Melatia Paska Asidosis Metabolik 13 November 2021 - 2
Melatia Paska Asidosis Metabolik 13 November 2021 - 2
DISUSUN OLEH :
MELATIA PASKA
2018.C.10a.0977
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:
Nama : Melatia Paska
NIM : 2018.C.10a.0977
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny.S
dengan diagnosa medis CKD on HD dengan asidosis
metabolik di Ruangan Hemodialisis Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S dengan diagnosa medis CKD on HD dengan asidosis metabolik di
Ruangan Hemodialisis Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 4).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawaty, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Evimira Sukanti S.Kep,. Ners selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Melatia Paska
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................9
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................10
1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1 Konsep Teori Chronic Kidney Disease (CKD) ..............................................11
2.1.1 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) .............................................12
2.1.2 Etiologi Chronic Kidney Disease (CKD) .............................................14
2.1.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) .........................................16
2.1.4 Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease (CKD) ............................17
2.1.5 Komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD) .......................................18
2.1.6 Pemerikasaan Penunjang Chronic Kidney Disease (CKD) ..................20
2.1.7 Penatalaksanaan Medis Chronic Kidney Disease (CKD) ....................21
2.2 Konsep Teori Asidosis Metabolik...................................................................22
2.2.1 Definisi Asidosis Metabolik..................................................................24
2.2.2 Etiologi Asidosis Metabolik..................................................................25
2.2.3 Klasifikasi Asidosis Metabolik..............................................................26
2.2.4 Manifestasi Klinis Asidosis Metabolik.................................................27
2.2.5 Komplikasi Asidosis Metabolik............................................................28
2.2.6 Pemerikasaan Penunjang Asidosis Metabolik ......................................29
2.2.7 Penatalaksanaan Medis Asidosis Metabolik..........................................30
2.3 Konsep Teori Hemodialisis ............................................................................31
2.4 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................32
2.4.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................32
2.4.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................33
2.4.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................34
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini
merupakan masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens
dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti ginjal
yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal merupakan pengobatan
yang sangat mahal. Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan
penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai
terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal.
Terapi pengganti yang sering di lakukan adalah hemodialisis dan
peritonealialisa. Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama
dan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah
hemodialisis (Arliza dalam Nita Permanasari, 2018).
Terapi penggantian ginjal yang tersedia untuk pasien dengan stadiun akhir
adalah dialisis dan transplantasi ginjal (Kallenbach, 2015). Hemodialisis
merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh pasien PGK.
Meskipun demikian, tidak semua toksik dapat dikeluarkan dari tubuh. Tujuan
utama hemodialisis adalah menghilangkan gejala yaitu mengendalikan uremia,
kelebihan cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada pasien PGK.
Hemodialisis efektif mengeluarkan cairan elektrolit dan sisa metabolisme tubuh,
sehingga secara tidak langsung bertujuan untuk memperpanjang umur pasien
(Kallenbach, 2015). Dan juga membantu keseimbangan asam basa Salah satunya
adalah Asidosis metabolik ditandai dengan peningkatan konsentrasi ion hidrogen
dalam sirkulasi sistemik yang mengakibatkan HCO3 serum kurang dari 24
mEq/L. Asidosis metabolik bukanlah kondisi jinak dan menandakan gangguan
mendasar yang perlu dikoreksi untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD)
10
11
12
13
14
saluran ginjal. jika kantong kemih telah terisi urin, dinding kantong kemih
akan tertekan sehingga timbul rasa ingin berkemih. Urin akan keluar
melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan melalui uretara adalah
air, garam, urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin. (Nuari dan Widayati, 2017).
2.1.3 Etiologi CKD
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi
dari penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2) Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3) Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
4) Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5) Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6) Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7) Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8) Nefropati obstruktif
1. Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal.
2. Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,
anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi
etiologi CKD, urutan pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan
nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati urutan kedua.
Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Peny. Kardiovaskuler 1424
Peny. Serebrovaskuler 365
Peny. Saluran Pencernaan 374
15
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240
16
17
18
B1 B2 B3 B4 B5 B6
19
20
2.1.6.6 Neuropsikiatri
2.1.6.7 Kelainan selaput serosa
2.1.6.8 Neurologi :
1. Kelemahan dan keletihan
2. Konfusi
3. Disorientasi
4. Kejang
5. Kelemahan pada tungkai
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan Perilaku
2.1.6.9 Kardiomegali. Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian
perubahan fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi
nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan
efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal
dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom
Uremik
2.1.7 Komplikasi CKD
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis
adalah (Prabowo, 2014) :
2.1.7.1 Penyakit Tulang.
Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2.1.7.2 Penyakit Kardiovaskuler.
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik
(sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
2.1.7.3 Anemia.
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
2.1.7.4 Disfungsi seksual.
21
22
MK : Defisit
Perawatan
Downloaded by 201801099 Devi Fanesa Pakaya (201801099@stikeswnpalu.ac.id) Diri
lOMoARcPSD|28599845
23
Tetapi ke-2 mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam. Sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir
dengan keadaan koma.
Asidosis metabolic (kekurangan HCO3) adalah gangguan sistemik yang di
tandai dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan Ph (peningkatan [H+]). [HCO3-] ECF adalah kurang dari 22
mEq/L dan pH nya kurang dari 7,35. Konpensasi perbapasan kemudian segera di
mulai untuk menurunkan PaCO2 melalui hoperventilasi sehingga asidosis
metabolic jarang terjadi secara akut.
2.2.2 Etiologi Asidosis Metabolik
2.2.2.1 Penyebab asidosis metabolic dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk
utama :
24
25
Pada asidosis anion normal ,kehilangan HCO3- dapat terjadi melalui saluran
cerna atau ginjal. Diare, fistula usus halus dan uretrosigmoidestomi dapat
menyebabkan kehilangan HCO3- secara bermakna,sedangkan reabsorbsi HCO3-
oleh ginjal menurun pada asidosis tubulus proksimal ginjal atau orang yang
mendapat pengobatan debgab inhibitor karbonik dehidrase seperti asetozolamid.
Klorida berkonpetisi dengan HCO3-dalam mengikat Na+ sehingga berkaitan
dengan asam basa tubuh. Apabila HCO3-keluar tubuh dan[HCO3-]serum
menurun,maka timbul konpensasi berupa peningkatan [Cl-] plasma,karna jumlah
anion dan kation dalam ECF harus sama untuk mempertahankan muatan listrik
yang netral. Hal tersebut menimbulkan asidosis metabolic hiperkloremik .
Pemberian garam klorida yang berlebihan (misalnya NH4Cl ) juga dapat
menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremik. Asidosis yang di sebabkan oleh
pemberian larutan IV secara cepat biasanya bersifat ringan,sementara dan disebut
sebagai asidosis delusional.
Keadaan yang sering terjadi adalah syok atau perpusi jaringan yang tidak
memadai karena berbagai sebab,sehingga menyebabkan penumpukan jumlah
besar asam laktat. Ketoasidosis diabetic (DKA), kelaparan, dan intoksikasi etanol
menyebabkan peningkatan selisih anion karena retensi asam sulfat dan asam
fospat. Keracuna yang disebabkan oleh overdosis salisilat,methanol atauetilen
glikol meningkatkan selisih anion melalui peningkatan asam organic
(salisilat,pormmat,oksilat ).
2.2.3 Manifestasi Klinis Asidosis Metabolik
2.2.3.1 Selisih anion normal (hiperkloremik )
1) Kehilangan bikarbonat
kehilangan melalui saluran cerna : diare, ileostomi, fistula pancreas,
biliaris atau usus halus ureterosigmoidostomi.
2) Kehilangan melalui ginjal
Asidosis tubulus proksimal ginjal (RTA ) Inhibitor karbonik anhidrase
(asetozolamid ) Hipoaldosteronisme
3) Peningkatan beban asam:
Ammonium klorida (NH4Cl àNH3+HCl ) Cairan cairan hiperamentasi.
4) Lain-lain
26
27
28
2.2.6.2 Akut
1) IV kalsium glukonat : Untuk meniadakan efek neuromuskular dan jantung
terhadap hiperkalemia. Kadar kalsium serum akan tetap tinggi. Kalsium
klorida juga dapat digunakan.
2) IV glukosa dan insulin : untuk memindahkan kalium ke dalam sel-sel.
Penurunan kalium serum ini sementara (kira-kira 6 jam). Biasanya glukosa
hipertonik (ampul D50W atau 250-500ml D10W) diberikan dengan insulin
reguler.
3) Bikarbonat natrium : untuk memindahkan kalium kedalam sel-sel.
Penurunan kalium serum sementara (selama kira-kira 1-2 jam).
4) Dialisis : Untuk membuang kalium dari tubuh. Dialisis paling efektif
untuk membuang kelebihan kalium.
5) Obat-obatan yang mengobati hiperkalemia dimaksudkan untuk
menstabilkan fungsi jantung, meningkatkan pergerakan kalium dari aliran
darah kembali ke dalam sel, dan mendorong ekskresi kalium yang
berlebih. Hemodialisis adalah alat yang paling dapat diandalkan untuk
menghilangkan kalium dari tubuh pada pasien dengan gagal ginjal.
Obatberkaitan Hiperkalemia adalah sebagai berikut.
a) Kalsium Klorida atau glukonat - meminimalkan efek dari
hiperkalemia pada jantung
b) Natrium bikarbonat - mempromosikan pergeseran kalium dari darah
ke sel-sel
c) Agonis beta - mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
d) Diuretik - menyebabkan ekskresi kalium dari ginjal
e) Resin Binding - mempromosikan dan pertukaran kalium natrium
dalam sistem pencernaan
f) Insulin - mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel.
29
30
7.35. Kompensasi yang dilakukan oleh tubuh dalam keadaan ini adalah
hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 (Asmadi, 2018).
Pasien dengan asidosis metabolik akan menyebabkan perkembangan pada
penyakit gagal ginjal kronik. Hal ini dikarenakan pasien dengan asidosis
metabolik meningkatkan produksi aldosteron, endotelin dan juga angiotensis II.
Asidosis metabolik juga dikaitkan dengan peningkatan dari produksi amonia
ginjal. Peningkatan asam yang terjadi pada pasien asidosis metabolik ini
merangsang sitokin pro inflamasi (Kraut and Madias, 2019).
31
Penyakit Diabetes
WOC Asidosis Melitus
Metabolik
Tubuh memecah lemak
Asidosis Metabolik
HCO3-, pH
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialysis yang
berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh
akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap
akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu
singkat.
Hemodialisa adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser
yang terjadi secara difusi dan ultrafikasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam
tubuh pasien.
Hemodialisis adalah tindakan mengeluarkan air yang berlebih ; zat sisa
nitrogen yang terdiri atas ureum, kreatinin, serta asam urat ; dan elektrolit seperti
kalium, fosfor, dan lain-lain yang berlebihan pada klien gagal ginjal kronik,
khususnya pada gagal ginjal terminal (GGT).
2.3.2 Tujuan
33
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi:
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan
6. Perikarditis dan konfusi berat
7. Hiperkalsemia dan hipertensi
2.3.4 Proses Hemodialisa
Darah dari arteri pasien Arterial Blood Line(Merah)Dializer
terjadiproses pencucian (Difusi dan Ultrafiltrasi )Venous Blood Line
(Biru)kembali ke vena pasien
a. Difusi: Perpindahan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melewati
membrane semipermeable
b. Ultrafiltrasi: Perpindahan cairan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
melewati membrane semi permiable
2.3.5 Prinsip Hemodialisis
1. Akses Vaskuler
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien.Kronik
biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf
sementara.Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
34
35
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama
dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air
keran dan bahan kimia disaring.Bukan merupakan system yang steril,
36
37
38
39
atau tidak, frekuensi jumlah makan dan minum dalam sehari. Pada pasien
gagal ginjal kronik akan ditemukan perubahan pola makan atau nutrisi
kurang dari kebutuhan karena klien mengalami anoreksia dan
mual/muntah.
2) Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta
warna feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan
pola eleminasi atau tidak, akan ditemukan pola eleminasi penurunan urin,
anuria, oliguria, abdomen kembung, diare atau konstipasi.
3) Pola istirahat tidur
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada
masalah yang berhubungan dengan pola istirahat tidur, akan ditemukan
gangguan pola tidur akibat dari manifestasi gagal ginjal kronik seperti
nyeri panggul, kram otot, nyeri kaki, demam, dan lain-lain.
4) Personal Hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan
memotong kuku. Pada pasien gagal ginjal kronik akan dianjurkan untuk
tirah baring sehingga memerlukan bantuan dalam kebersihan diri.
5) Aktifitas
Kaji kebiasaan klien sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Apakah klien mandiri atau masih tergantung dengan orang lain. Pada
pasien gagal ginjal kronik biasanya akan terjadi kelemahan otot,
kehilangantonus, penurunan rentang gerak. (Prabowo dan Pranata, 2014)
2.4.1.8 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
40
41
B3 Penilaian :
B3 (Neurologi) Sistem Persyarafan
Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat kesadaran dapat
digunakan suatu skala (secara kuantitatif) pengukuran yang disebut
dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS memungkinkan untuk
menilai secara obyektif respon pasien terhadap lingkungan. Komponen
yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon verbal, dan
respon motorik (E-V-M). Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-
42
Pemeriksaan Reflek:
a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps
brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps
femoris
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien mampu mencium
bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mampu membaca
dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen):
Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan
dagu (normal)
b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi) dan otot
masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)
b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi
(normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien mampu menelan
dan ada refleks muntah (Normal)
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu (normal)
43
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada distensi kandung
kemih
B5 Penilaian :
B5 (Bowel) Sistem Pencernaan
44
2+ = Lebih dalam dari 1+, tidak ada distorsi (perubahan) yang langsung
terdeteksi, menghilang dalam 10-15 detik
3+ = Cukup dalam, dapat berlangsung lebih dari 1 menit, ekstremitas
yang terkena tampak lebih lebar dan membengkak
4+ = Sangat dalam, berlangsung 2-5 menit, ektremitas yang terkena
telihat sangat mengalami perubahan.
45
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya batu
atau adanya suatu obstuksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal,
oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3) Ultrasonografi (USG)
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular,
parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5) EKG
46
pencegahan.
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan
tanda/gejala. Pada diagnosis resiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala,
hanya memiliki faktor resiko.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien gagal ginjal kronis
(CKD), menurut SDKI (2018) antara lain:
2.4.2.1 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
dan kerusakan alveoli.
2.4.2.2 Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis.
2.4.2.3 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.
2.4.2.4 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2.4.2.5 Defisit nutrisi berhubungan dengan mual/muntah.
2.4.2.6 Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
2.4.2.7 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
47
48
49
Edukasi
12. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
13. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator
ekspektoran mukolitik, Jika perlu
Penurunan Curah Jantung Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x Perawatan Jantung
4 jam diharapkan masalah Penurunan Curah
Observasi
Jantung dapat teratasi.
1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
Kriteria Hasil
jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
- Kekuatan nadi perifer meningkat ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
peningkatan CPV)
- Ejection fraction (EF) meningkat
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
- Cardiac todec (Ci) meningkat
curah jantung (meliputi peningkatan berat
- Left ventricular stroke work index badan, hepatomegali ditensi vena jugularis,
(LVSW) meningkat palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit
- Stroke volume index (SVI) meningkat pucat)
50
- Pulmonary artery wedge pressure 4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
(PAWP) membaik hidup sehat
- Central venous pressure membaik 5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,
jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan spiritual
51
52
53
54
55
(mis.piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai.
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan jika perlu.
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x4 Observasi
berhubungan dengan jam diharapkan pasien dapat beraktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan. tanpa mengalami kelemahan mengakibatkan kelelahan.
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi meningkat. (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. Keluhan lelah menurun. (5) melakukan aktivitas.
3. Dispnea saat aktivitas menurun. (5) Terapeutik
4. Dispnea setelah aktivitas menurun. (5) 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
56
57
58
Nyeri : Tidak Ya: ...... Ringan 0-3 Keterangan : 0 = Tidak sakit 6=mengganggu aktivitas
Sedang 4-6 2 = Sedikit sakit 8=sangat menggangu
Berat 7-10 4 = Agak Mengganggu 10 =tak tertahankan
Lokasi :...................................... Durasi :................................... □ Akut □ Kronis
3. PEMERIKSAAN FISIK: ACCESS PUNKSI : FEMURALIS/ CDL/ AV SHUNT
Keadaan Umum □ Baik □ Sedang □ Buruk Lain-Lain.......................................
Tekanan Darah 171/86 mmHg MAP: 114
Nadi dan Temp □ Reguler □ Ireguler Frekuensi: (130x/Mnt)/.................
Airway Jalan Nafas Paten □ Obstruksi ( Lidah……...Cairan………...Benda asing………) Suara Nafas Stridor □ Snoring □
Gurgling □ Edema Paru / Ronchi/Wheezing □ Kusmaul □ Lain……………… □ Normal
Breathing □ Gerakan Dada Simetris/Asimetris □ Pola Nafas: Tackipnea, Dyspnea, Kusmaul, Eupnea, Orthopnea □ Lain-lain
vesikuler □ Irama Nafas Teratur/ Tidak □ Cuping Hidung/Tidak □ Retraksi Otot Dada Ada/ Tidak □ Bentuk Dada…….
GCS Nilai : 9 Eye: 3 Verbal: 2 Motorik: 4 □ Pupil Isokor/Unisokor □ Pinpoint □ Medriasis □ Reflek Cahaya
Ada/Tidak
Exposure □ Oedema □ Acites □ Oedema Anasarka □ Deformitas □ Combustio □ Contusio □ Abrasi □ Laserasi □ Jejas
□ Hematom □ Terpasang………………………………………………………/ Post Op Debridement
Resiko Jatuh : berikan = √(checlist) pada kotak score Skor
Tidak □ 0
1. Riwayat jatuh yang baru atau dalam bulan terakhir
Ya □ 25
Tidak □ 0
2. Dianosis medis sekunder
Ya □ 15
Normal □ 0
3. Alat bantu jalan Penopang, tongkat □ 15
Furniture/Bed Rest □ 30
Tidak □ 0
5. Memakai terafi heparin lock/iv
Ya □ 20
Normal □ 0
6. Cara berjalan /berpindah Lemah □ 15
Terganggu/Bed Rest □ 30
Orientasi sesuai kemampuan □ 0
8. Status Mental
Lupa keterbatasan □ 15
Kesimpulan : □ 0-24 (Tidak Beresiko) □ 25-50 (risiko rendah) □ >50 (risiko tinggi) Skor total = 110
59
nilai dari ketiga komponen tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran (secara kualitatif) dibedakan menjadi:
a. Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadarsepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungandengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, responpsikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,mampu memberi jawaban verbal.
e. Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada responterhadap nyeri
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadaprangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
B4 Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna merah muda, tidak ada Fluor Albus/ Leukorea(keputihan
patologis padaperempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi testis yang menyebabkan pembengkakan
skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih.Tidak ada distensi kandung kemih
B5 Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus 15 kali/menit Normal 10-30x/menit supel, timpani
B6 Skala Kekuatan Otot :
0 (0) Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)
1 (10) Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 (25) Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 (50) Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 (75) Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 (100) Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh, tidak ada fraktur, tidak ada lesi
Palpasi: turgor kulit elastis, 3 turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) : dengan cara dicubit didaerah perut dengan cubitan agak lebar,
sekitar 3 cm, dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit kembali normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-
5 detik ; turgor agak kurang, bila 5-10 detik; turgor kurang dan bila lebih 10 detik: turgor jelek.
60
DIAGNOSA KEPERAWATAN
□ 1. Kelebihan volume cairan □ 3.Penurunan curah jantung □ 7. Keseimbangan asam basa
□ 2. Ketidakefektifan pola nafas □ 5.Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh □ 8 Defisit pengetahuan
□ 4. Intoleransi aktivitas □ 6. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri
TUJUAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 5 jam diharapkan :
1. Keseimbangan cairan tercapai dengan kriteria BB
2. Pola nafas efektif dengan kriteria RR 16-20 x/menit, tidak ada sianosis, edema paru berkurang/hilang
3. Hipotensi tidak terjadi dengan kriteria TTV px dalam batas normal 120/80 mmHg, px tidak mengeluh keringat dingin, badan lemah, dan
pandangan gelap.
4. Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi dengan kriteria berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih,
61
berpartisipasi dalam peningkatan aktivitas dan latihan, istirahat dan aktivitas seimbang
5. Px bisa mengkonsumsi makanan saat Hemodialisa dengan kriteria px tampak makan makanan ringan seperti kue dan roti, px tampak
menghabiskan makanan/bekal yang dibawa dari rumah.
6. Px mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria skala nyeri 0-1, px tampak tenang, px tampak bisa beristirahat .
7. Ketidakseimbangan asam basa tidak terjadi ditandai dengan nadi dalam batas normal, mual dan muntah tidak terjadi, haus berlebih,
kelelahan, disorientasi dan pernafasan kusmaul tidak terjadi.
8. Pasien dan keluarga tingkat pengetahuan membaik, perilaku sesuai anjuran membaik, Kemampuan menjelaskan
pengetahuan suatu topik meningkat
INTERVENSI KEPERAWATAN :
□ Intervensi Skrinning Awal (Rajal/Ranap Tranfer)
□ Intervensi Pre HD
□ Intervensi Nyeri
□ Intervensi Nutrisi (mual, muntah dll)
□ Intervensi Oksigenasi
□ Intervensi Aktivitas
□ Intervensi Mobilisasi
□ Intervensi Elektrolit
□ Obsevasi Pasien (monitor vital sign) dan mesin
□ Intervensi Peningkatan Suhu Tubuh
□ Intervensi Emergency
□ Intervensi Intra HD
□ Lakukan Komunikasi Terapeutik
□ Lakukan Fiksasi Pada Pasien
□ Fasilitasi keluarga untuk mengekspresikan perasaan
□ Dampingi pasien menjelang ajal (proses kehilangan, berduka dan kematian)
□ Observasi Pasien Kritis (TTV dan GCS)
□ Intervensi Pemerisaan Lab
□ Lakukan fasilitasi lingkungan yang tenang dan aman
□ Intervensi kebutuhan istirahat dan tidur pasien
□ PENKES : diit dll
□ Monitor tanda dan gejala infeksi (lokal dan sistemik)
□ Rawat luka : Ganti balutan luka dan rawat luka
□ Intervensi Post HD
□ Intervensi tranfusi
Intervensi Kolaborasi : □ Program tindakan □ Nutrisi □ Operasi □ Pengobatan □ Obat-obat emergency (Morphine, Nitrate, Aspirin, Co
Pidrogel, Epineprin, Amiadarone) □ Intubasi □ DC Shock
INTRUKSI MEDIK
Inisiasi □ Akut □ Rutin □ Pre Op □ SLED □ Dialiset : □ Asetat □ Bicarbonat
Time :.5. Jam QB : 250 ml/mnt UF Goal : 1000 Ml □ Conductivity.............14........
62
OBSERVASI INTRA HD
Dengan Diagnosa : CKD on Hd dengan Asidosis metabolik
Out-
Observasi
14.00 250 0,17 171/86 97 24 - - + - Dx. Gangguan keseimbangan asam basa berhubungan dengan ketidakseimbangan asam
dalam darah
PRE-
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x 5 jam diharapkan keseimbangan asam basa
dalam batas normal dengan kriteria hasil :
Kriteria hasil :
INTRA
14.00 250 0,20 160/80 97 24 dx.Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam diharapkan pasien dapat mencapai
kriteria hasil :
1. Kelembaban membrane mukosa meningkat
2. Asupan makanan meningkat
3. Edema menurun
4. Dehidrasi menurun
5. Tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan
Pemantauan Cairan (SIKI. I.03122)
Observasi
1. Memeriksa tanda dan gejala hypervolemia dipsnea, edema, suara napas tambahan
2. Memonitor intake dan ouput cairan
3. Memonitor tanda hemokonsentrasi .kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine.
4. Memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma.kadar protein dan albumin
meningkat.
Terapeutik
1. Membatasi asupan cairan dan garam
2. Meninggikan kepala tempat tidur 30-400
Edukasi
1. Mengajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
2. Mengajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian diuretic
2. Berkolaborasi untuk dilakukan tindakan Hd selama time 5 jam, Qb 250, Qd 500, Uf 1000 ml Na 140,
Temp 37
63
Jumlah : Balance:
Total : .........................................ml
- pH 7,15 mg/dl
- pCO2 14 mmHg
- SpO2 97%
- TTV
- TD : 171/86 mmHg
- RR : 30x/menit
- N : 130 x/menit
- S : 36,40C
65
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian bikarbonat,
2. Berkolaborasi untuk dilakukan tindakan Hd selama time 5 jam, Qb 250, Qd 500, Uf 1000 ml Na 140, Temp 37
DX 2
S:
O:
- Edema dikaki kiri derajat 1 kedalamannya 2 mm
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi
1. Memeriksa tanda dan gejala hipervolemia dipsnea, edema, suara napas tambahan
2. Memonitor intake dan ouput cairan
3. Memonitor tanda hemokonsentrasi .kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine.
Terapeutik
1. Membatasi asupan cairan dan garam
Edukasi
1. Mengajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian diuretic
2. Berkolaborasi untuk dilakukan tindakan Hd selama time 5 jam, Qb 250, Qd 500, Uf 1000 ml Na 140, Temp 37
DX 3
S : Keluarga pasien mengatakan mulai mengerti dan mengetahui diet yang tepat untuk kasus penyakit pasien
O:
- Perilaku sesuai anjuran meningkat
- Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik meningkat
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
- Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
- Perilaku meningkat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
66
Discharge Planning:……………….. □ Catatan Medik Post HD □ Instruksi Medik Post HD □ TTD dan Nama Dokter
( ) ( Melatia Paska )
(……………………………………………………..)
67
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
CKD merupakan masalah kesehatan global dengan insidensi, prevalensi dan
angka mortalitas yang terus meningkat. Oleh karena itu, pencegahan dini di
pelayanan kesehatan primer mengenai faktor-faktor resiko terjadinya CKD harus
dilakukan lebih intensif. Perubahan gaya hidup memiliki peran yang sangat penting
dalam perbaikan kondisi pasien, tanpa melupakan farmakoterapi yang adekuat.
Komplikasi intradialisis merupakan kondisi abnormal yang terjadi pada saat
menjalani hemodialisis. Komplikasi umum intradialisis adalah hipotensi, kram, mual
dan muntah, nyeri kepala, nyeri dada, nyeri punggung, gatal, demam dan menggigil
(Holley, 2017).
Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal
karena tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik penyakit ginjal,
oleh karena itu pasien yang menderita gagal ginjal kronik harus menjalani dialisa
sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare, 2013). Pasien yang menjalani hemodialisis
mengalami penurunan perfusi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang ada dalam tubuhnya karena proses hemodialisis sehingga
mengakibatkan munculnya beberapa komplikasi intradialisis (Armiyati, 2019).
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi klien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan .
68
DAFTAR PUSTAKA
Ahee, P., Alexander, V. C., 2014. The Management of Hyperkalemia in The
Emergency Department. Liverpool
Alim, T., 2013. Biologi Sel dan Molekul – Ginjal. Indonesia. 30 November 2013.
http://www.biologi-sel.com/2013/11/ginjal.html. Diakses pada tanggal 25
Desember 2014.
Alrafa, 2014. Penyebab Hipokalemia atau Kurang Kalium. Indonesia. 04 Juni 2014.
http://alrafa.org/penyebab-hipokalemia-atau-kurang-kalium/. Diakses pada
tanggal 24 Juni 2014.
Apel, J., Reutrakul, S., and Badwin, D., 2014. Hypoglycemia in The Treatment of
Hyperkalemia with Insulin in Patients with End Stage Renal Disease. USA.
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Selemba Medika
Herdmand.T, Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis
Pearce,C Evelyn.2010.ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK
PARAMEDIS. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama Blackwell, Wiley. 2014. Nursing
Diagnoses definitions and classification 2015-2017. United Ki ngdom: Blackwell
Permana, Sari, 2012. ‘Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Chronic
Kidney Disease Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Moewardi Surakarta’. [Online]
Jurnal. Dari Jurnal. http://Eprints.Ums.Ac.Id/22368/10/Naskah_Pdf (29 Desember
2018)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta
Selatan 12610
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, DPP PPNI Jl. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
69
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 6
70
71
72
73
Keterangan :
: Kamera
: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentator dan Notulen
: Pasien dan Keluarga
74
75
76