Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN

KUALITAS TIDUR PENDERITA ASMA

PROPOSAL PENELITIAN

HILDA RIZA FEBRIANA


NIM.113121074

Proposal Ini Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati

yang terdiri atas flora dan fauna, salah satu flora jenis rumput yaitu gulma.

Gulma merupakan tumbuhan liar yang dapat tumbuh ditempat yang tidak

dikehendaki dan tumbuhan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman atau

merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk

mengendalikannya (Kilkoda, 2015; Sembodo, 2010).

Salah satu jenis tumbuhan gulma yaitu kopasanda (Chromolaena

Odorata) atau sering dikenal dengan sebutan gulma siam, kirinyuh maupuan

boto’-boto’ yang berasal dari genus chromolaena yang hidup secara bebas

sehingga kehadirannya dapat mengganggu tumbuahan disekitarnya. Menurut

Sahira (2016), mengemukakan bahwa tanaman kopasanda merupakan salah satu

tumbuhan asing yang invasif atau Invasif Alien Spesies (IAS) di Indonesia.

Invasif Alien Spesies (IAS) adalah sekelompok tumbuhan yang bukan

organisme asli dari suatu daerah tertentu atau sekelompok tumbuhan yang masuk

ke lokasi baru dan memiliki kecenderungan untuk menyebar. Dibalik kenyataan

tanaman kopasanda sebagai tumbuhan liar, ternyata tanaman ini mengandung

banyak manfaat untuk pengobatan. Tumbuhan kopasanda (Chromolaena

Odorata) memiliki sejumlah manfaat bagi kehidupan manusia. Kopasanda

merupakan salah satu jenis tumbuhan dalam pengobatan tradisional, ramuan

2
daun digunakan sebagai obat batuk, obat tradisional lainnya termasuk anti-diare,

astringent, anti-spasmodik, antihipertensi, antiinflamasi dan antipiretik. Daun

kopasanda juga telah diaplikasikan pada manusia untuk membantu pembekuan

darah akibat luka bisul atau borok (Vaisakh & Pandey, 2012).

Berdasarkan penelitian Saputra, Gani & Erlidawati (2017), ekstrak etanol

daun kopasanda positif mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Senyawa daun kopasanda mengandung

alkaloid sebagai agen antibakteri yang memiliki kemampuan untuk mengganggu

komponen peptidoglikan sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk

sempurna dan menyebabkan kematian sel. Selain itu, senyawa tanin memiliki

efek antibakteri dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel bakteri,

sehingga merusak permeabilitas sel itu sendiri.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Kigigha dan Zige (2013),

menunjukan bahwa ekstrak daun kopasanda berpotensi menghambat

pertumbuhan beberapa bakteri seperti E. Coli dan S. Aureus. Penelitian oleh

Stanley et al., (2014), menujukan bahwa ekstrak etanol daun kopasanda memiliki

sifat antibakteri terhadap bakteri S. aureus, E. coli dan Candida albicans.

Penelitian oleh Sukarno (2017), menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak

etanol memiliki aktivitas tertinggi pada bakteri Escherichia coli yaitu 8,06 mm

pada konsentrasi 100%, ekstrak etil asetat pada bakteri Staphylococcus aureus

yaitu 10,66 mm pada konsentrasi 100% dan ekstrak n-heksana pada bakteri

Escherichia coli yaitu 8,45 mm pada konsentrasi 100%.

3
Dewasa ini kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan telah

meningkat, dalam melakukan kegiatan sehari-hari tangan mudah terkontaminasi

oleh kuman penyebab penyakit, sehingga tangan menjadi salah satu perantara

masuknya kuman ke dalam tubuh. Salah satu cara paling mudah dalam

menghambat penyebaran kuman yaitu dengan cara mencuci tangan. Mencuci

tangan menggunakan sabun antiseptik merupakan kebiasaan seseorang guna

mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan, namun terdapat

kekurangan dalam penggunaan sabun antiseptik ini seperti butuh akses air yang

banyak dan mengalir sehingga kurang praktis untuk digunakan diluar rumah.

Sehingga banyak masyarakat yang tertarik menggunakan hand sanitizer karena

penggunaannya lebih efektif dan efisien dibanding dengan menggunakan sabun

dan air (Asngad et al. 2018). Mengikuti perkembangan dunia yang modern,

masyarakat kini lebih menyukai sediaan hand sanitizer yang cepat, sederhana,

dan efisien untuk tetap menjaga kebersihan tangan dibandingkan dengan mencuci

tangan secara konvensional (Kurniawan, dkk, 2012).

Berdasarkann latar belakang diatas maka penelitian ini merupakan

penelitian yang bertujuan untuk memformulasikan sediaan gel hand sanitizer dari

daun kopasanda, menguji sifat fisik dari sediaan gel hand sanitizer dan

mengetahui aktivitas antibakteri. Serta mengubah pandangan masyarakat tentang

pemanfaatan daun kopasanda sebagai inovasi baru dalam bentuk sediaan

antiseptik gel hand sanitizer dengan kandungan daun kopasanda yang belum

dimanfaatkan oleh masyarakat.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan yaitu:

1. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui manfaat dari daun

kopasanda sebagai antiseptik.

2. Masyarakat masih banyak yang belum memanfaatkan dengan baik tanaman

kopasanda ini untuk pengobatan luka.

3. Masyarakat hanya mengetahui tanaman kopasanda sebagai penganggu atau

gulma tumbuhnya tanaman lain.

C. Tujuan Penelitian

1. Formulasi sediaan gel ekstrak etil asetat daun kopasanda (Chromolaena

Odorata L).

2. Evaluasi sifat fisik sediaan gel ekstrak etil asetat daun kopasanda

(Chromolaena Odorata L).

3. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil astetat daun kopasanda (Chromolaena

Odorata L).

D. Manfaat Penelitian

Bagaimana formulasi dan evaluasi sediaan gel ekstrak etil asetat daun

kopasanda (Chromolaena Odorata L) serta uji aktivitas antibakterinya?

E. Keaslian Penelitian

5
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi

dan evaluasi dari sediaan gel ekstrak etil asetat daun kopasanda (Chromolaena

Odorata L) serta mengetahui aktivitas antibakteri.

Anda mungkin juga menyukai