Pelindung
Menurut Tietjen (2004), baju pelindung dipergunakan untuk mencegah cipratan pada
baju yang dikenakan oleh petugas pelayanan kesehatan, baju pelindung melindungi
petugas pelayanan kesehatan dari kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien yang

8
terinfeksi. Sama halnya dengan penggunaan masker, alasan utama menggunakan baju
pelindung adalah untuk mencegah perawat kontak langsung dengan bahan, darah atau
cairan tubuh yang terinfeksi, alasan lain adalah untuk mencegah pakaian perawat menjadi
kotor selama kontak dengan pasien (Potter & Perry, 2005). Menurut Berman (2009),
gaun (dari kain yang bersih) atau disposible (dari bahan sejenis kertas) atau apron
(terbuat dari plastik) digunakan saat seragam perawat kemungkinan akan kotor. Baju
pelindung harus mempunyai lapisan kedap air sehingga cairan tubuh tidak dapat tembus.
Berdasarkan pengamatan, penggunaan baju pelindung yang terbuat dari plastik lebih
efektif karena bila kotor bisa dibersihkan lansung dengan menggunakan cairan
desinfektan atau alkohol, tetapi bila terbuat dari kain harus diserahkan kepada pihak
laundry untuk dilakukan pencucian. Keterlambatan pengiriman baju pelindung bersih ke
ruangan dan persediaan di ruangan yang terbatas menyebabkan masih adanya perawat
yang tidak menggunakan baju pelindung saat akan melakukan tindakan.
5. Prinsip Penanganan Linen
Menurut Hegner (2003), linen yang kotor merupakan sumber pathogen dan harus
ditangini secara hati-hati, dengan cara menyentuh linen sedikit mungkin untuk mencegah
perluasan dan penyebaran mikroorganisme, lipat bagian kotor ke dalam, jangan
dikibaskibaskan atau dihentakkan di dalam ruang perawatan pasien, segera masukkan ke
dalam kantong sebelum meninggalkan ruangan. Linen basah diletakkan dalam kantong
yang tahan bocor. Centers of Disease Control (dalam Potter & Perry, 2005),
menganjurkan bahwa linen kotor harus diletakkan dalam kontainer tertutup atau kantong
plastik untuk mencegah keterceceran. Hal tersebut sudah dilakukan oleh hampir
keseluruhan perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit bedah. Namun, masih
dijumpai ada perawat yang menjinjing linen kotor dari ruang perawatan pasien ke tempat
barang kotor, sehingga memungkinkan penyebaran mikroorganisme pada saat linen
dibawa. Perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit bedah juga mengganti linen
biasanya setelah prosedur perawatan luka/ganti verban, atau bila diperlukan karena
kondisi linen yang basah atau lembab akibat keringat ataupun rasa tidak nyaman pasien
karena linen yang kotor dan kusut.

2.3 Faktor Penyebab Penularan

9
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya
beberapa faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent)
yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun resources),
adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara meninggalkaan penjamu dan
cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan ketahanan penjamu sendiri.

Yang merupakan penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang
bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme muki selular yang
cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:

1. Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain lain.

2. Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.

3. Kelompok protozoa, seperti plasmodium, amoeba,dan lain-lain.

4. Fungus atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.

5. Bakteri termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri

Sebagai makhluk biologis yang sebagian besar adalah ke bmpok mikro-organisme, unsur
penyebab penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk
mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha
mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya. Adapun usaha tersebut yang
meliputi berkembang biak pada lingkungan yang sesuai menguntungkan, terutama pada penjamu
host dimana mikro-organisme tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu lainnya yang
lebih sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khususnya pada situasi lingkungan
yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainya.

2.4 Jenis-Jenis Alat Pencegahan Penularan

Jenis-jenis alat :

 Sarung tangan steril


 Sarung tangan tidak steril
 Sarung tangan tebal

10
 Masker surgical
 Masker multi purpose
 Masker efisiensi tinggi N95
 Kacamata pelindung
 Topi apron
 Gaun pelindung dan pelindung kaki.

Bahan yang digunakan terbuat dari bahan dasar karet kain dan bahan sintetis yang dapat
melindungi tubuh petugas kesehatan dari pajanan bahaya biologi yang berasal dari percikan
darah dan cairan tubuh pasien.

APD tidak dipakai ulang meskipun pada pasien yang sama karena pemakaian ulang APD dapat
menimbulkan penularan penyakit antar pasien.

Peralatan perawatan pasien selalu memegang prinsip : mencegah segala bentuk jajanan ke
permukaan kulit dan membran mukosa kulit, maka seluruh peralatan perawatan pasien dilakukan
pembersihan desinfektan dan sterilisasi sesuai prosedur yang benar, sebelum dipakai lagi.
Pengelolaan alat-alat kesehatan bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam keadaan steril dan siap pakai. Ketidak
sterilan alat yang digunakan dapat berakibat buruk bagi pasien dan petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hajjul Kamil tahun 2011 diketahui bahwa
penanganan dan pembuangan instrumen yang tepat dapat mencegah penularan infeksi
nosokomial ke pasien dan petugas kesehatan lainnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perbedaan penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi


tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai pada upaya
pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya diagnosis nya mudah, rantai
penularan nya jelas, banyak di temui di negara berkembang agak mudah mencari penyebabnya
sedangkan penyakit tidak menular banyak di temui di negara industri tidak ada rantai penularan,
diagnosis nya sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal

12
DAFTAR PUSTAKA

Romadhoni, S., & Widowati, E. (2017). Penerapan Kewaspadaan Standar sebagai Upaya
Pencegahan Bahaya Biologis dalam Keperawatan. HIGEIA (Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Masyarakat) , 1 (4), 14-24.

Tarigan, TVB (2020). Cara Mencegah Penyebaran dan Penularan Penyakit Akibat Pekerjaan
Perawat di Rumah Sakit.

Septian Muna Barakati, (2016). Makalah penyakit menular


https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-penyakit-menular

13

Anda mungkin juga menyukai