Anda di halaman 1dari 26

Case Report

SIFILIS PRIMER

Oleh:

Aisyah 204031015
Annisa Sarah Yolanda 2040312081

Preseptor:

dr. Yosse Rizal, Sp.KK, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis


ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Case report “Sifilis Primer”. Case Report
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Yosse Rizal, Sp.KK, FINSDV sebagai preseptor
yang telah membimbing penulis dalam penulisan makalah Case Report ini.

Tentunya penulisan makalah Case Report ini sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, Maret 2021

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifilis merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh
Treponema palidum. Penularan sifilis melalui hubungan seksual. Penularan juga dapat
terjadi secara vertikal dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui
produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan
1,2
melalui alat kesehatan. Angka kejadian sifilis mencapai 90% dinegara-negara
berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan sebesar 12 juta kasus
baru terjadi di Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Caribbean.2 Angka
kejadian sifilis di Indonesia berdasarkan laporan Survey Terpadu dan Biologis Perilaku
(STBP) tahun 2011 Kementrian Kesehatan RI terjadi peningkatan angka kejadian sifilis di
tahun 2011 dibandingkan tahun 2007.3 Di provinsi Lampung khususnya di kota Bandar
Lampung jumlah kasus infeksi menular seksual termasuk sifilis tahun 2012 sebesar 3.153
kasus dengan penderita wanita sebanyak 2.942 kasus dan pria sebesar 419 kasus,
merupakan jumlah kasus terbanyak dibanding kota-kota lain di provinsi Lampung.4
Berdasarkan hal tersebut maka penyakit ini harus mendapat perhatian. Hampir
semua system dalam tubuh dapat diserang termasuk system kardiovaskuler dan saraf.
Selain itu wanita hamil dapat menularkan pada janinnya sehingga menyebabkan sifilis
congenital yang dapat mengakibatkan kelainan bawaan dan kematian.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan case report ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
etiologi, patogenesis, gejala klinik, tatalaksana, prognosis dan laporan kasus dari Sifilis
Primer.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah case ini yaitu definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinik,
tatalaksana, dan prognosis dari Sifilis Primer.

1
1.4 Metode Penulisan

Penulisan case ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan merujuk


pada berbagai literatur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sifilis merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh
Treponema palidum. Penularan sifilis melalui hubungan seksual. Penularan juga dapat
terjadi secara vertikal dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui
produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan
melalui alat kesehatan.1,2

2.2 Etiologi

Treponema pallidum merupakan spesies Treponema dari famili Spirochaeta, ordo


Spirochaetales. Treponema pallidum berbentuk spiral, Gram negatif dengan panjang
kisaran 11 µm dengan diameter antara 0,09 – 0,18 µm. Terdapat dua lapisan, sitoplasma
merupakan lapisan dalam mengandung mesosom, vakuol ribosom dan bahan nukleoid,
lapisan luar yaitu bahan mukoid.5,6 Potongan melintang Treponema pallidum dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Potongan melintang Treponema pallidum, tampak PF= Periplasmic flagella dan
OS= Outer sheth.7

3
2.2 Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi Sifilis kongenital dan akuista (didapat) . Sifilis kongenital
dibagi menjadi dini ( sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun) dan stigma. Sifilis
akuista dapat dibagi menjadi dua cara, secara klinis dan epidemiologi. Secara klinis dibagi
menjadi tiga yaitu stadium I, II, III. Secara epidemiologi menurut WHO dibagi menjadi

1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, rekuren,
laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium
laten lanjut dan S III.
Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskular dan neurosifilis. Ada yang menemukannya ke dalam
S III dan S IV.8,9

2.3 Patogenesis
1. Stadium Dini
T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya
melalui sanggama. Kuman tersebut membiak jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat
yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-
pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel radang.
Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular
disekitarnya. Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis
tampak sebagai S1.8

Sebelum S1 terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar
kesemua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.8 Multiplikasi ini
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi enam sampai delapan minggu sesudah
S1. S1 akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya berkurang,
kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatriks. SII juga
mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.8

4
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih
terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan sifilis
kongenital. Kadang-kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga T.pallidum
membiak lagi pada tempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut
menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II, yang
terakhir ini lebih sering terjadi daripada yang terdahulu. Lesi menular tersebut dapat timbul
berulangulang, tetapi pada umumnya tidak melebihi 2 tahun.8

2. Stadium Lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun dan keadaan treponema dalam
keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat berubah karena sebabnya belum jelas,
kemungkinan trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat itu munculah S III
berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan T. pallidum namun
reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah
mengalami masa laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.
Treponema mencapai sistem kardiovaskular dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi
kerusakan menjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk
menimbulkan gejala klinis. Penderita dengan guma biasanya tidak mendapat gangguan
saraf dan kardiovaskular, demikian pula sebaliknya. Kira-kira dua pertiga kasus dengan
stadium laten tidak memberi gejala.8

2.4 Gejala Klinis


Sifilis dalam perjalanannya dibagi menjadi tiga stadium yaitu sifilis stadium primer,
sekunder dan tersier yang terpisah oleh fase laten dimana waktu bervariasi, tanpa tanda
klinis infeksi. Interval antara stadium primer dan sekunder berkisar dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Interval antara stadium sekunder dan tersier biasanya lebih dari
satu tahun.5

5
2.4.1 Sifilis stadium primer
Lesi awal sifilis nya berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga
minggu setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian
mengalami ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-2
cm , tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat
juga multipel. Hampir sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal
medial unilateral atau bilateral.5,6,10 Gambaran chancre sifilis primer dapat dilihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Chancre sífilis primer pada penis.11

Chancre sífilis primer sering terjadi pada genitalia, perineal, atau anus dikarenakan
penularan paling sering melalui hubungan seksual, tetapi bagian tubuh yang lain dapat juga
terkena.5,6 Ulkus jarang terlihat pada genitalia eksterna wanita, karena lesi sering pada
vagina atau serviks. Dengan menggunakan spekulum, akan terlihat lesi di serviks berupa
erosi atau ulserasi yang dalam. Tanpa pengobatan lesi primer akan sembuh spontan dalam
waktu 3 sampai 6 pekan. Diagnosis banding sifilis primer yaitu ulkus mole yang
disebabkan Haemophilus ducreyi, limfogranuloma venereum, trauma pada penis, fixed
drug eruption, herpes genitalis.5,6

2.4.2 Sifilis Sekunder


Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala sistemik
berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati, dan lesi kulit atau
mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan manifestasi penyebaran Treponema
pallidum secara hematogen dan limfogen.12 Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa

6
berbagai ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris,
dapat berupa makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai
keluhan gatal. Lesi dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan
dan kaki. Papul biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2 cm,
umumnya berskuama tetapi kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis
kongenital. 5,12,13

Kondiloma lata merupakan istilah untuk lesi meninggi (papul), luas, putih atau abu-
abu di daerah yang hangat dan lembab. Lesi sifilis sekunder dapat muncul pada waktu lesi
sifilis primer masih ada. Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan serologis yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap positif. Treponema
pallidum banyak ditemukan pada lesi selaput lendir atau basah seperti kondiloma lata.5,6,14
Ruam kulit pada sifilis sekunder sukar dibedakan dengan pitiriasis rosea, psoriasis,
terutama jika berskuama, eritema multiforme dan erupsi obat. Diagnosis sifilis sekunder
cukup sulit. Pada umumnya diagnosis ditegakkan berdasarkan kelainan khas lesi kulit sifilis
sekunder ditunjang pemeriksaan serologis.9,15

Gambar 3. Sifilis Sekunder

2.4.3 Sifilis Laten


Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis
reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda klinis.6 Sifilis laten

7
terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan
penyakit sifilis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi
bukan berarti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis
tersier.5,6

2.4.4 Sifilis stadium tersier


Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat
asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis,
terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai
degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala saat
pemeriksaan. Sifilis kardiovaskular disebabkan terutama karena nekrosis aorta yang
berlanjut ke katup. Tanda-tanda sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau
aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan
sangat mudah dikenal.5

Sifilis benigna lanjut atau gumma merupakan proses inflamasi proliferasi


granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi pada jaringan yang terkena. Disebut
benigna sebab jarang menyebabkan kematian kecuali bila menyerang jaringan otak.
Gumma mungkin terjadi akibat reaksi hipersensitivitas infeksi Treponema palidum. Lesi
sebagian besar terjadi di kulit dan tulang. Lesi pada kulit biasanya soliter atau multipel,
membentuk lingkaran atau setengah lingkaran, destruktif dan bersifat kronis, penyembuhan
di bagian sentral dan meluas ke perifer. Lesi pada tulang biasanya berupa periostitis disertai
pembentukan tulang atau osteitis gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas ialah
pembengkakan dan sakit. Lokasi terutama pada tulang kepala, tibia, dan klavikula.
Pemeriksaan serologis biasanya reaktif dengan titer tinggi. 5,6,9

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan T.Pallidum
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga

8
hari berturut-turut. Jika hasil pada hari I dan II negatif. Sementara itu lesi dikopres dengan
larutan garam faal. Bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis, mungkin
kumannya terlalu sedikit. Treponema tampak berwarna putih pada latar belakang gelap.
Pergerakannya memutar terhadap sumbunya, bergerak perlahan-lahan melintasi lapangan
pada pandangan, jika tidak bergerak cepat seperti Borrelia vincentii penyebab stomatitis.
Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat dilihat pergerakannya karena
treponema tersebut telah mati, jadi hanya tampak bentuknya saja. Sementara itu lesi
dikompres dengan larutan garam faal setiap hari.8,16

2. Tes Serologik Sifilis (TSS)


T.S.S. atau Serologic Tests for Sypilis (S.T.S) merupakan pembantu diagnosis yang
penting bagi sifilis. S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif (seronegatif), kemudian
menjadi positif (seropositif) dengan titer rendah, jadi positif lemah. Pada S II yang masih
dinireaksi menjadi positif agak kuat, yang akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut. PadaS
III reaksi menurut lagi menjadi positif lemah atau negatif. T.S.S. dibagi menjadi dua
berdasarkan antigen yang dipakai, yaitu :

a) Nontreponemal (Tes Reagin)


Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolipin yang dikombinasikan
dengan lesitin dan kolestrol, karena itu tes ini dapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS)
atau Biologic Fase Positive (BFP). Antibodinya disebut reagin, yang terbentuk setelah
infeksi dengan T.pallidum, tetapi zat tersebut terdapat pula pada berbagai penyakit lain dan
selama kehamilan. Reagin ini dapat bersatu dengan suspensi ekstrak lipid dari binatang atau
tumbuhan, menggumpal membentuk masa yang dapat dilihat pada tesflokulasi. Massa
tersebut juga dapat bersatu dengan komplemen yang merupakan dasar bagi tes ikatan
komplemen.9,17 Contoh tes nontreponemal:

1) Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR), Kolmer.


2) Tes flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories), Kahn, RPR (Rapid
Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin Screen Test).

9
b) Tes Treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennnya ialah treponema atau ekstraknyadan
dapat digolongkan menjadi empat kelompok :

1) Tes Imobilisasi : TPI (Treponemal pallidum Imobilization Test


2) Tes fiksasi komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement FixationTest).
3) Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent Treponemal Antbody Absorption Test),
ada dua : lgM, lgG; FTA-Abs DS (FluorescentTreponemal AntibodyAbsorption
Double Staining).
4) Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay),
19SlgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS (Hemagglutination
Treponemal Test for Syphilis), MHA-TP (Microhemagglutination Assay for
Antibodies to Treponema pallidum).

TPI merupakan tes yang paling spesifik, tetapi mempunyai kekurangan : biasanya
mahal, teknis sulit, membutuhkan waktu banyak. Selain itu juga reaksinya lambat , baru
positif pada akhir stadium primer, tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan,
hasil dapat negatif pada sifilis dini dan sangat lanjut. RPCF sering digunakan untuk tes
screening karena biayanya murah; kadang-kadang didapatkan reaksi positif semu. FTA-Abs
paling sensitif (90%), terdapat dua macam yaitu untuk lgM dan lgG sudah positif pada
waktu timbuk kelainan S I. lgM sangat reaktif pada sifilis dini, pada terapi yang berhasil
titer lgM cepat turun, sedangkan lgG lambat. lgM penting untuk mendiagnosis sifilis
kongenital. TPHA merupakan tes treponemal yang dianjurkan karena teknis dan
pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitif, menjadi reaktifnya cukup dini.
Kekurangannya tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi, karena tetap reaktif dalam
waktu yang lama. Tes ini sudah dapat dilakukan di Indonesia. Bila hasil tes serologik tidak
sesuai dengan klinis, tes tersebut peru diulangi, karena mungkin terjadi kesalahan teknis.
Kalau perlu di laboratorium lain. Demikian pula jika hasil tes yang satu dengan yang lain
tidak sesuai, misalnya titer VDRL rendah (1/4), sedangkan titer TPHA tinggi (1/1024)
Pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap terhadap lesi kulit, merupakan pemeriksaan yang
paling spesifik untuk diagnosis sifilis. Kuman spirochaeta hidup berbentuk khas seperti

10
sekrup, dapat terlihat pada pemeriksaan slide eksudat secara mikroskopis. Uji absorpsi
antibodi treponema menggunakan fluoresensi akan mendeteksi antigen T.pallidum yang
terdapat pada jaringan, cairan mata, LCS, secret trakeobronkial dan eksudat pada lesi.
Pemeriksaan ini sangat sensitif untuk mendeteksi sifilis pada berbagai tahap. Sekali reaktif,
ia akan tetap reaktif. 8,16,18,19

2.6 Tatalaksana
1. Non medikamentosa
 Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati
 Selama belum sembuh penderita dilarang bersanggama

2. Medikamentosa
Tatalaksanaan sifilis dibagi berdasarkan stadiumnya yaitu tertera pada tabel 4.
Tabel 4. Tatalaksana sifilis berdasarkan stadiumnya.
Alternatif terapi pada alergi
Klasifikasi Terapi anjuran Alternatif terapi penisilin
sifilis Hamil Tidak hamil
Early syphilis Benzatin Prokain Eritromisin, Dosisiklin, 100
(sifilis benzilpenisilin, 2,4 benzilpenisilin, 500mg oral (4 mg (2 kali
stadium dini), juta IU injeksi IM 1,2 juta IU injeksi kali sehari sehari) atau;
sifilis primer, (pemberian dengan IM (setiap hari
selama 14 hari) Tetrasiklin, 500
sifilis dua kali injeksi selama 10 hari
mg oral (4 kali
skunder. ditempat berbeda) berturut-turut)
sehari) selama
14 hari.
Laten Benzatin Prokain Eritromisin, Dosisiklin 100
Syphilis benzilpenisilin, 2,4 benzilpenisilin, 500 mg oral (4 mg oral (2 kali
(sifilis juta IU (total 7,2 juta 1,2 juta IU injeksi kali sehari sehari), atau;
stadium IU) injeksi IM, (sekali IM (setiap hari
selama 30 hari). Tetrasiklin, 500
lanjut) seminggu selama 3 selama 20 hari
mg (4 kali
minggu berturut-turut berturut-turut)
sehari) selama

11
di hari ke 1, 8 dan 15) 30 hari, atau
21-28 hari.
Neurosyphilis Aquaous Prokain Dosisiklin, 200
benzylpenicillin, 18- benzilpenisilin, mg oral (2 kali
24 juta IU injeksi IV ( 1,2-2,4 juta IU, sehari) selama
pemberian dengan 3-4 injeksi IM setiap
30 hari, atau;
juta IU. Setiap 4 jam hari dan
Tetrasiklin, 500
selama 14 hari) Probenesid, 500
mg oral, (4 kali
mg oral (4 kali
sehari selama
sehari) selama 10-
30 hari).
14 hari) atau;
Ceftriaxone 1-2 g
IV setap hari
selama 10-14 hari
(apabila tiak ada
penisilin)
Siflis Usia < 2 tahun dan Usia > 20; Eritromisin 7,5-
kongenital infant dengan Aquaous 12,5 mg/kg oral
abnormal CSF dengan; benzylpenicillin (4 kali sehari)
Aquaous 200 000- 300 000
selama 30 hari
benzylpenicillin juta IU/kg/hari
(pada bayi
100000-150000 juta injeksi IM.
diawal bulan
IU/kg/hari injeksi IV Dengan
kehidupan).
setiap 12 jam, selama pemberian 50000
7 hari awal kehidupan juta IU/kg/dosis
dan setelah itu setiap 8 setiap 4-6 jam
jam, totalnya selama selama 10-14
10 hari. Atau; Prokain hari.
benzilpenisilin 50000
juta IU/kg injeksi IM
dosis tunggal (selama
10 hari).

12
2.7 Prognosis
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik. Untuk
menentukan penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa semua T.pallidum di badan
terbunuh tidaklah mungkin. Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup, tidak
menular keorang lain, T.S.S pada darah dan likuor serebrospinalis selalu negative. Jika
sifilis tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh,5% mendapat S III, 10%
mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%, 23% akan
meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan
kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap
berminggu-minggu. Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis
umumnya terjadi 30 setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, tenggorok,
dan region perianal. Disamping itu dikenal pula kambuh serologic, yang berarti T.S.S yang
negative menjadi positif atau yang telah positif menjadi makin positif. Rupanya kambuh
serologic ini mendahului kambuh klinis. Kambuh klinis pada wanita juga dapat
bermanifestasi pada bayi berupa sifilis kongenital. Pada sifilis laten lanjut prognosisnya
baik, prognosis pada sifilis gumatosa bergantung pada alat yang dikenai dan banyaknya
kerusakan. Prognosis neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan. Sel saraf
yang rusak bersifat irreversible. Prognosis neurosifilis dini baik, angka penyembuhan dapat
mencapai 100%, neurosifilis asimptomatik pada stadium lanjut prognosisnya juga baik,
kurang dari 1% memerlukan terapi ulang.8

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bukit Tinggi
Status Perkawinan : belum kawin
Negri Asal : Bukit Tinggi
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2021

3.2 ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 25 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin RSUD dr.
Ahmad Mochtar Bukit Tinggi tanggal 18 Maret 2021.
1. Keluhan Utama :
Muncul tukak tidak nyeri di kelamin sejak 1 minggu yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Muncul tukak tidak nyeri di kelamin sejak 1 minggu yang lalu.
- Pasien mengaku belum menikah, namun 2 minggu yang lalu berhubungan
seksual dengan PSK yang dia kenal dari teman kantornya. Pasien mengaku
berhubungan seksual secara genito-genital, dan genito-oral. Saat berhubungan
pasien tidak menggunakan kondom.
- Pasien belum melakukan hubungan seksual setelah muncul keluhan.
- Pasien pertama kali berhubungan seksual dengan teman sekantornya pada usia
23 tahun.
- Pasien mengaku tidak punya pacar dan pasein hanya melakukan hubungan
dengan wanita panggilan. Dalam satu tahun ini pasien mengaku sudah 5-6x
berhubungan dengan wanita yang berbeda.

14
- Keluhan nyeri saat kencing disangkal.
- Tidak terdapat keluhan di mulut.
- Tidak terdapat keluhan di anus.
- Pasien tidak demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
4. Riwayat Pengobatan
- Pasien belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
- Pasien tidak mengetahui apakah teman seksnya punya keluhan yang sama.
6. Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan.
- Pasien merupakan seorang pegawai Bank swasta di Bukit Tinggi.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Satatus Generalis
- Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
- Kesadaran : Kompos mentis kooperatif
- Tanda Vital : Dalam batas normal
- Status Gizi : Baik
- Kepala : tidak ditemukan kelainan
- Pemeriksaan Thoraks : tidak ditemukan kelainan
- Pemeriksaan Abdomen : tidak ditemukan kelainan
2. Status Dermatologikus : tidak ditemukan kelainan
3. Status Venerologikus
1. Inspeksi genital luar
a. Penis
- Udema : Tidak ada
- Eritema : ada
- Vegetasi : Tidak ada

15
- Ulkus : Ada
- Vesikel : Tidak ada
b. Orificium uretra eksterna
- Udema : Tidak ada
- Eritema : Tidak ada
- Duh Tubuh : Tidak ada
- Vegetasi : Tidak ada
- Ulkus : Tidak ada
- Vesikel : Tidak ada
c. Skrotum
- Udema : Tidak ada
- Eritema : Tidak ada
- Vegetasi : Tidak ada
- Ulkus : Tidak ada
- Vesikel : Tidak ada
d. Perianal dan perineum
- Udema : Tidak ada
- Eritema : Tidak ada
- Vegetasi : Tidak ada
- Ulkus : Tidak ada
- Vesikel : Tidak ada

16
2. Palpasi
Terdapat pembesaran KGB inguinal Bilateral.

3. Pemeriksaan Lainnya
Kelainan selaput lender : tidak ada kelainan
Kelainan rambut : tidak ada kelainan
Kelainan kuku : tidak ada kelainan
Kelenjar limfa : terdapat pembesaran KBG

3.4 Resume
Seorang pasien laki-laki usia 25 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin RSUD dr.
Ahmad Mochtar Bukit Tinggi tanggal 18 Maret 2021. Pasien mengeluhkan tukak yang
tidak nyeri di kelamin sejak satu minggu yang lalu. Pasien mengaku belum menikah,
namun 2 minggu yang lalu berhubungan seksual dengan PSK yang dia kenal dari teman
kantornya. Pasien mengaku berhubungan seksual secara genito-genital, dan genito-oral.
Saat berhubungan pasien tidak menggunakan kondom. Pasien belum pernah melakukan
hubungan seksual setelah muncul keluhan.
Pasien pertama kali berhubungan seksual dengan teman sekantornya pada usia 23
tahun. Pasien mengaku tidak punya pacar dan pasein hanya melakukan hubungan dengan
wanita panggilan. Dalam satu tahun ini pasien mengaku sudah 5-6x berhubungan dengan

17
wanita yang berbeda. Keluhan nyeri saat kencing disangkal. Tidak terdapat keluhan di
mulut. Tidak terdapat keluhan di anus. Pasien tidak demam. Pasien tidak pernah mengalami
keluhan yang sama sebelumnya. Pasien belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya.
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Pasien tidak mengetahui apakah
teman seksnya punya keluhan yang sama. Pasien merupakan seorang pegawai Bank swasta
di Bukit Tinggi.
Pada pemeriksaan fisik kepala, thoraks dan abdomen tidak ditemukan kelainan.
Status dermatologikus tidak diperiksa. Pada status venerologikus didapatkan ulkus yang
eritem pada penis.

3.5 Diagnosis Keja


Susp Sifilis Primer
3.6 Diagnosis Banding
- Ulkus Mole
- Herpes Simpleks
3.7 Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Pemeriksaan lapangan gelap (dark field) dengan hasil ditemukan treponema berwarna
putih di lapangan gelap dengan pergerakan spiral melintasi lapangan pandang.
3.8 Pemeriksaan Anjuran
Test serologis sifilis
3.9 Diagnosis
Sifilis primer
3.10 Tatalaksana
a. Umum (Non-Farmakologi)
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum yang ditularkan melalui kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan
sehingga pasien harus menghindari berhubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa prognosis penyakit ini baik apabila pasien minum
obat dan menghindari berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.

18
3. Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh.
4. Lakukan konseling mengenai pengobatan, komplikasi dan pentingnya keteraturan
pengobatan.
5. Anjurkan pemeriksaan terhadap infeksi HIV ke poliklinik VCT.

b. Medikamentosa
Benzil benzatin penisilin G (BBPG), dengan dosis stadium primer 2,4 juta Unit, injeksi
intramuskular, dosis tunggal. Satu injeksi 2,4 juta Unit IM pada 1 bokong, atau 1,2 juta
Unit pada setiap bokong. Sesudah diinjeksi, pasien diminta menunggu selama 30 menit.

3.11 Prognosis
Quo ad sanasionam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam

19
BAB IV
DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 25 tahun datang ke Poliklinik Kulit
Kelamin RSUD dr. Ahmad Mochtar Bukit Tinggi tanggal 18 Maret, dengan keluhan utama
tukak yang tidak nyeri di kelamin sejak satu minggu yang lalu Dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
Keluhan utama tukak yang tidak nyeri di kelamin sejak satu minggu yang lalu.
Pasien mengaku belum menikah, namun 2 minggu yang lalu berhubungan seksual dengan
PSK yang dia kenal dari teman kantornya. Pasien mengaku berhubungan seksual secara
genito-genital, dan genito-oral. Saat berhubungan pasien tidak menggunakan kondom.
Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual setelah muncul keluhan. Pasien pertama
kali berhubungan seksual dengan teman sekantornya pada usia 23 tahun. Pasien mengaku
tidak punya pasangan yang sah dan pasein hanya melakukan hubungan dengan wanita
panggilan. Dalam satu tahun ini pasien mengaku sudah 5-6x berhubungan dengan wanita
yang berbeda.
Pada pasien ini dicurigai terkena penyakit menular seksual. Ada beberapa risiko
yang seseorang dapat terinfeksi penyakit menular seksual diantaranya umur kurang dari 21
tahun (atau 25 tahun di beberapa tempat), berstatus belum menikah, mempunyai lebih dari
satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir, memiliki pasangan seksual baru dalam 3
bulan terakhir, pasangan seksualnya mengalami IMS, dan belum berpengalaman
menggunakan kondom.
Keluhan nyeri saat kencing disangkal. Tidak terdapat keluhan di mulut. Tidak
terdapat keluhan di anus. Pasien tidak demam. Demam ditanyakan untuk melihat apakah
sebelumnya atau selama infeksi ada gejala sistemik yang dialami oleh pasien. Pasien tidak
pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Dari ananmesis, pasien melakukan hubungan seksual dua minggu yang lalu dan
muncul tukak sejak satu minggu ini. Tukak yang tidak nyeri dapat difikirkan sebagai salah
satu gejala klinis sifilis. Tukak dapat muncul satu minggu setelah berhubungan seksual
dimana secara teori ulkus akan terbentuk ditempat masuknya bakteri T. Palidum. Tukak

20
biasanya muncul tunggal dan tidak nyeri. Tukak ini disebut ulkus primer. Pasien belum
pernah berobat sebelumnya. Hal tersebut dapat mengarahkan kita bahwa kemungkinan ini
merupakan pertama kalinya pasien datang dengan keluhan ini. Hal ini memperkuat
diagnosis bahwa pasien kemungkinan mengalami sifilis primer.
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu Sifilis primer. Stadium I (Sifilis primer) dapat
ditemukan lesi berupa ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapat indurasi, tidak nyeri
serta terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Predileksi biasanya di tempat
kontak dengan lesi infeksius pasangan seksual. Pada laki-laki sering didapatkan di penis
(terutama di glans penis atau sekitar sulkus koronarius) dan skrotum sedangkan pada
perempuan didapatkan di vulva, serviks, fourchette, atau perineum. Namun dapat pula
ulkus tidak tampak dan tidak disadari oleh pasien.

Pasien ini dapat didiagnosis sifilis primer karna memenuhi kriteria secara klinis.
Pada status venerologikus didapatkan ulkus yang eritem pada penis, berupa ulkus tunggal
berdasar bersih dan tidak nyeri serta ditemukan pembesaran getah benig regional.
Pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis sangat
jarang dapat membantu pada kunjungan pertama pasien, dan biasanya hal ini terjadi sebagai
akibat infeksi campuran. Dapat ditambahkan pula, bahwa di daerah dengan angka
prevalensi sifilis tinggi, tes serologis yang reaktif mungkin akan lebih mencerminkan
keadaan infeksi sebelumnya dan dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan
keadaan pasien saat itu. Sedangkan tes serologis negatif, belum tentu menyingkirkan
kemungkinan ulkus akibat sifilis stadium primer, mengingat reaktivitas tes serologi sifilis
baru muncul 2-3 minggu setelah timbul ulkus.
Tatalaksana pada pasien ini diberikan Benzil benzatin penisilin G (BBPG), dengan
dosis stadium primer 2,4 juta Unit, injeksi intramuskular, dosis tunggal. Satu injeksi 2,4
juta Unit IM pada 1 bokong, atau 1,2 juta Unit pada setiap bokong. Sesudah diinjeksi,
pasien diminta menunggu selama 30 menit.20
Konseling bagi pasien IMS merupakan peluang penting untuk dapat sekaligus
memberikan edukasi tentang pencegahan infeksi HIV pada seseorang yang berisiko
terhadap penyakit tersebut. Beberapa pesan tentang IMS yang perlu disampaikan:1

21
1. Mengobati sendiri cukup berbahaya
2. IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
3. IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV
4. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas
5. Pasangan seksual perlu diperiksa dan diobati
6. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV
7. Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat
8. Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular


Seksual. Kementrian Kesehatan RI Dirjen PP dan PL. 2011.
2. Jesus MBD, Ehlers MM, Dreyer W, Kock NM. Mini Riview: Syphilis. J
FORTAMex. 2013. p1787-1798
3. Yoga T. Situasi Epidemiologi HIV-AIDS di Indonesia. Dirjen PP dan P Kementrian
Kesehatan RI. 2012
4. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2012. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
5. Holmes KX, Sparling PF, Stam WE, Piot P, Wasserheit J, Corey L, et al. In:
Sexually Transmitted Disease 4rd. New York: McGraw Hill. 2008. p661 – 84
6. Klausner JD, Hook EW. Current Diagnosis & Treatment Sexually Transmitted
Disease. New York:McGraw Hill Companies, 2007
7. T J Clark Colloidal Minerals and Supplements. Syphilis. (Cited 2014 Nov 10)
Available form: http://www.tjclarkdirect.com/bacterial _diseases/syphilis.htm.
8. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI. 2010.
9. Khana, N. Illustrated Synopsis of Dermatology and Sexually Transmitted Disease.
3th ed. Canada: Saunders Elsevier, 2009.
10. STD Surveillance Case Definitions. 2013 Dec. p1-8.
11. Best Tests. Syphilis:testing for ”the Great Imitator”. 2012. (Cited 2014 Nov 10)
Available form: www.bpac.org.nz
12. Cherneskle T, Augenbraun M, Blank S, Dunn A, Friedenberg E, Hermoso A, et al.
an Update and Riview of the Diagnosis and Management of Syphilis. NYC Health.
p15-17.
13. Departement of Health AIDS Institute. Syphilis. 2011. (Cited 2014 Nov 10)
Available form:
http://www.hivguidelines.org/clinicalguidelines/adults/management-of-stisin-hiv-
infected-patients/syphilis.

23
14. Sokolovskiy E, Frigo N, Rotanov S, Savicheva A, Dolia O, Kitajeva N, et al.
Guidelines fot the laboratory diagnosis of syphilis in East European countries. J
EADV. 2009;23(1):623-32.
15. Operational Obstretrics and gynecology. Condiloma Lata (Secoundary Syphilis).
(Cited 2014 Nov 10) Available form: http://www.operationalmedicine.org/e
d2/Enhanced/Vulva/CondylomaLata.htm
16. Rubeinstein, D; dkk. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Erlangga. Jakarta. 2007.
17. James WD, Berger TG, Elston DM. Neurocutaneous Dermatoses. In: Andrew’s
Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier,
2006.
18. World Health Organization, The sexually transmitted diseases diagnostics initiative
(SDI). The use of rapid syphilis tests. 2007.
19. Thappa D.M. Wood’s Light Examination, in Textbook of Dermatology,
Leprology& Venereology, 3 rd Edition. Elsevier.Haryana. 2009.
20. Perdoski. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta. 2017.

24

Anda mungkin juga menyukai