110100134
110100065
Valentina
110100062
Kalvin Raveli
110100364
Pembimbing :
dr. Nova Damayanti
dr. Dedi Irwansyah
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai:
COW PEMBIMBING
DOKTER RUANGAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur para penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang penguasa seluruh alam, karena atas berkat dan rahmat-Nya, para penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus Anemia Hemolitik Autoimun ini tepat pada
waktunya.
Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk memenuhi tugas Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Peyakit Dalam. Adapun dengan
laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kejadian
Anemia Hemolitik Autoimun yang umum dijumpai di masyarakat.
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada dr. Nova Damayanti
selaku COW pembimbing dan kepada dr. Dedi Irwansyah selaku dokter ruangan
atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada para penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan dan kepustakaan,
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat menjadi masukan yang berarti
dalam perbaikan proses pembelajaran.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Definisi .................................................................................................1
1.3. Epidemiologi ........................................................................................2
1.4. Klasifikasi ............................................................................................2
1.5. Patogenesis ...........................................................................................3
1.6. Manifestasi Klinis ................................................................................7
1.7. Diagnosis ..............................................................................................9
1.8. Diagnosis Banding ..............................................................................12
1.9. Terapi .................................................................................................13
1.10 Kriteria Merujuk ............................................................................... 14
1.11 Edukasi dan Pencegahan .................................................................. 14
1.12 Prognosis .......................................................................................... 14
BAB 2 STATUS ORANG SAKIT ......................................................................15
BAB 3 FOLLOW UP HARIAN DI RUANGAN ..............................................26
BAB 4 DISKUSI ..................................................................................................33
BAB 5 KESIMPULAN .......................................................................................36
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
LATAR BELAKANG
Anemia hemolitik autoimun (autoimmune hemolytic anemia/AIHA)
merupakan suatu keadaan dimana antibodi pada tubuh seseorang menyerang selsel eritrosit sehingga menjadi lisis dan umur sel eritrosit memendek.1
Insidensi AIHA sangat jarang terjadi. AIHA diperkirakan memiliki
insidensi 1-3 kasus per 100.000 individu per tahun. Dengan lebih sering terjadi
pada jenis kelamin wanita dibanding laki-laki dan biasanya terjadi pada usia
middle aged 2. AIHA dimediasikan oleh antibodi, pada kasus yang dimediasi oleh
antibodi IgG maka merupakan AIHA tipe hangat, karena IgG bekerja paling baik
pada suhu normal tubuh, sedangkan AIHA tipe dingin dimediasi oleh IgM dengan
suhu kerja antibodi maksimal 37C.3
1.2.
DEFINISI
AIHA merupakan suatu keadaan dimana antibodi pada tubuh seseorang
menyerang sel-sel eritrosit pada suhu 37C (AIHA tipe hangat) atau
37C(AIHA tipe dingin).4
Etiologi AIHA sendiri masih belum diketahui dengan jelas. Tetapi ada
beberapa tipe penyebab anemia hemolitik telah didokumentasi. Pada penyakit
herediter terdapat beberapa penyebab yang menyebabkan abnormalitas membran
eritrosit, defek enzim dan abnormalitas hemoglobin. Beberapa yang termasuk
yaitu5:
Sferositosis herediter
Evans Syndrome
1.3.
Gangguan imunitas
Agen antiviral
Kerusakan fisik
Infeksi
EPIDEMIOLOGI
Anemia hemolitik terjadi kira-kira 5% dari seluruh kasus anemia. Insidensi
dari AIHA 1-3 kasus per 100.000 populasi per tahun. AIHA sendiri tidak spesifik
terjadi pada suatu ras. Sedangkan menurut jenis kelamin tidak begitu
menunjukkan perbedaan spesifik antara pria dan wanita. Tetapi lebih sering
dijumpai pada wanita dibanding pria. Mengenai rentang umur terjadi AIHA,
sering ditemukan kasus pada usia middle aged dan pada pasien yang sudah tua.5
1.4.
KLASIFIKASI6
AIHA dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Anemia hemolitik autoimun (AIHA)
a. AIHA tipe hangat
i. Idiopatik
ii. Sekunder
Terkait
dengan
penyakit
peradangan
kronis
tertentu
Anemia
hemolitik
Donath-Landsteiner,
biasanya
d. AIHA atipik
i. AIHA tes antiglobulin negatif
ii. AIHA kombinasi tipe hangat dan dingin
2. AIHA diinduksi obat
i.
1.5.
PATOGENESIS
AIHA
disebabkan
oleh
autoantibodi
terhadap
antigen
eritrosit.
Peristiwa destruksi eritrosit yang diperantai oleh sistem imun terjadi melalui
aktivasi sistem komplemen, mekanisme seluler, maupun kombinasi keduanya.1
Splenomegali,
sebuah
temuan
karakteristik
penyakit
1.7. DIAGNOSIS1,4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis:
1. Lelah
2. Mudah mengantuk
3. Sesak nafas
10
adanya proses fragmentasi pada eritrosit (sferosit, skistosit, helmet cell dan
retikulosit)
Pemeriksaan Imunoserologi
Direct Antiglobulin Test (direct Coombs test): sel eritrosit yang melekat
dan direaksikan dengan antiserum atau antibodi monoklonal terhadap
berbagai imunoglobulin dan fraksi komplemen, terutama IgG dan C3. Bila
pada permukaan sel terdapat salah satu atau kedua IgG dan C3, maka akan
terjadi aglutinasi. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah < 98% untuk AIHA,
hasil negatif palsu dapat terjadi jika densitas antibodi sangat rendah atau
jika autoantibodi yang berperan adalah IgA atau IgM.
11
sel-sel reagen. Imunoglobulin yang beredar pada serum akan melekat pada
sel-sel reagen, dan dapat dideteksi dengan antiglobulin sera dengan
terjadinya aglutinasi.
Anemia normositik/makrositik
Retikulositosis
Peningkatan bilirubin indirek
Peningkatan LDH, penurunan serum haptoglobulin
Anemia Hemolitik
DAT
Positif
Negatif
AIHA
C3 positif
12
13
1.9. TERAPI1
1.9.1. AIHA tipe hangat:
1. Kortikosteroid: 1-1,5 mg/kgBB/hari per oral. Bila ada respon terhadap
steroid (hematokrit meningkat, retikulosit meningkat, coomb direk positif
lemah, coomb indirek negatif). Dosis diturunkan tiap minggu hingga
mencapai dosis 10-20 mg/hari. Terapi steroid dosis <30 mg/hari dapat
diberikan selang sehari. Beberapa pasien memerlukan terapi rumatan
steroid dosis rendah, namun perlu dipertimbangkan modalitas terapi lain
apabila dosis telah >15 mg/hari untuk mempertahankan kadar hematokrit.
2. Splenektomi, bila terapi steroid tidak adekuat atau tidak bisa dilakukan
penurunan dosis selama 3 bulan.
3. Rituximab dan alemtuzumab. Rituximab 100mg/minggu selama 4
minggu.
4. Imunosupresi, Azathriopin 50-200 mg/Hari, Siklofosfamid 50-150
mg/hari
5. Danazol 600-800 mg/hari, biasanya dipakai bersama steroid, bila terjadi
perbaikan, steroid diturunkan atau dihentikan dan dosis danazol
diturunkan menjadi 200-400 mg/hari.
6. Transfusi dilakukan pada kondisi yang mengancam jiwa (misal Hb <3
g/dl). Jenis transfusi yang diberikan berupa washed packed red cells.
14
1.12. PROGNOSIS
1.12.1. AIHA Tipe Hangat1,2
Hanya sebagian kecil pasien mengalami penyembuhan komplit dan sebagian
besar memiliki perjalanan penyakit yang berlangsung kronik, namun
terkendali. Kesintasan 10 tahun berkisar 70%. Anemia, DVT, emboli paru,
infark lien, dan kejadian kardiovaskuler lain bisa terjadi selama periode
penyakit aktif. Mortalitas selama 5-10 tahun sebesar 15-25%. Prognosis
AIHA sekunder tergantung penyakit yang mendasari.
15
16
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
No. Reg. RS
: 00.97.xx.xx
: 12.00 WIB
Bed
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
:F
Umur
: 36 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Sudah Menikah
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
ANAMNESIS
Autoanamnese
Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama
: Muka pucat
Deskripsi
: Hal ini disadari os sejak 4 bulan yang lalu. Badan lemas dan
mudah lelah dijumpai sejak 4 bulan yang lalu dan dirasakan
hilang timbul. Sakit kepala dan hoyong tidak dijumpai. Os juga
menyadari tubuhnya berwarna semakin kuning, dirasakan
awalnya timbul di mata 4 bulan yang lalu dan dirasakan
semakin menyebar ke seluruh tubuh dan semakin kuning sejak
2 bulan yang lalu. Mual dan muntah tidak dijumpai. Penurunan
nafsu makan dan berat badan tidak dijumpai. Nyeri pada perut
tidak dijumpai. Demam tidak dijumpai. Riwayat bepergian ke
17
: Tidak dijumpai
RPO
18
Sesak Napas
:-
Edema
:-
Angina Pectoris
:-
Palpitasi
:-
Lain-lain
::-
Saluran
Batuk-batuk
:+
Asma,
Pernapasan
Dahak
:-
bronkitis
Saluran
Nafsu Makan
: normal
Pencernaan
Lain-lain
:-
Penurunan
:-
BB
Keluhan Menelan
:-
Keluhan
:-
Defekasi
Keluhan Perut
:-
Lain-lain
:-
Saluran
:-
BAK
:-
Urogenital
Kecil
Mengandung
tersendat
:-
Keadaan Urin
Batu
Sendi dan
: warna
seperti teh
Haid
:-
Lain-lain
:-
Sakit pinggang
:-
Keterbatasan
:-
Tulang
Gerak
Keluhan
:-
Lain-lain
:-
Haus/Polidipsi
:-
Gugup
:-
Poliuri
:-
Perubahan
:-
Persendian
Endokrin
Suara
Saraf Pusat
Polifagi
:-
Lain-lain
:-
Sakit Kepala
:-
Hoyong
:-
Lain-lain
:-
Darah dan
Pucat
:+
Perdarahan
:-
Pembuluh
Petechiae
:-
Purpura
:-
Lain-lain
:-
Lain-lain
:-
darah
Sirkulasi
Claudicatio
:-
19
Perifer
Intermitten
Keadaaan Penyakit
Sensorium
: CM
Pancaran wajah
: Biasa
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Sikap Paksa
:-
Nadi
Reflek fisiologis
:+
Pernapasan
: 20 x/i
Reflek patologis
:-
Temperatur
: 37,1oC (aksila)
(+)
Ikterus
(+)
Dispnu
Sianosis (-)
Edema
(-)
Purpura (-)
Anemia
(-)
TB :157 cm
BB : 60 kg
KEPALA :
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
: Lidah
Gigi geligi
: karies (+)
Tonsil/faring
20
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R+2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk
: simetris fusifomis
Pergerakan
Nyeri tekan
:-
Fremitus suara
Iktus
Palpasi
ICS V
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A
Peranjakan
: 1cm
Jantung
Batas atas jantung
: ICS IV LPSD
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan
Suara tambahan
:-
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 >A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-),
HR : 88 x/i, reguler, intensitas cukup
21
THORAX BELAKANG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: Simetris
Gerakan lambung/usus
: Tidak tampak
Vena kolateral
:-
Caput medusae
:-
Dinding Abdomen
Palpasi
Hati:
Pembesaran
:-
Permukaan
:-
Pinggir
:-
Nyeri tekan
:-
Limfa:
Pembesaran
:Schuffner : - Haecket : -
Ginjal:
Ballotement
:-
Uterus/ Ovarium
: tidak teraba
Tumor
: (-)
22
Perkusi
Pekak hati
: (+)
Pekak beralih
: (-)
Auskultasi
Peristaltik usus
Lain-lain
:-
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra kanan/kiri: (-/-)
INGUINAL
GENITALIA LUAR
Kanan
Kiri
Deformitas Sendi
:-
Edema
Lokasi
:-
Arteri Femoralis
Jari tabuh
:Ujung : -
Tremor
Kiri
Kanan
Refleks KPR
Refleks APR
Refleks Fisiologis
Jari
Telapak
Tangan : -
Sembab
Sianosis
:-
Refleks Patologis
Eritema palmaris
:-
Deformitas
+ o/t digiti I
Lain-lain
: Kuning pada
Lain-lain
Kuning pada
jari dan
telapak kaki
23
Kemih: (19-08-2015)
Hb
Warna
: 6,5 g%
: Kuning
Tinja:(19-08-2015)
Warna : Cokelat
keruh
: 1,3x106/mm3
Eritrosit
Protein
:-
Konsistensi :
Padat
: 7,6x103/mm3
Leukosit
Reduksi
:-
Eritrosit : -
Trombosit : 253x103/mm3
Bilirubin
:-
Leukosit: -
Ht
Urobilinogen
:+
Amoeba/Kista : -
: 20,6 %
Hitung jenis :
Sedimen
Telur Cacing : -
Eosinofil
Eritrosit : 0/ lpb
Ascaris
Basofil
Ankylostoma : -
Neutrofil
: 59,2 %
Silinder :
T. trichiura
:-
Limfosit
: 34,3 %
Epitel
Kremi
:-
Monosit
: - / lpb
:-
RESUME
AUTO dan ALLOANAMNESIS
Keadaan Umum: Mata pucat
Telaah : Hal ini disadari os sejak 4 bulan yang lalu.
malaise (+) sejak 4 bulan yang lalu. Ikterik (+) di
seluruh badan. Demam dan riwayat bepergian ke
daerah endemis malaria (-). BAK berwarna seperti
ANAMNESIS
24
Kepala:
Mata: konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera ikterik
(+/+), kesan anemis, ikterik
Lidah: pucat, ikterik
PEMERIKSAAN FISIK Gigi geligi: karies (+)
Thorax:
Bentuk: Simetris fusiformis
SP: vesikuler di seluruh lapangan paru kanan dan kiri
ST: -
Abdomen:
Palpasi: Soepel, nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba
Darah:
Hb: 6,5 g% ()
Eritrosit: 1,3x106/mm3 ()
kesan anemis
Ht: 20,6% ()
LABORATORIUM
RUTIN
25
DIAGNOSA
SEMENTARA
PENATALAKSANAAN
Tindakan suportif :
1. IVFD RL 20 gtt/i makro
Medikamentosa:
-
26
BAB 3
FOLLOW UP HARIAN DI RUANGAN
Tanggal
S
14 Agustus - Muka pucat (+)
2015
- Lemas (+)
- Kuning seluruh
badan (+)
O
Sens: CM
TD: 100/50 mmHg
Nadi: 80 x/i
RR: 29 x/i
Temp: 36,5 C
Kepala:
Mata : conjungtiva
palpebra inferior anemis
(+/+), sklera ikterik
(+/+)
Leher:
TVJ R+2 cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Sp : Vesikuler
St : Abdomen :
Simetris, Soepel, L/H/R
A
Anemia Hemolitik
Autoimun (AIHA)
dd/ Drug induced
hemolytic anemia
dd/ Evans
syndrome dd/ Non
Imun dd/ Malaria
dd/ Infeksi Virus
P
R
- Tirah baring
- Urinalisa
- Diet MII
- Feses rutin
- IVFD RL 20 gtt/i - Anemia profile / SI /
makro
TIBC/ Serum Ferritin
/ Reticulosit count
- Morfologi darah tepi
- Coomb test
- Viral marker
- LED
- Konsul HOM
- Rencana pemberian
methylprednisolon 1
mg/kgBB/ hari per
oral
27
tidak teraba
Peristaltik (+) N
Ekstremitas :
Edema (-/-)
Hasil Lab (14 Agustus
2015) :
Hematologi
Hb: 6,5 g/dL
RBC: 1,8 x 106/mm3
WBC: 7,6 x 103/mm3
PLT: 253 x 103/mm3
Ht: 20,6 %
Glukosa Darah Sewaktu
: 161 mg/dL
Ginjal:
U: 14 mg/dL (N : 10-50
mg/dL)
K: 0,58 mg/dL (N: 0,6
1,2 mg/dL)
Liver:
SGOT : 16 U/L (N : 0
40)
28
29
Viral marker
LED
Konsul HOM
Rencana pemberian
methylprednisolon 1
mg/kgBB/ hari PO
Darah tepi:
Eritrosit : anisositosis,
hipokrom
Leukosit : normal
Trombosit: normal
Malaria : -
30
Temp: 36,7 C
dd/Evans
syndrome dd/ Non
Pemeriksaan fisik sama Imun dd/ Malaria
dengan hari sebelumnya dd/ Infeksi Virus
Sens: CM
TD: 100/50 mmHg
Nadi: 88 x/i
RR: 20 x/i
Temp: 36,2 C
Anemia Hemolitik
Autoimun (AIHA)
dd/ Drug induced
hemolytic anemia
dd/ Evans
syndrome dd/ Non
Pemeriksaan fisik sama Imun dd/ Malaria
dengan hari sebelumnya dd/ Infeksi Virus
Sens: CM
TD: 110/60 mmHg
Nadi: 80 x/i
RR: 24 x/i
Temp: 36,8 C
Anemia Hemolitik
Autoimun (AIHA)
dd/ Drug induced
hemolytic anemia
dd/ Evans
syndrome dd/ Non
Pemeriksaan fisik sama Imun dd/ Malaria
dengan hari sebelumnya dd/ Infeksi Virus
- Tirah baring
- Diet MII
- IVFD RL 20 gtt/i makro
-
- Tirah baring
- Diet MII
- IVFD RL 20 gtt/i
makro
-
/ Reticulosit count
Morfologi darah tepi
Combs test
Viral marker
LED
Konsul HOM
Rencana pemberian
methylprednisolon 1
mg/kgBB/ hari PO
Urinalisa
Feses rutin
Konsul HOM
Rencana pemberian
methylprednisolon 1
mg/kgBB/ hari PO
USG Abdomen
DAT (Direct
antiglobulin test)
Ig G3
Konsul HOM
Rencana pemberian
methylprednisolon 1
mg/kgBB/ hari PO
USG Abdomen
DAT (Direct
antiglobulin test)
Ig G3
31
Urinalisa :
Warna : kuning jernih
Protein : Reduksi : Bilirubin : Urobilinogen : +
Sedimen urin
Eritrosit : 0 /lpb
Leukosit : 1-3 /lpb
Epitel : negatif
Silinder : negatif
Feses rutin :
Warna : coklat
Konsistensi : padat
Telur cacing : Sens: CM
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 86 x/i
RR: 28 x/i
Temp: 37 C
Anemia Hemolitik
Autoimun (AIHA)
dd/ Drug induced
hemolytic anemia
dd/ Evans
syndrome dd/ Non
Pemeriksaan fisik sama Imun dd/ Malaria
dengan hari sebelumnya dd/ Infeksi Virus
- Tirah baring
- Diet MII
- IVFD RL 20 gtt/i
makro
- Inj Ranitidin 50
mg/ 12 jam/ IV
- Methylprednisolon
4 mg tab 5-5-5
- Konsul HOM
- USG Abdomen
- DAT
(Direct
antiglobulin test)
- Ig G3
32
BAB 4
DISKUSI
TEORI
KASUS
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
kasus anemia
ETIOLOGI
ETIOLOGI
Idiopatik
DIAGNOSTIK
ANAMNESIS:
ANAMNESIS:
1. Lelah
1. Lelah
2. Mudah mengantuk
3. Sesak nafas
terakhir
33
PEMERIKSAAN FISIK:
PEMERIKSAAN FISIK
1. Konjungtiva pucat
1. Konjungtiva pucat
2. Sklera ikerik
2. Sklera ikterik
3. Splenomegali
4. Hemoglobinuri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hb rendah (7-10g/dl)
1. Hb rendah (6,5g/dL)
3. Bilirubin
meningkat
(direk:
4. LDH meningkat
5. Retikulositosis
total 3,18mg/dL)
4. Retikulositosis (49,5%)
5. Morfologi
(sferosit,
skistosit,
darah
tepi:
eritrosit
anisositosis hipokromik
6. Coombs test: Positif (+)
7. USG: Hepatosplenomegali
TERAPI:
1. Kortikosteroid:
1-1,5 Kortikosteroid
tablet
(4
mg)
namun
dipertimbangkan
34
mg/hari
mempertahankan
kadar kortikosteroid
hematokrit.
adekuat
atau
tidak
bisa
dan
alemtuzumab.
Siklofosfamid
50-150
mg/hari
5. Danazol 600-800 mg/hari, biasanya
dipakai bersama steroid, bila terjadi
perbaikan, steroid diturunkan atau
dihentikan
diturunkan
dan
dosis
menjadi
danazol
200-400
mg/hari.
6. Transfusi dilakukan pada kondisi
yang mengancam jiwa (misal Hb <3
g/dl).
keluhan
terhadap
35
BAB 5
KESIMPULAN
Os, perempuan, 36 tahun, datang dengan keluhan ikterik dan badan lemas akibat
anemia hemolitik autoimun. Os diterapi awal dengan tirah baring, diet M II 1700
kkal, suportif cairan berupa RL 20 gtt/i. Pada tanggal 20 Agustus, os mulai
diberikan terapi kortikosteroid oral berupa tablet Methylprednisolone 4 mg
dengan dosis 60 mg/hari dibagi 3 kali pemberian (5 5 5) disertai injeksi
Ranitidine 50 mg 1 ampul/hari. Os masuk rumah sakit sejak tanggal 14 Agustus
hingga sekarang, dan direncanakan akan melakukan penjajakan berupa
pemeriksaan DAT dan IgG3.
36
DAFTAR PUSTAKA
[1] K. W. Taroeno-Hariadi and E. Pardjono, "Anemia Hemoliitik Imun," in Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI Press, 2014, pp. 2607-2613.
[2] M. N. Callistania, "Anemia hemolitik," in Kapita Selekta, 4th ed., Jakarta,
Diagnosis and Therapy, 19 ed., New Jersey, Merck Sharp & Dohme Corp,
2011, pp. 936-937.
[5] P. Schick, "Hemolytic Anemia," 29 October 2014. [Online]. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/201066-overview#showall. [Accessed
19 August 2015].
[6] C. H. Packman, "Hemolytic Anemia Resulting from Immune Injury," in
characteristics
and
37
2015].
[12] Konsil kedokteran indonesia, Standar kompetensi dokter indonesia, Jakarta: