Anda di halaman 1dari 68

i

GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TRIAGE


DI
INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD KOTA BANDUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

AZMI HAKIM AL AWAL

NIM 4002180041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2022
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan asuhan
kebidanan komprehensif ini yang berjudul “Gambaran Kemampuan Perawat Dalam
Melakukan Triage Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Bandung”.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari ketidakmampuan dan

keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulisan ini dapat

disempurnakan.

Proses penyusunan proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

trimakasih kepada :

1. Dr. Dra. Suryani., Dipl.M,. MM sebagai Ketua STIKes Dharma Husada

Bandung.

2. Irma Nur Amalia., M.Kep sebagai Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan.

3. Hery Prayitno.,M.Kep sebagai pembimbing utama yang telah bersedia

memberikan masukan yang sangat bermanfaat.

4. Putri Puspitasari.,M.Kep sebagai pembimbing pendamping.

5. Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada

Bandung yang telah mengajar dan membantu selama empat tahun.


ii

6. RSUD Kota Bandung atas kesempatan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi

ini.

7. Orangtua dan keluarga yang telah mendukung dan memberi bantuan dalam

bentuk material dan moral.

8. Rekan-rekan seperjuangan, mudah-mudahan kita dapat menjalaninya dengan

mudah dan diberi kelancaran.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun telah begitu

banyak membantu penulis selama penyusunan asuhan kebidanan ini.

Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

proposal skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah

senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Aamiin Ya Rabbal Aalamiin

Bandung, Agustus 2022

Penulis
iii

DAFDD
iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
1. Tujuan Umum...............................................................................................4
2. Tujuan Khusus..............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
1. Manfaat Teoritis........................................................................................5
2. Manfaat Praktis..........................................................................................6
E. Ruang Lingkup.................................................................................................6
1. Ruang Lingkup Keilmuan.........................................................................7
2. Ruang Lingkup Metode dan Sampel.........................................................7
3. Ruang Lingkup Waktu dan Tempat..........................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................8
A. Penelitian Terdahulu.....................................................................................8
B. Tinjauan Teori...............................................................................................9
1. Pengertian Triage......................................................................................9
2. Prinsip dan Tipe Triage...........................................................................10
3. Klasifikasi Triage....................................................................................13
4. Proses Triage...........................................................................................19
5. Dokumentasi Triage................................................................................21
6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Perawat Dalam
Pelaksanaaan Triage.......................................................................................25
C. Kerangka Teori...........................................................................................29
v

BAB III...................................................................................................................30
METODE PENELITIAN.......................................................................................30
A. Kerangka Konseptual..................................................................................30
B. Definisi Operasional Variabel.....................................................................33
C. Rancangan Penelitian..................................................................................37
1. Jenis Penelitian........................................................................................37
2. Pendekatan waktu pengumpulan data.....................................................38
3. Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................39
4. Instrument Penelitian...............................................................................40
5. Metode pengumpulan data......................................................................41
6. Teknik pengolahan dan Analisis data......................................................41
7. Jadwal Penelitian.....................................................................................44
LAMPIRAN
1. Studi Pendahuluan
2. Lembar persetujuan menjadi responden
3. Lembar karakteristik responden
4. Kisi kisi kuisioner
5. Kuisioner penelitian
6. Bukti menjadi oponen
7. Lembar catatan bimbingan
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Instalasi gawat darurat adalah layanan yang disediakan untuk kebutuhan

pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah

sakit untuk mendapatkan penganganan darurat yang cepat. System pelayanan

yang diberikan menggunakan system triage dimana pelayanan diutamakan

bagi pasien dalam keadaan darurat (emergency) bukan berdasarkan antrian.

Jumlah dan kasus pasien yang datang ke IGD tidak dapat diprediksi karena

kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja serta

menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat
2

mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan

triage sebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam

kondisi sehari-hari, kejadian luar biasa maupun bencana. (1)

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk

menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan medis terlebih

dahulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan

kondisinya. Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen

risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan

penanganan dengan cepat dan tepat sesuai kebutuhannya dengan

menggunakan sumberdaya yang tersedia. Triage juga membantu mengatur

pelayanan sesuai dengan alur pasien di unit gawat darurat. Penilaian triage

merupakan pengkajian awal pasien unit gawat darurat yang dilakukan oleh

perawat. (2)

Pengetahuan perawat terkait ilmu yang mendasari tindakan dalam

menangani pasien gawat darurat sangat penting karena tindakan yang cepat

dan akurat tergantung dari ilmu yang dikuasai oleh petugas kesehatan di IGD.

Maka dari itu pada pelaksanaan triage di IGD pengetahuan perawat sangat

dibutuhkan, perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas

dasar pengambilan keputusan yang tepat.(2)

Pendidikan keperawatan bukan lagi pendidikan vokasional tetapi

bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu

keperawatan dan mampu memberikan perawatan secara professional kepada


3

masyarakat. Kurangnya tenaga keperawatan baik secara kualitas maupun

kuantitas aka sangat mengganggu asuhan keperawatan yang diberikan pada

pasien khususnya dalam pelaksanaan triage dibutuhkan waktu tanggap yang

cepat dan tepat.aktor informasi klinis mencaup keluhan utama pasien saat

dating ke IGD, tanda – tandavital pasien, tanda dan gejala yang menyertai,

dan riwayat kesehatan pasien. (3)

Karakteristik responden adalah kriteria apa saja yang akan diberikan

kepada subjek penelitian atau eksperimen tersebut dapat tertuju dengan tepat

sesuai harapan. Karakteristik dalam penelitian ini dapat dilihat dari jenis

kelamin, usia, lama bekerja, dan pendidikan para perawat yang menjadi

responden penelitian mengenai gambaran kemampuan perawat dalam

melakukan triage di IGD. (Artham, 2021)

Hasil penelitian dari Firdaus & Ningsih (2018) menemukan bahwa

pengetahuan, keterampilan dan latarbelakang pendidikan perawat mempunyai

pengaruh terhadap penerapan triage. Bila faktor- faktor tersebut tidak

dilaksanakan secara optimal dapat menyebabkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan dan menyebabkan kecacatan pada klien.

Menurut hasil penelitian Doni (2018) di Rumah Sakit Kalisat Jember

ditemukan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam

pemberian pelayanan adalah umur, tingkat pendidikan perawat, masa kerja,

dan motivasi. Fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai pelayanan yang

diberikan kepada pasien kebanyakan di rumah sakit yaitu pasien mengeluh


4

atas lama nya wkatu penanganan dimana dalam pelaksanaan triage seharusnya

waktu tanggap kurang dari 5 menit, hal tersebut membuat mutu pelayanan

terlihat kurang baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Selly Panggabean (2021) di Ruang

IGD didapatkan bahwa pengambilan keputusan klinis terhadap tingkat

pengetahuan perawat dan keperawatan klinis triase di IGD sangat

mempengaruhi ketepatan dalam tindakan triase. Ketepatan keputusan akhir

yang didapatkan dari informasi klinis dapat meningkatkan angka keselamatan

pasien, meningkatkan kualitas dari layanan kesehatan, menjamin mutu

pelaksaanaan triage serta mendukung implementasi dari keselamatan pasien di

ruang gawat darurat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan data pasien 3 bulan

pertama pada tahun 2022 mengalami penurunan jumlah pasien yang masuk ke

IGD RSUD kota Bandung. Jumlah pasien pada bulan januari sebanyak 2.369

orang, pada bulan februari sebanyak 1.843 orang sedangkan pada bulan maret

sebanyak 1.738 orang. Akan tetapi pada bulan-bulan berikutnya mengalami

peningkatan kembali. Dari hasil perhitungan, jumlah perawat IGD RSUD

Kota Bandung sebanyak 30 orang, dengan jumlah perawat perempuan

sebanyak 16 orang dan jumlah perawat laki-laki sebanyak 14 orang. Dari segi

pendidikan pada perawat IGD RSUD Kota Bandung yaitu S1 dan D3, dengan

perawat PNS sebanyak 12 orang, P3K sebanyak 10 orang dan BLUD


5

sebanyak 8 orang. Jadwal pershif di ruang IDG RSUD kota bandung terdiri

dari 1-2 orang laki-laki dan 3-4 orang perempuan..

Berdasarkan kondisi tersebut menggambarkan bahwa tidak mudah bagi

perawat untuk melaksanakan triage. Kesalahan pengambilan keputusan dalam

pelaksanaan triage dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan,

ketidakmampuan hingga kecatatan permanen pada pasien.

Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Gambaran kemampuan perawat dalam melakukan triage

di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Bandung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah studi
kasus ini adalah “Gambaran Kemampuan Perawat Dalam Melakukan Triage Di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Bandung”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
pelaksanaan triage di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik respondden yaitu jenis kelamin,
pendidikan, lama bekerja, dan usia
b. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang triage
c. Untuk mengetahui keterampilan peerawat tentang triage
6

d. Untuk mengetahui tingkat pendidikan perawat

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu menjadikan acuan dan pedoman dalam pemberian

informasi pengetahuan dan ilmu baru dalam bidang kesehatan serta dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil pengkajian

sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan aman sesuai

kebutuhan di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam

mendeskripsikan serta menganalisis gambaran kemampuan

perawat dalam melakukan triage serta meningkatkan keterampilan

dalam penelitian pelayanan keperawatan gawat darurat dan

pengetahuan akan perkembangan ilmu keperawatan khususnya

keperawatan gawat darurat di rumah sakit.

b. Bagi pihak RSUD Kota Bandung

Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya

pelaksanaan triage sehingga diharapkan dapat membantu

mengurangi angka false emergency di RSUD Kota Bandung


7

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2022 yang dilaksanakan
di RSUD Kota Bandung dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan triage di Unit Gawat Darurat
RSUD Kota Bandung. Materi yang akan diteliti yaitu faktor – faktor yang
mempengaruhi kemampuan perawat dalam melakukan triage.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8

A. PENELITIAN TERDAHULU
No. Nama Judul Variable Metode Hasil
penelitian
1. Noerma Gambaran Variabel Penelitian ini Hasil
Wahyu, Ketepatan Independen : adalah menunjukka
2021 Triase - Pendidi penelitian n bahwa
Perawat Di kan kuantitatif ketepatan
Instalasi - Lama menggunakan triase
Gawat bekerja pendekatan hamper
Darurat - Shift deskriptif seluruhnya
RSUD Variabel untuk tepat
Bangil dependen : mengobservasi sebnayak
Ketepatan kemampuan 86,7%
pengisian perawat dalam disebabkan
triase ketepatan penentuan
triase triase
didasarkan
dari
frekuensi
napas, madi
teraba atau
tidak,
kesadaran
pasien.
2. Muhamma Gambaran Variable Desain Hasil
d Pemahaman independen : penelitian ini penelitian
Riduansya Perawat - Jenis merupakan didapatkan
h, 2021 dalam kelamin penelitian bahwa
9

Pelaksanaan - Pemaha kuantitatif tingkat


Triase Di man dengan pemahaman
IGD RSUD triage pendekatan perawat
Ulin - Tingkat deskriptif baik dan
Banjarmasin Pendidi dengan paham apa
kan perolehan data itu triase
Variabel dari responden
Dependen : melalui lembar
Pelaksanaan kuisioner dan
Triase observasi.

B. TINJAUAN TEORI
a). TRIAGE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengertian
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien
yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 5 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage danditurunkan
dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaituproses khusus memilah pasien
10

berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat


darurat. Kiniistilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu
konseppengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan
pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien
terhadap 100 juta orang yang memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (4)

2. Prinsip Dan Tipe Triage


Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan
gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas,
pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat
kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk
memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat.
Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas
atau sirkulasi terganggu.Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau
nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien
yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan
langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak
sumber daya medis.
Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas adalah
penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit. 2) Dapat mati dalam
hitungan jam. 3) Trauma ringan. 4) Sudah meninggal.Pada umumnya penilaian
korban dalam triage dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
11

6. Tag Warna (5)

a. Prinsip dalam pelaksanaan triase :


a) Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawatdaruratan.
b) Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Intinya, ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam
proses interview.
c) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan
bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat.
d) Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase  adalah mengkaji secara
akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien
tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic
dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu
pengobatan.
e) Tercapainya kepuasan pasien
 Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
 Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
 Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga
atau temannya.
12

“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat


mungkin), The Right Patient, to The Right Place at The Right Time,
with The Right Care Provider. “
Pengambilan keputusan dalam proses triage (RA Robbi, 2019) dilakukan
berdasarkan:
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal (6)

b. Tipe Triage Di Rumah Sakit


1. Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse
a) Hampir sebagian besar berdasarkan system triage
b) Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah
c) Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya
d) Tidak ada dokumentasi
e) Tidak menggunakan protocol
2. Tipe 2 : Cek Triage Cepat
a) Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi
atau dokter
b) Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama
c) Evaluasi terbatas
d) Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera
mendapat perawatan pertama
3. Tipe 3 : Comprehensive Triage
a) Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman
b) 4 sampai 5 sistem katagori
c) Sesuai protocol
13

Beberapa tipe sistem triagelainnya :


1. Traffic Director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih
antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.Tidak ada tes diagnostik
permulaan yang diintruksikan dan tidak ada evaluasi yang dilakukan sampai
tiba waktu pemeriksaan.
2. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data
subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah
satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu “gawat darurat”, “mendesak”, atau
“ditunda”. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien
ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu.Tidak ada evaluasi
ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
3. Circulation Support
Bantuan sirkulasi ini dapat dilakukan bila denyut nadi besar
teraba.Perawatbisa memberikan napas buatan 10 (sepuluh) sampai 12 (dua
belas) kali permenit. Jika nadi tidak teraba, maka tindakan yang dilakukan
adalah kompresijantung luar. Jika bantuan sirkulasi diperuntukkan untuk bayi
dan anak-anak,di berikan kompresi sebanyak 100 kali per menit. Lakukan
kompresi disternum, berada di bawah garis antara kedua puting susu 1/3
bagian bawah.Tindakan ini dilakukan dengan perbandingan 5:1. Untuk
neonatus, perawat bisa melakukan kompresi dengan menggunakan 2 (dua)
jari. Tindakandilakukan dengan perbandingan 3:1 atau 5:1 menggunakan
kedua jempol ataujari telunjuk dan jari tengah. Untuk menangani pasien gawat
darurat, selain ABC ada istilah lain yangdisebut BLS atau Basic Life Support,
ini sangat penting bagi perawatmenguasai dasar keterampilan BLS secara
komprehensif. (7)
3. Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas
14

Pengambilan keputusan triage didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis,


dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik
yang terfokus. Penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang
dan psikososial selain pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan
kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan.Hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau
meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal
yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang
meliputi :
a. Gawat Darurat (Prioritas 1: P1)
(Mardalena, 2016 b), di dalam buku yang berjudul Konsep Dasar
Keperawatan Gawat Darurat, gawat darurat merupakan keadaan
yangmengancam nyawa, dimana pasien membutuhkan tindakan
segera. Jika tidaksegera diberi tindakan, pasien akan mengalami
kecacatan. Kemungkinanpaling fatal adalah kematian. Kondisi gawat
darurat dapat disebabkan adanya gangguan ABC dan/ataumengalami
beberapa gangguan lainnya.Kondisi gawat darurat yang dapat
berdampak fatal, seperti gangguan gangguan cardiac arrest, trauma
mayor dengan perdarahan, dan mengalami penurunan kesadaran.
b. Gawat Tidak Darurat (Prioritas 2: P2)
Pasien yang memiliki penyakit mengancam nyawa, namun
keadaannya tidak memerlukan tindakan gawat darurat. Penanganan
bisa dilakukan dengan tindakan resusitasi. Selanjutnya, tindakan dapat
diteruskan denganmemberikan rekomendasi ke dokter spesialis sesuai
penyakitnya.Pasien yang masuk di kategori P2 antara lain penderita
kanker tahap lanjut.Misalnya kanker serviks, sickle cell, dan banyak
15

penyakit yang sifatnyamengancam nyawa namun masih ada waktu


untuk penanganan.
c. Darurat Tidak Gawat (Prioritas 3: P3)
Pasien P3 memiliki penyakit yang tidak mengancam nyawa,
namunmemerlukan tindakan darurat.Jika pasien P3 dalam kondisi
sadar dan tidakmengalami gangguan ABC, maka pasien dapat
ditindaklanjuti ke poliklinik,pasien diberi terapi definitif, laserasi,
otitis media, fraktur minor atau tertutup,dan sejenisnya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat (Prioritas 4: P4)
Pasien yang masuk ke kategori P4 tidak memerlukan tindakan
gawatdarurat. Penyakit P4 adalah penyakit ringan. Misalnya, penyakit
panu, flu,batuk-pilek, dan gangguan seperti demam ringan. Menurut
(Kartikawati, 2013) dalam bukunya mengatakan bahwa sistem
klasifikasi mengidentifikasi tipe pasien yang memerlukan berbagai
level perawatan dan prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang
tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering
digunakan antara lain:
● Prioritas 1 (P1) atau emergency.
● Prioritas 2 (P2) atau urgent.
● Prioritas 3 (P3) atau nonurgent(8)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

Tabel 1. Klasifikasi Triage

KLASIFIKASI KETERANGAN

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya


gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan
16

perdarahan hebat

Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak


memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya

Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa


tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat
langsung diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya
laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis,
otitis media dan lainnya

Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan / asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN

Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi


dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
17

pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan


nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III > 25%

Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila


tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak


perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan

Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat


parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan

TINGKAT KEAKUTAN

Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar minor);


dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam, gejala


flu); dapat menunggu lama tanpa bahaya

Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis


media); dapat menunggu sampai 2 jam sebelum
pengobatan

Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul,


18

laserasi berat, asma); dapat menunggu selama 1 jam

Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak


boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi yang
mengancam hidup

Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan
kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :

1. Nyeri hebat
2. Perdarahan aktif
3. Stupor / mengantuk
4. Disorientasi
5. Gangguan emosi
6. Dispnea saat istirahat
7. Diaforesis yang ekstrem
8. Sianosis(9)

4. PROSES TRIAGE
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan
pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelum
mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama.
Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan
monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama
19

kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat
utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat
darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian
ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah
kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.Misalnya kebutuhan
untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat
tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau
diaforesis.(10)
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani
terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data
subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data
pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari
pasien (data primer) (11)
Alur dalam proses triase:
1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna:
1) Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya:Tension
pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
2) Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak
ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur
tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25%
luas permukaan tubuh, dsb.
20

3) Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan


menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor,
memar dan lecet, luka bakar superfisial.
4) Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal
meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir
diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :
merah, kuning, hijau, hitam.
6) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah
sakit lain.
7) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis
lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran
setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
8) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau
bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat
diperbolehkan untuk pulang.(12)
9) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah.

5. DOKUMENTASI TRIAGE
Dokumen  adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan  bukti 
dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat 
atau merekam  peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting 
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan
yang harus dikerjakan  oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi  merupakan suatu informasi  lengkap  meliputi  status kesehatan pasien,
21

kebutuhan  pasien, kegiatan  asuhan keperawatan serta respons pasien  terhadap


asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai
porsi yang besar  dari catatan klinis pasien  yang menginformasikan  faktor tertentu
atau  situasi yang terjadi  selama asuhan dilaksanakan. Disamping  itu catatan juga
dapat sebagai wahana  komunikasi dan koordinasi  antar profesi (Interdisipliner) yang
dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk
dipertanggungjawabkan. (13)
Dokumentasi asuhan  keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan  yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan
ketrampilan dalam menerapkan standar  dengan baik merupakan suatu hal yang
mutlak bagi setiap  tenaga keperawatan agar mampu  membuat dokumentasi
keperawatan secara baik dan benar.
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional
berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal tersebut
memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah
melakukan pemantauan dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan pasien
kepada tim kesehatan. Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar
alur harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian
dan komunikasi, perencanaan dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan
yang diberikan, dan melaporkan data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih
jauh lagi, catatan tersebut harus menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak
sebagai advokat pasien ketika terjadi penyimpangan standar perawatan yang
mengancam keselamatan pasien.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
1. Waktu dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”)
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
22

5. Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus trauma,


perawatan minor versus perawatan kritis)
6. Permulaan intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai, prosedur
diagnostik seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram (EKG), atau Gas
Darah Arteri (GDA).

KOMPONEN DOKUMENTASI TRIAGE

        Tanggal dan waktu tiba


        Umur pasien
        Waktu pengkajian
        Riwayat alergi
        Riwayat pengobatan
        Tingkat kegawatan pasien
        Tanda - tanda vital
        Pertolongan pertama yang  diberikan
        Pengkajian ulang
        Pengkajian nyeri
        Keluhan utama
        Riwayat keluhan saat ini
        Data subjektif dan data objektif
        Periode menstruasi terakhir
        Imunisasi tetanus terakhir
        Pemeriksaan diagnostik
        Administrasi pengobatan
         Tanda tangan registered nurse

Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta


dokumentasi pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan rencana
23

perawatan formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu, dokumentasi
oleh perawat pada saat instruksi tersebut ditulis dan diimplementasikan secara
berurutan, serta pada saat terjadi perubahan status pasien atau informasi klinis yang
dikomunikasikan kepada dokter secara bersamaan akan membentuk “landasan”
perawatan yang mencerminkan ketaatan pada standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai
dengan standar yang disetujui.Perawat harus mengevaluasi secara kontinu perawatan
pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan perkembangan
pasien ke arah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan respon pasien terhadap
intervensi pengobatan dan perkembangannya. Rekam medis menerima pasien yang
sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada
saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat pemulangan,
dan instruksi perawatan tindak lanjut.
Proses dokumentasi triage menggunakan sistem SOAPIE, sebagai berikut :

Pelaksanaan S-O-A-P-I-E system merupakan suatusiklus. Setelah


mendapatkan data subjektif dan objektif maka selanjutnya bisa merumuskan masalah
pasien, dilanjutkan merumuskan rencana tindakan keperawatan. Setelah merumuskan
rencana tindakan keperawatan kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai
kondisi pasien saat itu, dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Tahap evaluasi bisa
dilaksanakan pada semua tahap. Tahap-tahap diatas dapat dikerjakan secara
bersamaan (simultan) untuk mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien.

1. S : data subjektif
2. O : data objektif
3. A    : analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan
4. P : rencana keperawatan
5. I : implementasi, termasuk di dalamnya tes diagnostic
24

6. E : evaluasi / pengkajian kembali keadaan / respon pasien terhadap


pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Untuk mendukung kepatuhan terhadap standar yang memerlukan stabilisasi,


dokumentasi mencakup hal - hal sebagai berikut:

1) Salinan catatan pengobatan dari rumah sakit pengirim


2) Tindakan yang dilakukan atau pengobatan yang diimplementasikan di fasilitas
pengirim
3) Deskripsi respon pasien terhadap pengobatan
4) Hasil tindakan yang dilakukan untuk mencegah perburukan lebih jauh pada
kondisi pasien (14)
25

b). FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIAGE DI IGD

1. Pengetahuan Triage

Pengetahuan triage diperlukan perawat untuk menentukan prioritas


penanganan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk pasien. Banyaknya
pasien yang datang di IGD membuat perawat harus memilah pasien dengan
cepat dan tepat sesuai prioritas. Hal tersebut memerlukan pengetahuan dan
sikap perawat juga mempengaruhi seorang perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang salah satunya adalah dalam penerapan triage. Hal
ini karena sikap merupakan aktivitas yang terintegrasi dan setiap perawat
memiliki sikap yang berbeda. Melalui sikap manusia terus menerus
mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraraba, perasa, dan pencium.

Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki sikap yang berbeda
walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang
bersangkutan.

Maka dari itu, di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pengetahuan dan sikap
perawat sangat dibutuhkan, perawat harus mampu memprioritaskan perawatan
pasien atas dasar pengambilan keputusan klinis dimana ketrampilan penting
bagi perawat dalam penilaian awal, perawat harus mampu memprioritaskan
perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat. Untuk
mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
khusus dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triage,
sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Adapun
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tersebut,
26

perawat dapat mengikuti pelatihan BTCLS (Basic Training Cardiac Life


Support) atau PPGD.(15)

2. Keterampilan Triage

Keterampilan triage seorang perawat juga sangat penting dalam


menangani pasien, dimana jika keterampilan triage perawat baik maka akan
berpengaruh terhadap keselamatan pasien. Keterampilan triage perawat yaitu
dapat melakukan suatu pengkajian yang cepat dan terfokus dengan cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua
pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya.

Prinsip triage yang harus dilakukan oleh perawat yaitu, triage


dilakukan kepada seluruh pasien, waktu triage untuk perorang 30 detik, triage
memprioritaskan dengan urutan nyawa, dan setelah dilakukan triage perawat
wajib melabeli pasien.

Perawat harus mengetahui tujuan triage, tujuan triage yaitu untuk


menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolonongan
kedaruratan mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa,
memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya, menempatkan pasien
sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada pengkajian yang tepat dan
akurat, menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien. (4)

3. Tingkat Pendidikan

Semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin banyak pula


pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan. Pengetahuan
berkaitan erat dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang semakin luas. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
27

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh


dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non
formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua


aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, maka dapat menumbuhkan sikap positif
terhadap obyek tersebut.(16)

Dimulai dari aspek pendidikan, tingkat pendidikan seseorang akan


memengaruhi pengetahuannya. Petugas kesehatan IGD yang dapat melakukan
tindakan triase minimal berpendidikan D3 keperawatan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka, semakin mudah pula mereka menerima informasi
dan makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Lulusan diploma 3
memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat melakukan pengambilan
keputusan dalam menentukan hasil triase pasien di ruang IGD. Selain didasari
dengan aspek pendidikan, aspek umur juga memengaruhi pengetahuan
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan, terutama dalam tindakan
triase. (17)

4. Karakteristik Responden

Responden penelitian adalah orang yang diminta untuk memberikan


keterangan tentang fakta dan pendapat terhadap tema tertentu dengan kata lain
responde sebagai sumber informasi yang akan digali infromasi, digali data dan
fakta yang mereka ketahui

Karakteristik responden adalah kriteria apa saja yang akan diberikan


kepada subjek penelitian atau eksperimen tersebut dapat tertuju dengan tepat
sesuai harapan. Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini
adalah jenis kelamin, usia, lama bekerja, tingkat pendidikan.
28

perawat dalam penilaian triase. Sekaligus berguna untuk


meningkatkan kualitas rumah sakit. (17)
29

C. KERANGKA TEORI

Pasien datang ke
IGD

Mengklasifikasikan Penentuan prioritas


pasien pasien

Dipengaruhi oleh :
- Pengetahuan perawat

- Tingkat pendidikan
perawat

- Keterampilan perawat

- Karakteristik responden

Kemampuan
perawat dalam
penanganan pasien
menggunakan
prosedur triage di
rumah sakit

(Khairina, Ilfa. Faktor yang berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Perawat


dalam Ketepatan Triase di Kota Padang. Indones. J.Heal.Sci., vol.2., no.1., pp. 1-6,
2018)(3)
30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah disusun

sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka konsep merupakan visualisasi

hubungan antaraberbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah

membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang

akan digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya.

Pengertian lainnya tentang kerangka konsep penelitian yaitu kerangka

hubungan antara konsep – konsep yang akan diukur atau diamati melalui

penelitian yang akan dilakukan. Diagram dalam kerangka konsep harus

menunjukkan hubungan antara variable variabel yang akan diteliti. Kerangka

yang baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih

desain penelitian.
31

A. Kerangka Konseptual

Variabel Independen

Variabel Dependen
Faktor yang mempengaruhi
kemampuan perawat dalam
pelaksanaan Triage di IGD :
Pelaksanaan Triage
- Pengetahuan Triage
- Keterampilan Triage
- Tingkat Pendidikan
- Karakteristik Responden

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

A. Definisi Operasional Variabel

Defisini operasional adalah definisi yang rumusanya didasarkan pada

hal – hal yang akan diamati. Menentukan variabel secara operasional

menjadi hal yang snagat penting dalam penelitian karena bertujuan untuk

memberikan kredibilitas pada metodologi untuk memastikan reproduktifitas

hasil studi.
32

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pada pelaksanaan

pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data. Pada saat akan

melakukan pengumpulan data, definisi operasional yang dibuat mengarahkan

dalam pembuatan dan pengembangan instrumen penelitian. Sementara pada

saat pengolahan dan analisis data, definisi operasional dapat memudahkan

karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap untuk diolah dan

dianalisis. Dengan definisi operasional yang tepat maka batasan ruang lingkup

penelitian atau pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan lebih

fokus.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur

Pengetahuan Pengetahuan triage Kuisioner 1. Baik (76% - Ordinal

Triage diperlukan Baik 100%).

perawat untuk 2. Cukup

menentukan (56% - 75%).

prioritas 3. Kurang

penanganan dan (<56%).

pengambilan

keputusan yang
33

tepat untuk pasien.

Banyaknya pasien

yang datang di

IGD membuat

perawat harus

memilah pasien

dengan cepat dan

tepat sesuai

prioritas.

Keterampilan Keterampilan Kuisioner 1. Baik (76% - Ordinal


triage perawat
Triage 100%).
yaitu dapat
2. Cukup
melakukan suatu
pengkajian yang (56% - 75%).
cepat dan terfokus
3. Kurang
dengan cara yang
(<56%).
memungkinkan
pemanfaatan
sumber daya
manusia, peralatan
serta fasilitas yang
paling efisien
dengan tujuan
untuk memilih
atau
34

menggolongkan
semua pasien yang
memerlukan
pertolongan dan
menetapkan
prioritas
penanganannya.

Tingkat Tingkat Kuisioner 1. D3 Ordinal

Pendidikan pendidikan 2. S1

seseorang akan

memengaruhi

pengetahuannya.

Petugas kesehatan

IGD yang dapat

melakukan

tindakan triase

minimal

berpendidikan D3

keperawatan.

Jenis Kelamin Jenis kelamin Kuisioner 1. Laki – laki Ordinal

adalah perbedaan 2. Perempuan

antara perempuan

dengan laki – laki


35

secara biologis

sejak seseorang itu

dilahirkan.

Usia Lama hidup Kuisioner 1. 21 – 35 Ordinal

responden dari tahun

lahir sampai saat 2. > 35 tahun

penelitian

Lama Kerja Lamanya masa Kuisioner 1. < 7 tahun Ordinal

bekerja responden (Baru)

yang dihitug mulai 2. > 7 tahun

dari masuknya (Lama)

responden bekerja

sampai saat

penelitian

dilakukan

a). Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulanya.


36

1. Variabel Bebas

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungannya dan pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam

penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan triage, kemampuan

triage, tingkat pendidikan, dan karakteristik responden.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku, variabel terikat merupakan aspek tingkah laku yang

diamati dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain,

variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

adanya tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel terikatnya adalah pelaksaanaan triage.

C. Rancangan Penelitian

1. Jenis penelitian
37

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap

bagian – bagian dan fenomena – fenomena serta hubungan – hubunganya.

Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan

model matematis, teori dan/atau hipotesis. Pendekatan ini digunakan leh peneliti

untuk menggambarkan faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat

dalam pelaksanaan triage di IGD.

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik deskriptif dimana peneliti

hanya mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap variabel yang diteliti

tanpa memberikan intervensi pada variabel tersebut.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui isu – isu yang bersifat temporer melalui pengumpulan

data yang dilakukan hanya satu kali saja.

Langkah langkah studi cross sectional yaitu dengan merumuskan pertanyaan

penelitian dan hipotesis yang sesuai, mengidentifikasi variable bebas dan terikat,

menetapkan subyek penelitian, melaksanakan pengukuran, lalu melakukan

analisis.

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Dalam pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif.

Pendekatan deskriptif merupakan suatu penelitian untuk mengetahui nilai variabel


38

baik satu variabel atau lebih tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Artinya

penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan variabel itu sendiri

tanpa ada pengaruh atau hubungan terhadap variabel lain seperti penelitian

eksperimen atau korelasi. Penelitian ini berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data, dengan menyajikan,

menganalisis dan menginterpretasikanya.

Langkah – langkah pendekatan deskriptif yaitu mengidentifikasi masalah,

membatasi dan merumuskan permasalahan, menentukan tujuan dan manfaat

penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data dengan tekhnik statisika yang

relevan.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi merupakan suatu objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat

yang berkerja pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Bandung

pada periode Juli – Agustus 2022 sebanyak 30 orang.

a. Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan total sampling. Dimana jumlah sampel sama

dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah


39

populasi yang kurang dari 100 berarti seluruh poluasi dijadikan

sampel penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini

adalah 30 orang.

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam pengumpulan data agar kegiatan tersebut lebih mudah dan

sistematis. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan format kuisioner yang

berisi tentang pengetahuan perawat dalam pelaksanaan triage di IGD. Responden

diberikan serangkaian pertanyaan yang disusun sebelumnya.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas kusioner yang digunakan berdasarkan

validitas konstruksi. Sebelum kuesioner disebarkan pada responden,

terlebih dahalu diujicobakan kepada 30 responden. Dengan jumlah

minimal 30 responden ini, distribusi skor (nilai) akan lebih

medekati kurva normal. Untuk menghitung kolerasi antar masing-

masing pertanyaan menggunakan rumus Djaali dan Muljono

dengan skor total digunakan teknik kolerasi produk moment yang

rumusnya sebagai berikut :

r =n ¿ ¿

Keterangan :
40

r = koefisien korelasi product momen

X = skor tiap pertanyaan/ item

Y = skor total

n = jumlah responden

Kuesioner dinyatakan valid jik koefisien kolerasi produk moment melebihi 0,3 dan

nilai r- hitung > dari r-tabel serta nilai signifikan ≤ α .

Interprestasi skala yang bersifat kualitatif (Wawan dan Dewi, 2016), yaitu :

1). Baik, apabila skor yang diperoleh dengan benar (76% - 100%)

2). Cukup, apabila skor yang diperoleh dengan benar (56% - 75%)

3). Kurang, apabila skor yang diperoleh dengan benar (< 56%).

2. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas terhadap kuesioner yang akan digunakan dan

hasilnya valid, maka langkah selanjutnya kuesioner tersebut diuji reliabilitasnya.

Dalam penelitian ini uji reliabilitas yang digunakan metode Alpha Croncbach.

Angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Croncbach minimal 0,7

6. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data atau melalui
41

pengisian lembar kuisioner.

Cara pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan,

persetujuan atau angket pada perawat IGD. Responden diminta mengisi kuisioner

sampai selesai dan kuisioner akan diambil pada saat itu juga oleh peneliti.

1. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan

bantuan komputer. Langkah-langkah pengolahan data meliputi :

1). Editing

Merupakan kegiatan untuk mengetahui kelengkapan data pada lembar

observasi yang akan diolah. Bila terdapat kesalahan atau berkurang

dalam pengumpulan data tersebut dapat diperiksa kembali.

2). Coding

Merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data berdasarkan

kategorinya masing-masing. Dalam penelitian ini pemberian kode pada

setiap komponen variabel dilakukan untuk mempermudah dalam

menganalisis data.

Tabel 3.2 Coding

Variabel Kategori Kode


42

Baik (76% - 100%).


Pengetahuan Triage 1

Cukup (56% - 75%). 2

Kurang (<56%). 3

Kemampuan Triage Baik (76% - 100%) 1

Cukup (56% - 75%). 2

Kurang (<56%). 3

Tingkat Pendidikan D3 Keperawatan 1

S1 Keperawatan/Ners 2

Jenis Kelamin Laki - laki 1

Perempuan 2

21 – 35 Tahun 1
Usia
> 35 Tahun 2

< 7 Tahun 1
Lama Bekerja
> 7 Tahun 2

3). Processing

Merupakan kegiatan memproses data yang dilakukan dengan cara


43

mengentri (memasukan data) ke dalam program komputer.

4). Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri

apakah ada kesalahan atau tidak. Data pasien ketuban pecah dini yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer di cek kembali apakah terdapat

data yang hilang dengan melakukan list, mengecek kembali apakah data

yang sudah di-entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau

kode yang digunakan serta kekonsistenan data.

b. Analisis Data

1). Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis data yang dilakukan secara

deskriptif untuk memperoleh gambaran nilai minimal, maksimal, rata-

rata, simpangan baku dan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi

berdasarkan variabel yang diteliti.

Dengan menggunakan analisis univariat kita dapat membuat

kesimpulan dengan menggunakan beragam analisis inferesial yang

mungkin digunakan. Analisis ini kerap disamakan dengan analisis

deskriptif karena hanya memberikan gambaran terhadat satu variabel

saja tanpa adanya intervensi dari variabel lain.


44

1. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pengajuan Judul

2 Studi Pendahuluan

3 Penyusunan Proposal

4 Desk Evaluasi

5 Pelaksanaan Penelitian

6 Pengolahan data, analisis data

7 Sidang Skripsi

8. Etika Penelitian

Etika mendasari penyusunan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent (Persetujuan)

Sebelum lembaran kuesioner dibagikan kepada responden terlebih

dahulu peneliti lebih memberikan penjelasan tujuan dan cara pengisian

kuesioner (informed choise). Setelah responden memahami apa yang telah

dijelaskan, peneliti memberikan lembaran persetujuan (informed consend)

untuk ditanda tangangi oleh responden

2. Kemanfaatan
45

Kewajiban secara etik untuk memaksimalkan manfaat dan

meminimalkan bahaya. Semua penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat,

desain penelitian harus jelas, peneliti yang bertanggung jawab harus

mempunyai kompetensi yang sesuai.

3. Anonimity (tanpa nama)

Responden tidak mencantumkan nama lengkap pada lembaran

pengumpulan data tetapi dengan menggunakan nama inisial untuk menjaga

kerahasiaan informasi.

4. Kerahasiaan

Kerahasiaan hasil atau informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin sebuah kerahasiaanya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentulah

yang akan dilaporkan pada riset. Penelitian menjamin kerahasiaan imformasi

yang diberikan, menjelaskan bahwa data dan informasi yang diperoleh dari

responden semata-mata untuk kepentingan penelitian dan hanya data tertentu

sesuai kebutuhan yang akan dilaporkan oleh peneliti. Kerahasiaan informasi

yang telah dikumpulkan dari responden disimpan, tidak disampaikan pada

publik kecuali untuk penelitian.


46

DAFTAR PUSTAKA
1. RAMA_14201_C2120059_0807068702_0805089104_01%20Front%20Ref
(1).
2. TRIAGE_KEPERAWATAN_GAWAT_DARURAT (1).
3. Kasenda M, Saehu MS, Wurjatmiko AT. Faktor – faktor yang Berhubungan
dengan Pelaksanaan Triage oleh Perawat. J Ilm Karya Kesehat [Internet].
2020;1(2):8–16. Available from:
https://stikesks-kendari.e-journal.id/JIKK/article/view/391/208
4. Saraswati CD. Hubungan Ketepatan Triase Dengan Response Time Perawat Di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd). Karya Tulis Ilmiah. 2019. 1p p.
5. Skripsi-1_PUxKdS.
6. Febi S, Panggabean M. Pengambilan keputusan terhadap tingkat pengetahuan
perawat dalam keperawatan klinis triase di ruang igd.
7. Pratiwi Y. THE RELATION BETWEEN THE NURSE KNOWLEDGE
LEVEL OF TRIAGE AND THE APPLICATION OF TRIAGE IN IGD
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WEST LOMBOK REGENCY Antoni
Eka Fajar Maulana 1 , Eva Marvia 2 , Yunia Pratiwi 3. 2017;3(1):99–104.
8. Samsudin CM. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康
47

関連指標に関する共分散構造分析 Title. Konstr Pemberitaan Stigma Anti-


China pada Kasus Covid-19 di Kompas.com [Internet]. 2020;68(1):1–12.
Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ndteint.2014.07.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ndteint.2017.12.003%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.matdes.2017.02.024
9. Zamrodah Y. 済無 No Title No Title No Title. 2016;15(2):1–23.
10. Adhitya K, Untoro W. Kinerja Klinis Sebagai Prediktor Kepuasan Pasien
Dengan Moderasi Prioritas Kegawatan Pasien. J Econ. 2017;13(2):155.
11. Herawati T, Gustina DS, Utami DS. Pelaksanaan Triage oleh Perawat Di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Lembang. J Kesehat Aeromedika [Internet].
2019;59–64. Available from:
https://jurnal.poltekestniau.ac.id/jka/article/view/22
12. Malik DIH. DAERAH KALISAT JEMBER Artikel Jurnal Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
FAKULTAS ILMU KESEHATAN. 2014;
13. DIKRIANSYAH F. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Biomass Chem Eng
[Internet]. 2018;3(2):‫ثقثقثقثق‬. Available from:
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/
1268/1127%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/
v3103/pdf/3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.php?
script=sci_arttext&pid=S0121-75772018000200067&lng=en&tlng=
14. Riduansyah M, Rahman RTA, Saputra1 R. Pemahaman Perawat Dalam
Pelaksanaan Triage Kecelakaan Lalu Lintas Di Igd. Caring Nurs J [Internet].
2021;Vol. 5 No.(1):15–8. Available from:
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
15. Megantara VD. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN
PERAWAT TENTANG TRIAGE DI IGD RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO
YOGYAKARTA. 2021;1–63.
16. Syah M. Pentingnya pengetahuan perawat tentang tahapan pengambilan
keputusan triage di igd. 2019;1–9.
17. Gawat I, Rsud D, Rangkasbitung A. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama
Kerja dengan Waktu Tanggap Perawat di Pendahuluan Ruang Perawatan
Gawat Darurat ( IGD ) akhir-akhir ini dianggap semakin menjadi bagian
terpenting dari sebuah rumah sakit atau puskesmas . IGD menjadi bagian
utama bagi . 2021;4(2).
48
49

LAMPIRAN

Lampiran 1- Surat izin studi pendahuluan


50

Lampiran 2- lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………………….
Umur : …………………………………………….
Jenis Kelamin : …………………………………………….
Alamat : …………………………………………….

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh


Saudara Alfian Novan Pahlevi Mahasiswa Tingkat 4 Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung yang
berjudul “ Gambaran Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Triage di
51

Ruangan IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung”. Dan saya akan
mengikuti proses penelitian serta menjawab kuesioner yang diberikan dengan sejujur-
jujurnya. Oleh karena itu saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden
pada penelitian ini dengan suka rela dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Bandung, ….. , ……………. 2022


Responden

(__________________)

Lampiran 3- Lembar Karakteristik Responden

IDENTITAS RESPONDEN DAN DATA DEMOGRAFI

No responden (diisi oleh peneliti) :


1. Nama (inisial) :
2. Tempat tanggal lahir :
3. Usia :
4. Alamat :
5. Jenis Kelamin :
 Laki laki
 Perempuan
6. Status :
 Belum menikah
52

 Menikah
7. Pendidikan :
 D3 Keperawatan
 Ners
8. Tempat bekerja :
9. Lama bekerja :
 ≤ 7 tahun
 8-14 tahun
 15-21 tahun
 ≥ 22 tahun

Lampiran 4- Kisi-Kisi Kuisioner


1. Pengetahuan Perawat

Variabel Jenis pertanyaan Nomor soal Jumlah


soal
Pengetahuan 1. Pengertian dan Prinsip 1,2,3,4 4
Triage
2. Klasifikasi Triase 5,6,7,10 4
3. Kategori Triase 8,9 2
TOTAL 10

2. Keterampilan Perawat
Variabel Jenis pernyataan Nomor soal Jumlah soal
Keterampilan Klasifikasi dan kategori 1,2,3,4,5 5
Peawat triage
TOTAL 5
53

Lampiran 5 – Kuisioner

No. PENGETAHUAN JAWABAN


B S
1. Triase berasal dari Bahasa inggris “trier” yang artinya memilah atau
membagi
2. Prinsip triase time saving diartikan bahwa respon time diusahakan
sesingkat mungkin untuk menyelamatkan pasien
3. Triase merupakan tindakan pemilihan pasien beradasarkan tingkatan
kegawatan pasien
4. Prinsip triase adalah memilih berdasarkan prioritas
5. Pasien dengan kasus cedera vertebra, fraktur terbuka dan trauma capitis
mendapatkan kategori pasien tidak gawat darurat atau tidak darurat tapi
54

gawat (merah)
6. Kelainan pernafasan (obstruksi jalan nafas) termasuk dalam prioritas I
(merah)
7. Urutan prioritas dalam triase adalah urgent (kuning), Emergency
(meah), Non Urgency (Hijau), Expectant (HItam)
8. False emergency atau penderita tidak mengancam nyawa tidak perlu
dilakukan tindakan segera merupakan kategori pasien non urgent
9. Tanggung jawab yang paling utama dari proses triase yang dilakukan
perawat adalah keakuratan dalam mengkaji pasien dan memberikan
perawatan sesuai dengan prioritasnya
10. Pasien dengan kategori tidak gawat, tidak darurat diberi tag kuning
yaitu pasien dengan priritas II
A. PENGETAHUAN
Petunjuk pengisian Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang menurut anda
paling tepat
B = Benar
S = Salah

B. KETERAMPILAN

1. Seorang pasien berinisial ny A masuk kerumah sakit dengan keluhan muntah


disertai BAB sejak kemarin sore.Pasien mengatakan saat BAB yang keluar
sejenis cairan.Pasien Nampak pucat, lemah dan teraba dingin disertai keringat.
CRT > 2 detik. Dari kasus tersebut pasien termasuk dalam kategori triage
berlabel apa..
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
2. Dilakukan pengkajian di pos bencana pada Tn. A usia 35 tahun dengan
beberapa luka di daerah tubuh nya karena mencoba mengevakuasi diri dari
banjir yang dating secara tiba - tiba. Respirasi 24x/menit, Nadi 80x/menit,
55

CRT < 2 detik. Dari kasus tersebut pasien termasuk dalam kategori triage
berlabel apa..
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………

3. Terjadi kecelakaan lalu lintas antara mobil dengan sepeda motor. Pengemudi
motor tersebut jatuh terlentang dipinggir jalan.Setelah dilihat kondisi fisiknya
pengemudi tersebut Nampak luka pada kaki kanannya serta kedua tangannya
terdapat luka sobek yang perlu penaganan.Tingkat keadarannya apatis. CRT <
2 detik. Dari kasus tersebut pasien termasuk dalam kategori triage berlabel
apa..
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………

4. Ditemukan pasien dengan beberapa luka di tubuhnya, pasien tidak dapat


berpindah dari tempat kejadian dan hanya bisa mengikuti perintah sederhana
saja. Nadi 80x/menit, pernapasan 25x/menit. CRT < 2 detik. Dari kasus
tersebut pasien termasuk dalam kategori triage berlabel apa..
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………
56

5. Terjadi kecelakaan lalu lintas dijalan raya antara mobil dengan sepeda motor
tepatnya didepan kantor DPRD kabupaten Bulukumba.Pada saat dilihat
kondisinya pengemudi kendaraan beroda dua tersebut tidak dikenall lagi
karena tubuhnya tidak menyatu lagi,melainkan terpisah-pisah. Dilihat dari
kondisinya pasien tidak bisa lagi diselamatkan. Dari kasus tersebut pasien
termasuk dalam kategori triage berlabel apa..
Jawaban :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………

c. TINGKAT PENDIDIKAN
Petunjuk pengisian Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang menurut anda paling tepat
No. TINGKAT PENDIDIKAN Checklist ( √ )
1. D3 Keperawatan
2. S1 Keperawatan/Ners
57

D. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk pengisian Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang menurut anda paling tepat
1). Jenis Kelamin
No. JENIS KELAMIN YA TIDAK
1. Laki - Laki
2. Perempuan

2). Usia
No. USIA YA TIDAK
1. 21 – 35 tahun
2. > 35 tahun
58

3). Lama Bekerja


No. LAMA BEKERJA YA TIDAK
1. < 7 tahun (Baru)
2. > 7 tahun (Lama)

Lampiran 6 – Bukti Menjadi Oponen


59

Lampiran 7 – Catatan Bimbingan


60
61
62

Anda mungkin juga menyukai