Oleh :
Preseptor :
dr. Lila Indrati, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang
berjudul “Pemeriksaan Ultrasonografi Kranial pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)”.
Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Lila Indrati, Sp.Rad selaku preseptor yang
telah memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan referat ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Sampul Depan
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Daftar Singkatan vi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujua Penulisan 1
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Insiden 4
2.1.3 Etiologi 4
2.1.4 Patogenesis 5
2.1.5 Gejala Klinis 6
2.1.6 Komplikasi 7
2.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) 9
2.2.1 Pemeriksaan Ultrasonografi Kranial (CUS) 10
2.2.2 Kelainan Kepala pada BBLR 22
Daftar Pustaka 30
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Angka kejadian BBLR masih
cukup tinggi, terutama di negara dengan sosio ekonomi rendah. Pada tahun 2010,
kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1%. 1,2,3
BBLR memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami morbiditas dan
mortalitas dari pada bayi lahir dengan berat badan normal. WHO mengatakan
bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi
berhubungan dengan BBLR.2
BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau kelahiran saat usia
kehamilan ≤ 37 minggu dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang biasa
disebut terganggunya pertumbuhan janin. 2 Beberapa komplikasi dapat terjadi pada
BBLR, seperti komplikasi dengan faktor prematuritas dan dismaturitas, yangmana
membutuhkan pemeriksaan radiologi sebagai penunjang dalam membantu penegakkan
diagnosis. 1
Salah satu pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada BBLR adalah
pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan USG bersifat noninvasif, tidak ada
kontraindikasinya, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi. 4
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
A. Prematuritas murni
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial
vaginosis, chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor
etiologi prematuritas. 1,7
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun
dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada
ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering
ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.1,7
4
c. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. 1,7
2. Faktor janin
Penyakit pada janin selama kandungan seperti hidramnion, gawat janin,
kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan mengakibatkan BBLR. 1,7
B. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat
antara ibu dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas
dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi
plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan
nutrisi ibu.5,6
2.1.4 Patogenesis
Bayi lahir prematur yang beratnya sesuai dengan umur kehamilan
pretermnya biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat
ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/
premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta,
atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus
sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. 5
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu
sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau
kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin
normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen sehingga masalahnya bukan
pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang
terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang
menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi
merugikan. 5,7
5
2.1.5 Gejala klinis
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari
33 cm, masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya,
kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi
tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus
testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh
labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga
belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma
belum sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil,
posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang
dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah,
pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih
hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan
sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,5
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum
sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis,
gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak
ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial.
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata
sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat ‘pitting
edema’. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum,
diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum.1,5
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila
frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus
waspada kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia,
gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini, harus
dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis
toraks.1,5
6
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan
terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas.
Dalam hal ini berat badan kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama
dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
‘wasting’. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol
adalah ‘wasting’, demikian pula pada post term dengan dismaturitas.1,6
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan
pada kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh
mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap
ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterin.
3. Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna
kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda
anoksia intrauterin yang sudah berlangsung lama. 1,6
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi prematuritas antara lain :1,8,9
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir
akan terbentuk membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
7
3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan ini
biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar
yang tidak sempurna sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma
globulin.1,8,9
Komplikasi dismaturitas yaitu:
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’
dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion,
akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam
paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir, bayi akan menderita gangguan
pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Terutama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin
sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar gula
darah. BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah yang kurang dari 20
mg%.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan
dengan bayi biasa.
4. Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada paru
belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
8
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan
bayi yang sesuai dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan
pertumbuhan hati. 1,5,8
9
2.2.1 Pemeriksaan Ultrasonografi Kranial (CUS)
Ultrasonografi pada kranium menggunakan fontanela sebagai acustic
window. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan fontanela dan sutura yang masih
terbuka atau pada kasus-kasus yang dilakukan trepanasi, dimana terdapat celah
yang dapat dipergunakan sebagai acustic window.10
11
Gambar 1. Anatomi kepala pada neonatus
10
5. Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk,
ukuran, posisi, dan ruang interpasial.
6. Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi
dengan gelombang suara.
7. Dapat digunakan untuk mendetaksi perdarahan, kistik dan trauma
hipoksik/iskemik meskipun relatif tidak sensitif dalam fase akut yang
disertai kalsifikasi, infeksi serebral dan gangguan struktural otak mayor
pada bayi/neonatus.
8. CUS relatif lebih murah dibandingkan dengan pemeriksaan neuro-imaging
lainnya.12
11
9. Bayi dengan cedera lahir seperti patah tulang tengkorak, pendarahan sub-
galeal
10. Menilai kerusakan neurologis yang sudah ada sebelum penggunaan
extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) neonatal
11. Evaluasi dan tindak lanjut bayi yang mengikuti terapi hipotermia dan
ECMO
12. Follow up bayi dengan kelainan otak yang terdeteksi sebelum lahir
13. Curiga terdapat gangguan metabolisme
14. Dalam kasus kondisi klinis mengalami penurunan mendadak, penurunan
kadar haemoglobin secara tiba-tiba, enterokolitis nekrotikans, dan sepsis.11
NICU dan/atau bayi lahir <32 Bayi dengan perawatan khusus dan
minggu dan/atau berat lahir <1500g bayi lahir ≥32minggu dan ≥1500g
< 24 jam setelah lahir
Pada hari ke 3 setelah lahir Pada hari ke 3 setelah lahir
2 minggu sekali sehingga minggu ke 2
Seminggu sekali sehingga bayi pulang Seminggu sekali sehingga bayi
ke rumah pulang ke rumah
Lebih sering, jika curiga ada gangguan Lebih sering, jika curiga adanya
Gangguan
10
Tabel 1. Program Skrining CUS.
12
Teknik Pemeriksaan Ultrasonografi Kranial (CUS)
Teknik pemeriksaan kranium meliputi pemeriksaan berupa potongan standar,
koronal, sagital dan parasagital, sehingga seluruh bagian dapat dilihat..
Pemeriksaan ulrasonografi kranium meliputi:12
a. Konfigurasi ventrikel
b. Besarnya ventrikel
c. Konfigurasi pleksus koroideus
d. Parenkim otak
e. Girus
f. Massa tumor
g. Falx dari tentorium
Prosedur Pemeriksaan Ultrasonografi Kranial (CUS)
Prosedur pemeriksaan ultrasonografi kranial meliputi : 12
1. Melakukan tindakan aseptik dengan mencuci tangan dan transduser
sebelum dan setelah melakukan pemeriksaan
2. Masukkan probe melalui lubang intip inkubator. Pilih probe yang sesuai
dan preset untuk CUS. Sesuaikan kedalaman, gain, dan pengaturan
kompensasi gain waktu.
3. Oleskan gel sekali pakai (disimpan pada suhu kamar) ke probe untuk
memastikan kontak yang baik antara probe dan kulit.
4. Memegang transduser dengan kuat dan meletakkan sisi lateral dari tangan
dengan lembut di kepala bayi dapat memberikan gambar berkualitas baik.
Cobalah untuk mendapatkan gambar yang simetris dan sentris. Sesuaikan
frekuensi dan kedalaman zona fokus sehingga struktur yang dangkal dan
dalam ditampilkan secara optimal.
5. Gambar standar diperoleh melalui fontanelle anterior (AF) yang
merupakan jendela yang sangat baik untuk gambar bagian otak supra-
tentorial. Terletak di persimpangan jahitan koronal dan sagital.
6. Palpasi AF dan letakkan transduser di tengah AF dengan bidang
transduser melewati dari telinga ke telinga dan marker pada transduser
mengarah ke sisi kanan bayi. Konvensi ini untuk menampilkan sisi kanan
pasien di sisi kiri gambar. Tandai sisi dengan jelas.
13
7. Transduser dimiringkan sejauh mungkin ke depan dan ke belakang untuk
mendapatkan gambar secara berurutan. Setidaknya enam gambar koronal
diperoleh.
8. Ketika pencitraan koronal dilakukan, putar transduser 900 untuk
mendapatkan bidang sagital (transduser sejajar dengan diameter
anteroposterior kubah tengkorak), dengan marker mengarah ke hidung
bayi. Bagian anterior otak terlihat di sisi kiri gambar. Dapatkan tampilan
garis tengah.
9. Kemudian transduser miring secara lateral ke kanan dan kiri untuk
mendapatkan tampilan parasagital kanan dan kiri. Lima gambar diperoleh
dalam bidang sagital.
10. Sesuaikan pengaturan kedalaman untuk mendapatkan gambar yang
mengisi sektor yang mengandung batas tengkorak dan menghindari
gambar yang terlalu terang atau gelap. Tombol optimisasi gambar
otomatis (Iscan) mungkin tersedia. Gunakan color doppler untuk
memvisualisasikan saluran intraserebral dan penilaian aliran. Setiap
kelainan yang terdeteksi harus diidentifikasi pada bidang koronal dan
sagital atau dengan pencitraan melalui jendela tambahan. 12
Hal yang harus diperhatikan:
Bayi harus di monitor selama pemeriksaan CUS dilakukan
Suhu bayi harus dipertahankan untuk mencegah hipotermi
Perhatian harus diberikan untuk meminimalkan gangguan pada bayi
Hindari memberi terlalu banyak tekanan pada fontanelle dengan probe.
Memperoleh loop sinegrafik membantu dalam menunjukkan kelainan
yang terlewatkan dalam gambar diam karena beberapa kelainan dapat
ditafsirkan dengan lebih baik dalam gambar waktu nyata. 12
14
Gambar 2. Standar Posisi Koronal (C) dan Sagittal (S) pada CUS melalui anterior
fontanelle10
10
Gambar 3. CUS pada koronal C1 melalui lobus frontal
Sudut lobus frontal probe ke depan untuk memindai melalui lobus frontal
anterior ke frontal horn ventrikel lateral (LV). Gambaran orbital membentuk
batas inferior. Gambar harus simetris dengan garis tengah fissura
interhemispherik (IHF)
15
Gambar 4. Koronal C2 melalui frontal horn ventrikel lateral10
Apabila transduser miring ke belakang, frontal horn dari LV muncul
sebagai struktur gelap (karena mengandung CSF) di kedua sisi garis tengah.
Biasanya LV simetris, namun, sedikit asimetri atau celah celah dianggap normal.
LV lebih besar pada bayi prematur. Ruang gelap berisi cairan antara tanduk
frontal LV adalah cavum septum pellucidum (CSP) yang lebih besar pada bayi
prematur dan tidak boleh bingung dengan ventrikel ketiga. CSP dibatasi secara
superior oleh corpus callosum (CC) dengan penampilan tramline. Nukleus
caudatus berada tepat di bawah LV.10
10
Gambar 5. Koronal C3 pada ventrikel ke 3
16
Ketika transduser dimiringkan lebih jauh ke belakang, ventrikel ketiga
muncul sebagai area gelap garis tengah kecil di bawah dan antara LV dan CSP.
Foramen Monro (menghubungkan LV ke ventrikel ketiga) dapat terlihat. Tanda
lain adalah fisura Sylvain, yang memisahkan frontal dari lobus temporal, dan
muncul seperti huruf Y pada bayi cukup bulan dan terbuka lebar pada bayi
prematur. Substansia grisea (Grey matter) menunjukkan nukleus caudatus,
thalamus, dan putamen. Perhatikan ganglia basal yang mungkin tampak
hiperogenik dengan edema, iskemia atau perdarahan. Lenticulo-striate
vasculocathath (LSV) jika terlihat dalam pandangan ini sebagai titik terang. 10
17
Gambar 7. Koronal C5 pada trigone dari ventrikel lateral10
10
Gambar 8. Koronal C6 pada lobus oksipital
18
Memiringkan transduser lebih jauh ke belakang akan menunjukkan
korteks parietal dan oksipital dengan IHF di tengah. Pesawat ini berguna untuk
evaluasi parenkim dan mencari periventrikular flare dan leukomalacia
periventrikular kistik (cystic PVL). Sulci menjadi lebih kompleks dengan
bertambahnya usia kehamilan.10
20
Apabila dimiringkan transduser secara lateral, memberikan gambar
superfisial ke ventrikel lateral. Ciri khasnya adalah fisura Sylvian. Percabangan
fisura Sylvian akan meningkat seiring dengan maturitas . Perhatikan/ cari sulci
dan gyri secara adekuat yang berhubungan dengan kehamilan. Bidang ini juga
menunjukkan white matter periventrikular. Flare PV dan PVL kistik terlihat di
posisi S3.10
21
sistolik. Sebagian besar pemindaian modern akan secara otomatis menghitung RI.
Sinus sagital superior dapat divisualisasikan dalam pemindaian koronal melalui
AF dan pengukuran Doppler berguna untuk menilai aliran vena.15
Parameter USG Doppler dapat berfungsi sebagai alat untuk memprediksi
keterlambatan perkembangan pada bayi. Ditemukan bahwa status hemodinamik
kiri arteri serebral tengah, yang diukur dengan ultrasonografi kranial Doppler
pada periode neonatal, memprediksi hasil awal motorik pada bayi cukup bulan.
Transkranial Doppler adalah teknik sensitif untuk diagnosis henti sirkulasi pada
kondisi kematian otak apabila mendapatkan pola seperti aliran sigmoidal dan
lonjakan sistolik yang pendek.15
22
episode hipoksik iskemik ini cukup parah untuk merusak otak, maka akan terjadi
kondisi hypoxic-ischemic encephalopathy dalam 12-36 jam.17
23
Kompresi, penyempitan ventrikel (udema serebri)
Penyempitan area subaraknoid
Penyempitan arteri intrakranial
Peningkatan nilai RI
Disertai perdarahan subependymal
24
Gambar 15. Pemeriksaan USG menunjukkan hiperechoic difus pada parenkim
otak periventrikular, sedangkan batas sulkus serebri kabur pada neonatus dengan
HIE sedang. 19
Gambar 16. Pemeriksaan USG menunjukkan hiperechoic dan parenkim otak yang
kabur pada area periventrikular pada neonatus dengan HIE berat. 19
Gambar 17. Pemeriksaan USG menunjukkan dilatasi bilateral ventrikel dan atrofi
parenkim otak.19
25
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti sinar-x, CT (computed
tomography) scan, namun pemeriksaan tersebut kurang sensitif untuk menilai
suatu HIE. Tingginya kandungan protein cairan serebrospinal mengakibatkan
buruknya resolusi kontras parenkin pada CT scan. Selain itu, paparan radiasi CT
scan tinggi sehingga dapat memberikan efek yang kurang baik. Namun, CT scan
dapat melihat ada tidaknya perdarahan pada neonatus tanpa sedasi. Pemeriksaan
yang paling sensitif dan spesifik untuk neontus dengan curiga HIE sebenarnya
adalah magnetic resonance imaging (MRI). MRI dapat mendeteksi lokasi,
distribus, dan derajat keparahan lesi hipoksik-iskemik. Namun, MRI kurang
fleksibel sehingga USG menjadi pemeriksaan lini pertama untuk neonatus dengan
curiga HIE.18
Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial merupakan salah satu penyebab timbulnya gejala
neurologi fokal akut yang paling sering pada neonatus. Perdarahan
periventrikuler/intraventrikuler adalah perdarahan yang berasal dari matriks
germinal subependimal periventrikuler dengan masuknya darah ke dalam sistem
ventrikel. Perdarahan periventrikuler/intraventrikuler dini didefinisikan sebagai
perdarahan yang terdiagnosis dalam < 72 jam setelah lahir dan perdarahan
periventrikuler/intraventrikuler lambat adalah perdarahan yang terdiagnosis
setelah 72 jam dari saat lahir. Perdarahan yang terjadi pada daerah subependimal
secara klinis dapat tidak tampak tetapi dilatasi ventrikel tetap terjadi.18,20,21
Kejadian perdarahan periventrikuler/intraventrikuler pada bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah (< 1500 g) atau bayi lahir pada umur kehamilan
kurang dari 35 minggu sekitar 50%, dan pada penelitian multisenter dilaporkan
sekitar 12-18 %. Angka kejadian ini sudah jauh berkurang seiring dengan
meningkatnya mutu pelayanan terutama yang berkaitan dengan tatalaksana cairan
serta pernapasan pada neonatus.20
Banyak faktor meliputi lokasi, perluasan, dan etiologi perdarahan yang
dapat menentukan morbiditas dan mortalitas. Perdarahan intrakranial paling
sering terjadi di daerah matriks germinal. Matriks germinal terletak disepanjang
26
ventrikel lateral. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena tumor neonatal,
malformasi arteri intraserebral, trauma dan sensitif sinus dural atau gangguan
koagulasi, namun kejadiannya lebih jarang terjadi. Hematoma subaraknoid
ekstraserebral, subdural, dan epidural bisa terjadi karena trauma pada waktu
lahir.18
Klasifikasi perdarahan periventrikuler/intraventrikuler oleh Papile terbagi dalam 3
tingkatan yaitu:
1. Tingkat I : perdarahan hanya pada subependimal
2. Tingkat II: perdarahan intraventrikuler dengan ukuran ventrikel
normal. < 50% ventrikel terisi dengan perdarahan.
3. Tingkat III: perdarahan intraventrikuler dengan dilatasi ventrikel. >
50% ventrikel terisi dengan perdarahan. Perdarahan berada pada
substansia alba dari senter semioval.
4. Tingkat IV: perluasan perdarahan ke dalam parenkim otak dengan
perdarahan intraventrikuler dan dilatasi ventrikel.21
27
cukup bulan gejala yang khas adalah otot kejang, apneu, iritabel, muntah dan
ubun-ubun besar yang membonjol.23,24
Diagnosis perdarahan periventrikuler/intraventrikuler dilakukan umumnya
dengan USG kepala. Ultrasonografi merupakan modalitas awal untuk
pemeriksaan perdarahan matriks germinal. Tingkat perdarahan yang terjadi juga
dapat diukur pada pemeriksaan ini. USG digunakan pula untuk menentukan saat
timbulnya perdarahan, memantau perubahan yang terjadi dan meramalkan akibat
perdarahan pada masa akut. Sangat penting untuk melakukan skrining USG
kepala pada bayi kurang bulan, rutin dilakukan untuk bayi dengan umur
kehamilan < 30 minggu, skrining dapat dilakukan pada umur 3-7 hari karena
perdarahan dini terjadi sebelum umur tersebut dan diulangi pada umur 28-30 hari
yang berguna untuk menemukan perdarahan onset lambat. Pada bayi yang lebih
besar USG kepala dapat dilakukan apabila terdapat faktor risiko atau adanya
gejala hidrosefalus.16
Potongan koronal dan sagital otak neonatus dapat diperoleh melalui
transduser yang diletakkan di fontanela anterior. Pada fase akut dan subakut,
gambaran USG perdarahan matriks germinal adalah hiperekoik. Selanjutnya,
gambarannya akan menjadi isoekoik dan pada fase kronik gambaran perdarahan
matriks germinal adalah hipoekoik. Garis ventrikel dapat timbul hiperekoik oleh
karena perluasan intraventrikular. Perluasan perdarahan matriks germinal ke
pleksus koroid akan memperluas pleksus. Komplikasi perdarahan berupa infark
vena akan menunjukkan gambaran fan-shaped hyperechoic pada substansia alba
pada potongan koronal.18
28
Gambar 18. Potongan koronal (A) dan sagital (B). Adanya perdarahan matriks
germinal ditandai dengan adanya hiperekoik fokal (grade II) dengan perluasan ke
pleksus koroid ventrikel lateral kanan. Potongan sagittal menunjukkan perluasan
perdarahan matriks germinal.18
29
DAFTAR PUSTAKA
31
24. Soul J.S.; Intracranial hemorrhage and periventricular leukomalacia. In:
Manual of neonatal care, sixth ed, Philadelphia: Lippincott William&
Wilkins. 2008.
25. Chapman IA and Stol BJ. Nervous System Disorders in Nelson Text Book
of Pediatrics 18th ed. Saunders, Philadelphia.2007.
32