Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“Praktik Keperawatan Profesional”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan pada Semester 1 TA 2023/2024 Program Studi Sarjana Terapan
Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang

Dosen Pengampu :
Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep

Oleh Kelompok 3 :
Corry Amalia 233311302
Fatia Luthfiyyah Shafa 233311305
Luthfia Dira Hafdzila 233311311
Muhammad Luthfi Win Ariga 233311315
Muthia Andila Zikra 233311316
Mutiara Alkadri 233311317
Vien Virginia 233311332

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Praktik Keperawatan Profesional” ini tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam pemakalah sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kepada jalan kemuliaan.
Adapun tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas
mata konsep dasar keperawatan, Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep, dan
mengetahui, menambah wawasan tentang praktik keperawatan profesional.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak lepas dari dukungan serta bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengajar mata kuliah konsep dasar keperawatan, serta semua pihak yang
telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Pemakalah mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan makalah ini jauh lebih baik lagi. Pemakalah mohon maaf atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya,
pemakalah berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi
para pembacanya, khususnya bagi pemakalah dan bagi para generasi muda yang
akan datang.

Padang, 19 Oktober 2023


Kelompok 3

Pemakalah
ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Pengertian Praktik Keperawatan .................................................................. 4
B. Tujuan Praktik Keperawatan Professional ................................................... 4
C. Unsur-unsur keperawatan............................................................................. 5
D. Ruang Lingkup Peran Perawat Profesional ................................................. 5
E. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Profesional ....................................... 5
F. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional........................................ 6
G. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)........................... 7
H. Pilar-pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) ......... 8
I. Jenis atau Bentuk Praktik Keperawatan ....................................................... 9
1) Model Praktek Di Pelayanan Kesehatan .................................................. 9
2) Praktik keperawatan rumah .................................................................... 11
3) Praktik keperawatan berkelompok ......................................................... 11
4) Praktik keperawatan individual .............................................................. 11
5) Model Praktek Keperawatan Mandiri .................................................... 13
6) Tujuan Pelayanan Kesehatan .................................................................. 14
7) Manajemen Keperawatan ....................................................................... 14
a. Metode fungsional .............................................................................. 14
b. Metode Keperawatan Total ................................................................. 17
c. Metode tim .......................................................................................... 19
d. Metode primer..................................................................................... 23
e. Metode Kasus ..................................................................................... 27
iii
f. Metode Modular ................................................................................. 29
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 32
A. Kesimpulan ............................................................................................... 32
B. Saran .......................................................................................................... 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan zaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami
tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah
sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35
tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai 2 upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit. Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien
dan terapi yang dilakukan. Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan
yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan
kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.
Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana
caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara
teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan
motivasi kerja. Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu :

1
model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun
makalah tentang konsep model praktik keperawatan profesional untuk mengetahui
lebih dalam tugas perawat dalam memberi asuhan keperawatan. Sehingga
memberi kepuasan bagi pasien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut :
1. Apa definisi dari praktik keperawatan?
2. Apa tujuan praktik keperawatan profesional?
3. Apa saja unsur-unsur praktik keperawatan?
4. Apa saja ruang lingkup peran perawat profesional?
5. Apa saja ruang lingkup praktik keperawatan profesional?
6. Apa definisi dari model praktik keperawatan profesional?
7. Apa saja tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)?
8. Apa saja pilar-pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
9. Apa saja jenis atau bentuk dari praktik keperawatan?
10. Apa saja macam-macam metode praktik keperawatan profesional ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka diperoleh tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memberikan definisi tentang praktik keperawatan.


2. Untuk menjelaskan tujuan praktik keperawatan profesional.
3. Untuk memberikan unsur-unsur terkait dengan praktik keperawatan.
4. Untuk memberitahukan apa saja ruang lingkup peran perawat profesional
dalam konteks praktik keperawatan.
5. Untuk menjelaskan ruang lingkup praktik keperawatan profesional.
6. Untuk memberikan definisi tentang model praktik keperawatan profesional.

2
7. Untuk mengidentifikasi tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP).
8. Untuk memberitahukan apa saja pilar-pilar utama yang membentuk Model
Praktik Keperawatan Professional (MPKP).
9. Untuk mendeskripsikan berbagai jenis atau bentuk praktik keperawatan yang
ada.
10. Untuk menganalisis beragam macam metode dalam praktik keperawatan
profesional dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Praktik Keperawatan

Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional (Ners)


melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya (CHS,1992).
Menurut American Nursing Association (ANA): perlakuan terhadap
kompensasi pelayanan profesinal yang memerlukan pengetahuan khusus tentang
ilmu biologi, fisika/ilmu alam, perilaku, psikologi, sosiologi dan teori
keperawatan sebagai dasar untuk mengkaji, menegakkan diagnose, melakukan
intervensi, dan wvaluasi upaya peningkatan dan pemertahanan kesehatan;
penemuan dan pengelolaan masalah kesehatan, cidera, atau kecacatan;
pemertahanan fungsi optimal; atau meninggal dengan nyaman.
NCBSN (National Council of State Boards of Nursing): Praktik keperawatan
berarti membantu individu atau kelompok dalam mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan
mengkaji status kesehatannya, menentukan diagnose, merencanakan dan
mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai tujuan, serta
mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.

B. Tujuan Praktik Keperawatan Professional

Berikut adalah tujuan dari praktik keperawatan profesional:

a. Membantu individu untuk mandiri.


b. Mengajak individu atau masyarakkat berpartisipasi dalam bidang
kesehatan.
c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan
secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara
kesehatan.

4
d. Membantu individu memperoleh derajat secara optimal.

C. Unsur-unsur keperawatan

Berikut adalah unsur-unsur dari keperawatan:

a. Keperawatan sebagai ilmu dan seni merupakan implementasi ilmu fisika


biologi, perilaku manusia dan ilmu sosial
b. Keperawatan sebagai profesi berorientasi pada pelayanan unutk membantu
orang lain dalam mengatasi perubahan yang timbul akibat gangguan
kesehatan/ penyakit
c. Sasaran : individu/pasien, keluarga, kelompok masyarakat dan masyarakat
d. Jasa kepeawatan mencangkup pelayanan kesehatan oleh para perawat yang
bekerja sama dengan tenang lain dalam pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan.

D. Ruang Lingkup Peran Perawat Profesional

Peran perawat Sesuai Loka Karya Nasional 1983 :

a. Pelaksana pelayanan keperawatan


b. Pengelolaan pelayanan keperawatan dan istitusi pendidikan
c. Pendidik dalam keperawatan
d. Peneliti dan pengembangan keperawatan

E. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Profesional

1) Ruang lingkup keperawatan (Menurut Mitchel)


adalah membantu individu untuk bereaksi secara positif dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari termasuk dalam menghadapi kematian
dan masalah kesehatan/penyakit,baik yang nyata maupun yang mungkin
akan timbul, serta penanganannya.
2) Ruang lingkup perawat professional
a. Supervisi perencaan dan tindakan perawatan pasien secara
menyeluruh

5
b. Mengamati, mengintervensi, dan mengevaluasi keluhan – keluhan
pasien, baik secara mental maupun fisik.
c. Melaksanakan intruksi dokter tentang obat – obatan dan pengobatan
yang akan diberikan
d. Mengawasi anggota tim kesehatan yang memberikan pelayanan
perawatan kepada pasien.
e. Melaksanakan prosedur dan teknik perawatan, khususnya pada
tindakan yang membutuhkan keputusan, penyesuaian dan
pertimbangan berdasarkan data teknis.
f. Memberikan bimbingan kesehatan dan partisipasi dalam pendidikan
kesehatan.
g. Membuat catatan dan laporan fakta–fakta secara teliti dan
mengevaluasi perawatan pasien.

F. Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional

Keperawatan profesional adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang
profesional merupakan praktek keperawatan yangdilandasi oleh nilai-nilai
profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan
disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan
terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan
asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen
yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung
penerapan perawatan yang profesional di rumah sakit (Marquis, 2010).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). MPKP telah
dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia sebagai suatu
upaya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhan keperawatan melalui

6
beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan profesional yang
sistematik. Penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang
berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga keperawatan
yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penerapan
standar asuhan keperawatan.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang mendefinisikan empat unsur, yakni : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP untuk mengatur
pemberian asuhan keperawatan.
Hubungan anatar jasamani dan rohani tidak padat dipisahkan dengan model
komplementer dan sumplementer (Virginia Handerson, 1966).
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan filosofi konsep dan teori
keperawatan (Dermawan & Riyadi, 2010).

G. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Menurut Nursalam (2014), tujuan MPKP adalah sebagai berikut :

1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.


2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

7
H. Pilar-pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar


diantaranya adalah

1) Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen


sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu
pendekatan manajemen terdiri dari:

a. Perencanaan
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
b. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi
pasien.
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang
mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
d. pengawasan
e. pengendalian

2) Pilar II: sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan


professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.

3) Pilar III: hubungan professional

8
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim
kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang
terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.

4) Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan


keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP
tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah
asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

I. Jenis atau Bentuk Praktik Keperawatan

1) Model Praktek Di Pelayanan Kesehatan

1.1 Model praktek pelayanan kesehatan di puskesmas

Model praktek keperawatan professional merupakan suatu sistem, baik


menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan
keperawatan. Lingkup cakupan, dan batasan wewenang serta tanggung
jawab seorang perawat profesional (ners) dalam praktik keperawatan di
puskesmas atau di rumah sakit dikaji. Perawat professional dengan sikap
dan kemampuan professional dapat diberi wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dan puskesmas.
Menurut The American Public Healtahun Association perawat
kesehatan masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan
populasi dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan
kesehatan masyaraka. Sesuai dengan Kepmenpan No.94 Tahun 2001,
bahwa upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan
9
professional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas
yang dilaksanakan oleh perawat.
Perawat puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan
keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat, untuk mencapai kemandirian masyarakat baik
di sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Perawat
Kesehatan di puskesmas adalah semua perawat di puskesmas yang
menjabat sebagai pejabat fungsional perawat dan bekerja di puskesmas
yang disebut dengan perawat puskesmas. Pelaksana utama dari kegiatan
keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat fungsional
keperawatan di puskesmas.

1.2 Model praktek keperawatan di rumah sakit

Model praktik keperawatan dirumah sakit adalah suatu sistem (stuktur,


proses dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat
asuhan tersebut diberikan. Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan
Kesehatan yang mengemban tugas melaksanakan upaya Kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan. Berdasarkan tugas rumah sakit di atas, maka salah satu fungsi
rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Yang dimaksud dengan pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
salah satu jenis pelayanan professional yang diselenggarakan oleh rumah
sakit untuk melayani kebutuhan masyarakat khususnya dalam bidang
keperawatan yang diorganisir melalui pelayanan rawat inap. Seluruh
kegiatan pelayanan keperawatan di rumah sakit diselenggarakan selama 24
jam sehari secara berkesinambungan. Kegiatan tersebut diatur dan
diorganisir oleh manajer keperawatan. Pelayanan keperawatan sebgai
bagian integral dari pelayanan Kesehatan di rumah sakit, menentukan mutu
pelayanan Kesehatan di rumah sakit, oleh karena keberadaan perawat yang
memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan.
10
Keluhan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan pada umumnya
ditujukan pada sikap perawat yang kurang baik, kurang terampil dalam
berkomunikasi.
2) Praktik keperawatan rumah

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan


pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.

3) Praktik keperawatan berkelompok

Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24


jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola
yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan
rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi
berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan
dipandang perlu di masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu
dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus
meningkat.

4) Praktik keperawatan individual

Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk


praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan
dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya
konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk
praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan
masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan,
khususnya yang dikembangkan pemerintah.

11
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
1) Ketenagaan keperawatan
Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga
yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan
pasien. Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf
yang akan dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perawat, dan
klien untuk memenuhi standar praktek keperawatan.

2) Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen pelayanan
keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep-konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian atau evaluasi. Sistem
pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode dalam
pemberian asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim , metode
primer dan metode kasus.

3) Proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan
masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan
ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah:
a. Identifikasi masalah,
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
c. Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan melaksanakannya,
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah


proses keperawatan yaitu:

12
a. Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistik,
b. Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah
keperawatan,
c. Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah,
d. Implementasi rencana dan
e. Evaluasi hasil tindakan.

4) Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan


keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi
mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Disamping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan
keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat
berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri
dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan
catatan perkembangan pasien.

5) Model Praktek Keperawatan Mandiri

2.1 Praktek keperawatan perorangan


a. Pengertian
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama yang bersifat kolaborasi dengan klien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi
dengan keilmuan khusus, pengambilan keputusan dan keterampilan perawat
berdasarkan aplikasi ilmu sesuai lingkup kewenangan dan tanggung jawab.
Sedangkan, pengertian praktik keperawatan mandiri yaitu praktik perawat
swasta yang dilakukan secara perorangan atau kelompok.

13
b. Tujuan praktek keperawatan perorangan
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO harus
diupayakan pada pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien,
keluarga dan masyarakat, perawatan diri, dan peningkatan kepercayaan diri.
Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan kesehata
yaitu, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, pemulihan kesehatan, serta perawatan pasien menjelang ajal.

6) Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan diantaranya meliputi:


a. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan)
b. Preventif (pencegahan terhadap orang yang beresiko terhadap penyakit)
c. Kuratif (penyembuhan penyakit)
d. Rehabilitatif (pemulihan)

7) Manajemen Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan adalah bagian dari manajemen pelayanan


keperawatan yang merupakan pelaksanaan proses keperawatan dengan
menggunakan konsep-konsep-konsep manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian atau evaluasi. Sistem
pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 4 metode dalam
pemberian asuhan keperawatan, yaitu metode fungsional, metode tim, metode
primer dan metode kasus.

a. Metode fungsional
Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan
yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas
14
tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu
ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada
tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota
staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan
pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab
untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan
luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan
pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan
tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat
senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana
pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini
berdasarkan 3 kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat
kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan
tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek
keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang
pada saat perang dunia kedua.

 Contoh Aplikasi Model Keperawatan Fungsional


Perawat A tugasnya menyuntik sedangkan perawat B tugasnya mengukur
suhu badan pasien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua
klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien.

 Kelebihan Model Fungsional


(1) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
15
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
(3) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
(4) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
(5) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
(6) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
(7) Lebih sedikit membutuhkan perawat
(8) Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan
(9) Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas
(10) Tugas cepat selesai

 Kelemahan Model Fungsional


(1) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
(2) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
(4) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
(5) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat Hubungan
perawat dan klien sulit terbentuk
(6) Tidak efektif
(7) Membosankan
(8) Komunikasi minimal

16
 Struktur Model Keperawatan Fungsional

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat :


Bertanggung Perawat : Bagian
Memberikan
Jawab Merawat luka administrasi/
Terapi
terhadap Obat Rumah Tangga

Pasien

Gambar 1. Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional (Marquis,


2010)

b. Metode Keperawatan Total


Metode keperawatan asuhan pasien total adalah model pegelolaan asuhan
pasien yang paling tua. Pada metode ini, perawat mengemban tanggung jawab
total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang dikelola selama waktu
kerja mereka (Marquis, 2010).
Metode keperawatan Total yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Metode penugasan ini masih luas digunakan di rumah sakit dan lembaga
perawatan kesehatan di rumah. Struktur organisasi ini memberikan otonomi
dan tanggung jawab yang tinggi pada perawat. Mengelola pasien adalah
tindakan yang sederhana dan langsung serta tidak membutuhkan perencanaan
seperti yang dibutuhkan metode pemberi asuhan yang lain. Batas tanggung
jawab dan pertanggungjawaban jelas. Secara teori, Perlu tenaga yang cukup

17
banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama pasien mendapatkan
asuhan yang holistic dan tidak terpisah-pisah selama waktu kerja perawat.

 Kelebihan :
(1) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
(2) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
(3) Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
(4) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif.
(5) Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat.
(6) Mendukung penerapan proses keperawatan.

 Kekurangan :
(1) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas.
(2) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.

 Struktur Model Keperawatan Total

Perawat
Penanggung Jawab

Staf Keperawatan
Staf Keperawatan
Staf Keperawatan

Pasien/Klien
Pasien/Klien
Pasien/Klien

18
Gambar 2. Sistem pemberian asuhan keperawatan total (Marquis, 2010)

c. Metode tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua group dan ketua group
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua
group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim
melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan
keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun
1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa
pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan
sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan
model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan
keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang
perawat profesional (Nursalam, 2014).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan
terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.
Model tim 5 didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui
kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya
dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat
tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada
19
klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya
dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji
anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan
kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan :
1. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi
2. Anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
3. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
4. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
5. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.
Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien,
laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan
kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

 Kelebihan
(1) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan
holistik.
(2) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
(3) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
(4) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
(5) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda secara efektif.
(6) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.

20
(7) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(8) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas.

 Kelemahan
(1) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi
baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.
(2) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.
(3) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
(4) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
(5) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
(6) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

 Tanggung jawab Kepala Ruang


(1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan.
(2) Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
(3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan
kepemimpinan.
(4) Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
(5) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang
metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.
(6) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.
(7) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya.

21
(8) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang
lainnya.
(9) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya.
(10) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
(11) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

 Tanggung jawab ketua tim


(1) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan.
(2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
(3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya.
(4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
(5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan
bimbingan melalui konferens.
(6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya.
(7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan
(8) Menyelenggarakan konferensi.
(9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
(10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab
timnya.
(11) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.

 Tanggung jawab anggota tim


(1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

22
(2) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
(3) Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
(4) Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
(5) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
(6) Memberikan laporan

 Struktur Model Keperawatan TIM

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 3. Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Marquis, 2010)

d. Metode primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan
suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer
bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan
pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit
sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat
primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh
perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf
keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan
23
tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-
6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan
rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain
sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang
diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer.
Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung
jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter,
perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer
membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk
pengkoordinasian asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai 10 keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi
dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya
perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat
spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang
keperawatan.

 Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :


(1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai
pemulangan.

24
(2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan
lain, dan menyusun rencana perawatan.
(3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
(4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
(5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

 Kelebihan
(1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
(2) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
(3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
(4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi.
(5) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan
ilmu pengetahuan.
(6) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta
informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
(7) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
(8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada
klien.
(9) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.

25
(10) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
(11) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan
perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
(12) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
(13) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
(14) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
(15) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi.

 Kelemahan
(1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
(2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
(3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
(4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
(5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

 Ketenagaan metode primer


(1) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
(2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
(3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
(4) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten.

 Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer


(1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
(2) Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
(3) Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
(4) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(5) Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

26
 Tanggung jawab perawat primer
(1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
(2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
(4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
(6) Menyipakan penyuluhan untuk pulang
(7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga
sosial dimasyarakat
(8) Membuat jadual perjanjian klinis
(9) Mengadakan kunjungan rumah

 Struktur Model Keperawatan Primer

Dokter Perawat Sumber Daya


Penanggung Jawab Rumah Sakit

Perawat Primer

Perawat Associate Perawat Associate Perawat Associate


(sore hari) (malam hari) (sesuai kebutuhan)
(sepanjang hari)

Gambar 1.3 Diagram system asuhan keperawatan primer (Marquis, 2010)

e. Metode Kasus

27
Metode Kasus yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
dimana perawat mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh
aspek keperawatan yg dibutuhkan.
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien
dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien
secarmenyeluruh, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada pasien
dengan baik. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang tinggi
dari perawat, sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk ruangan ICU
ataupun ICCU.

 Kelebihan :
(1) Sederhana dan langsung
(2) Garis pertanggung jawaban jelas
(3) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi
(4) Memudahkan perencanaan tugas
(5) Perawat lebih memahami kasus per kasus

 Kekurangan :
(1) Moral  perawat profesional melakukan tugas non profesional
(2) Tidak dapat dikerjakan perawat non profesional
(3) Membingungkan
(4) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
(5) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama

28
 Struktur Model Asuhan Keperawatan Kasus

Kepala Ruangan

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 4. Sistem pemberian asuhan keperawatan kasus (Marquis, 2010)

f. Metode Modular
Metode Modular yaitu pengorganisasian pelayanan / asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan.
Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien.
Metode modular atau metode modifikasi adalah penggunaan metode
asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer.
Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling
besar tetap ada pada perawat professional. Perawat professional memiliki
kewajiban untuk memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat
professional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk,
tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat professional lainnya
yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.

 Kelebihan
(1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
(2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
29
(3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat
tim, cara ini efektif untuk belajar.
(4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
(5) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
(6) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
(7) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
(8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
(9) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan
(10) Lebih mencerminkan otonomi
(11) Menurunkan dana perawatan

 Kekurangan
(1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.
(2) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas
(3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
(4) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
(5) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/kedokteran
(6) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan
(7) Masalah komunikasi

 Tugas dan tanggungjawab kepala perawat


(1) Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.
(2) Memberikan motivasi pada staf perawat.
(3) Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

30
 Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler
(1) Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non
profesional untuk melaksanakan tindakan perawatan.
(2) Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji,
merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
(3) Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

 Tugas dan tanggung jawab anggota tim :


(1) Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan
ketua tim

 Struktur Model Keperawatan Modular

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 5. Sistem pemberian asuhan keperawatan modular (Marquis,


2010)

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama yang bersifat kolaboratif dalam memberikan asuhan keperawatan yang
holistik sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, baik dalam puskesmas,
rumah sakit, rumah, kelompok, maupun secara individu. Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) membantu menjaga konsistensi dan kualitas
asuhan keperawatan dengan mengacu pada nilai-nilai profesional, otonomi,
tanggung jawab, dan kolaborasi. Model pemberian asuhan keperawatan memiliki
enam macam, termasuk model kasus, model fungsional, model tim, model primer,
dan model modular, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya.
Model-model ini berfokus pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan.
Misalnya, metode kasus melibatkan perawat yang bertanggung jawab pada satu
pasien dengan perawatan konstan, sementara metode tim berfokus pada
pemenuhan kebutuhan objektif pasien. Metode keperawatan modular memiliki
kemiripan dengan metode tim dan primer. Keseluruhan, pemahaman tentang
komponen-komponen dalam model praktik keperawatan sangat penting untuk
memastikan asuhan keperawatan yang efektif dan berkualitas.

B. Saran
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah
membaca makalah ini. Pemakalah menyadari terdapat banyak kesalahan atau
kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, pemakalah meminta akan
kritik dan saran dari para pembaca demi kebaikan dalam pembuatan makalah
selanjutnya dan tentunya pemakalah meminta maaf atas segala kesalahan yang
terdapat pada pembuatan makalah ini.

32
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. dan Riyadi, S. (2010). Keperawatan Profesional.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Gaffar, L. O. J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesiona. Jakarta:


EGC.

Hidayat A. A. A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: teori &


aplikasi. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo, R. (2008). Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: EGC.
Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit: penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan di ruang rawat. (E. Wahyuningsih, Ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai