Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/ AIDS

DOSEN PENGAMPU : Ns. HIKMAH LIA BASUNI M.Kep

NAMA KELOMPOK 2 :

1. ISNIAWATI
2. GITA SOFIYAN ARDY
3. DEWI HASTUTI KOMALASARI
4. HASNIA
5. HIRWAN JAYADI
6. HILDA RIZA FEBRIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya
sehingga makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil
Dengan HIV/ AIDS” dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk


menambah pengetahuan dan wawasan terhadap materi ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh


sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah yang telah penulis buat.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................

Daftar Isi ................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1.2 Tujuan ........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan ..........................................................................

2.1.1 Definisi...........................................................................................

2.1.2 Proses Kehamilan...........................................................................

2.2 Konsep HIV/AIDS .....................................................................................

2.2.1 Definisi...........................................................................................

2.2.2 Etiologi...........................................................................................

2.2.3 Penularan .......................................................................................

2.2.4 Patofisiologi .................................................................................

2.2.5 Diagnosis ......................................................................................

2.2.6 Manifestasi Klinis .........................................................................

2.2.7 Pemeriksaan Laboratorium............................................................

2.2.8 Penatalaksanaan ...........................................................................

2.2.9 Pencegahan ...................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ..................................................................................................


3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................

3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................

3.4.Implementasi ..............................................................................................

3.5.Evaluasi ......................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang
menginfeksi sistem imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun
gangguan fungsi sistem tersebut. Jika kerusakan fungsi imunitas seluler
berlanjut, akan menimbulkan berbagai infeksi ataupun gejala sindrom
Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS).The Joint United Nations
Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS) melaporkan pada akhir tahun 2016
terdapat 36,7 juta orang di dunia hidup dengan infeksi HIV, 2,1 juta di
antaranya berusia kurang dari 15 tahun. Diperkirakan pula bahwa 1,8 juta
orang baru terinfeksi HIV setiap tahunnya dan 1,4 juta wanita dengan infeksi
HIV hamil setiap tahun. Pada tahun yang sama 5,1 juta (14%) orang
terinfeksi HIV berada di Asia Pasifik; Asia memiliki prevalensi HIV terbesar
kedua setelah Afrika.3 Meskipun prevalensi HIV di Asia terus berkurang,
infeksi HIV merupakan salah satu penyulit pada kehamilan yang paling
sering terjadi di beberapa negara. HIV bahkan masih menjadi penyebab
utama kematian wanita usia reproduktif, salah satu penyebabnya karena akses
pelayanan kesehatan pada kasus transmisi vertikal masih belum memadai;
hanya 20% wanita hamil yang mendapat akses pelayanan Anti-RetroViral
(ARV) (Hartanto,2019).
Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 613.435 Orang yang Hidup
dengan HIV (ODHIV) di Indonesia.Prevalensi HIV dalam lima tahun terakhir
tidak banyak berubah, didominasi oleh kelompok usia produktif .Angka
prevalensi HIV nasional untuk kelompok usia 15 tahun ke atas diestimasi
sebesar 0,33% pada tahun 2015. Estimasi prevalensi HIV provinsi berkisar
dari 0,1% hingga lebih dari 2,0%; sepuluh provinsi tertinggi yang dilaporkan
memiliki jumlah kumulatif AIDS terbanyak adalah provinsi Papua, Jawa
Timur, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua Barat, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara.7 Selama lima tahun (2011-
2015) rasio kasus HIV laki-laki dan perempuan adalah 1 berbanding 1,2-1,5.6
Peningkatan jumlah ODHIV pada populasi wanita terutama pada usia
reproduktif akan cenderung meningkatkan jumlah kehamilan dengan HIV.
Case Fatality Rate (CFR) AIDS di Indonesia terus turun dari 13,86% pada
tahun 2014 hingga mencapai 0,46% pada tahun 2018 (Hartanto,2019).
Transmisi vertikal dari ibu ke anak atau lebih dikenal dengan istilah
Mother to Child Transmission (MTCT), telah meningkatkan jumlah anak
hidup dengan HIV; di daerah subSahara Afrika, 88% anak berusia kurang
dari 15 tahun terinfeksi HIV, tetapi hanya 28%-nya yang menerima terapi
ARV.3 Pelayanan MTCT di Indonesia makin menjadi perhatian karena
epidemi HIV/AIDS yang terus meningkat (Hartanto,2019).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa definisi dari konsep dasar kehamilan dan konsep
HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui apa etiologi HIV/AIDS pada kehamilan
3. Untuk mengetahui bagaimana penularan virus HIV/AIDS pada kehamilan
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada kehamilan
5. Untuk mengetahui diagnosis HIV/AIDS pada kehamilan
6. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis HIV/AIDS pada kehamilan
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada kehamilan
8. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS pada ibu dan
bayi
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan
10. Untuk mengetahui pencegahan apa yang dapat dilakukan pada klien
HIV/AIDS pada kehamilan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Definisi
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak
hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati.
Yang menandai awal periode antepartum. (Varney, 2006 dalam
Diah,2012)
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang
wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa)
(Rustam Mochtar, 1998 dalam Diah,2012).
Kehamilan  merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. 
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah
mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang
pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinanya akan
mengalami kehamilan (Mandriwati, 2007 dalam Diah,2012).
2. Proses Kehamilan 
a. Ovum (Sel Telur)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum
terjadi digenital ridge.Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):
1) Oogonia
2) Oosit pertama
3) Primary ovarian follicle
4) Liquar folliculi
5) Pematangan pertama ovum
6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum
b. Spermatozoa (Sel Mani)
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu
kepala yang berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor yang
dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat, urutan
pertumbuhan sperma : spermatogonium membelah dan spermatosit
pertama membelah dua, spermatosit kedua membelah dua, spermatid
tumbuh menjadi spermatozoon (Diah,2012).
c. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani
dengan sel telur dituba fallopi.Hanya satu sperma yang telah
mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk ke
villetus ovum. Setelah itu zona pellusida mengalami perubahan
sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini dalam
prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut
zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria. Dalam
beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang
berjalan lancar dan dalam 3 hari sampai dalam stadium morula. Hasil
konsepsi ini dengan urutan tetap bergerak ke arah rongga rahim. Hasil
konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat blastula
(Diah,2012).

B. Konsep Dasar HIV/AIDS


1. Definisi HIV/AIDS
Sindrom Imunodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency
Syndrome,AIDS) didefinisikan sebagai bentuk paling berat dalam
rangkaian penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hiv( Human
Immunodeficiency Virus) (Smeltzer,2017).
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang ditimbulkan karena
sistem kekebalan tubuh manusia telah terserang human immune
deficiency virus (HIV). AIDS juga merupakan sekumpulan gejala yang
menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang
diakibatkan oleh beberapa faktor luar mulai dari kelainan ringan hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian (Padila, 2012 dalam sarwan& Nur&Azzam,2019).
2. Etiologi HIV/AIDS Pada Kehamilan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) HIV disebabkan oleh sekelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus. Virus ini membawa materi genetic merea dalam bentuk asam
ribonukleat (RNA) dan bukan asam deoksiribonukleat (DNA). Infeksi
HIV terjadi ketika virus memasuki sel CD4 (T) Pejamu dan menyebabkan
sel ini mereplikasi RNA virus dan protein virus, yang pada akhirnya
menyerang sel CD4 lain (Smeltzer,2017).
Di negara maju, risiko MTCT adalah sekitar 2% karena tersedianya
layanan optimal pencegahan penularan HIV terutama dari ibu ke bayi. Di
negara berkembang ataupun negara miskin tanpa akses terhadap fasilitas
tersebut, risiko meningkat hingga 45%.
Pencegahan MTCT dapat dicapai apabila:
(1) Terdeteksi dini,
(2) Terkendali (ibu melakukan perilaku hidup sehat, ibu mendapat arv
profilaksis teratur, anc teratur, dan petugas kesehatan menerapkan
pencegahan infeksi sesuai kewaspadaan standar),
(3) Pemilihan rute persalinan yang aman (seksio sesarea),
(4) Pemberian pasi (susu formula) yang memenuhi syarat, (
(5) Pemantauan ketat tumbuh-kembang bayi dan balita dari ibu hiv
positif, dan
(6) Dukungan tulus dan perhatian berkesinambungan kepada ibu, bayi,
dan keluarganya.

3. Penularan HIV AIDS dari ibu ke janin


a. Lewat cairan darah:
Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV
Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang
dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik
dikalangan pengguna Narkotika Suntikan. Melalui pemakaian jarum
suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan
obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya
alat tindik, tato, dan alat facial wajah (Handayani,2014).

b. Lewat cairan sperma dan cairan vagina :


Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam
Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan
tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan
seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah,
yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus
(Handayani,2014).
c. Lewat Air Susu Ibu :
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif,
dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan
ASI.Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child
Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir
dengan HIV positif (Handayani,2014).
d. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal
ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus
oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan
memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta
justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak
efektif apabila ibu:
1) Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria)
pada plasenta selama kehamilan.
2) Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan
virus pada saat itu.
3) Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4) Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak
langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
e. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi
dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama
proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi.
Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section
caesaria (Handayani,2014).
f. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI.
Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa
ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV
sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
1) Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif
akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
2) Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan
putting susu dan infeksi payudara lainnya.
3) Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan
infeksi.
4) Status gizi ibu yang buruk

4. Patofisiologi HIV/AIDS Pada Kehamilan


Perjalanan klinis pasien dari tahap infeksi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama seluler dan
menunjukan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas
biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi
oportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50%
menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV
menunjukan gejala AIDS setelah 13 tahun. Infeksi HIV akan
menghancurkan sel-T, sehingga Thelper tidak dapat memberikan induksi
kepada sel-sel efektor sistem imun. Tanda dan gejala tersebut biasanya
terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah
beberapa hari. Selain infeksi primer jumlah limfosit CD4⁺ dalam darah
menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4⁺ pada nodus
limfa dan tymus. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik (tanpa gejala) masa tanpa gejala bisa berlangsung selama 8-
10 tahun (Nursalam, 2013 dalam Junita& Dewi,2016).

5. Diagnosis HIV/AIDS Pada Kehamilan


Diagnosis infeksi HIV dapat dikonfirmasi melalui kultur virus
langsung dari limfosit dan monosit darah tepi. Diagnosis juga dapat
ditentukan oleh deteksi antigen virus dengan polymerase chain reaction
(PCR). Terlihat penurunan jumlah CD4, ratio CD4 dan CD8 terbalik dan
level serum imunoglobulin meningkat pada HIV positif. Enzymelinked
immunosorbent assay (ELISA) merupakan tes skrining HIV yang paling
sering digunakan unruk mengidentifikasi antibodi spesifik virus, baik
HIV tipe 1 maupun HIV tipe 2 (Valerian,2013).
Tes ini harus dikonfirmasi dengan Western blot assay atau
immunoflourescent antibody assay (IFA), untuk mendeteksi antigen
spesifik virus yaitu p24, gp120/160 dan American Congress of Obstetrics
and Gynecology (ACOG) merekomendasikan wanita berumur 19-64
tahun untuk melakukan skrining HIV secara rutin, khususnya wanita yang
beresiko tinggi diluar umur tersebut. Pada kunjungan prenatal pertama,
ibu hamil harus melakukan skrining untuk infeksi HIV.Apabila ibu
menolak untuk melakukan tes, hal tersebut harus dicantumkan kedalam
rekam medisnya dan skrining bisa dilakukan lagi sebelum umur
kehamilan 28 minggu. Apabila hasil tes negatif tetapi dokter memutuskan
bahwa ibu adalah resiko tinggi terinfeksi HIV, tes bisa diulang kembali
pada trimester ketiga (Valerian,2013).
Skrining untuk penyakit seksual lainnya, seperti herpes dan sifilis,
juga dianjurkan pada kehamilan. Pemeriksaan dengan spekulum vagina
dikerjakan untuk mendapatkan hapusan sitologi servikal dan assays untuk
gonore dan klamidia. Skrining ini juga bisa dipakai untuk rubela, hepatitis
B dan C, varisella zoster, measles, CMV dan toksoplasmosis. Apabila tes
tuberkulin kulit positif, torak foto sebaiknya dikerjakan setelah umur
kehamilan >12minggu untuk mengidentifikasi penyakit paru aktif. Ibu
hamil dengan HIV positif harus mendapat vaksin hepatitis A, hepatitis B,
Pneumovax, untuk mencegah infeksi pneumokokal dan virus influenza,
termasuk vaksin H1N1 (Valerian,2013).
Selama kehamilan, status viral load (HIV RNA-PCR) harus
diperiksa setiap bulan sampai virus tidak terdeteksi, dan dilanjutkan 3
bulan sekali setelahnya. Pengobatan yang tepat dapat menurunkan viral
load sebanyak 1 sampai 2 log dalam bulan pertama dan menghilang
setelah 6 bulan pengobatan. Evaluasi jumlah CD4 juga sangat diperlukan
untuk mengetahui derajat imunodefisiensi, perencanaan terapi ARV,
terapi antibiotik profilaksis dan metode persalinan yang akan dilakukan
(Valerian,2013).

6. Manifestasi Klinis HIV/AIDS Pada Kehamilan


Masa inkubasi dari paparan menuju penyakit klinis rata-rata tiga
hingga enam minggu. Infeksi HIV akut sangat mirip dengan sindrom
infeksi virus lain dan biasanya bertahan kurang dari 10 hari. Gejala umum
adalah demam, lemas, kemerahan di kulit, pusing, limfadenopati,
faringitis, mialgia, mual, dan diare. Setelah gejala mereda, tingkat viremia
biasanya akan menurun.CDC telah mengeluarkan sebuah klasifikasi klinis
yang digabungkan dengan klasifikasi pemeriksaan CD4 (Hartanto,2019).

7. Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil dan Bayi


Menurut Handayani,2014 pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan
yaitu :
a. Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit,
Sel T4 Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi
Rantai Polimerasi dan Tes PHS 
b. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium,
Biopsi.

8. Penatalaksanaan HIV/AIDS Pada Kehamilan


Penatalaksanaan keperawatan menurut Lowdwemilk& Perry&Cashion
(2013):
Selama kontak awal pada wanita yang terinfeksi HIV, tanyakan
apa yang ia ketahui tentang infeksi HIV. Pastikan bahwa wanita tersebut
ditangani oleh dokter atau pada fasilitas pelayanan yang ahli dalam
menangani orang dengan infeksi HIV, Termasuk SIDA. Rujukan
psikologis juga mungkin di perlukan sumber-sumber konsling untuk
bantuan finansial, perantaran hokum, pencegahan bunuh diri dan
kematian mungkin diperlukan. Semua wanita pengguna obat-obat
terlarang harus dirujuk pada program penghentian penyalahgunaan obat.
Focus utama dari konseling meliputi pencegahan penularan HIV kepada
pasangan.

9. Pencegahan HIV/AIDS Pada Kehamilan


Beberapa strategi PMTCT (Prevention Motherto-Child
Transmission) telah dikembangkan untuk menekan insidens transmisi,
antara lain penggunaan kondom, skrining kedua pasangan, dan
tatalaksana infeksi menular seksual. Selain strategi tersebut, PrEP
(PreExposure Prophylaxis) oral menggunakan ARV merupakan salah satu
strategi yang ditetapkan WHO. PrEP juga dianjurkan sebagai salah satu
pendekatan preventif tambahan untuk wanita hamil dan menyusui jika
terpapar risiko HIV.19 PrEP diketahui efektif menekan angka transmisi
HIV sebanyak 92-96% pada pasangan heteroseksual jika pasangan yang
terkena HIV telah tersupresi virusnya selama 6 bulan (Hartanto,2019).
Regimen PrEP yang dianjurkan adalah TDF (tenofovir disoproxil
fumarate) + 3TC (lamivudine) atau FTC (emtricitabine). Selain toleransi
yang baik, efek sampingnya minimal.19 PrEP juga diketahui tidak
meningkatkan risiko cacat pada bayi.14 TDF+FTC per hari sebagai
regimen PrEP pada 4,758 pasangan serodiskordan, mempunyai angka
proteksi penularan HIV sebesar 75% (Hartanto,2019).
Pemberian ARV Setiap wanita hamil dengan HIV sebaiknya diberi
konseling mengenai pilihan pemberian makanan bagi bayi, persalinan
aman serta KB pasca-persalinan, pemberian profilaksis ARV dan
kotrimoksazol pada anak, asupan gizi, dan hubungan seksual selama
kehamilan (termasuk penggunaan kondom secara teratur dan benar).
Semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan dengan
HIV, kecuali kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi efektivitas
ARV(Hartanto,2019).
Pemberian ARV untuk menurunkan angka transmisi vertikal paling
efektif dimulai sejak awal kehamilan. Pemberian ARV maternal sebelum
trimester ketiga akan menurunkan risiko transmisi hingga kurang dari 5
dari 1000 kelahiran.22 Pemberian ARV saat persalinan atau beberapa
jam setelah melahirkan, dapat menurunkan transmisi hingga 50%.12
Perlu ditekankan kepatuhan konsumsi ARV untuk menekan angka virus
dan meminimalkan transmisi perinatal (Hartanto,2019).
Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS Anak
yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma emosi yang mendalam
bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam
perawatan anak, pemberian kasih sayang, dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Orang tua memerlukan waktu
untuk mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan, penolakan, perasaan
berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak perlu diberikan
dukungan terhadap kehilangan dan perubahan mencakup :
(1) Memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga
untuk membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan
keluarga,
(2) Membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat
keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah,
(3) Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya,
(4) Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain
(nurs dan kurniawan, 2013:169 dalam ).
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada saat mengkaji perawat harus mempersiapkan diri terhadap
respon emosi pasien seperti menghindar ,menangis ,marah dan
mengalihkan pembicaraan. Perawat harus menjaga sikap agar terhindar
dari menghakimi atau memojokkan pasien. Perawat juga harus memahami
pola komunikasi verbal dan non verbal pasien karena terkadang pasien
tidak mampu menyampaikan perasaan dan pengalamannya.
Menurut Susan C.Smeltzer(2017) dalam bukunya Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &Suddarth Edisi 12 pengkajian HIV/AIDS
menyangkut identifikasi factor risiko potensial, termasuk riwayat praktik
seksual dan penggunaan obat injeksi IV. Kaji status fisik dan psikologis.
Secara keseluruhan factor-faktor yang mempengaruhi system imun.
1. Status nutrisi
 Dapatkan riwayat diet
 Identifikasikan factor-faktor yang dapat mengganggu asupan
oral,seperti anoreksia, mual,muntah,nyeri oral atau kesulitan
menelan
 Kaji kemampuan pasien untuk membeli dan mempersiapkan
makanan
 Ukur satus nutrisi berdasarkan berat badan, pengukuran
antroprometrik
2. Membran kulit mukosa
 Inspeksi adanya lecet ulserasi, dan insfeksi setiap hari
 Pantau rongga mulut terhadap adanya kemerahan ,ulserasi, dan
bercak kerem-keputihan (kandidiasis)
 Kaji adanyaekskoriasi dan infeksipada area perianal
 Dapatkan kultur luka untuk mengidentifikasi organisme
penginfeksi

3. Status pernafasan
 Pantau batuk ,produksi sputm, sesak napas, ortopnea, takipne, dan
nyeri dada kaji suara napas
 Kaji parameter fungsi paru yang laij ( foto ronsendada, gas darah
arteri, oksimetri dnyut nadi, pemeriksaan fungsi paru).
4. Status neurologi
 Kaji status mental sedini mungkin sebagai data dasar. Catat tigkat
kesadaran dan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu serta
kejadian kehilangan memori.
 Pantau deficit sensori, seperti perubahan visual, sakit kepala, dan
kebas serta kesemutan pada ekstremitas.
 Pantau kerusakan motoric, seperti perubahan gaya berjalan dan
paresis
 Pantau aktivitas kejang
5. Status cairan dan elektrolit
 Kaji turgor dan kekeringan kulit dan membrane mukosa
 Kaji dehidrasi dengan mengobservasi peningkatan rasa haus,
penurunan haluaran urine, tekanan darah rendah, nadi lemah dan
cepat, dan mengkaji berat jenis urine
 Pantau ketidakseimbangan elektrolit
 Kaji tanda dan gejala deficit elektrolit
6. Tingkat pengetahuan
 Evaluasi pengetahuan pasien mengenai penyakit dan
penyebaranya
 Kaji tingkat pengetahuan kluarga dan teman
 Gali reaksi pasien terhadap diagnosis infeksi HIV /AIDS
 Gali bagaimana pasien menghadapi penyakit dan stressor
kehidupan mayor dimasa lalu
 Identifikasi sumber-sumber dukungan pasien

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit
2. Gangguan citra tubuh b.d. efek tindakan/pengobatan (kenoterapi) d.d.
mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh.
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi
4. Ansietas b.d krisis maturasional d.d merasa khawatir dengan kondisi yang
dihadapi
5. Resiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imununosupresi)
C. Intervensi

No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan


Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
(SDKI) (SLKI)

1. Gangguan  Respon alergi lokal Perawatan integritas kulit


integritas membaik
kulit/jaringan  Status sirkulasi membaik O :
b.d bahan kimia Integritas kulit /jaringan
iritatif d.d meningkat - Identifikasi penyebab
kerusakan gangguan integritas kulit
jaringan
dan/atau lapisan Terauptik
kulit
- Ubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
- Bersihkan perianal dengan
air hangat
- Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive

Edukasi

- Anjurkan menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim

2. Gangguan citra 1. Citra tubuh meningkat 1. Promosi citra tubuh


tubuh b.d. efek - Verbalisasi
tindakan/pengob kehilangan bagian O :
atan tubuhh menurun
(kenoterapi) d.d. 2. Harga diri meningkat - Identifikasi harapan citra tubuh
mengungkapkan 3. Identitas diri membaik berdasarkan tahap
kecacatan/kehila perkembangan
ngan bagian - Monitor frekuensi pernyataan
tubuh kritik terhadap diri sendiri

T:

- Diskusikan perubahan tubuh


dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri

E:

- Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh.

3. Defisit Tingkat pengetahuan meningkat Edukasi Kesehatan


pengetahuan b.d  Kemampuan Observasi
kurang terpapar menggambarkan - Identifikasi kesiapan dan
informasi d.d pengalaman sebelumnya kemampuan menerima
menanyakan yang sesuai dnegan topic informasi
masalah yang meningkat Terauptik
dihadapi  Perilaku sesuai - Sediakan materi dan media
pengetahuan menintkat penkes
- Jadwalkan penkes sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Ajarkan prilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat meningkatkan
prilaku hidup bersih dan
sehat
4. Ansietas b.d Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas
krisis keperawatan diharapkan : Observasi
maturasional d.d
merasa khawatir Tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat
dengan kondisi  Verbalisasi kebingungan anxietas berubah (mis.
yang dihadapi menurun Kondisi, waktu, stressor)
 Verbalisasi kekhawatiran  Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
 Konsentrasi membaik  Monitor tanda anxietas
(verbal dan non verbal)

Terapeutik

- Ciptakan suasana 
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
- Pahami situasi yang
membuat anxietas

Edukasi

- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi

5. Resiko infeksi  Tingkat infeksi menurun Pencegahan Infeksi


d.d  Status Imun membaik O:
ketidakadekuata  Integritas kulit /jaringan - Monitor gejala dan
n pertahanan meningkat tanda infeksi lokal
tubuh sekunder - Berikan perawatan kulit
(imununosupresi pada area edema
) T:
- Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
E:
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan memeriksa
kondisi luka /luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana


tindakan untuk mencapai yang telah perawat tetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
baru.(Budiono dan Pertami, 2015)

E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Giffin ,Martin & Reeder ,2011 dalam Srihastuti,2014 hasil yang
diharapkan dari intervensi yang dilakukan pada ibu hamil dengan HIV antara
lain :
1. Klien dapat menjelaskan proses penyakit serta apa yang diharapkan dari
pengobatan
2. Klien daapat mengungkapkan ketakutan dan kecemasannya
3. Klien dapat menggunakan sumber dukungan yang ada
4. Klien dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara efektif
5. Klien dapat mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan penularan serta mampu mengimplementasikan
6. Klien mengungkapkan penerimaan dirinya
7. Klien dapat mengikuti anjuran dan mempertahankan status nutrisi dan
berat badan
8. Infeksi dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara efektif
9. Ketidaknyamanan dapat diminimalisasi dan diatasi dengan cepat
10. Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit serta
berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan perawatan mandiri

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV disebabkan oleh infeksi retrovirus yang menyerang sistem
imunitas seluler dan mengakibatkan gangguan pada sistem imunitas tubuh.
HIV dapat menular melalui kontak darah, kontak seksual, ataupun
transmisi vertikal (dari ibu ke anak). Selama masa kehamilan sangat
penting untuk menekan tingkat viral load yang ditunjukkan dengan
pemeriksaan CD4 karena penularan infeksi HIV dapat melalui plasenta
selama masa kehamilan.
Risiko penularan paling besar terjadi pada saat proses kelahiran,
yaitu saat kontak bayi dengan cairan tubuh ataupun darah ibu. Terapi ARV
selama masa kehamilan disarankan untuk dilanjutkan, profilaksis ARV
diberikan pada ibu saat menjelang kelahiran dan pada bayi saat post-
partum. Pasien juga disarankan agar melahirkan dengan seksio sesarea
apabila viral load tidak dapat ditekan ataupun ada kontraindikasi
melahirkan per vaginam. Pemberian ASI tidak disarankan. Namun, pada
kasus-kasus pasien tidak mampu memberikan susu formula, ASI dapat
diberikan secara eksklusif.

B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk
memahami asuhan keperawatan pada ibu hamil dan anak dengan
HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

C.Smeltzer Susan.2017.Keperawatan Medikal Bedah Edisi Brunner& Suddarth


Edisi 12.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran

Diah,2012.Materi Konsep Dasar Kehamilan


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-konsep-dasar-
kehamilan- lengkap.html (19/05/20)

Handayani,2014. GAMBARAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU HAMIL DENGAN HIV https://www.academia.edu/16347926/9_-

_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_HIV_jurnal?
auto= download (20/05/20)

Hartanto,2019. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Kehamilan

https://kalbemed.com/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDownload.ash
x?po rtalid=0&moduleid=471&articleid=656&documentid=651 (19/05/20)

Huriati ,2014.HIV /AIDS Pada Anak


http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1318/1275
(20/05/20)

Junita S,Dewi L.2016. Pandangan Masyarakat Terhadap Penyakit HIV/AIDS di


Kecamatan Mentarang Kabupaten Nalihau Kalimantan Utara:
http://journal.ummgl.ac.id/index.php/nursing/article/view/862 (19/05/
2020)

Lowdermilk, Perry, Cashion.2013.Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku


1.Singapore:ELSEVIER MOSBY

Sarwan, Nur Busjra M, Azzam Rohman. 2019. PAKET EDUKASI KELOMPOK


DAN PERAN MODEL MENURUNKAN TINGKAT ISOLASI SOSIAL
PASIEN HIV/AIDS :
http://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/850 (20/05/2020)

Srihastuti,2014. Karya Tulis Ilmiah : Analisis Prakitik Klinik Keperawatan


Kesehatan Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal Dan Post
Natal Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS https://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/2016-5/20391025-PR- Ida%20Srihastuti.pdf (19/05/20)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I). Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai