Anda di halaman 1dari 22

lOMoARcPSD|9711279

Thomas Erik Helvin ICH LP

Introduction to Clinical Medicine II (Universitas Pelita Harapan)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)
lOMoARcPSD|9711279

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Ny. M DENGAN DIAGNOSA INTRA CEREBRAL HEMORAGIK
DI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

Nama : Thomas Erik Helvin


NIM : 2022.04.14901.064

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Thomas Erik Helvin
NIM : 2022.04.14901.064
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada
Keluarga Ny. M dengan Diagnosa Itra Cerebral Hemoragik
Di Ruangan ROE di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menempuh Praktik Praklinik Keperawatan I (PPK I) Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disahkan oleh :

Pembombing Akademik Pembimbing Lahan

Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep Rysa Meirina, S.Kep.,Ners

Mengetahui,

Ketua Progaram Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. M dengan Diagnosa Itra Cerebral
Hemoragik di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan
ini disusun guna melengkapi tugas.
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Rysa Merilina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 18 Oktober 2022

Thomas Erik Helvin

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Intra Cerebral Hemoragik.....................................................4
2.1.1 Definisi Intra Cerebral Hemoragik..........................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................5
2.1.4 Fatosiologi (WOC) .................................................................................5
2.1.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................9
2.1.6 Komplikasi ...........................................................................................10
2.1.7 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................10
2.1.8 Penatalaksanaan Medis .........................................................................10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................12
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................13
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................13
2.2.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................15
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................25
3.1 Pengkajian ...................................................................................................25
3.2 Diagnosa ......................................................................................................33
3.3 Intervensi .....................................................................................................34
3.4 Implementasi ...............................................................................................37
3.5 Evaluasi .......................................................................................................40
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................41
4.1 Kesimpulan .................................................................................................41
4.2 Saran ............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan intracerebral (ICH) merupakan pecahnya pembuluh darah
intracerebral sehinga darah keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
jaringan otak. (Iskandar Junaidi. 2011).
Pada perdarahan intracerebral akan terjadi peningkatan tekanan intracranial
(TIK) atau intracerebral sehingga terjadi penekanan pada struktur otak dan
pembuluh darah otak secara menyeluruh. Hal ini akan menyebabkan penurunan
aliran darah otak timbul hipoksia, iskemia yang kemudian diikuti dengan influx
ion kalsium yang berlebihan dalam sel saraf (neuron). Akibat lebih lanjutnya
adalah terjadinya disfungsi membrane sel dan akhirnya terjadi kematian sel saraf
sehingga timbul gejala klinis deficit neurologis (Iskandar Junaidi. 2011).
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa 15 juta pasien di
seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya, perdarahan intraserebral
menyumbang 10% dari semua stroke dan berhubungan dengan 50% kasus
kematian di Amerika sedangkan 7% dari seluruh kematian di Canada (Magistris et
al. 2013). Di Indonesia, prevalensi stroke berdasarkan wawancara menunjukkan
pola kenaikan dari 8,3 per mil pada tahun 2007 menjadi 12,1 per mil pada tahun
2012, di Kalimanan Tengah sendiri penderita stroke mencapai angka 12,1% di
tahun 2018. (WHO, Riskesdas 2018)
Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian Intra Cerebral
Hematom di Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat di
timbulkan, maka saya tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Intra Cerebral
Hematom dan asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana
pemberian asuhan keperawatan dengan Asuhan keperawatan pada Keluarga Ny. E
dengan Diagnosa Itra Cerebral Hemoragik di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya?

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Intra
Cerebral Hemoragik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan
Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan dengan
Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.4 Mahasiswa dapatmenyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.5 Mahasiswa dapatmelakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan Intra Cerebral Hemoragik.
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Intra Cerebral Hemoragik.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan Intra
Cerebral Hematoma secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

Sebagai sumber bacaan tentang Intra Cerebral Hematoma dengan Asuhan


Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
Intra Cerebral Hematoma melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan Pada Intra Cerebral Hematoma
yang berguna bagi status kesembuhan klien.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Intra Cerebral Hemoragik
Intra Cerebral Hemoragik (ICH) adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi pendarahan di
antara neuron otak yang relative normal. Indikasi di lakukan operasi
adanya daerah hiperdens, diameter > 3 Cm, perifer, adanya pergeseran
garis tengah. (Amin dan Hardhi, 2015).
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam
jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran
yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi
jika single, diameter lebih dari 3 cm, perifer, adanya pergeseran garis
tengah, Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan
neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi
hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang
menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang
menentukan prognose perdarahan subdural (Paula, 2011).
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau
cidera kepala terbuka. .Intraserebral hematom dapat timbul pada
penderita stroke hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi. (Corwin,
2011).
Sesuai beberapa pendapat para ahli diatas saya menyimpulkan
bahwa Itra Cereberal Hemoragik (ICH) adalah pendarahan yang terjadi di
bagian jaringan otak, hal itu dapat terjadi pada penderita cidera kepala
tertutup yang berat atau cedera kepala terbuka.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

2.1.2 Etiologi
Etiologi dari Inra Cerebral Hemoragik menuerut Suyono (2010) adalah :
- Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
- Fraktur depresi tulang tengkorak
- Gerak aklerasi dfan deselarasi tiba – tiba
- Cedera penetrasi peliru
- Jatuh
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Hipertensi
- Malformasi arteri venosa
- Distrasia darah
- Obat
- Merokok

2.1.3 Klasifikasi
ICH secara umum diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder.
a. ICH primer adalah pendarahan spontan dari arteriol kecil klasik yang
rusak karena hipertensi kronis di regio subkortikal otak atau amiloid
angiopathy di regio kortikal otak. PIS primer diperkirakan sekitar 80%
dari semua kasus.
b. Sedangkan PIS sekunder merupakan perdarahan sebagai hasil dari
beberapa keadaan patologik vaskular yang mendasarinya atau penyebab
lainnya, yaitu arteriovenous malformation (AVM), neoplasma intrakranial,
angioma kavernos, angioma vena, trombosis venaserebral, koagulopati
(baik primer atau karena obat, seperti pada pasien terapi warfarin kronis),
vaskulitis, kokain atau penggunaan alkohol dan berubah menjadi stroke
hemoragik dari stroke iskemik.
2.1.4 Patofisiologi
ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas
kemedial kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi putih yang
relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari arteria
perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral media dekat pangkalnya

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai arteria lentikulostriata.


Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria perforating pasien hipertensif
terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil yang diduga rupturnya
menjadi sumber perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior
yang dimulai pada pons atau hemisfer serebeler. ICH akut sering terjadi saat atau
setelah latihan fisik. Sekitar dua pertiga akan mengalami perburukan neurologis
progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah sakit.
Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan duapertiganya jatuh kedalam koma.
Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus. Gejala ini
karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar
7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari
bekuan darah. Tanda khas perdarahan ganglia basal, biasanya putaminal, adalah
defisit motor kontralateral dan gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual
dan tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal
akibat peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer
dominan terkena.
Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu :
1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada
kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.
2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang
kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan menyebabkan penekanan
serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel.80% pasien adalah
hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat
datang. Kebanyakan kasus hematoma memecah kesistema ventrikuler atau
rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis PSA.
Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara
usia 45-75 tahun. Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti
juga penderita yang mendapat antikoagulan terutama Coumadin. Trombosit
openia dengan hitung platelet kurang dari 20.000, penyakit hati, leukemia, dan
obat-obat seperti amfetamin meninggikan risiko terjadinya PIS.
ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata
pada ganglia basal, talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

pons. Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral.
Berikut ini struktur beserta frekuensi kejadiannya : putamen 30-50%,
substansi putih subkortikal 30%, serebelum 16%, thalamus 10-15%, serta pons 5-
12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah cabang
lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang mencatu putamen.

ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas,
ia disebabkan oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima otak. Ruptur
vaskuler dikira terjadi pada aneurisma milier kecil, dijelaskan oleh Charcot dan
Bouchard 1868, dan/atau pada arteria lipohialinotik yang sering tampak pada
otopsi pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus PIS kemungkinan disebabkan
aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid serebral, atau tumor.
Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering mengalami
perdarahan sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor
metastatic yang tersering menimbulkan perdarahan.
Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan ¾ pasien yang hidup, tetap
dengan deficit neurologis nyata. Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis
terutama tergantung pada derajat klinis saat pasien masuk, lokasi serta ukuran
perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik dari pada pasien koma. Penelitian Dixon
1984 memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor terpenting atas outcome
adalah Skala Koma Glasgow. Pasien dengan hematoma lober superfisial
cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam. Perluasan
klot ke sistema ventrikuler memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan
dengan diameter lebih dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk.
Pasien dengan kondisi medis buruk dan yang berusia 70 tahun atau lebih
cenderung mempunyai outcome buruk.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

2.1.5.2 WOC ICH, perdarahan yang terjadi pada jaringan otak akibat
robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.

Intra Cerebral Hemoragik

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Penurunan Peningkatan Peningkatan Penurunan Penurunan Penurunan


kesadaran TIK TIK Kesadaran Kesadaran Kesadaran

Penekanan pada Kurangnya suplai Kelemahan Kelemahan Fisik Kelemahan


Kelemahan otot
otak darah ke otak Otot Otot

Kesulitan Ketidakmampuan Nafsu makan


Penurunan suplai Nyeri Kelemahan
bernafas mengakses toilet menurun
darah ke otak Kepala fisik

MK: Risiko pola MK : Risiko MK :Risiko


MK : Risiko MK :Gangguan
nafas tidak efektif Eliminasi Urin Defisit Nutrisi
Perfusi Cererbral MK : Nyeri Mobilitas Fisik
tidak efektif Akut

MK :Risiko
Jatuh

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com) 9


lOMoARcPSD|9711279

MK : Gangguan
Komunikasi
Verbal

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

10

2.1.5 Manifestasi Klinis


Intra Cerebral Hemoragik mulai dengan tiba-tiba, hal itu diawali
dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktivitas. Meskipun begitu,
pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan
gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana
peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan
mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau
kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa
dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.

Menurut Corwin (2011) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral


Hematom yaitu :

a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap


seiring dengan membesarnya hematom.

b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.

c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.

d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan


intra cranium.

e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada


berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau
secara lambat.

f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring


dengan peningkatan tekanan intra cranium.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

11

2.1.6 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan


intrakranial, antara lain
- Kematian
- Sistem saraf: defisit neurologis, kejang, hidrosefalus, spastisitas, nyeri
neuropati, herniasi otak
- Sistem pernafasan: pneumonia aspirasi, emboli paru
- Pembuluh darah perifer: deep vein thrombosis (DVT), ulkus decubitus
- Sistem kemih: infeksi saluran kemih
- Sistem pencernaan: perdarahan saluran pencernaan
- Sistem kardiovaskular: infark miokard atau gagal jantung
- Risiko jatuh
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan penunjang dari Intra Carnial Hematom adalah


sebagai berikut :

- Angioterapi
- CT scanning
- Lumbal fungsi
- MRI
- Thorax foto
- Labolatorium
- EKG
2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan


stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic,
khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang
kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang
hilang.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

12

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke


ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang
menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah,
mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan
darah seperti :

a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.


b. Transfusi atau platelet.
c. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan).
d. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di
dalam darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor
penggumpalan).
e. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan
hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak
otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu
pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan
kecacatan yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan
efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada
cerebellum.

Menurut Corwin (2011) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra


Cerebral Hematom adalah sebagai berikut:

a. Observasi dan tirah baring terlalu lama

b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi


hematom secara bedah.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

13

c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.

d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.

e. Metode – metode untuk menurunkan tekanan intrakranium termasuk


pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.

f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT Scan, Thorax foto, dan


laboratorium lainnya yang menunjang.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Intra Cerebral Hemoragik
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha kiri,
pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah pernah berobat ke
dukun patah tulang. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan kronis
dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi
pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik.
5) Riwayat psikospiritual

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

14

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Klien tampak Terbaring
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan nyeri kepala (D.0077 Hal : 172)
2. Risiko Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
(D.0017 Hal : 51)
3. Gangguan komunikasi verbal dengan penurunan sirkulasi selebral ditandai
dengan tidak mampu berbicara (D.0119 Hal : 264 )
4. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan kelemahan fisik (D.0054Hal : 124)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Nyeri Akut
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah di lakukan perawatanObsevasi
selama 1x8jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri berkurang dengan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
1. Keluhan nyeri menurun nyeri
(5)
2. Meringis menurun (5) Terapeutik
3. Gelisah menurun (5) 3. Hindari pemasangan infus atau
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
4. Berikan teknik nonfarmakologis
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi :
6. Kaloborasi dengan dokter
pemberian analgetik, jika perlu.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

15

2.2.3.2 Risiko Perfusi Cerebral tidak efektif


Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah dilakukan asuhan Observasi :
keperawatan selama 1x8 Jam 1. Identifikasi peningkatan TIK
diharapkan Perfusi Serebral 2. Monitor tanda gejala
dapat membaik dengan peningkatan TIK
Kriteria hasil SLKI : 3. Monitor status pernapasan
1. Sakit kepala menurun (5) 4. Monitor intake dan output cairan
2. Gelisah menurun (5)
Terapeutik :
5. Berikan posisi semi-fowler
6. Pertahankan suhu tubuh normal

2.2.3.3 Gangguan Komunikasi Verbal


Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Tujuan:Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi adanya nyeri atau
1x4 jam masalah gangguan keluhan fisik lainnya
komunikasi verbal dapat 2. Identifikasi toleransi fisik
menurun melakukan ambulansi
Kriteria hasil SLKI : Terapeutik :
3. Kemampuan berbicara 3. Fasilitasi aktivitas ambulansi
meningkat (5) dengan alat bantu
4. Kontak mata meningkat 4. Fasilitasi melakukan mobilasi
(5) fisik
5. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
7. Berikan Tindakan ROM
8. Anjurkan melakukan ambulasi
diniEdukasi :
Edukasi
9. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan

2.2.3.4 Gangguan Mobilitas Fisik

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

16

Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


Setelah dilakukan asuhan Observasi :
keperawatan selama 1x4 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau
diharapkan normal dengan keluhan fisik lainnya
criteria hasil SLKI : 2. Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan ekstremitas melakukan ambulansi
meningkat (5) Terapeutik
2. Gerakan terbatas 1. Fasilitasi aktivitas ambulansi
menurun (5) dengan alat bantu
3. Kelemahan Fisik 2. Fasilitasi melakukan mobilasi fisik
menurun (5) 3. Libatkan kelaurga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan

1.2.5 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
1.2.6 Evalusi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)


lOMoARcPSD|9711279

17

DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta :
ANDI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat.
Magistris F., Bazak S., Martin J., 2013. Intracerebral Hemorrhage:
Pathophysiology, Diagnosis and Management. MUMJ. 10(1):15-22
Amin dan Hardhi . (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa NANDA NIC & NOC . Yogyakarta: Mediaction Publisher
Corwin, E, (2012), Buku Saku Fatofisiologi, Jakarta. ECG
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat

Downloaded by Wawan Apriadi Pratama (bangwawanjr@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai