Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

MAKALAH

oleh
kelompok 5
Indah Dwi Haryati NIM 132310101005
Anis Fitri Nurul A NIM 132310101023
Yeni Dwi Aryati NIM 132310101045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VII
dengan dosen: Ns. Ratna Sari H., M.Kep

oleh
kelompok 5
Indah Dwi Haryati NIM 132310101005
Anis Fitri Nurul A NIM 132310101023
Yeni Dwi Aryati NIM 132310101045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Distosia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Ratna Sari H., M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik VII Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;
2. Orang tua tercinta yang telah mencurahkan perhatian dan dukungannya baik
secara materil maupun non materil;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, Maret 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................... ii
PRAKATA.................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN TEORI...................................................................................... 2
2.1 Pengertian Distosia .................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi Distosia.............................................................................. 3
2.3 Etiologi Distosia....................................................................................... 3
2.4 Tanda dan Gejala Distosia........................................................................ 4
2.5 Patofisiologi Distosia............................................................................... 4
2.6 Komplikasi Distosia................................................................................. 6
2.7 Pengobatan Distosia................................................................................. 6
2.8 Pencegahan Distosia................................................................................. 7
BAB 3. PATHWAYS.................................................................................................. 10
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................... 11
4.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................... 11
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 13
4.3 Perencanaan Keperawatan....................................................................... 14
4.4 Implementasi Keperawatan..................................................................... 18
4.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................. 21
BAB 5. PENUTUP...................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 23
5.2 Saran........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 24

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan
dalam persalinan. Salah satu klasifikasi dari distosia adalah distosia karena adanya
kelainan letak janin atau kelainan fisik janin misalnya presentasi bahu (Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, 2003). Pada persalinan dengan presentasi kepala,
setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3%
dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009). Distosia bahu
merupakan salah satu klasifikasi dari persalinan abnormal. Hubungan berat badan bayi
dengan kejadian distosia bahu berbanding lurus. Jika berat badan bayi lebih dari 4500 gr
maka angka kejadian distosia bahu adalah 19,0 (Manuaba, 2003).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan.
Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun
perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka
kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian distosia bahu.
1.2.2 Untuk mengetahui epidemiologi distosia bahu.
1.2.3 Untuk mengetahui etiologi distosia bahu.
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala distosia bahu.
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi distosia bahu.
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi distosia bahu.
1.2.7 Untuk mengetahui pengobatan distosia bahu.
1.2.8 Untuk mengetahui pencegahan distosia bahu.
1.2.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan distosia bahu.

1
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Distosia


Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan
dalam persalinan. Salah satu klasifikasi dari distosia adalah distosia karena adanya
kelainan letak janin atau kelainan fisik janin misalnya presentasi bahu (Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, 2003). Distosia secara harfiah berarti
persalinansulit, dan ditandai oleh kemajuan persalinan yang terlalu lambat. Secara
umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran
(disproporsi) antara bagian presentasi janin dan jalan lahir (Leveno, 2003). Kelainan
persalinan ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri atau
berkombinasi: a). kelainan gaya dorong (ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang kurang
kuat atau kurangnya koordinasi untuk melakukan pendataran dan dilatasi serviks
(disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya otot volunteer selama persalinan kala dua,
b). kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul sempit, c) kelainan presentasi, posisi atau
perkembangan janin dan kelainan jaringan lunak saluran reproduksi yang membentuk
halangan bagi turunnya janin. (Cunningham, Gary: 2005)
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari
satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas
panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban
pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan
keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus
atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot
uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. Distosia bahu merupakan kelahiran
kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa
lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi
mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu
merupakan kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan. Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri,

2
dimana bagian bahunya tertahan pada apertura inferior pelvis dengan bahu depan yang
terperangkap di bawah os pubis.

2.2 Epidemiologi Distosia


Distosia merupakan indikasi paling sering untuk dilakukannya seksio sesaria. Di
Amerika Serikat, hampir 60% kelahiran dengan cara seksio disebabkan oleh karena
adanya distosia. Distosia bahu merupakan salah satu klasifikasi dari persalinan
abnormal. Hubungan berat badan bayi dengan kejadian distosia bahu berbanding lurus.
Jika berat badan bayi lebih dari 4500 gr maka angka kejadian distosia bahu adalah 19,0
(Manuaba, 2003). Kejadian distosia bahu yaitu 1-2 per 1000 kelahiran dan 16 per 1000
kelahiran bayi > 4000 gr. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 – 0,3 % dari seluruh
persalinan pervaginam dengan presentasi kepala.

2.3 Etiologi Distosia


Etiologi dari persalinan dengan distosia bahu antara lain:
a. ibu hamil dengan DM;
b. ibu hamil dengan pre-DM;
c. ibu hamil dengan gestational diabetes melitus;
d. ibu hamil dengan overweight;
e. ibu hamil dengan postur gemuk pendek;
f. kehamilan serotinus (Manuaba, 2003).

Sedangkan faktor predisposisi pada distosia bahu antara lain:


a. bentuk pelvis tidak normal;
b. taksiran berat janin 0,5 kg lebih besar daripada bayi sebelumnya;
c. peningkatan berat badan ibu yang berlebihan;
d. diabetes kehamilan;
e. peningkatan paritas;
f. induksi persalinan;
g. kala satu dan dua persalinan yang lama;
h. makrosomia (Sinclair, 2003).

3
i. 5P (Power, Passage, Passanger, Psyche, Penolong).

2.4 Tanda dan Gejala Distosia


a. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva.
b. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
c. Dagu tertarik dan menekan perineum.
d. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum
sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
e. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis (tanda kura-kura).
f. Ibu merasa gelisah, suhu tubuh meningkat, nadai dan pernafasan meningkat,
edema pada vulva dan serviks, serta ketuban bau.
g. DJJ janin cepat dan tidak teratur

Adapun tanda dan gejala menurut Cunningham dalam buku Williams Obstetric antara
lain:
a. Palpasi luar menunjukkan bagian terbawah janis belum masuk pintu atas
panggul
b. Diameter anterior-posterior lebih kecildari normal atau pintu atas panggul
berbentuk segitiga
c. Dinding samping panggul menyempit dan krista iliaka sangat menonjol.
d. Sacrum melengkung ke depan dan coccygeus mengarah pada sumbu jalan lahir.
e. Kontraksi lemah dan tidak terkoordinasi.
f. Ibu tidak mampu membuat posisi efektif untuk mengedan.

2.5 Patofisiologi Distosia


His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke
asalnya +10 mmHg.

4
Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot uterus
meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya  Tidak adanya koordinasi antara kontraksi
atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan
lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga disebut
sebagai incoordinate hipertonic uterin contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi
dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen
bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan pemeriksaan dalam,
kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri.

Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu


memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu
sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior berada di
cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang
cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau
berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior
ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat tertahan
promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala
yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putaran paksi luar, dan tertahan
akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan
turtle sign) (Prawirohardjo, 2009).
Bentuk pelvis tidak normal, peningkatan berat badan ibu yang berlebihan,
diabetes saat kehamilan serta kala satu dan dua persalinan yang lama menjadi faktor
predisposis distosia bahu terjadi serta faktor predisposisi 5P (Power, Passage,
Passanger, Psyche, Penolong) yang mengakibatkan proses kelahiran lama dengan upaya
ibu mengejan yang lebih besar yang menyebabkan otot panggul tidak berkontraksi

5
dengan baik dan jalan lahir tidak membuka secara optimal pula sehingga bahu bayi
terjepit dan menyebabkan resiko paralisis fleksus brachialis dan fraktur klavikula dan
terjadi keletihan pada ibu karena energi yang banyak dikeluarkan. Penekanan yang
keras pada saat mengejan mengakibatkan adanya KPD atau ketuban pecah dini yang
menyebabkan adanya invasi dari mikroorganisme patologis sehingga adanya infeksi
pada desidua atau membran mukosa yang melapisi rahim. Munculnya amnionitis atau
sepsis mengakibatkan adanya respon inflamasi sehingga metabolisme meningkat yang
mengakitbatkan suhu tubuh meningkat, kebutuhan O 2 meningkat, dan hipermetabolisme
sehingga cairan yang keluar melalui keringat dan urin.
2.6 Komplikasi Distosia
Komplikasi dari distosia bahu dapat terjadi pada ibu maupun janin yaitu
a. Komplikasi pada ibu: cedera kandung kemih, laserasi derajat empat yang
selanjutnya disertasi dehisensi, infeksi, dan pembentukan fistula serta
perdarahan postpartum akib at atoni uterus dan laserasi pada serviks dan
vagina, Robekan perineum derajat III atau IV, Rupture Uteri.
b. Komplikasi pada janin: fraktur pada humerus atau klavikulas, cedera pada
pleksus brakialis, asfiksia disertai sekuela pada persarafan, dan kematian,
Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen (Sinclair,
2003).

2.7 Pengobatan

1. Penanganan Umum
a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b) Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c) Kolaborasi dalam pemberian :
1) Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
2) Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin
10 mg (IM)
d) Perbaiki keadaan umum
1) Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
2) Berikan cairan

6
2. Penanganan Khusus
a. Kelainan His
1) TD diukur tiap 4 jam
2) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
3) Pemeriksaan dalam
4) Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan
analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his
b. Kelainan janin
1) Pemeriksaan dalam
2) Pemeriksaan luar
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4) Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria
baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir
persalinan
c. Kelainan jalan lahir
1) Dilakukan eksisi sebisa mungkin sehingga persalinan berjalan lancar
2) Jika konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan
dengan SC
2.8 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat
dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia
reproduksi pra-nikah.
c. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
d. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi

7
e. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada
primigravida.
f. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat dan kematian.

2.8.1 Penatalaksanaan Distosia


Penatalaksanaan pada persalinan dengan distosia bahu antara lain:
a. Antisipasi, ACOG menyatakan bahwa pelahiran sesaria profilaksis dapat dipilih
sebagai cara pelahiran untuk wanita diabetik yang janinnya dicurigai memiliki
taksiran berat janin >4500gram atau untuk bayi dari wanita non-diabetik, yang
taksiran berat janinnya >5000 gram. Wanita dengan pelahiran per vaginam harus
berpartisipasi dalam setiap pembuatan keputusan sebelum kelahiran. Personel
yang tepat disiagakan dan hadir untuk pelahiran, kandung kemih dikosongkan,
anastesi diberikan, dan episiotomi dapat dilakukan.
b. Upayakan pelahiran dengan usaha mengeluarkan dari ibu
c. Untuk “bahu kecil”, ubah posisi wanita ke posisi bertumpu tangan lutut untuk
memudahkan pelahiran bahu posterior.
d. Perasat sekrup kayu.
e. Perasat Hibbard.
f. Patahkan klavikula dengan menekannya terhadap ramus pelvis (Sinclair, 2003).
Adapun penatalaksanaan menurut (Manuaba, 2003) dalam buku Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana antara lain:
a. Manuver Mc. Roberts
b. Manuver Masanti
c. Manuver Hibbard dan Resnick
d. Manuver Woods Cork Screw

8
e. Manufer schwarts dixon
f. Melahirkan Bahu Belakang
g. Manufer Rubin
h. Manuver Zevanelli
i. Teknik kleidotomi
j. Simfisiotomi

9
BAB 3 PATHWAYS

Kelainan tenaga Kelainan bentuk dan Kelainan jalan lahir Kelainan respon
letak janin (janin psikologis
besar, letsu)
Kurang pengetahuan
tentang cara PAP sempit Ketokolamin
mengejan dengan
benar Vasokontriksi Pemb.
darah di miometrium

Kontraksi tidak Janin kesulitan


sinkron dengan melewati PAP
tenaga His atau kontraksi
uterus

Tenaga cepat habis Kesulitan persalinan/


macet

DISTOSIA

Tonus otot Partus lama Rencana


tindakan SC

Obstruksi
Penekanan Penekanan Energi ibu Jalan lahir Krisis situasi
mekanis
pada jalan kepala janin terpapar
pada
lahir pada panggul terlalu lama
penurunan hipermetaboli dengan udara ketokolamin
janin sme luar
Menekan saraf Risiko cidera
stress
janin Risiko
Risiko Patogen
cedera kekurangan
cairan mudah masuk Ansietas
maternal Respon
hipotalamus
Risiko infeksi
Pengeluaran
mediator nyeri

Respon nyeri

Nyeri akut

10
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pengkajian Umum
a. Identitas
Nama, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan, dan lama perkawinan serta data demografi.
b. Keluhan Utama
Proses persalinan yang lama dan panjang menyebabkan adanya keluhan nyeri,
letih dan cemas.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti kelainan letak janin
(lintang, sunsang) apa yang menjadi presentasi, dll.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat distosia sebelumnya dan juga biasanya ada penyulit persalinan
sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, ada riwayat DM, biasanya ada
riwayat hamil kembar dll.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah,
DM, eklamsi dan pre eklamsi.
4.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Konjungtiva anemis dan muka pucat
2) Mata
Biasanya konjungtiva anemis
3) Thorak 
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang
tertinggal saat pernafasan
4) Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau
menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi, raba fundus keras atau lembek,

11
biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaan pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak
untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih. 
5) Vulva dan Vagina
Lakukan VT : ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba
promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
6) Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan
tulang belakang
4.1.3 Pemeriksaan pola aktivitas
1) Aktivitas / Istirahat
Klien dengan persalinan distosia biasanya mengeluhkan keletihan dan
kurang energi.
2) Sirkulasi
Klien dengan persalinan distosia biasanya menunjukkan tekanan darah yang
meningkat diikuti dengan frekuensi nadi yang meningkat.
3) Integritas Ego
Klien biasanya mengeluhkan cemas dan ketakutan akan persalinan yang
abnormal karena proses persalinan yang panjang.
4) Eliminasi
Klien biasanya menunjukkan adanya distensi kandung kemih.
5) Makanan / Cairan
Klien dengan persalinan distosia biasanya mengeluhkan tidak nafsu makan
karena nyeri yang dirasakan.
6) Nyeri/ Ketidaknyamanan
Klien biasanya mengeluhkan nyeri akibat proses persalinan yang panjang
dengan adanya penekanan pada jalan lahir yang keras dari ibu saat
mengejan.
7) Pernapasan
Klien biasanya menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pernapasan
dengan proses persalinan yang cukup panjang.

12
4.1.4 Pemeriksaan Penunjang Distosia Bahu
Pemeriksaan penunjang pada persalinan dengan distosia bahu antara lain:
a. Ultrasonografi (USG): dapat menentukan presentasi janin, ukuran, jumlah
kehamilan, lokasi plasenta, jumlah cairan amnion, malformasi jaringan lunak
atau tulang janin
b. Pelvimetri radiologik (pengukuran panggul ibu melalui foto)
Dengan memperhatikan indikasi, syarat, dan kontraindikasi beberapa tindakan
akan dilakukan untuk persalinan seperti akselerasi (mempercepat) persalinan,
ekstrasi (tindakan menarik keluar janin, atau operasi sesar (Kasdu, 2005).
c. MRI
d. Kegunaannya untuk pelvimetri yang akurat, gambaran fetal yang lebih baik, dan
gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia.

4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan distosia sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan kepala pada servik, partus lama,
kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan penurunan
tonus otot/poa kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin,
keletihan maternal.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan hipermetabolisme,
muntah, pembatasan masukan cairan
4. Risiko tinggi cedera tehadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama,
dan bayi sulit keluar dan malpresentasi janin.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan rupture membrane, tindakan
invasive
6. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama

13
4.3 Perencanaan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
n

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Perubahan lokasi atau
berhubungan tindakan perhatikan lokasi atau karakter atau intensitas nyeri
dengan keperawatan selama karakter dan intensitas dapat mengindikasikan
tekanan 3 x 24 jam (skala 0-10). terjadinya komplikasi atau
kepala pada diharapkan nyeri 2. Berikan tindakan perbaikan.
servik, klien berkurang kenyamanan dasar 2. Meningkatkan relaksasi.
partus lama, dengan kriteria hasil: contoh tekhnik 3. Menurunkan reaksi terhadap
kontraksi a. Skala nyeri relaksasi, perubahan stimulasi dari luar atau
tidak efektif berkurang posisi dengan sering. sensivitas pada suara-suara
b. Wajah klien 3. Berikan lingkungan bising dan meningkatkan
tidak meringis yang tenang sesuai istirahat/relaksasi.
kesakitan indikasi. 4. Pernyataan memungkinkan
c. Mampu 4. Dorong ekspresi pengungkapan emosi dan
mengontrol nyeri perasaan tentang dapat meningkatkan
d. Mengatakan rasa nyeri. mekanisme koping.
nyaman setelah nyeri 5. Berikan kompres 5. Meningkatkan
berkurang hangat pada lokasi vasokontriksi, penumpukan
nyeri. resepsi sensori yang
6. Kolaborasikan dalam selanjutnya akan
pemberian analgetik menurunkan nyeri di
lokasi yang paling
dirasakan.
6. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan nyeri yang
berat serta meningkatkan
kenyamanan dan istirahat.
Catatan: Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi
sehingga menimbulkan
ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.

Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tinjau ulang riwayat 1. Membantu dalam


cedera tindakan persalinan, awitan mengidentifikasi
maternal keperawatan selama dan durasi kemungkinan penyebab,
berhubungan 3 x 24 jam 2. Catat waktu/jenis kebutuhan pemeriksaan
dengan diharapkan klien obat. Hindari diagnostik, dan intervensi
perubahan tidak mengalami pemberian narkotik yang tepat. Disfungsi uterus
penurunan resiko tinggi cidera atau anestetik blok dapat disebabkan oleh
tonus maternal dengan epidural sampai keadaan atonik atau

14
otot/poa kriteria hasil: serviks dilatasi 4 cm hipertonik.
kontraksi 1. Mencapai dilatasi 3. Evaluasi tingkat 2. Pola kontraksi hipertonik
otot, serviks keletihan yang dapat terjadi pada respons
obstruksi sedikitnya 1,2 menyertai, serta terhadap oksirosin, sedatif
mekanis pada cm/jam untuk asktivitas dan yang diberikan terlalu dini
penurunan primipara, 1,5 istrahat, sebelum (atau melebihi kebutuhan)
janin, cm/jam untuk awitan persalinan dapat menghambat atau
keletihan multipara pada 4. Kaji pola kontraksi menghentikan persalinan
maternal. fase aktif. uterus secara manual 3. Kelelahan ibu yang
2. Penurunan janin atau secara berlebihan menimbulkan
sedikitnya 1 elektronik disfungsi sekunder atau
cm/jam untuk 5. Catat kondisi mungkin akibat dari
primipara, 2 serviks. Pantau tanda persalinan lama/persalinan
cm/jam untuk amnionitis. Catat palsu.
multipara peningkatan suhu 4. Disfungsi kontrkasi
atau jumlah sel darah memperlama persalinan
putih; catat bau dan meningkatkan risiko
warna rabas vagina komplikasi maternal;/janin.
6. Catat penonjolan, 5. Serviks kaku atau tidak siap
posisi janin, dan tidak akan dilatasi,
presentasi janin menghambat penurunan
7. Palpasi abdomen janin/kemajuan persalinan.
pada klien kurus Terjadinya amnionitis
terhadap adanya secara langsung
cincin retraksi dihubungkan dengan
patologis di anatara lamanya
segmen uterus. persalinan,sehingga
8. Tempatkan klien melahirkan harus terjadi
pada posisi dalam 24 jam setelah pecah
rekumben lateral ketuban.
dan anjurkan tira 6. Indikator kemajuan
baring atau persalinan ini dapat
ambulasi sesuai mengindentifikasi
toleransi timbulnya penyebab
persalinan lama..
7. Pada persalinan terhambat,
depresi cincin patologis
(cincin Bandl) dapat terjadi
pada hubungan segmen atas
dan bawah, menandakan
ancaman ruptur uterus.
8. Relaksasi dan peningkatan
perfusi uterus dapat
. memperbaiki pola
hipertonik. Ambulasi dapat
membantu kekuatan

15
gravitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan
dilatasi serviks.

Resiko Setelah dilakukan 1. Pantau tanda 1. Menunjukkan tanda


tinggi tindakan kekurangan cairan, kehilangan cairan
kekurangan keperawatan selama seperti kulit dan berlebihan atau dehidrasi.
cairan b/d 3 x 24 jam membran mukosa 2. memberikan informasi
hipermetabo diharapkan resiko kering. tentang keseimbangan
lisme, tinggi kekurangan 2. Observasi masukan cairan
muntah, cairan dapat teratasi dan haluaran, 3. Penggantian cairan yang
pembatasan dengan kriteria hasil: karakter, jumlah hilang.
masukan dan berkeringat 4. Menurunkan kehilangan
cairan a. Turgor kulit 3. Anjurkan klien cairan pada usus.
kembali normal. untuk banyak
b. Membran minum.
mukosa lembab. 4. kolaborasi dengan
c. Intake output tim kesehatan lain
seimbang. terkait pemberian
obat sesuai
indikasi
Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji DDJ secara 1. Mendeteksi respon
cedera tindakan manual atau abnormal, seperti
tehadap keperawatan selama elektronik, variabilitas yang
janin 3 x 24 jam perhatikan berlebhan, bradikardi &
berhubungan diharapkan resiko variabilitas, takikardi, yang mungkin
dengan tinggi cidera janin perubahan periodik disebabkan oleh stres,
persalinan dengan kriteria hasil: dan frekuensi dasar. hipoksia, asidosis, atau
yang lama, Menunjukan proses 2. Perhatikan tekanan sepsis)
dan bayi melahirkan dalam uterus 2. Tekanan kontraksi lebih
sulit keluar batas normal dengan selamaistirahat dan dari 50 mmHg
dan variabilitas baik fase kontraksi menurunkan atau
malpresentas tidak ada deselerasi melalui kateter mengganggu oksigenasi
i janin. lambat tekanan intrauterus dalam ruang intravilos)
bila tersedia 3. Kontraksi yang terjadi
3. Kolaborasi : setiap 2 menit atau kurang
Perhatikan tidakmemungkinkan
frekuenasi kontraksi oksigenasi adekuat dalam
uterus.beritahu ruang intravilos)
dokter bila frekuensi 4. Presentasi ini
2 menit atau kurang meningkatkan risiko ,
4. Siapkan untuk karena diameter lebih
metode melahirkan besar dari jalan masuk ke
yang paling aman pelvis
5. Atur pemindahan 5. Risiko cedera atau

16
pada lingkungan kematian janin meningkat
perawatan. dengan malahirkan
pervagina bila presentasi
selain verteks)
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. gunakan sabun anti 1. sabun anti mikroba dapat
infeksi b/d tindakan mikroba untuk cuci mengurangi dan mencegah
rupture keperawatan selama tangan penularan kuman.
membrane, 3 x 24 jam 2. pertahankan 2. Lingkungan aseptik
tindakan diharapkan resiko lingkungan aseptik merupakan lingkungan atau
invasive tinggi infeksi dapat selama tindakan keadaan yang bebas dari
teratasi dengan 3. berikan terapi mikroorganisme.
kriteria hasil: antibiotik bila perlu 3. Antibiotik merupakan obat-
infection protection obatan yang digunakan
1. klien bebas dari (proteksi terhadap untuk menekan atau
tanda dan gejala infeksi) menghentikan proses
infeksi 4. ajarkan cara biokimia dalam organisme,
2. jumlah leukosit menghindari infeksi khususnya pada proses
dalam batas infeksi oleh bakteri.
normal 4. Sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya infeksi
Ansietas b/d Setelah dilakukan 1. gunakan pendekatan 1. pendekatan yang
persalinan tindakan yang menenangkan menenangkan dapat
lama keperawatan selama 2. jelaskan prosedur mengurangi rasa cemas
3 x 24 jam dan apa yang yang dialami pasien
diharapkan ansietas dilakukan selama 2. penjelasan mengenai
klien teratasi dengan prosedur tindakan serta prosedur
kriteria hasil: 3. dorong keluarga dapat menambah
untuk menemani pemahaman pasien dan
1. mampu 4. intruksikan pasien mengurangi kecemasan
mengidentifikasi menggunakan teknik 3. dukungan (supportif) dari
mengungkapkan relaksasi keluarga dapat mengurangi
dan menunjukan rasa cemas
teknik 4. teknik relaksasi adalah
mengontrol teknik yang dapat
cemas mengendurkan syaraf-
2. vital sign dalam syaraf sehingga
batas normal menimbulkan rasa tenang.
3. ekspresi wajah
dan bahasa tubuh
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4.4 Pelaksanaan

17
No. Diagnosa Pelaksanaan
1. Nyeri akut b/d tekanan 1. mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi
kepala pada servik, partus atau karakter dan intensitas (skala 0-10).
lama, kontraksi tidak efektif 2. memberikan tindakan kenyamanan dasar
contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi
dengan sering.
3. memberikan lingkungan yang tenang sesuai
indikasi.
4. mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
5. memberikan kompres hangat pada lokasi
nyeri.
6. mengkolaborasikan dalam pemberian
analgetik
2. Resiko tinggi cedera 1. meninjau ulang riwayat persalinan, awitan
terhadap maternal (ibu) b/d dan durasi
penurunan tonus otot/poa 2. mencatat waktu/jenis obat. Hindari
kontraksi otot, obstruksi pemberian narkotik atau anestetik blok
mekanis pada penurunan epidural sampai serviks dilatasi 4 cm
janin, keletihan maternal. 3. mengevaluasi tingkat keletihan yang
menyertai, serta asktivitas dan istrahat,
sebelum awitan persalinan
4. mengkaji pola kontraksi uterus secara
manual atau secara elektronik
5. mencatat kondisi serviks. Pantau tanda
amnionitis. Catat peningkatan suhu atau
jumlah sel darah putih; catat bau dan warna
rabas vagina
6. mencatat penonjolan, posisi janin, dan
presentasi janin
7. mempalpasi abdomen pada klien kurus
terhadap adanya cincin retraksi patologis di

18
anatara segmen uterus. (Cincin ini tidak
dapat dipalpasi melalui vagina, atau melalui
abdomen pada klien gemuk)
8. menempatkan klien pada posisi rekumben
lateral dan anjurkan tira baring atau
ambulasi sesuai toleransi
3. Resiko tinggi kekurangan 1. memantau tanda kekurangan cairan, seperti
cairan b/d kulit dan membran mukosa kering.
hipermetabolisme, muntah, 2. mengobservasi masukan dan haluaran,
pembatasan masukan cairan karakter, jumlah dan berkeringat
3. menganjurkan klien untuk banyak minum.
4. mengkolaborasi dengan tim kesehatan lain
terkait pemberian obat sesuai indikasi
4. Risiko tinggi cedera tehadap 1. mengkaji DDJ secara manual atau
janin berhubungan dengan elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan
persalinan yang lama, dan periodik dan frekuensi dasar.
bayi sulit keluar dan 2. memperhatikan tekanan uterus
malpresentasi janin. selamaistirahat dan fase kontraksi melalui
kateter tekanan intrauterus bila tersedia
3. mengkolaborasikan : Perhatikan frekuenasi
kontraksi uterus.beritahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau kurang
4. menyiapkan untuk metode melahirkan yang
paling aman
5. mengatur pemindahan pada lingkungan
perawatan.
5. Resiko tinggi infeksi b/d 1. menggunakan sabun anti mikroba untuk cuci
tangan
rupture membrane, tindakan
2. mempertahankan lingkungan aseptik selama
invasive tindakan
3. memberikan terapi antibiotik bila perlu
infection protection (proteksi terhadap
infeksi)
4. mengajarkan cara menghindari infeksi

19
6. Ansietas b/d persalinan 1. menggunakan pendekatan yang menenangkan
2. menjelaskan prosedur dan apa yang
lama
dilakukan selama prosedur
3. mendorong keluarga untuk menemani
4. mengintruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi

4.5 Evaluasi

No. Diagnosa Evaluasi


1. Nyeri akut b/d tekanan S : klien mengatakan “nyeri yang saya rasakan
kepala pada servik, partus sudah berkurang”
lama, kontraksi tidak efektif
O : klien tampak rileks, skala nyeri turun

A : tujuan telah tercapai


P : hentikan tindakan keperawatan.

2. Resiko tinggi cedera terhadap S : klien mengatakan “saya sudah tidak lemas.”
maternal (ibu) b/d penurunan
O : klien mulai menhejan dengan kuat
tonus otot/poa kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada A : tujuan tercapai
penurunan janin, keletihan
P : hentikan tindakan keperawatan
maternal.
3. Resiko tinggi kekurangan S : klien mengatakan “saya sudah merasa
cairan b/d hipermetabolisme, baikan.”
muntah, pembatasan masukan
O : kebutuhan cairan terpenuhi
cairan
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.

4. Risiko tinggi cedera tehadap S : klien mengatakan “saya sudah mendingan

20
janin berhubungan dengan pak buk.”
persalinan yang lama, dan
O : hipoksia dapat diatasi
bayi sulit keluar dan
malpresentasi janin. A : tujuan telah tercapai

P : hentikan tindakan keperawatan

5. Resiko tinggi infeksi b/d S : klien mengatakan tidak merasa terganggu


rupture membrane, tindakan dan tidak nyeri
invasive
O : risiko infeksi dapat diatasi

A : tujuan telah tercapai

P : hentikan tindakan keperawatan

6. Ansietas b/d persalinan lama S : klien mengatakan “saya sudah mengerti


tentang penjelasan ibu bapak”

O : ansietas dapat diatasi

A : tujuan telah tercapai

P : hentikan tindakan keperawatan

21
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan
dalam persalinan. Distosia secara harfiah berarti persalinansulit, dan ditandai oleh
kemajuan persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering
terjadi jika terdapat ketidakseimbangan ukuran (disproporsi) antara bagian presentasi
janin dan jalan lahir. . Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu
anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor).
5.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan dapat menjelaskan tentang
asuhan keperawatan distosia bahu dengaan baik dengan cara mengetahui tentang proses
persalinan distosia bahu. Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat
khusunya ibu hamil untuk melakukan ANC (Ante Natal Care) selama kehamilan agar
mencegah terjadinya distosia bahu pada janin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rded. USA : The McGraw-Hill
Companies, Inc

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obsetri


Patologi, E/2. Jakarta: EGC

Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara

Leveno, Kenneth J. et al. 2004. Obsetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 21. Alih
bahasa oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstertri

Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classifications 2012-


2014. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda., Kusuma, hardhi. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NIC. Yogyakarta: MediAction
Publishing
Perry, Shannon E, dkk, 2010. Maternal Child Nursing Care Edisi 4. Canada : Mosby
Elseveir
Prawirohardjo, Sarwono., 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
PT Bina Pustaka

Sinclair, Constance. Buku Saku Kebidanan. 2003. Alih bahasa oleh Eny Meiliya & Esty
Wahyuningsih. Jakarta: EGC

23
Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

24

Anda mungkin juga menyukai