Anda di halaman 1dari 22

Disusun Oleh:

Kelompok 4 (4B Keperawatan)

1. Ayu Ashari (2002013050)


2. Faizah Fatimah Azzahroh (2002013055)
3. Fajar Risla Oktaviana (2002013065)
4. Florensa Anna Wartama (2002013025)
5. Ilham Putra Wijaya (2002013044)
6. Muhammad Syafiq Azziyad (2002013020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN & NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021/2021 i
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH
Tugas Makalah Subinvolusio ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan maternitas II semester Genap (IV)
KEPERAWATAN MATERNITAS 2
SUBINVOLUSIO
Lamongan, 2 Juni 2022

Menyetujui,

Anggota Kelompok 4 (4B-Keperawatan)

1. Ayu Ashari (2002013050) (....................)


TUBO-OVARIUM ABCESS
(2002013055) (TOA)
2. Faizah Fatimah Azzahroh (....................)
3. Fajar Risla Oktaviana (2002013065) (....................)
Dosen pembimbing: Wahyu Retno Gumelar, S.kep., Ns., MNS
4. Florensa Anna Wartama (2002013025) (....................)
5. Ilham Putra Wijaya (2002013044) (....................)
6. Muhammad Syafiq Azziyad (2002013020) (....................)

Mengetahui,
Dosen Pengampu,

Wahyu Retno Gumelar, S.Kep., Ns., MNS

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Subinvolusio”
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II
semester Genap (IV).

Dalam penyusunan penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari


berbagai pihak untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
Bapak / Ibu

1. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep.Ns,M.Kes, selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Suratmi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
4. Retno Wahyu Gumelar, S.Kep,.Ns,.M.Ns, selaku dosen pengajar mata kuliah
keperawatan Maternitas II, yang telah banyak memberikan petunjuk, saran,
dorongan moril selama penyusunan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penulisan
makalah ini.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang di
berikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu segala kritik dan
saran bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.

Wasaalamualaikum Wr.Wb.

Lamongan, 2 Juni 2022

Penulis

(Kelompok 4 4B-Keperawatan)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4
2.1 Pengertian.............................................................................................................4
2.2 Etiologi.................................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................5
2.5 Klasifikasi............................................................................................................6
2.6 Pencegahan...........................................................................................................7
2.7 Pathway................................................................................................................8
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................10
3.1 Pengkajian............................................................................................................10
3.2 Pemeriksaan Fisik................................................................................................10
3.3 Pemeriksaan.........................................................................................................10
3.4 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................13
3.5 Peranan Keperawatan...........................................................................................13
3.6 Intervensi Keperawatan........................................................................................13
3.7 Implementasi Keperawatan..................................................................................16
3.8 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................16
BAB 4 PENUTUP..............................................................................................................17
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................17
4.2 Saran.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

AKI menjadi salah satu indikator yang menggambarkan kesehjateraan di suatu


negara. Menurut data World Health Organization (WHO), angka kematian ibu di
dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan
jumlah nya ada 303.000 kematian, dengan jumlah tertinggi berada di negara
berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu dinegara
berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara maju
yaitu 12 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Berdasarkan hasil dari Kemenkes RI (2017) angka kematian ibu di Indonesia


pada tahun 2015 yaitu 4.999 dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi
4.912, pada tahun 2017 angka kematian ibu di indonesia mengalami penurunan
kembali yaitu menjadi 4.295, Penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia
adalah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rendahnya cakupan pertolongan
oleh tenaga kesehatan, faktor 4 T, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, faktor
langsung/medis dan faktor tidak langsung (Kemenkes RI, 2017).

Indonesia tercatat sebagai Negara tertinggi di kawasan Asia Tenggara dalam


pengumpulan angka kematian ibu (AKI), yakni mencapai 470 per 100 ribu kelahiran
hidup, pada tahun 2006 angka kematiannya 307 per 100 ribu kelahiran hidup.
Sedangkan penyebab langsung AKI, terutama diakibatkan pendarahan (38,24%),
infeksi dan eklamsia (penyakit yang hanya di derita ibu hamil) 5,88%, dan penyebab
lain ialah partus (persalinan) lama dan aborsi yang terkomplikasi, sedangkan
penyebab tidak langsungnya seperti terlambatnya mengenali tanda bahaya, terlambat
mencapai tempat persalinan. Adapun perdarahan yang terjadi adalah perdarahan post
partum dengan frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan
(BAPPENAS, 2012). Berdasarkan penyebabnya antara lain : Atoniauteri (50- 60%),
retensioplasenta (16-17%), sisa plasenta (23-24%), Laserasi jalan lahir (4-5%),
kelainan darah (0,5-0,8%).

Salah satu penyebab angka kematian ibu yaitu Kegagalan dalam involusi uteri
disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa

1
plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal
dan terhambat, bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik, akan
mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri
subinvolusi atau proses yang abnormal diantaranya, tidak secara progresif dalam
pengembalian ukuran uterus, uterus teraba lunak dan kontraksinya buruk, sakit ada
punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten, perdarahan pervagina abnormal
seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, persisten dan berbau busuk (Marmi,
2012).

Salah satu pencegahan kegagalan involusi uteri yaitu dengan Senam nifas atau
senam pasca melahirkan lebih baik dilakukan langsung setelah persalinan (dengan
kondisi ibu sehat, yaitu biasanya 6 jam pasca melahirkan). Menjalankan senam
kembali memiliki banyak manfaat dan ada banyak faktor yang mempengaruhi.
Kesiapan untuk bersenam merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan
untuk memulai program kebugaran baru setelah melahirkan. Dalam pelaksanannya ,
senam nifas harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu (Maryunani &
Yetti 2011).

1.2. RUMUSAN MASALAH

Salah satu penyebab angka kematian ibu yaitu Kegagalan dalam involusi uteri
subinvolusi Untuk mengurangi AKI di Indonesia salah satu cara penanganannya
yaitu dengan Bagaimana pengaruh senam nifas untuk penurunan fundus uteri.

1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Menemukan kerangka pemikiran yang jelas dari apa yang sudah
dirumuskan permasalahan dalam literature review.
1.4. MANFAAT
1.4.1. Manfaat Teoritis
Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan dalam asuhan kebidanan
dalam bentuk literature review dijadikan pedoman penerapan sebagai
sumber informasi dan menjadi bahan bacaan diperpustakaan serta dapat
mengembangkan tugas akhir ini lebih lanjut yang harapanya dapat menuai
hasil yang memuaskan dan bermanfaat bagi orang lain.
1.4.2. Manfaat Praktis

2
1.4.2.1. Bagi tempat penelitian

Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam


memeberikan asuhan kebidanan dalam bentuk literature review

1.4.2.2. Bagi penulis

Sebagai pemebelajaran untuk menambah wawasan dalam menerapkan


asuhan kebidanan dalam bentuk literature review

1.4.2.3. Bagi institusi

Sebagai bahan referensi selanjutnya dan menjadi bahan referensi untuk


perpustakaan institusi pendidikan.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi atau
proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga proses
pengecilan uterus terhambat
Involusi uteri adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil dalam
bentuk maupun posisi. Involusi ini dapat mengecilkan rahim setelah persalinan agar
kembali kebentuk asal dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Marmi, 2012)

2.2 Etiologi
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
subinvolusi adalah:
2.2.1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing
ibu nifas bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
2.2.2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi sesorang yang sesuai dengan jenis
kelamin dan usia. Status gizi yang baik pada ibu nifas dengan status gizi baik
akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dan
mempercepat proses involusi uterus.
2.2.3. Senam nifas
Apabila otot rahim di rangsang dengan latihan dan gerakan senam maka
kontaraksi uterus semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan
uterus.
2.2.4. Menyusu Dini
Pada proses menyusui ada refleks let down dari hisapan bayi merangsang
hipofisis posterior mengeluarkan hormon oksitosin yang oleh darah hormon ini
diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses
involusi uterus terjadi.
2.2.5. Usia
Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan dimana
mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi
lpeningkatan jumlah lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan lemak,
protein, dan karbohidrat dan hal ini akan menghambat involusi uterus.

4
2.2.6. Paritas (jumlah anak)
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Ibu yang paritasnya tinggi
proses involusinya menjadi lebih lambat, karena makin sering hamil uterus
akan sering mengalami regangan .
2.3 Patofisiologi

Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi
dan retraksi yang cukup lama tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang
pergi ke uterus di dalam perut ibu hamil karena uterus harus membesar menyesuaikan
diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya darah banyak
dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertrofi dan hiperpelasi setelah bayi
dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang kembali seperti
biasa. Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan mengalami kekurangan
darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula.

Supinvolusi Utara menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah


yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus-menerus
menyebabkan permasalahan lainnya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian
rahim khususnya endometrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi
setelah nifas terganggu karena akibat dari permasalahan-permasalahan diatas.
( Walyani dan Purwoastuti 2015)

2.4 Manifestasi klinis

Biasanya tanda dan gejala subinvolusio tidak tampak sampai kira-kira 4 sampai 6
minggu pasca nifas. (Walyani dan Purwoastuti 2015)

2.4.1. fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis kiri yang
diperkirakan atau penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
2.4.2. keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa
lalu berbentuk kochia Alba
2.4.3. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum
atau lebih dari 2 minggu pasca nifas
2.4.4. Lochia lebih banyak dari yang diperkirakan

2.4.5. leukore dan lochia berbau menyengat bisa terjadi jika ada infeksi

2.4.6. pucat pusing dan tekanan darah rendah

5
2.4.7. bisa terjadi pendarahan postpartum dalam jumlah yang banyak kurang lebih 500
mili
2.4.8. nadi lemah, gelisah, letih ,ekstremitas dingin.

2.5 Klasifikasi
2.7.1. subinvolusi tempat plasenta
Kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah
2.7.1.1 Tanda dan gejala
Tempat implantasi masih meninggalkan perut dan menonjol
perdarahan
2.7.1.2. penyebab
Tali pusat putus akibat dari interaksi yang berlebihan inversio uteri
sebagai akibat tarikan dan tidak ada regenerasi endometrium di tempat
implantasi plasenta tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium
perdarahan.
2.7.2. subinvolusio ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis Fasia kembali seperti sediakala.
2.7.2.1 Tanda Gejala
2.7.2.1.1 ligamentum rotundum masih kendor
2.7.2.1.2 ligamen Fasia dan jaringan alat penunjang serta alat genitalia
masih kendor
2.7.2.2. Penyebab
2.7.2.2.1. multiparitas
2.7.2.2.2. terjadi ruptur pada persalinan
2.7.2.2.3. lemahnya elastisitas serviks
2.7.3 Subinvolusi vulva dan vagina
Tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan
vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus
2.7.3.1 Tanda gejala
2.7.3.1.1 vulva dan vagina kemerahan
2.7.3.1.2 terlihat oedem
2.7.3.1.3 konsistensi lembek
2.7.3.2 Penyebab
2.7.3.2.1 Dlastisitas vulva dan vagina lemah

6
2.7.3.2.2 Infeks
2.7.3.2.3 Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
Subinvolusi Perinium
(Walyani dan Purwoastuti 2015)

2.6 Pencegahan
Pencegahan terjadinya subinvolusi uterus adalah melakukan pengecekan
perkembangan nifas dan ibunya baik dari segi kesehatan dan fungsinya sejak awal
mulainya proses nifas dalam kandungan ibu. Sehingga pemeriksaan terhadap bagian-
bagian yang berpengaruh dalam proses nifas bisa dilihat perkembangannya dan
khusus untuk wanita yang mengalami proses nifas harus sering mengkonsumsi zat-zat
yang bergizi atau berguna untuk kesehatan bayi dan ibunya itu. Dan masih banyak
cara-cara untuk melancarkan proses nifas antara lain senam ibu hamil vitamin dan
lain-lain. (Walyani dan Purwoastuti 2015)

7
2.7 Pathway

Proses Nifas

Post partum sekunder Involusi uterus


hPendarahan pasca nifas
dan post partum primer

Plasenta Infeksi dan inflamasi

Subinvolusi uterus yaitu


terhalangnya proses involusi
rahim pasca nifas

Endometrium rahim Sisa-sisa plasenta yang Bekuan arah


terimplamasi atau menghalangi
endometris

Defisit pengetahuan Nyeri akut Resiko infeksi

8
Bagan di atas menunjukkan bagaimana proses atau mekanisme terjadinya penyakit
subinvolusi uterus itu mulai dari awal melahirkan kemudian adanya perdarahan yang
abnormal dan postpartum yang membuat plasenta ikut membeku dengan darah sehingga
proses involusi uterus tidak terjadi titik bahkan bisa mengakibatkan peradangan pada
endometrium rahim diakibatkan infeksi pada rahim yang membuat proses subbivolusi uterus
terjadi. (Walyani dan Purwoastuti 2015)

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian menurut Margaretha (2017) antara lain:
3.1.1. Identitas pasien
Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan
dan alamat.
3.1.2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi, imunisasi,
keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh.
3.1.3. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan, penolong persalinan, jalannya
persalinan.
3.1.4 Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir
dan keluarga. Perawat melihat status emosianal dan respon ibu terhadap pengalaman
kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian
terhadap peran baru, hubungan baru dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman
dalam perawatan diri

3.2 Pemeriksaan fisik


3.2.1. Vital sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu: suhu, nadi, pernapasan, dan juga tekanan
darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari pascapartum
karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 380C mungkin
disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setelah persalinan atau karena
awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas 24
jam pertama dapat menandakan adanya infeksi.
Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari
pascapartum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/ menit. Frekuensi diatas 100
kali/ menit dapat menunjukan adanyya infeksi, hemoragi, nyeri, atau kecemasan,
nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan hipotensi, menunjukan
hemoragi, syok atau emboli.

10
Tekanan darah umumnya dalam batasan normal selama kehamilan. Wanita
pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena dieresis dan diaphoresis,
yang menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovasukuler, hipotensi menetap
atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah
menunjukan hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejang eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari
pascapartum.
3.2.2. Kepala dan wajah
Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normal rambut bersih, tidak terdapat
lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok), cloasma gravidarum, keadaan sclera
(normalnya sclera berwarna putih), konjungtiva (normalnya konjungtiva berwarna
merah muda, kalau pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut (normalnya
mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir merah), caries. Palpasi palpebra, odem
pada mata dan wajah; palpasi pembesaran getah bening (normalnya tidak ada akan),
JVP, kelenjar tiroid.
3.2.3. Dada
Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung, hitung frekuensi.
Payudara: pengkajian payudara pada ibu postpartum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi konsisten dan apakah ada nyeri tekan
guna menentukan status laktasi. Normalnya puting susu menonjol, areola berwarna
kecoklatan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, payudara simetris dan tidak
ada benjolan atau masa pada saat di palpasi.
3.2.4. Abdomen
Menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka/insisi, adanya linea atau tidak.
Involusi uteri: kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran dan
kondisinya sebelum kehamilan, di ukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi
fundus uterus, masase dan peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia 4
sampai 8 jam. TFU pada hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari dibawah
pusat, pada hari ketiga 2 jari dibawah pusat, pada hari keempat 2 jari diatas simpisis,
pada hari ketujuh 1 jari diatas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi simpisis.
Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar mulus. Fundus yang lembek
atau kendor menunjukan atonia atau subinvolusi. Kandung kemih harus kosong agar
pengukuran fundus akurat, kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan
meningkatkan tinggi fundus.

11
3.2.5. Vulva dan vagina
Melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi. Lochea: karakter
dan jumlah lochea secara tidak langsung menggambarkan kemajuan penyembuhan
normal, jumlah lochea perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas
yang menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah lokia
sangat sedikit noda darah berkurang 2,5-5 cm= 10 ml, sedang noda darah berukuran
≤ 10cm= 10,25 ml.
3.2.6. Perineum
Pengkajian daerah perineum dan perineal dengan sering untuk mengidentifikasi
karakteristik normal atau deviasi dari normal seperti hematoma, memar, edema,
kemerahan, dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi (kemerahan, bengkak dan nyeri tekan). Daerah
anus dikaji apakah ada hemoroid dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per
vagina tanpa laserasi sering mengalami nyeri perineum yang lebih ringan. Hemoroid
tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan merupakan sumber yang paling
sering menimbulkan nyeri perineal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot
dasar panggul oleh bagian terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan
akibat mengejan selama fase ekspulsi.
3.2.7. Payudara dan tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dankesimetrisan serta palpasi
konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna persiapan menyusui. Hari
pertama dan kedua pasca melahirkan akan ditemukan sekresi kolostrum yang
banyak.
Pengkajian pada tungkai dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
tromboflebitis. Payudara dan tungkai dikaji tiap satu jam sampai dengan 8 jam
setelah persalinan, kemudian dikaji tiap empat jam sampai dengan 24 jam setelah
persalinan
3.2.8. Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan palpasi adanya
distensi abdomen. Ibu postpartum dianjurkan untuk berkemih sesegera mungkin
untuk menghindari distensi kandung kemih. Eliminasi dikaji setiap 9 jam, kaji juga
defekasi setiap harinya.

12
3.3 Pemeriksaan
3.3.1 Pemeriksaan penunjang
3.3.1.1 USG
3.3.1.2 Radiologi
3.3.1.3 laboratorium (HB golongan darah, eritrosit, leukosit , trombosit, hematoktrit
CT blodding time )
3.3.2 Terapi
3.3.2.1 Pemberian Antibiotik
3.3.2.2 Uterotonika
3.3.2.3 Pemberian Transfusi
3.3.2.4 dilakukan kerokan bila disebabkan karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta
3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2016) yaitu:
3.3.1. Ketidaknyamanan Pasca Partum
3.3.2. Resiko infeksi
3.3.3. Defisit pengetahuan
3.3.4. Nyeri akut

3.5 Perencanaan Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan, dan pemulihan kesehatan individu, keluarga, dan komunitas

3.6 Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Ketidaknyamanan pasca Status kenyamanan Pasca Terapi relaksasi (L.09326)
partum (D.0075) partum (L.07061) Observasi
Setelah dilakukan tindakan a. identifikasi penurunan
Mayor keperawatan 3 kali pertemuan tingkat energi
DS : diharapkan status ketidakmampuan
- Mengeluh tidak nyaman kenyamanan pascapartum berkonsentrasi atau gejala
DO : meningkat dengan kriteria lain yang mengganggu
- Tampak meringis hasil: kemampuan kognitif
-Luka episiotomi a. keluhan tidak nyaman b.Identifikasi teknik

13
- payudara bengkak menurun relaksasi yang pernah efektif
b.meringis menurun digunakan
Minor c.kontraksi uterus menurun c.Periksa ketegangan otot
DS: - d.berkeringat menurun frekuensi nadi tekanan darah
Do : merintih menurun e.kontraksi dan suhu sebelum dan
-Tekanan darah meningkat uterus menurun sesudah latihan d.monitor
- frekuensi nadi meningkat respon terhadap terapi
- berkeringat berlebihan relaksasi
e.Terapeutik ciptakan
lingkungan tenang tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruangan yang nyaman
f. gunakan nada suara
lembut gunakan relaksasi
sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau
tindakan medis lain
edukasi
a. Jelaskan tujuan manfaat
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
b. anjurkan mengambil
posisi nyaman
c.menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
e. demonstrasikan dan
melatih teknik relaksasi

Resiko infeksi (D.0142) Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


Mayor (L.14137) ( i.14539)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan a. Monitor tanda dan
keperawatan selama gejala infeksi lokal dan
3 kali pertemuan sistemik Terapeutik
diharapkan tingkat b. Cuci tangan sebelum dan
infeksi menurun sesudah kontak dengan
dengan kriteria hasil: pasien dan lingkungan
a. Kebersihan tangan pasien Edukasi
meningkat c. Jelaskan tanda dan gejala

14
b. Kebersihan infeksi
badan d. Ajarkan cara mencuci
meningkat tangan dengan benar
c. Nyeri menurun e. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
Kolaborasi
f. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan


( D.0111) (L.12111) (i.12383)
Mayor Setelah dilakukan Observasi
DS : tindakankeperawatan a. Identifikasi lokasi,
- menanyakan masalah yang selama 3 kali karakteristik, durasi,
dihadapi pertemuan di frekuensi, kualitas, intensitas
Do : harapkan tingkat nyeri
- menunjukkan perilaku tidak pengetahuan b. Identifikasi skala nyeri
sesuai membaik dengan Terapeutik
- menunjukkan persepsi kriteria hasil: a. Berikan teknik
keliru terhadap masalah a. Perilaku sesuai nonfarmakologis untuk
Minor : anjuran meningkat mengurangi rasa nyeri
DS : b. Kemampuan Edukasi
Do : menjelaskan a. Jelaskan strategi
- menjalani pemeriksaan pengetahuan meredakan nyeri
yang tidak tepat tentang suatu topik b. Ajarkan teknik
- menunjukkan perilaku yang meningkat nonfarmakologis untuk
berlebihan c. Perilaku sesuai mengurangi rasa nyeri
dengan Kolaborasi
pengetahuan a. Kolaborasi pemberian
meningkat analgetik, jika perlu
d. Pertanyaan
tentang masalah yang
dihadapi menurun
e. Perilaku membaik

Nyeri akut (D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (i.08238)


Mayor Setelah dilakukan tindakan Observasi
DS : - keperawatan selama 3 kali a. Identifikasi lokasi,
- mengeluh nyeri pertemuan diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
Do: nyeri menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
-Tampak meringis hasil: nyeri
- gelisah a. Kemampuan menuntaskan b. Identifikasi skala nyeri
aktivitas membaik
15
- Sulit tidur b. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
Minor c. Meringis menurun a. Berikan teknik
DS : - d. Gelisah menurun nonfarmakologis untuk
Do : e. Kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri
- tekanan darah meningkat f. Frekuensi nadi membaik Edukasi
- pola nafas berubah g. Nafsu makan membaik a. Jelaskan strategi
- nafsu makan berubah meredakan nyeri
- diaforesis b. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3.7 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

3.8 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

16
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Nifas merupakan proses alamiah yang dialami seorang wanita setelah persalinan,
yang berlangsung kira-kira 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, namun ada
kalanya masa nifas tidak berjalan dengan normal dikarenakan sebab yang abnormal
seperti terjadinya sub involusi, yang menyebabkan kondisi ibu memburuk.
Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilan uterus terhambat. Beberapa factor predisposisi Terjadi infeksi pada
endometrium dan Inflamasi.

4.2. Saran
Demikian yang dapat kami jelaskan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

WHO 2015 “AKI di dunia ”


http://repository.unimus.ac.id/4085/5/BAB%20I.pdf
Kemenkes RI 2017 “AKI di indonesia mengalami penurunan”
http://repository.unimus.ac.id/4085/5/BAB%20I.pdf
Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: CV. Andi
Offset. Purwoastuti & Walyani. (2015).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai