Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI

LIDAH BUAYA
(Aloe vera L.)

KELAS C

Nama Anggota Kelompok:


1. Taqiyyah Qothrunnadaa (260110180109)
2. Aulia Nur Assyifa Putri (260110180110)
3. Aisha Salsabilla (260110180117)
4. Alifia Bintang Azzahra (260110180149)
5. Ivanna Fauziyah Kusnadi (260110180154)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2019
Tanaman Lidah Buaya

A. Nama Latin : Aloe vera (L.) Burm.f. (The Plant list, 2012)
B. Nama Daerah : Letah buaya (Sunda), Ilat baya (Jawa). (Utami, 2015)
C. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)

Ordo : Asparagales

Famili : Asphodelaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L.

(Tjitrosoepomo, 1998)

D. Gambar

E. Kandungan Kimia

Mengandung aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin dan aloesin. Efek


farmakologis lidah buaya yaitu rasa anti-inflamasi, pencahar (laxatic), parasiticide, dan
memperbaiki pankreas. Selain itu untuk mengobati sakit kepala, pusing, sembelit
(constipation), kejang pada anak, kurang gizi (malnutrition), batuk rejan (pertussis), muntah
darah, kencing manis, wasir, meluruhkan haid dan menyuburkan rambut (Hariana, 2008).
Aloin adalah senyawa unik di lidah buaya yang memiliki fungsi sebagai pencahar atau
laxative. Namun senyawa ini bersifat destruktif terhadap kulit manusia sehingga dalam proses
pembuatan gel harus disingkirkan secara hati-hati. Aloe vera memiliki sifat antibakteri dan
anti-inflammatory. Sifat anti-inflammatory lidah buaya didapat dari senyawa anthraquinone
dan senyawa terkait seperti barbaloin dan aloe-emodin menghambat sintesis prostaglandin dari
asam arakidonat yang berfungsi sebagai senyawa pemberi respon inflammatory di jaringan
yang terluka (Panda, 2003).

F) Aktivitas Farmakologi
1. Aktivitas Sebagai Antimikroba (Bakteri dan Virus), Antifungi, dan Antiprotozoa
Gel lidah buaya dapat membantu untuk merangsang sistem kekebalan tubuh,
menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit yang bertanggung jawab untuk
penyembuhan luka dan mengandung unsur-unsur atau nilai pengobatan yaitu sebagai
antiinflamasi antibakteri, antijamur, dan merangsang aktivitas sel pertumbuhan
epidermis baru serta mempercepat pembentukan pembuluh darah yang baru. Sehingga,
proses pengobatan menjadi lebih cepat (Malar, et.al., 2012). Gel lidah buaya
mempunyai aktivitas antimikroba pada Acne vulgaris yang terinfeksi Staphylococcus
aureus secara In Vitro (Rahardja, et. al., 2010).
Lidah buaya juga mempunyai efek antifungi dimana ekstrak etanol gel lidah
buaya dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan kadar bunuh
minimunya adalah 36% (Winarsih, et. al., 2011).

2. Uji Klinis
a. Aktivitas untuk Pengobatan Luka Bakar
Penelitian penggunaan gel daun lidah buaya diberikan kepada 27 pasien
penderita luka bakar yang diberi jelly petroleum. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pasien yang mendapatkan pengobatan dengan
penambahan gel daun lidah buaya mengalami penyembuhan lebih cepat yaitu
11,8 hari dibandingkan dengan yang diberi jelly petroleum yaitu 18,2 hari.

b. Aktivitas sebagai Antiacne (Antijerawat)


Uji aktivitas gel lidah buaya dilakukan kepada 17 pasien yang mempunyai
masalah jerawat dibandingkan dengan gel polyethylen oksida sebagai standar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan luka jerawat lebih cepat 72
jam pada gel daun lidah buaya dibandingkan dengan gel polyethylen oksida.

c. Aktivitas untuk Mengobati Herpes Genitalis


Uji ini dilakukan kepada 120 pasien laki - laki penderita herpes genitalis. Subjek
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sebagian diberi krem lidah buaya, gel lidah
buaya dan plasebo. Pengobatan ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 2
minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% pasien yang diberi krem
lidah buaya sembuh dalam 4,8 hari; 45% pasien yang diberi gel lidah buaya
sembuh dalam 7 hari; dan 7,5% pasien yang diberi plasebo sembuh dalam 14
hari.
(Wahyuni, et.al., 2016).
3. Uji Praklinis
a. Penyembuhan Luka Tekan
Sampel menggunakan tikus putih strain wistar berjenis kelamin betina, berat
150-250 gr dan usia 2,5-3 bulan. Variabel penelitian ini adalah konsentrasi
ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dan diameter penyembuhan luka tekan
(decubitus) derajat II pada tikus putih. Data didapatkan dengan menggunakan
observasi, kemudian dianalisa dengan uji asumsi (uji Lilliefors dan uji Barlett),
uji one way Anova dan uji beda jarak nyata Duncan taraf signifikansi 0,05
(Budiyanto, 2011).
b. Penyembuhan Luka Sayat
Mencit jantan digunakan dalam perlakuan penyembuahn luka sayat. Bulu
disekitar punggung dicukur dan kulit diolesi dengan alkohol. Perlakuan
dilakukan pada punggung mencit dengan membuat sayatan dengan panjang 1
cm menggunakan silet tajam. Oleskan ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi
yang berbeda. Hasil yang diperoleh diamati dengan cara melihat panjang luka
sayat yang telah diberi berbagai konsentrasi ekstrak lidah buaya dari hari ke 1
sampai hari ke 7. Dilihat dari rata - rata dan percepatan penyembuhan luka sayat
hasil yang diperoleh bahwa pada konsentrasi 50 % lebih cepat dalam
penyembuhan luka sayat dibandingkan dengan konsentrasi 12,5% dan 25%
(Puspitasari, et. al., 2010).

G) Sediaan di Pasaran
Di pasaran, sedian yang seringkali ditemukan adalah untuk kosmetik dan pengobatan
herbal, diantaranya adalah:
1. Gel

2. Lotion
3. Liquid
a. Kosmetik

b. Minuman
4. Kapsul

5. Krim
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, M. 2011. Efek Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Diameter Penyembuhan
Luka Decubitus Pada Tikus Putih. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Depok: Penebar Swadaya.
Malar, R. J. J., Johnson, M., Nancy, B. S., Laju, R. S., Anupriya, G., dan Renola, J. J. 2012.
Anti-Bacterial And Antifungal Activity Of Aloe Vera Gel Extract. International
Journal of Biomedical and Advance Research. Vol. 3 (3) : 184-187.
Panda, H. 2003. Aloe Vera Handbook (Cultivation, Research Findings, Products,
Formulations, Extraction & Processing). Delhi: Asia Pasific Business Press.
Puspitasari, R. Sunyoto, Arrosyid. 2010. Uji Efektivitas Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.)
terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada Mencit Jantan ( Mus muscullus ) Galur Swiis.
Journal of Pharmacy Science. Vol. 3 (4) : 1-6.
Rahardja, F., Sugiarto, P., dan Arlene, A. 2010. Aktivitas Antimikroba Gel Lidah Buaya (Aloe
vera L.) Pada Acne vulgaris yang Terinfeksi Staphylococcus sp. Secara In Vitro. JKM.
Vol. 10 (1) : 30-36.
The Plant List. 2012. Aloe vera. Tersedia secara online di
http://www.theplantlist.org/tpl1.1/record/kew-298116 [Diakses pada tanggal 24
September 2019]
Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Umum: Dasar- Dasar Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Utami, Prapti. 2015. Lidah Buaya (Aloe vera). Tersedia secara online di
https://www.kompasiana.com/praptiutami/55004953a33311c56f510823/lidah-buaya-
aloe-vera [Diakses pada tanggal 24 September 2019].
Wahyuni, D.K., Wiwied E., dan Hery P. 2016. Toga Indonesia. Surabaya: Airlangga
University Press.b
Winarsih, S., Rita, R., dan Irisda, N. 2011. Hambatan Ekstrak Etanol Gel Lidah Buaya (Aloe
vera L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans Isolat V Agina 218 SV Secara
In Vitro. Jurnal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB. Vol.
1 (3) : 1-10.

Anda mungkin juga menyukai