Anda di halaman 1dari 23

lOMoARcPSD|20180653

Asuhan Keperawatan PADA PADA ANAK CTEV 1

Accounting (Universitas Islam As-Syafi'iyah)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK CTEV

(CONGENITAL TALIPAS EQUINO VARUS)

Dosen Pengampu:

Ns. Imelda Pujiharti, S.kep. M.Kep. Sp.Kep.An

Disusun Oleh:
Hasbiallah (1720200025)

PRODI D-III KEPERAWATAN


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
Jl. Jatiwaringin No 12, Jati Cempaka, Kec. Pondok Gede
Kota Bekasi, Jawa Barat 17411
2022

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunianya, Saya dapat menyelesaikan
tugas
penulisan makalah mata kuliah keperawatan Matrnitas ini dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat
serta
salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas bidang studi keperawatan Anak yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak CTEV” yang diberikan kepada Saya oleh Ibu Ns. Imelda
Pujiharti, S.kep. M.Kep. Sp.Kep.An Agar Saya dapat mengetahui serta memahami cara menyusun
makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah Saya peroleh.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam meyelesaikan makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu Saya mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen keperawatan Anak yaitu
Ibu Ns. Imelda Pujiharti, S.kep. M.Kep. Sp.Kep.An Selaku dosen yang memberikan tugas ini juga
yang telah memberikan kesempatan saya untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan
serta pengajarannya yang saya terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Bekasi, 06 Juni 2022

Penulis

Hasbiallah

ii

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................2

BAB II TINMAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3


A. Definisi CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)......................................................................3

B. Etiologi..........................................................................................................................................3

C. Patofisioligi...................................................................................................................................5

D. Manifestasi Klinis.........................................................................................................................7

E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................................8

F. Penatalaksanaan CTEV.................................................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................13


A. Pengkajian...................................................................................................................................13

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................................20

C. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................21

D. Implementasi...............................................................................................................................27

E. Evaluasi.......................................................................................................................................27

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................................................28

B. Saran.........................................................................................................................................28

ii
i

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

i
v

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘ilub foot’
adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi
masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology “sindromik” bila kasus ini
ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom
genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa didampingi gambaran klinik lain, dan sering
disebut sebagai CTEV idiopatik. CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis
dan neuromuskular, seperti spina bifida maupun atrofi musiular spinal. Bentuk yang
paling sering ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam
keadaan normal.
Club foot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh
Hipokrates pada 400 SM dengan lara memanipulasi kaki dengan lembut untuk kemudian
dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih mengandalkan
manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan seiara
hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara
imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode ponseti; metode ini dapat
mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang
membutuhkan terapi operatif.

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

B. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan
CTEV.

1) Mengetahui definisi CTEV


2) Mengetahui etiologi CTEV.
3) Mengetahui manifestasi klinis CTEV
4) Mengetahui patofisiologi CTEV
5) Mengetahui penatalaksaan dari CTEV

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Genu varum (juga disebut bow-leggedness, bandiness, bengkok-kaki, dan tibia vara),
adalah cacat fisik ditandai dengan (membungkuk ke arah luar) dari kaki berkaitan dengan
paha, sehingga memberikan penampilan membungkuk pada seorang . Angulasi Biasanya
medial dari tulang paha dan tibia keduanya yang terlibat. (Wikipedia, 2012)

Genu varum (bowleg) kondisi dimana kaki membengkok keluar pada posisi berdiri.
Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu ketika berdiri dengan dua kaki,
lutut akan terpisah jauh.
Genu valgum(knock-knee) adalah kondisi dimana kaki membungkuk ke arah dalam pada
posisi berdiri. Pembengkokan biasanya terjadi sekitar lutut, oleh karena itu berdiri dengan
kaki berjajar bersamaan kedua kaki akan terpisah jauh. (wheaton resource corp)
Genu valgum adalah istilah latin untuk menggambarkan bentuk knock-knee atau
bentuk kaki seperti huruf x. Bentuk kaki x ini dapat digambarkan dengan kondisi kaki bagian
bawah diposisikan pada sudut luar, yaitu lutut yang saling menyentuh, sementara pergelangan
kaki terpisah(Dewo Sulistyo. 2011)

CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah
mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis
yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung
fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan

dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid,
menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.
Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang
berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan
ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.

Deformitas talipes diantaranya :


1. Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
2. Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
7
3. Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit

4. Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit Club
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

5. Foot terjadi kelainan berupa :


1. Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)
2. Hind Foot Varus (tumit terinversi)
3. Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar
fleksi)

Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian
yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung
kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum
terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan
dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari
persendian), cerebral palsy atau spina bifida.
Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup
dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari
0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang. Berdasarkan data, 35%
terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya
peranan faktor genetika.

B. Etiologi

Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti
tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic, Cairan
amnion dalam ketuban yang terlalu sedikit pada waktu hamil(oligohidramnion),
Neuromuscular disorder (Kadang kala ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti
8
Spina Bifida atau displasia dari rongga panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan
berhubungan dengan CTEV:
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

1. Teori kromosomal, antara lain 'efek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.

2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang
dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi
antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.

3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar minggu ke-7 sampai
ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila
hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan
hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan
pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”.“Cronon” ini memandu waktu
yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya.
Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang
menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).

4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine crowding.

5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.

6. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan
dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)

7. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina bifida

8. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung

C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang
terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan
embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada
bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan
deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan intrauterine.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus.
Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran. Pemeriksaan
pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki
9
tengah, adduksi kaki depan dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat
dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

nyata daripada bayi, tanpa memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.

D. Manifestasi Klinis
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan
pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan
mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas
belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat
kecil dan sulit dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan
dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku
ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional
karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal.
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke
posisi

netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-


bottomdengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal.
Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi
pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat
penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian 'istal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat
pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang
navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55°
karena adanya perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior
dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal
lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-
otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang
normal. 1
0
9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida.
Sendi lain seperti sendiby Putri
Downloaded panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat
Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

adanya subluksasi atau dislokasi.

E. Pemeriksaan penunjang
Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early
diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat
mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. “Passive
manipulation dorsiflexion Toe touching tibia normal”.
^ ^

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari
kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung
dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang
dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis,
tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan
tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi
varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural
atau

positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal.
Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi
netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan
posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan
terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi
pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian
bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang
kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada
maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis.
Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran
subtalar ke medial.

Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan
posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan
memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki
memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi
lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya
subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis
seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk
1
menyingkirkan malformasi multiple. 1

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

F. Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif.
Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

1. Non-Operative :

Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk


penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri
dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.

Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast”
yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi
ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.

Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa
hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan
yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah
untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon.
Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial
Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12
minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai
anak berumur 16 tahun.

Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada
anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama
pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan
1
jangka pendek. Observasi kulit2 dan sirkulasi merupakan bagian penting pada
pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur
untuk menunjang penyembuhan.

Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan


orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada
batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan “cast” meliputi :

- Biarkan cast terbuka sampai kering


- Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal
pada hari pertama atau sesuai intruksi
- Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna
kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
- Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi
adanya rasa nyeri
- Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih
otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara
teratur.
- Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah
trauma
- Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-
benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
- Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada
tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
- Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
2. Operatif
1) Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
- Jika terapi dengan gibs gagal
- Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
2) Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami
kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada
kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
3) Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini
dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus,
dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul
pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus
kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan

pemanjangan tendon tibialis1 posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).


3
4) Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10
tahun atau kalaubytulang
Downloaded kaki
Putri Azzahra sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple
(putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art.
talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN CTEV

A. Pengkajian

1. Biodata klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi laki-laki dua
kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada perempuan.

Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4
orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti
perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35%
terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot.

2. Keluhan Utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya keadaan
yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki, atrofi betis
kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan yang abnormal
pada kakinya.

1
4
4. Riwayat penyakit keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

5. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal


1) Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal ,
kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang pernah diminum serat
kebiasaan selama hamil.

2) Natal

Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara


persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan
gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat
lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup,
kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak.

3) Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi
dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan
infeksi.

6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan
bahasa.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga
yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat, berpengaruh
dalam pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga
berhubungan dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.

8. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada
anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi imunisai BCG,
DPT, Polio, campak dan hepatitis.

9. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola nutrisi, Makanan pokok 1utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak
5
tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi)
pemberiaannya serta
Downloaded makanan
by Putri tambahan yang diberikan. Adakah makanan yang
Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya).


2) Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji BAB
atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana tingkat
toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3) Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
4) Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang
mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
5) Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah mandiri
atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang tua.
10. Pemeriksaan Fisik

1) Pantau status kardiovaskuler


2) Pantau nadi perifer
3) Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian 'istal untuk memastikan sirkulasi yang
a'ekuat pada ekstremitas tersebut
4) Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari diantara kulit
ekstremitasdengan gips setelah gips kering
5) Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
- Nyeri
- Bengkak
- Rasa dingin
- Sianosis atau pucat
6) Kaji sensasi jari kaki
- Minta anak untuk menggerakkan jari kaki
- Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon
terhadap perintah
- Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan sirkulasi
- Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan
7) Periksa suhu (gips plester)
- Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan panas
- Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas
8) Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan
9) Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang dimasukkan
oleh anak yang masih kecil
10) Observasi adanya tanda-tanda infeksi
- Periksa adanya drainase
- Cium gips- untuk, adanya bau menyengat
- Periksa gips untuk adanya ’bercalc panas yang menunjukkan infeksi
1
dibawah gips 6
- Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

11) Observasi kerusakan pernafasan (gips spika)


- Kaji ekspansi dada anak
- Observasi frekuensi pernafasan
- Observasi warna dan perilaku
12) Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka) :
- Batasi area perdarahan
13) Kaji kebutuhan terhadap nyer

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

1
7

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

1 .Tanda Mayor : CTEV Gangguan mobilitas fisik


DS : (D.0054)
- Mengeluh sulit menggerakan Calcaneus, navicular dan
ektremitas cuboid terotasi kearah medial
DO: terhadap talus
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) Inversi pada sendi subtalar
menurun (tungkai)
- Tanda Minor : -
DS :
-Nyeri saat bergerak Bentuk kaki abnormal
- Enggan melakukan
Pergerakan
Hambatan mobilitas fisik
- Merasa cemas saat bergerak

DO:
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
2.Tanda Mayor Terapi Gangguan rasa nyaman)
Ds: (D.0074)
- mengeluh tidak Terapi operatif
nyaman
Do: Pembedahan
- (Gelisah
Nyeri
Tanda Minor
Ds:
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh
kedinginan/kepanasan
- Merasa gatal
- Mengeluh mual
- Mengeluh lelah
Do:
- Menunjukkan gejala
distress
- Tampak
merintih/menangis
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilita

1
8

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

3.Tanda Mayor Terapi konserfativ Gangguan integritas


Ds: - kulit/jaringan
Do: Pemasangan gips (D.0129)
1. perusakan jaringan dan/
lspisan kulit Gips terlalu ketat

Tanda Minor Kompartemen sindrom


Ds: -
Do: Kerusakan integritas kulit
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
Hematoma

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu
(Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal


Dibuktikan dengan Mengeluh sulit menggerakan ektremitas (D.0054)

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan cidera fisik Dibuktikan dengan


mengeluh tidak nyaman (D.0074)

3. Gangguan integritas kulih/jaringan berhubungan dengan gips Dibuktikan dengan


perusakan jaringan dan/ lapisan kulit (D.0129)

1
9

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)


lOMoARcPSD|20180653

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervemsi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan mobilitas Tujuan : Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik berhubungan Observasi :
dengan kerusakan Setelah dilakukannya - Identifikasi adanya nyeri atau
musculoskeletal keluhan fisik lainya
tindakan
(D.0054) - Identifikasi toleransi fisik
keperawatan selama 3 x 24 melakukan ambulasi
jam - Monitor kondisi umum selama
diharapkan mobilitas fisik melakukan ambulasi
meningkat(L.05042) Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
Kriteria Hasil : Tongkat,kruk)
- Pergerakan - Fasilitasi melakukan ambulasi
2
ekstermitas 0
fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
Meningkat
membantu pasien dalam
Kekuatan
- Downloaded by Putri Azzahraotot
(putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

meningkat meningkatkan ambulasi


- Pergerakan gerak Edukasi :
(ROM) - Jelaskan tujuan prosedur
ambulasi
Meningkat
- Anjurkan melakukan ambulasi
- Nyeri menurun dini
- Kecemasan menurun
- Kaku sendi menurun
- Gerakan tidak
terkoordinasi
menurun
- Gerakan terbatas
menurun
- Kelemahan fisik
menurun
2. Gangguan rasa Tujuan : Menajemen Nyeri (I.08238)
nyaman Observasi :
berhubungan Setelah dilakukannya - Identifikasi lokasi,
dengan tingkat karakteristik, durasi,
tindakan
nyeri Dibuktikan frekuensi, kualitas, insensitas
dengan mengeluh keperawatan selama 3 x 24 nyeri
tidak nyaman jam - Indentifikasi skala nyeri
(D.0074) diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi respon nyeri non
menurun (L.08066) verbal
- Identifikasi factor yang
Kriteria Hasil :
memperberat nyeri dan
- Keluhan nyeri mempringan nyeri
menurun Terpeutik :
- Meringis menurun - Berikan teknik
- Sikap protektif nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
- Gelisah menurun TENS, hipnopsis, akupresur,
kompres hangat/dingin,
- Ketegangan otot
terapi bermain)
menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunankan
anlgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan integritas Tujuan : Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit/jaringan 2 Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab
1
dengan gips keperawatan selama 3 x24 gangguan integritas kulit
(D.0129) (mis. Perubahan sirkulasi,
Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)
lOMoARcPSD|20180653

jam diharapkan gangguan perubahan status nutrisi,


penurunan kelembaban, suhu
integritas kulit meningkat lingkungan ekstrem,
(L.14125) penurunan mobilitas)
Terapeutik :
- Ubah posisi tiap 2 jam jika
Kriteria hasil :
tirah baring
- Elastisitas meningkat - Lakukan pemijitan pada area
benjolan tulang, jika perlu
- Hidrasi meningkat - Bersihkan perineal dengan
- Perfusi jaringan air hangat, terutama selama
meningkat priode diare
- Gunakan produk berbahan
- Kerusakan jaringan petroleum atau minyak pada
menurun kulit kering
- Nyeri menurun Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis.
Lotion,serum)
- Anjurkan minum air yg
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan menghindari suhu
ekstem

2
2

Downloaded by Putri Azzahra (putriiazzahra151413@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai