Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Hasbiallah (1720200025)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunianya, Saya dapat menyelesaikan
tugas
penulisan makalah mata kuliah keperawatan Matrnitas ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat
serta
salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas bidang studi keperawatan Anak yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak CTEV” yang diberikan kepada Saya oleh Ibu Ns. Imelda
Pujiharti, S.kep. M.Kep. Sp.Kep.An Agar Saya dapat mengetahui serta memahami cara menyusun
makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah Saya peroleh.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam meyelesaikan makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu Saya mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen keperawatan Anak yaitu
Ibu Ns. Imelda Pujiharti, S.kep. M.Kep. Sp.Kep.An Selaku dosen yang memberikan tugas ini juga
yang telah memberikan kesempatan saya untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan
serta pengajarannya yang saya terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis
Hasbiallah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................2
B. Etiologi..........................................................................................................................................3
C. Patofisioligi...................................................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis.........................................................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................................8
F. Penatalaksanaan CTEV.................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................................20
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................21
D. Implementasi...............................................................................................................................27
E. Evaluasi.......................................................................................................................................27
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................................................28
B. Saran.........................................................................................................................................28
ii
i
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................
i
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘ilub foot’
adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi
masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini
ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom
genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering
disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis
dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun atrofi musiular spinal. Bentuk yang
paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam
keadaan normal.
Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh
Hipokrates pada 400 SM dengan lara memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian
dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan
manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan seiara
hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara
imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode ponseti; metode ini dapat
mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang
membutuhkan terapi operatif.
B. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan
CTEV.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-kaki, dan tibia vara),
adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke arah luar) dari kaki berkaitan dengan
paha, sehingga memberikan penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi Biasanya
medial dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat. (Wikipedia, 2012)
Genu varum (bowleg) kondisi dimana kaki membengkok keluar pada posisi berdiri.
Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu ketika berdiri dengan dua kaki,
lutut akan terpisah jauh.
Genu valgum(knock-knee) adalah kondisi dimana kaki membungkuk ke arah dalam pada
posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu berdiri dengan
kaki berjajar bersamaan kedua kaki akan terpisah jauh. (wheaton resource corp)
Genu valgum adalah istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau
bentuk kaki seperti huruf x. Bentuk kaki x ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian
bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh, sementara pergelangan
kaki terpisah(Dewo Sulistyo. 2011)
CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah
mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis
yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung
fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan
dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid,
menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.
Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang
berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan
ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.
4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit Club
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian
yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung
kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum
terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan
dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari
persendian), cerebral palsy atau spina bifida.
Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup
dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari
0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang. Berdasarkan data, 35%
terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya
peranan faktor genetika.
B. Etiologi
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti
tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic, Cairan
amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada waktu hamil(oligohidramnion),
Neuromuscular disorder (Kadang kala ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti
8
Spina Bifida atau displasia dari rongga panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan
berhubungan dengan CTEV:
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
1. Teori kromosomal, antara lain 'efek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang
dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi
antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar minggu ke-7 sampai
ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila
hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan
hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan
pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”.“Cronon” ini memandu waktu
yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya.
Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang
menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
6. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan
dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
7. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina bifida
C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang
terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan
embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada
bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan
deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus.
Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran. Pemeriksaan
pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki
9
tengah, adduksi kaki depan dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat
dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
nyata daripada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.
D. Manifestasi Klinis
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan
pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan
mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas
belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat
kecil dan sulit dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan
dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku
ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional
karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal.
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
posisi
E. Pemeriksaan penunjang
Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early
diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat
mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. “Passive
manipulation dorsiflexion Toe touching tibia normal”.
^ ^
Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari
kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung
dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang
dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis,
tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan
tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi
varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural
atau
positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal.
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi
netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan
posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan
terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi
pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian
bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada
maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis.
Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran
subtalar ke medial.
Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan
posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan
memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki
memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi
lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya
subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis
seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk
1
menyingkirkan malformasi multiple. 1
F. Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.
Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
1. Non-Operative :
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast”
yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi
ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa
hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan
yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah
untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon.
Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial
Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12
minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai
anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada
anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama
pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan
1
jangka pendek. Observasi kulit2 dan sirkulasi merupakan bagian penting pada
pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur
untuk menunjang penyembuhan.
yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art.
talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
BAB III
A. Pengkajian
1. Biodata klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi laki-laki dua
kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada perempuan.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4
orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti
perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35%
terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot.
2. Keluhan Utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya keadaan
yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki, atrofi betis
kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.
1
4
4. Riwayat penyakit keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
2) Natal
3) Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi
dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan
infeksi.
8. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada
anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi imunisai BCG,
DPT, Polio, campak dan hepatitis.
B. Analisa Data
1
7
DO:
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
2.Tanda Mayor Terapi Gangguan rasa nyaman)
Ds: (D.0074)
- mengeluh tidak Terapi operatif
nyaman
Do: Pembedahan
- (Gelisah
Nyeri
Tanda Minor
Ds:
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh
kedinginan/kepanasan
- Merasa gatal
- Mengeluh mual
- Mengeluh lelah
Do:
- Menunjukkan gejala
distress
- Tampak
merintih/menangis
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilita
1
8
C. Diagnosa Keperawatan
1
9
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervemsi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik berhubungan Observasi :
dengan kerusakan Setelah dilakukannya - Identifikasi adanya nyeri atau
musculoskeletal keluhan fisik lainya
tindakan
(D.0054) - Identifikasi toleransi fisik
keperawatan selama 3 x 24 melakukan ambulasi
jam - Monitor kondisi umum selama
diharapkan mobilitas fisik melakukan ambulasi
meningkat(L.05042) Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
Kriteria Hasil : Tongkat,kruk)
- Pergerakan - Fasilitasi melakukan ambulasi
2
ekstermitas 0
fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
Meningkat
membantu pasien dalam
Kekuatan
- Downloaded by Putri Azzahraotot
(putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653
2
2