Anda di halaman 1dari 53

Serial Kasus

Benda Asing Koin dan Bolus Makanan (Daging)


pada Esofagus

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 (PPDS-1) Divisi Bronkoesofageal-1
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Oleh:
dr. Ridha Chaharsyah Mulya
NPM: 1907601070004

Pembimbing:
dr. Fadhlia, M.Ked(ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA/
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul


Benda Asing Koin dan Bolus Makanan (Daging)
pada Esofagus

Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui


pada tanggal 05 November 2020

Oleh

Pembimbing

dr. Fadhlia, MKed (ORL-HNS) Sp.T.H.T.K.L (K)


NIP: 19770407 200504 2 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi PPDS-1
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin

dr. Benny Kurnia, Sp.T.H.T.K.L (K)


NIP: 19632411 199601 1 001

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Fadhlia,MKed (ORL-


HNS) Sp.T.H.T.K.L (K), yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul “Benda
Asing Koin dan Bolus Makanan (Daging) pada Esofagus”, serta para dokter
spesialis di Bagian/KSM Ilmu Kesehatan T.H.T.K.L yang telah memberikan
arahan serta bimbingan hingga laporan kasus ini selesai.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap laporan
kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, November 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
ABSTRAK 1
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4
2.1 Definisi 4
2.2 Anatomi dan Fisiologi 4
2.3 Fisiologi Menelan 7
2.4 Etiologi 9
2.5 Patofisiologi 10
2.6 Epidemiologi 11
2.7 Klasifikasi Benda Asing 11
2.8 Diagnosis 12
2.9 Penatalaksanaan 14
2.9.1 Evaluasi Jalan nafas ….14
2.9.2 Waktu Esofagoskopi 14
2.9.3 Prosedur Esofagoskopi 15
2.9.4 Indikasi Esofagoskopi 16
2.9.5 Kontraindikasi 16
2.9.6 Teknik Esofagoskopi 17
2.10 Komplikasi 19
BAB III LAPORAN KASUS 21
BAB IV ANALISA KASUS 39
BAB V KESIMPULAN 43
DAFTAR PUSTAKA 44

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Esofagus 5


Gambar 2.2. Potongan Melintang esofagus 5
Gambar 2.3. Penyempitan esofagus 6
Berdasarkan Umur 7
Gambar 2.5. Fisiologi menelan 9
Gambar 2.6. Posisi pasien untuk pemeriksaan esofagoskopi 18
Gambar 2.7 Cara memegang Esofagoskopi 18
Gambar 3.1.1 Rongent servikotorakal AP/ Lateral di RSUDZA 24
Gambar 3.1.2 Rongent servikotorakal AP/ Lateral saat di RSUD daerah 24
Gambar 3.1.3 Persiapan Alat 26
Gambar 3.1.4 Pasien dan koin yang berhasil diekstraksi 27
Gambar 3.2.1 Rontgen servikal AP/Lateral 32
Gambar 3.2.2 Persiapan Alat 34
Gambar 3.3.3 kondisi pasien dan gigi geligi 36

5
BENDA ASING KOIN DAN BOLUS MAKANAN (DAGING) PADA
ESOFAGUS
Ridha Chaharsyah Mulya
Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan T.H.T.K.L
FK Unsyiah / RSU Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
2020

Abstrak
Latar belakang: Benda asing esofagus merupakan hal yang sering terjadi pada anak
kurang dari 6 tahun, namun juga terdapat banyak kasus pada dewasa. Kebanyakan dari
benda asing esofagus ini terjadi secara tidak sengaja, namun pada beberapa kasus juga
terjadi secara sengaja. Benda asng yang tersangkut dapat berbentuk organic seperti biji
bijian, daging ataupun anorganik seperti koin, mainan dan gigi palsu. Benda asing yang
tersangkut perlu di keluarkan segera agar tidak menimbulkan komplikasi
Laporan Kasus: Terdapat dua kasus benda asing pada esofagus, pasien pertama anak
perempuan usia 2 tahun 4 bulan, dengan keluhan utama tertelan koin Seribu rupiah 24
jam sebelum masuk RSUD Zainal Abidin, pasien terlihat rewel susah menelan baik
makan maupun minuman, serta hipersalivasi. Pasien kedua laki - laki, usia 54 tahun
dengan keluhan terasa mengganjal ditenggorokan dan sulit menelan makanan baik padat
maupun cair yang dirasakan sejak 7 hari lalu setelah pasien tersedak saat makan.
Dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi pada kedua pasien dilanjutkan ekstraksi
benda asing pada pasien pertama menggunakan esofagoskopi kaku.
Kesimpulan: Telah dilaporkan dua pasien dengan benda asing pada esofagus dengan
usia dan jenis benda asing yang berbeda. Kemudian pasien telah dilakukan tindakan
eksplorasi esofagus dan dilanjutkan ektraksi benda asing menggunakan esofagoskopi
rigid pada pasien pertama. Setelah tindakan kedua pasien dalam kondisi baik.
Kata Kunci : Benda Asing Esofagus, Esofagoskopi

Abstract
Background: Esophageal foreign body is a common thing in children, especially
less than 6 years old, but there are also many cases in adults. Most of these
foreign esophageal bodies occur accidentally, but in some cases they also occur
on purpose. The stuck object can be in organic or inorganic form. The stuck
foreign object needs to be removed immediately so as not to cause
complications
Case Report: There were two cases owith different foreign bodies in the
esophagus, the first patient was a girl, 2 years 4 months, with the chief complaint
of ingestion of 1000 rupias coins 24 hours before entering Zainal Abidin General
Hospital. The patient looks fussy, has difficulty swallowing food and drinks, and
hypersalivation. The second patient was male, aged 54 years with complaints his
throat was stuck and it was difficult to swallow solid and liquid food which was felt
since 7 days ago after the patient choked while eating. Exploratory
esophagoscopy was performed in both patients and followed foreign body
extraction in the first patient using rigid esophagoscopy.
Conclusion: Two patients with foreign bodies in the esophagus with different
ages and types of foreign bodies have been reported. Then the patient had an
exploration of the esophagus and extraction of foreign bodies using rigid
esophagoscopy. After the procedure both of patient is in good condition
Keywords: Esophageal Foreign Body, Esophagoscopy.

1
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing pada esofagus sering terjadi, dan lebih sering dialami oleh
anak, namun juga terdapat banyak kasus yang melaporkan terjadi pada orang
dewasa. Biasanya kejadian dari benda asing esofagus ini terjadi secara tidak
sengaja, namun pada beberapa kasus juga terjadi secara sengaja. Sebesar 70%
- 80 % Kasus benda asing esofagus, akan mengalami perbaikan gejala tanpa
perlu dilakukan tindakan khusus dan sebesar 20 % membutuhkan pemeriksaan
esofagoskopi.1
Benda asing esofagus merupakan benda yang berbentuk tajam atau
tumpul dan juga dapat berupa makanan yang tersangkut di esofagus baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.2
Pada orang dewasa, benda asing esofagus yang umum adalah tulang,
daging, gigi palsu, bolus makanan dan logam, serta lebih sering terjadi pada
mereka dengan gangguan kejiwaan, retardasi mental dan keracunan alkohol.
Pada anak-anak, lebih sering terjadi, terutama dibawah usia 6 tahun, benda
asing esofagus yang paling umum adalah koin, kelereng, kancing, baterai, peniti,
dll. Di perkirakan insidennya 13 dari 100.000 orang di dunia dan Amerika
melaporkan 120.000 kasus pertahunnya. Benda asing ini bisa tersangkut di
tempat fisiologis maupun patologis, dan dapat menimbulkan komplikasi fatal
akibat perforasi, mediastinitis, fistel trakeoesofageal, perikarditis, bahkan
perdarahan. Oleh karenanya ekstraksi benda asing di esofagus, terutama yang
tajam dan korosif perlu dilakukan segera.1,2-8
Benda asing esofagus dapat dibagi secara secara garis besar yaitu
benda asing murni yaitu benda yang tidak seharusnya dimasukan kesaluran
makan seperti logam, kancing dan gigi palsu, kemudian dapat berupa impaksi
makanan yang tersangkut pada esofagus. Terjadinya impaksi makanan di
esofagus memiliki karakteristik yang berbeda pada setiap wilayah. Di Amerika
makanan yang paling sering tersangkut adalah daging, sedangkan di China,
India, dan Negara Asia lain melaporkan tulang merupakan makanan yang paling
sering tersangkut. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di
daerah penyempitan fisiologis esofagus yaitu pada servikal esofagus, biasanya
di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan
esofagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter kardio esofagus. Tujuh puluh

2
persen (70%) dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah
servikal, dibawah sfingter krikofaring, 12% didaerah hipofaring, dan 7,7%
didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut
di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.
Sumbatan benda asing esophagus juga dapat disebabkan kondisi patologis pada
esofagus seperti striktur dan akalasia. 7-9
Penelitian yang dilakukan Marasabessy SN, dkk, di Bagian/SMF THT-KL
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2010 - Desember
2014 , dari 52 kasus benda asing esofagus, ditemukan jenis benda asing yang
paling sering menyebabkan kasus benda asing esofagus adalah gigi palsu
sebanyak 25 kasus (48,1%).2 Kasus benda asing tahun 2017 di IGD RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh tercatat 25 pasien dengan keluhan tertelan benda
asing yang tersering berupa koin dan tulang. Sedangkan tahun 2018, tercatat 13
kasus benda asing esofagus, yaitu koin (69%), gigi palsu (15%), tulang (8%), dan
daging (8%).
Gejala-gejala yang dapat muncul akibat benda asing di esofagus yang
disebabkan oleh benda asing logam dan benda asing berupa makanan memiliki
karakteristik yang berbeda namun secara garis besar keluhan yang biasa
dikeluhkan antara lain sulit menelan (disfagia), rasa tidak nyaman di dada, nyeri
saat menelan (odinofagia), hipersalivasi, regurgitasi, dan muntah serta sulit
bernafas (dispneu) apabila terjadi penekanan trakea oleh benda asing. Modalitas
pemeriksaan yang perlu dilakukan juga memiliki perbedaan.7,10
Tujuan dari penulisan presentasi kasus ini agar dapat mengenali benda
asing esofagus baik berupa logam maupun daging sehingga dapat dilakukan
pemilihan pemeriksaan penunjang yang tepat dan penatalaksanaan yang tepat
untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Benda asing esofagus merupakan benda yang tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan,baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat menyebabkan sumbatan dan
perlukaan esofagus.2,10,12

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Esofagus merupakan sebuah saluran berbentuk tabung, dengan otot
vertikal antara hipofaring sampai ke gaster, setinggi batas bawah kartilago krikoid
(vertebra servikal VI) sampai orifisium kardia pada lambung (vertebra torakal XI)
dengan panjang 25 cm pada orang dewasa dan diameter yang bervariasi 20-30
cm. Esofagus berdasarkan letak anatomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu servikal,
torakal, dan abdominal.11,12
Esofagus merupakan daerah sempit dari saluran pencernaan, yang
memiliki tiga penyempitan: pada 15 cm dari gigi seri yaitu sfingter krikofaringeal,
pada 23 cm dipersilangan lengkung aorta dan dipersilangan bronkus utama dan
pada 40 cm menembus diafragma.12
Ukuran panjang esofagus diukur dari gigi seri atas: 10
1. Bayi : 18 cm
2. Anak (1 tahun) : 20 cm
3. Anak (3 tahun) : 22 cm
4. Anak (6 tahun) : 25 cm
5. Anak (10 tahun) : 27 cm
6. Anak (14 tahun) : 34 cm
7. Dewasa : 40 cm

4
Gambar 2.1 Esofagus 13

Pada umumnya, esofagus dalam keadaan kolaps bila tidak terdapat


makanan yang melewatinya. Diameter lumennya pun bervariasi, tergantung dari
ada tidaknya bolus makanan atau cairan yang melaluinya. Dalam keadaan
istirahat, diameter lumen esofagus sekitar 20 mm dan dapat bertambah menjadi
30 mm. Pada bayi sekitar 5 mm dan pada umur mejelang 1 tahun menjadi
berlipat ganda dan setelah berumur 5 tahun diameter lumen esofagus mencapai
15 milimeter. Pada area penyempitan ukuran lumen dapat berkurang sampai 13-
16 mm. Diameter lumen paling besar didapatkan pada muara esofagus dengan
lambung. 10

Gambar 2.2 Potongan melintang esofagus10

5
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan dengan urutan dari dalam keluar
yaitu: 10
1. Membran Mukosa
2. Submukosa
3. Lapisan Otot Esofagus
4. Lapisan Fibrosa

Dalam perjalanannya, esofagus mempunyai beberapa penyempitan yang


dapat dilihat pada waktu esofagoskopi yaitu:

Gambar 2.3 Penyempitan esofagus10

Penyempitan Esofagus 10
a) Penyempitan krikofaring (sfingter krikofaring)
Disebabkan oleh penekanan otot krikofaring dan kartilago krikoid. Diameter
transversal 23 mm dan anteroposterior 14-17 mm berjarak kira- kira 16 cm
dari gigi insisivus atas pada orang dewasa dan terletak setinggi vertebra
servikal VI.
b) Persilangan esofagus dengan arkus aorta
Terletak di sebelah sinistra, setinggi vetebratorakal IV, yang pada orang
dewasa berjarak kira-kira 23 cm dari gigi incisivus superior. Diameter
transversal 23 mm dan anteroposterior sebesar 19 mm (literatur lain 15-
17mm).Didaerah ini dapat terlihat pulsasi aorta.

6
c) Persilangan esofagus dengan bronkus utama sinistra
Persilangan ini terletak pada dinding anterior sinistra esofagus. Berjarak kira-
kira 27 cm dari gigi insisivus atas setinggi vertebra torakal V-VI dengan
diameter transversal 23 mm dan anteroposterior.
d) Penyempitan diafragma
Penyempitan ini terdapat pada bagian distal yang disebut hiatus esofagus
setinggi vertebra torakal X-XI. Disini esofagus terjepit oleh krura diafragma
yang bekerja sebagai sfingter. Diameter transversal 23 mm dan antero
posterior16-19mm.

Gambar 2.4 Penyempitan Esofagus dan Jarak Incisivus Berdasarkan Umur10

2.3 Fisiologi Menelan


Pada saat proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut:12
1. Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik.
2. Upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan.
3. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi.

7
4. Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan
laring.
5. Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus
makan ke arah lambung.
6. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus.

Proses menelan dapat dibagi dalam tiga fase:12


1. Fase Oral
Fase oral terjadi secara sadar. makanan yang telah dikunyah bercampur
dengan liur akan membentuk bolus makanan dan akan di dorong ke belakang
akibat kontraksi otot intrinsic lidah (muskulus levator palatini). Bersamaan
dengan ini terjadi penutupan nasofaring. Selanjutnya kontraksi muskulus
palatoglossus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
muskulus palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga
mulut.

2. Fase Faringeal
Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu
perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak
ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid dan
m.palatofaring. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan menutup glotis,
mencegah makanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus
mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan
memasuki esofagus. Sehingga aliran udara ke laringpun terhenti sesaat.

3. Fase Esofageal
Fase esofageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke
lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup. Dengan
adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi
relaksasi m.krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan
masuk ke dalam esofagus, lalu tertutup kembali.

8
12
Gambar 2.5 Fisiologi menelan
2.4 Etiologi
Secara klinis, penyebab pada anak antara lain, anomali kongenital
termasuk stenosis kongenital, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh
darah. Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental,
gangguan pertumbuhan dan penyakit neurologic lain yang mendasarinya.9,12
Penyebab tersangkutnya makanan pada esofagus pada orang dewasa
secara garis besar dibagi oleh 4 penyebab utama yaitu kondisi penyakit jinak,
keganasan, kompresi dari luar esofagus dan gangguan motilitas pada esofagus
yang dapat dilihat dari tabel dibawah.12

Tabel 2.1. Penyebab impaksi makanan pada orang dewasa9

9
Pada orang dewasa tertelan benda asing juga sering di alami oleh
pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (lactile
sensation) dari palatum, pada pasien ganggua mental dan psikosis. Faktor
predisposisi lain antara lain penyakit penyakit esofagus yang menimbulkan gejala
disfagia kronis misalnya esophagitis refluks, striktur pasca esophagitis korosif,
akalasia, tumor esofagus, cara mengunyah yang salah, pemasangan gigi palsu
yang kurang baik, mabuk dan keracunan.9,10
Penelitian yang berdasarkan analisis dari riwayat masuknya benda asing
(baik tertelan atau tersedak) didapatkan klasifikasi penyebabnya yaitu:10
1. Faktor individu misalnya umur, jenis kelamin, pekerjaan, keadaan sosial
ekonomi dan lokasi tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi normal penderita misalnya saat tidur,
inkoordinasi pada pecandu alkohol, serangan epilepsi dan tidak sadar.
3. Faktor fisik, ekspresi emosi, aktifitas dan postur.
4. Faktor gigi, medikal dan operasi.
5. Ketidakhati-hatian, antara lain memasukkan benda ke mulut, menyiapkan
makanan, makan dan minum tergesa-gesa, membolehkan anak makan
sambil bermain dan memberikan permen atau kacang pada anak yang
gigi molarnya belum erupsi.

2.5 Patofisiologi
Benda asing ingestan dapat tersangkut dimana saja sepanjang level
esofagus, tetapi biasanya paling sering pada penyempitan fisiologis atau
patologis. Tempat tersering adalah di esofagus bagian servikal tepat di bawah
konstriksi krikofaringeal. Jackson(1950) menduga bahwa kelemahan struktur otot
peristaltik servikalis bagian atas sebagai penyebab utama tersangkutnya benda
asing. Pemeriksaan manometrik pada esofagus normal menunjukkan adanya
area dengan amplitudo kontraksi yang lemah pada proksimal esofagus. Diyakini
daerah tersebut merupakan peralihan dari otot lurik menjadi otot polos.10,12
Kasus benda asing esofagus pada orang dewasa biasanya disertai oleh
kondisi patologis pada esophagus yang mendasari, berbagai kondisi yang dapat
mendasari terjadi benda asing esofagus antara lain refluks esofagitis yang
disertai striktur, stenosis postoperatif, hernia hiatal, cardioachalasia, karsinoma,
divertikula dan gangguan motorik.10,12

10
11
2.6 Epidemiologi
Benda asing esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus. Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal
esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, terkadang pada
persilangan esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter kardio-
esofagus. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan
di daerah servikal, di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring dan
7,7% di esofagus torakal. Sumbatan benda asing esofagus juga dapat
disebabkan kondisi patologis pada esofagus seperti striktur, tumor esofagus dan
akalasia.12-14
Pada anak-anak terjadinya benda asing pada esophagus paling sering
terjadi usia dibawah 6 tahun, benda asing esofagus yang paling umum adalah
koin, kelereng, kancing, baterai, peniti, pulpen, bagian mainan, krayon, boles
makanan besar, perhiasan, dll. Di perkirakan insidennya 13 dari 100.000 orang.
Pada orang dewasa, benda asing esofagus yang umum adalah tulang, gigi palsu
dan logam, serta lebih sering terjadi pada mereka dengan gangguan kejiwaan,
retardasi mental dan keracunan alkohol.1- 7
Penelitian yang di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari
2010 - Desember 2014 mencatat sebanyak 52 kasus benda asing esofagus, dan
jenis benda asing yang paling sering tersangkut adalah gigi palsu sebanyak 25
kasus di ikuti uang logam sebanyak 18 kasus sisanya berupa jarum, tulang,
cincin, plastik, daging, mata kalung dan besi magnet. Sedangkan laporan di IGD
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2017 mencatat 25 pasien
dengan keluhan paling banyak tertelan benda asing berupa koin, Sedangkan
pada tahun 2018, tercatat 13 kasus benda asing esofagus, yaitu koin (69%), gigi
palsu (15%), tulang (8%), dan daging (8%).2

2.7 Klasifikasi Benda Asing


Berdasarkan jenis benda yang teraspirasi, dapat dibagi menjadi organik
dan anorganik. Benda asing organik bersifat menyerap cairan kemudian dapat
mengembang, dan sejalan dengan waktu akan mengakibatkan pembengkakan
yang cepat, yang mengakibatkan perubahan derajat obstruksi, dari obstruksi
parsial menjadi total. Selain itu benda asing organik menimbulkan reaksi
inflamasi dalam beberapa jam terhadap jaringan sekitar dan dapat menimbulkan
jaringan granulasi disekitarnya. Benda asing organik yang sering tersedak adalah

12
daging, tulang, biji buah- buahan. Sedangkan benda asing anorganik
memberikan tanda dan gejala yang lebih ringan daripada organic dan tidak
sering menimbulkan reaksi inflamasi. Benda asing anorganik yang sering
teraspirasi adalah koin, mainan, tutup pulpen, serta peralatan. 14,17
Ekstraksi benda padat organik seperti makanan atau biji-bijian dapat
dilakukan dengan esofagoskopi rigid atau fleksibel maupun dilakukan
pendorongan benda asing untuk masuk ke dalam lambung, tergantung dari
lokasi benda asing tersangkut, jika benda asing organik tersebut tersangkut pada
penyempitan pertama dan kedua, tindakan yang harus kita lakukan adalah
mengeluarkan benda asing tersebut dengan esofagoskopi rigid atau fleksibel,
namun jika benda asing organik tersebut tersangkut pada penyempitan keempat
yaitu pada sfingter gastroesofagea, benda asing tersebut dapat langsung di
dorong masuk ke dalam lambung sehingga dapat dicerna oleh lambung, namun
berbeda dengan benda asing anorganik seperti paku, jarum pentul, gigi palsu,
koin dan lain-lain, penatalaksanaannya harus dilakukan ekstraksi benda asing
dan tidak boleh dilakukan pendorongan benda asing untuk masuk ke dalam
lambung, karena selain tidak dapat dicerna oleh lambung, benda asing
anorganik jika tidak keluar dari tubuh dalam waktu 2X24 jam maka harus
dikeluarkan dengan cara pembedahan laparotomi. Pada benda asing baterei
bundar (disk/button battery) di esogagus merupakan benda yang harus segera
dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam
waktu ± 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.14,17

2.8 Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang radiologis dan esofagoskopi. Pada anamnesis penting
untuk didapatkan informasi yang tepat terhadap benda yang ditelan, baik ukuran
dan jenis benda asingnya serta waktu kapan tertelan. Pasien anak yang lebih tua
dan orang dewasa sering kali dapat menunjukan keluhan yang akurat
menjelaskan lokasi yang dirasa tidak nyaman.
Gejala permulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri di daerah
leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing yang
tersangkut sedikit di bawah muskulus krikofaring menyebabkan disfagia dan
nyeri daerah suprasternal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi
tergantung pada ukuran benda asing tersebut. Gejala lain adalah odinofagia
yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau minuman, hipersalivasi, regurgitasi

13
dan muntah, serta kadang-kadang ludah berdarah. anak kecil, penderita
retardasi mental dan gangguan jiwa biasanya datang dengan keluhan rasa
tersedak, tidak mau makan, muntah, keluar air liur, nafas berbunyi, air liur
bercampur darah ataupun sesak nafas. 10,12,15,18
Pada orang dewasa dengan impaksi makanan pada esofagus biasanya
mengeluhkan nyeri retrosternal (78%), odynophagia (43,4%), disfagia (48%),
mual, atau muntah, sedangkan pada pasien anak dengan tersangkut benda
asing pada esofagus sering muncul dengan keluhan tersedak (49%), muntah
(47%), dan disfagia / odynophagia (42%), namun 76% pasien anak-anak dapat
tanpa keluhan apapun.8
Pada pemeriksaan fisik, meliputi faring dan laringoskopi indirek (melihat
benda asing hipofaring, retensi air liur, edema pada regio aritenoid), palpasi
servikal (untuk mengetahui emfisema subkutan, kekenyalan regio jugular, nyeri
pada waktu pergerakan laring secara aktif dan pasif), auskultasi kardiopulmoner,
palpasi abdominal dan pengukuran suhu. Terdapat kekakuan lokal pada leher
bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing
ireguler menyebabkan perforasi akut, dan bisa terjadi tanda-tanda mediastinitis
serta emfisema.10,12
Pemeriksaan radiologis awal yang dilakukan adalah foto rongent servikal
dan toraks. Foto toraks dapat mendeteksi benda radioopak (seperti koin logam,
baterai) atau soft tissue swelling pada kasus benda asing radiolusen. Untuk
benda asing radiolusen dapat dilihat dengan adanya pertambahan jarak antara
vertebra servikal dengan laring dan trakea atau adanya udara di esofagus bagian
servikal. Jika tidak tampak benda asing pada foto polos, maka bisa dilakukan ,
pemberian barium, endoskopi dan CT scan. Namun saat ini pemberian barium
sudah tidak disarankan karena risiko aspirasi pada pasien dan karena barium
dapat mengganggu visualisasi pada endoskopi. 12,15,16,
CT scan menunjukkan sensitivitas yang lebih baik daripada radiografi
biasa,terutama ketika rekonstruksi 3 dimensi dengan iv kontras dilakukan,
dengan rentang sensitivitas keseluruhan dari 90% hingga 100% dan spesifisitas
93,7% hingga 100% untuk deteksi benda asing. CT scan dapat mengevaluasi
bentuk benda asing, ukuran, lokasi, dan komplikasi terkait sumbatan benda asing
pada esofagus. Sementara untuk pemeriksaan yang lebih invasif, endoskopi
dapat memberikan jalan lain untuk diagnosis bersamaan dengan

14
intervensi. Modalitas ini biasanya dianggap sebagai modalitas definitif untuk
penilaian dan manajemen benda asing pada esofagus.8, 19-22

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Evaluasi jalan napas
Pada beberapa kasus benda asing esofagus bagian proksimal dapat
dilakukan intubasi endotrakeal untuk melindungi saluran nafas. Intubasi
endotrakeal yang biasanya dilakukan dalam keadaan anestesi umum, dapat
dilakukan pada pasien dengan benda asing yang sulit dikeluarkan, benda asing
multipel dan pada penggunaan esofagoskopi kaku. Endoskopi pada anak-anak
sering dilakukan dalam anestesi umum menggunakan intubasi endotrakeal
karena saluran nafas yang lebih kecil dan rentan sehingga berisiko tinggi
terjadinya obstruksi jalan napas selama tindakan endoskopi.10,12
Tanda-tanda perforasi memerlukan tindakan ekstraksi benda asing
dengan revisi bedah untuk drainage dan penutupan perforasi. Apabila benda
asing dapat diekstraksi secara endoskopi tanpa menimbulkan kerusakan pada
esofagus, prosedur dapat dikombinasi (ekstraksi endoskopi dan revisi
bedah).9,10,12

2.9.2 Waktu Esofagoskopi


Esofagoskopi dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan klinis
meliputi ukuran, bentuk, jenis dan lokasi anatomis benda asing serta sudah
berapa lama tertelan. Dilakukan esofagoskopi sesegera mungkin dengan
persiapan optimal. Bila benda asing gagal dikeluarkan pada saat pertama kali
dikerjakan, maka dapat dilakukan esofagoskopi ulang setelah 2x24 jam.9,10
Baterai arloji harus diangkat segera dalam waktu 24 jam pertama, karena
kemungkinan kebocoran bahan korosif dan menyebabkan perforasi dinding
esofagus. Benda asing tajam dengan tanda-tanda perforasi, dikonsulkan untuk
tindakan bedah. Bila adanya benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan
napas maka harus dilakukan pengeluaran benda asing dengan esofagoskopi
segera.9

Waktu endoskopi Benda asing


Emergensi -Obstruksi esofagus
(segera) -Baterai di esofagus
-Benda tajam yang tajam di esofagus

15
Urgensi (dalam 24 -Benda asing esofagus yang tidak tajam dan runcing
jam) -Makanan pada esofagus tanpa atau dengan
sumbatan
-Benda > 6 cm pada atau di atas duodenum
-Magnet dalam jangkauan endoskopi
-Benda tajam di gaster atau duodenum
Non urgensi -Koin di esofagus selama 12-24 jam dan
asimtomatik
-Benda di perut berdiameter > 2,5 cm
-Baterai di gaster selama 48 jam, asimtomatik, jika
lebih dari 48 jam, baterai ini harus dikeluarkan
Tabel 2.2 Waktu endoskopi mengelurkan benda asing 15,16,17

2.9.3 Prosedur Esofagoskopi


Prosedur esofagoskopi harus dilakukan di rumah sakit dengan peralatan
esofagoskopi atau di ruang operasi dengan fasilitas anestesi umum dan alat
resusitasi. Anestesi umum dengan intubasi trakea lebih baik karena mencegah
aspirasi bronkus dan keleluasaan melakukan manuver ekstraksi.Instrumen rigid
lebih disukai atau dapat juga menggunakan esofagoskopi fleksibel, diameter dan
panjang instrumen dapat dipilih sesuai lokasi dan umur pasien.9
Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus memerlukan
pemeriksaan esofagoskopi biarpun pada pemeriksaan fisik dan radiologis negatif.
Bila ada gejala meskipun minimal, bahkan pemeriksaan fisik dan radiologis
negatif, esofagoskopi tetap dianjurkan. Esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan
hanya untuk tujuan diagnostik tetapi juga untuk persiapan terapeutik (ekstraksi
benda asing).10
Esofagoskopi dapat dilakukan dengan esofagoskop kaku atau fiber optic
(fleksibel). Anestesi umum di gunakan pada esofagoskopi dengan esofagoskop
kaku, sedangkan fiber optic pada umumnya menggunakan anestesi lokal. Untuk
benda asing di esofagus lebih baik menggunakan esofagoskop kaku. Sebelum
dilakukan esofagoskopi, pada hasil radiologi radioopak seperti disarankan untuk
melakukan foto ulang, inform consent, pasien diminta untuk puasa selama 6-8
jam, dan premedikasi dari bagian anestesi. Alat yang harus dipersiapkan adalah
monitor, light source, esofagoskop, forcep untuk mengambil benda asing,
suction, teleskop dan kassa.21

16
2.9.4 Indikasi Esofagoskopi
Pemeriksaan esofagoskopi diindikasikan pada setiap pasien yang
mengeluh tertelan benda asing, adanya gangguan fungsi menelan atau terdapat
keluhan pada regio esofagus, hipofaring atau laring.10

2.9.5 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut pada esofagoskopi emergensi.
Kontraindikasi relatif misalnya penekanan aneurisma esofagus yang terlihat pada
pemeriksaan fluoroskopi. Pada kasus ini dapat dilakukan esofagoskopi dengan
berhati-hati sehingga ruptur aneurisma dapat di hindari kecuali terjadi ruptur
secara mendadak. Kondisi lainnya yang dapat menunda untuk dilakukan
esofagoskopi antara lain dehidrasi, asidosis, pneumatorak sebagian pada satu
sisi paru dengan pneumotorak pada sisi paru lainnya, emfisema mediastinum
atau subkutan, perforasi dinding hipofaring dan esofagus serta hipertensi yang
tinggi. Sesak nafas juga merupakan salah satu kondisi yang memerlukan
penanganan terlebih dahulu sebelum dilakukan esofagoskopi kecuali sesak
nafas timbul akibat penekanan trakea oleh benda asing yang besar di
esofagus.10,12

17
2.9.6 Teknik Esofagoskopi
Sebelum melakukan esofagoskopi sebaiknya sudah diketahui mengenai
jenis benda yang tertelan, lokasi, pendekatan spesifik yang diambil dan selalu
latihan sesuai dengan prosedur.
Berikut ini adalah tiga langkah yang harus dilakukan : 9
1. Evaluasi endoskopi terhadap saliva atau partikel makanan dan dapat
diangkat menggunakan kanul suction atau forsep, benda asing divisualisasi
dan dilokalisir, posisi benda asing harus diketahui letaknya terhadap
esofagus, apabila benda asing besar dan menimbulkan perforasi atau terjadi
perdarahan hebat, lebih dipilih untuk melakukan operasi terbuka.
2. Ekstraksi Prosedur ekstraksi sebagai berikut :
a. Fiksasi endoskop
b. Menyentuh benda asing dengan ujung distal instrumen
c. Memegang bagian benda asing dengan kuat
d. Menarik benda asing ke dalam endoskop
e. Mempertahankan stabilitas endoskop, forsep dan benda asing
f. Dengan gerakan yang kontinue dengan mempertahankan aksi
esofagoskop sejajar esofagus dan faring, menarik bersama-sama
tanpa mengakibatkan gesekan atau impaksi benda asing
3. Endoskopi setelah prosedur dilakukan (evaluasi) Dengan esofagoskop
daerah bekas tempat asing dieksplorasi untuk mengevaluasi adanya tanda-
tanda laserasi. Esofagus dibawah lokasi impaksi diperiksa sampai ke gaster
untuk melihat adanya kelainan- kelainan esofagus yang dapat menimbulkan
impaksi. Sementara esofagus diatas lokasi diperiksa untuk mendeteksi
adanya cedera akibat manuver.

18
Gambar 2.6 Posisi pasien untuk pemeriksaan esofagoskopi 9
Gambar 2.7 Cara memegang esofagoskop. (a) Salah, (b) Benar.9

Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di bagian proksimal dan


tangan kiri di bagian distal seperti memegang pensil. Jari tengah dan jari manis
tangan kiri membuka bibir atas dan mengait gigi insisivus. Jari telunjuk dan ibu
jari tangan kiri memegang bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi.9
Tangan kanan memegang bagian proksimal esofagoskop dengan
menjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah.Esofagoskop didorong perlahan
dengan menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi bawah esofagoskop dan
tangan kanan berfungsi untuk mengarahkan esofagoskop dengan memegangnya
seperti memegang pensil pada leher pegangan. Esofagoskop dimasukkan

19
secara vertikal ke dalam mulut pada garis tengah lidah. Identifikasi uvula dan
dinding faring posterior.9
Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior faring sampai terlihat
adanya aritenoid kanan dan kiri. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid.
Suatu gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan pada ujung esofagoskop
sehingga tampak lumen introitus esofagus. Skope didorong memasuki lumen
esofagus dengan hati-hati dengan menggerakan ibu jari tangan kiri secara
perlahan. Dilakukan evaluasi introitus kearah atas, bawah, kanan dan kiri.
Selanjutnya esofagoskop didorong menyusuri lumen esofagus dengan gerakan
ibu jari tangan kiri.9
Melalui esofagus segmen torakal, kepala penderita harus diturunkan
sampai mendatar untuk menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen tetap
tampak.Bila posisi penderita benar maka esofagoskop biasanya akan menyusup
masuk dengan mudah. Pada waktu esofagoskop mencapai penyempitan aorta
dan bronkus kiri, lumen akan menyempit di anterior. Melalui penyempitan pada
hiatus diafragma. Kepala penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan kepala
digeser agak ke kanan untuk menjaga agar sumbu pipa sesuai dengan sumbu
sepertiga bagian bawah esofagus. Operator mengarahkan esofagoskop ke spina
iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus dapat dilihat seperti celah yang
miring antara jam 10 dan jam 4.9
Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus diturunkan sesuai
dengan kebutuhan untuk mempertahankan visualisasi lumen esofagus. Selama
melakukan tahapan tersebut, dilakukan identifikasi dan posisi benda asing,
dilakukan evakuasi menggunakan forcep yang sesuai. Pada saat mengeluarkan
esofagoskop, posisi penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan dengan
cara yang berlawanan. Untuk evaluasi (adanya sisa benda asing, laserasi
mukosa, perdarahan, perforasi dan kemungkinan adanya kelainan esofagus
yang lain) dilakukan esofagoskopi ulangan sampai sfingter esofagus bawah. 9

2.10 Komplikasi
Komplikasi pada tindakan esofagoskopi dapat dihindari jika dilakukan
dengan baik, teliti, dan operator mempunyai kemampuan serta pengalaman yang
cukup.Jika instruksi yang di tulis sebelumnya diikuti dengan benar, esofagoskopi
merupakan prosedur yang aman dan tidak mengancam nyawa. Namun resiko
laerasi iatrogenik pada mukosa esophagus juga tetap ada pada saat dilakukan
tindakan esofagoskopi. Perlukaan esofagus lebih sering disebabkan oleh benda

20
asing tajam atau terjadi sekunder nekrosis akibat penekanan terutama pada
kasus yang mengalami inkarserata lama. pada pasien dengan laserasi dan
perforasi esofagus perlu dilakukan pemasangan nasogastrik tube untuk
mengistirahatkan esofagus dan tidak memperberat kondisi laserasi yang dapat
dipertahankan selama 10 hari. 9,11
Komplikasi utama benda asing berhubungan dengan perforasi yang
terjadi baik secara primer maupun sekunder.Prognosis penderita tergantung
kepada penyebab perforasi (perforasi akut oleh benda tajam atau perforasi
lambat akibat nekrosis kompresi), ukuran benda asing, lokasi dan cepat
lambatnya benda asing terdeteksi. Perforasi akut yang diikuti dengan pasase
udara, air liur atau partikel makanan ke jaringan sekitarnya disertai penyebaran
mikroorganisme yang cepat akan menyebabkan terjadinya mediastinitis dan
secara potensial dapat menyebabkan syok septik. Kebocoran akibat proses yang
lambat akan menyebabkan reaksi inflamasi lokal untuk membatasi perluasan
infeksi lebih sering menyebabkan terbentuknya abses mediastinum atau servikal.
Pada perforasi sebesar lubang jarum, biasanya hanya terjadi reaksi lokal daerah
perforasi. Perforasi pars torakal lebih berbahaya dibandingkan pars servikal oleh
karena mudah terjadi mediastinitis atau pembentukan fistula antara esofagus
dengan trakea, bronkus utama, pleura, perikardium dan pembuluh darah besar
(aorta, subklavia, karotis). 9,11
Gejala klinis dapat berbeda berdasarkan tempat terjadinya
perforasi.Perforasi di daerah orofaring ditandai dengan adanya bengkak di leher,
perabaan lunak (tenderness), eritema atau krepitasi.Cedera pada persendian
krikoaritenoid dapat menyebabkan terjadinya paralisis yang berulang.Paralisis
postikus dapat terjadi akibat penekanan yang berulang atau penekanan vagal
akibat kesalahan penempatan esofagoskop.Kondisi ini dapat terjadi permanen
atau dapat sembuh. Nyeri dada yang berat retrosternal atau perut bagian atas,
takipnu, dipsnu, sianosis, demam dan syok merupakan gejala bila terjadi
perforasi di daerah bagian esofagus.Perforasi dinding esofagus dapat
menyebabkan kematian akibat mediastinitis sepsis tetapi sejak adanya antibiotik,
angka kematian akibat sepsis telah menurun dan mengurangi indikasi
dilakukannya mediastonomi servikal. 9,11

21
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 KASUS I
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : An.KU
Umur : 2 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan : 10 Kg
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Aceh Pidie
No. CM : 1-26-64-27
Tanggal Masuk : 19/09/2020, pukul 18.32 WIB

3.1.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Tertelan koin seribu rupiah
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien anak, rujukan dari RSUD Aceh Pidie dari
aloanamnesa orang tua pasien mengeluhkan anaknya tidak sengaja meelan koin
seribu rupiah 24 jam sebelum masuk RSUD dr.Zainal Abidin. Koin seribu rupiah
tersebut tidak sengaja tertelan saat pasien sedang bermain, kemudian pasien
rewel dan memegangi bagian leher, seperti ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok. Orang tua pasien tidak melihat ketika koin dimasukan ke dalam mulut
kemudian diberi minum air putih, nasi dan pisang. Pasien juga sudah muntah 2
kali terutama saat diberikan minuman dan makanan, namun koin seribu rupiah
tersebut tidak juga keluar. Saat tiba di RSUD dr.Zainal Abidin, pasien merasa
masih ada rasa nyeri dan mengganjal di leher dan banyak keluar air liur. Pasien
hanya bisa minum air sedikit demi sedikit, karena jika makan makanan padat dan
banyak minum, pasien akan muntah. Riwayat demam, batuk dan pilek tidak ada.
Sejak kemarin, pasien masih belum BAB, BAK normal lancar. di RSUD Aceh
Pidie pasien telah dilakukan penanganan pertama dan rontgen servikolateral.

Riwayat penyakit dahulu : disangkal


Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien dengan keluhan sama
Riwayat pemakaian obat : disangkal

22
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 85 kali/ menit
Pernapasan : 18 kali/ menit
Suhu : 36,8˚C

Status General
Kulit
Warna : Coklat
Turgor : Kembali cepat
Ikterik : (-)
Anemis : (-)
Kepala
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL(+/+), RCTL (+/+), pupil bulat isokor.
Telinga : CAE lapang (+/+),serumen (-/-),MT intak (+/+),RC (+/+)
Hidung : Cavum nasi lapang (+/+), konka inferior eutrofi (+/+),
sekret (-/-), septum deviasi (-), pasase udara (+/+)
Mulut
Bibir : Lembab, sianosis (-)
Lidah : Simetris, perdarahan (-), laserasi (-)
Tonsil : T1/T1, kripta melebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : Mukosa merah muda, laserasi (-)
Gigi Gegi : gigi molar 1 dan 2 atas dan bawah belum tumbuh

Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), nyeri tekan a.r. colli anterior (-)

23
Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi Simetris, bentuk normochest, pernafasan
abdominotorakal, retraksi suprasternal (-), retraksi
interkostal (-), retraksi epigastrium (-).
Kanan Kiri
Palpasi Fremitus Fremitus
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-), wheezing (-) Ronki (-), wheezing (-)

Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik 5 kali/menit, kesan normal

Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosi
- - - -
s

24
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Hasil foto servikotorakal AP/ Lateral tanggal 19 September 2020 tampak
benda asing bulat, pipih, dengan densitas logam setinggi vertebra servikal 5-6.
Dimana posisi tersebut masih sesuai dengan lokasi pada foto
servikotorakoabdominal di rumah sakit daerah pada tanggal 18 September 2020

Gambar 3.1.1 Rongent servikotorakal AP/ Lateral saat di RSUDZA

Gambar 3.1.2 Rongent servikotorakal AP/ Lateral saat di RSUD daerah

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 19 September


2020 antara lain:
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Darah Rutin

25
Hemoglobin 11,2 12-14,5 g/dL g/dL
Hematokrit 33 37-47 %
Eritrosit 4,9 4,2-5,4 106/mm3
Trombosit 250 150-450 103/mm3
Leukosit 16,1 4,5-10,5 103/mm3
MCV 68 80-100 fL
MCH 23 27-31 pg
MCHC 34 32-36 %
RDW 15,5 11,5-14,5 %
MPV 10,5 7,2-11,1 fL
PDW 11,6 fL
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 2 1-7 Menit
Waktu Pembekuan 7 5-15 menit
KIMIA KLINIK
Diabetes
GDS 105 < 200 mg/dL
Ginjal-Hipertensi
Ureum 20 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,80 0,51-0,95 mg/dL
Elektrolit-Serum
Natrium (Na) 143 132-146 mmol/L
Kalium (K) 5 3,7-5,4 mmol/L
Clorida (Cl) 106 98-106 mmol/L

Tabel 3.1.4 Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium

3.1.5 Diagnosis Kerja


Benda asing (koin seribu rupiah) a.r esofagus

3.1.6 Penatalaksanaan

26
Pasien direncanakan akan dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi
dan ektraksi benda asing (koin seribu rupiah) a.r esofagus. Adapun persiapan
yang lakukan antara lain:
● Inform consent dan surat izin tindakan
● Konsul bagian anak untuk toleransi operasi
● Konsul bagian anestesi untuk pembiusan
● Puasa 6-8 jam sebelum tindakan
● IVFD Ringer Laktat 30 gtt/menit mikro,
● IV Cefotaxime 350 mg/ 12 jam

Adapun beberapa persiapan alat yang disiapkan, antara lain:


● Esofagoskop ukuran 6 mm
● Teleskop 00
● Forsep ekstraksi koin
● Kanul suction nomor 10
● Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
● Monitor

Gambar 3.1.3 Beberapa persiapan alat yang disiapkan


Laporan Tindakan
1. Pasien dalam posisi supinasi dengan posisi kepala hiperekstensi dengan
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi sehingga leher fleksi dan
posisi kepala ekstensi maksimal dalam general anestesi
2. Dilakukan desinfeksi pada area operasi dan dibatasi dengan doek steril
3. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang kepala pasien

27
4. Esofagoskop dengan ukuran diameter 6 mm dan panjang 25 cm,
dipegang dengan tangan kanan di bagian proksimal dan tangan kiri di
bagian distal seperti memegang pinsil
5. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir atas dan mengait
gigi insisivus
6. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang bagian distal esofagoskop
serta menarik bibir agar tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi
7. Tangan kanan memegang bagian proksimal esofagoskop dengan
menjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah
8. Esofagoskop di dorong perlahan dengan menggerakkan ibu jari tangan
kiri menyusui sisi bawah esofagoskop dan tangan kanan berfungsi untuk
mengarahkan esofagoskop dan memegangnya seperti memegang pensil
pada leher pegangan
9. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut pada garis
tengah lidah
10. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior, tampak benda asing berupa
koin yang tertutup sisa makanan pada daerah hipofaring.
11. Esogafoskopi ukuran 6 mm dikeluarkan secara bertahap dan diganti
menggunakan laringoskopi ukuran 10.5
12. Benda asing dikeluarkan menggunakan forsep magil secara perlahan
13. Dilakukan evaluasi kembali setelah benda asing keluar, tidak tampak
perdarahan, laserasi dan perforasi
14. Tindakan selesai

Instruksi post operasi


● Diet M II
● IVFD Ringer Laktat 30 gtt/menit mikro
● IV. Cefotaxime 300 mg / 12 jam
● Drip Parasetamol 100 mg / 8 jam
● Observasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan
● Makan dan minum secara bertahap setelah pasien sadar penuh.

28
Gambar 3.1.4 Pasien dan koin Seribu rupiah yang berhasil diekstraksi

29
Follow-up Pasien Post Operation Day (POD)
POD I
S : nyeri pada saat menelan sudah berkurang, rasa mengganjal tidak ada.
O :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 16 kali/menit
Suhu : 36,70C
Status lokalis
a.r orofaring :
Tonsil : tonsil T1/T1, kripta lebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : mukosa merah muda, darah (-), laserasi (-),
granul (-)

A : Pasca Ekstraksi korpus alienum (koin Seribu rupiah) ar esofagus

Terapi :
● IVFD RL 30 tetes/menit
● IV Cefotaxime 300 mg/12 jam ganti oral
● Drip parasetamol 100 mg / 8 jam

P : - Evaluasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan


- Ganti obat oral, Parasetamol 3 x cth 1
- Ganti obat oral, Cefadroxil Syrup 2 x cth 2
- Pasien PBJ.
Pasien di pulangkan dengan edukasi pada orang tua dan anak
untuk tidak memasukkan benda asing lainnya ke rongga mulut terutama pada
saat sedang bermain.

30
3.2 KASUS II
3.2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn RK
Umur : 52 tahun 2 bulan
Jenis kelamin : Laki - laki
Berat Badan : 52 Kg
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Lhoksukon
No. CM : 1-25-54-16
Tanggal Masuk : 19/09/2020, pukul 13.32 WIB

3.2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Terasa mengganjal ditenggorokan

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan dari RSUD Kesdam dengan


keluhan terasa mengganjal di tenggorokan yang sudah dialami pasien sejak 1
minggu sebelum masuk ke rumah sakit, keluhan yang muncul timbul setelah
pasien tersedak saat menelan makanan berupa daging ayam, setelah kejadian
pasien tidak dapat menelan makanan dan minuman, makanan yang dimakan
dimuntahkan kembali. Pasien mengatakan saat makan pasien terburu – buru dan
tidak mengunyah makanan dengan baik. Nyeri di tenggorokan di sangkal, riwayat
stroke disangkal, riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal. Sebelum ke
RS Kesdam pasien telah dirawat di RSUD Lhoksumawe selama 3 hari. Pada
saat sampai ke rumah sakit RSUD dr.Zainal Abidin, pasien merasa masih ada
rasa rasa mengganjal di leher namun sudah dapat menelan makanan dan
minuman secara perlahan. Riwayat suara serak disangkal, riwayat terasa panas
di dada disangkal, Riwayat demam, batuk dan pilek tidak ada. Sejak kemarin,
pasien masih belum BAB, BAK normal lancar.

Riwayat penyakit dahulu : disangkal


Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien dengan keluhan sama
Riwayat pemakaian obat : disangkal

31
3.2.3 Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 78 kali/ menit
Pernapasan : 18 kali/ menit
Suhu : 36,5˚C

Status General
Kulit
Warna : Coklat
Turgor : Kembali cepat
Ikterik : (-)
Anemis : (-)
Kepala
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL(+/+), RCTL (+/+), pupil bulat isokor.
Telinga : CAE lapang (+/+),serumen (-/-),MT intak (+/+),RC (+/+)
Hidung : Cavum nasi lapang (+/+), konka inferior eutrofi (+/+),
sekret (-/-), septum deviasi (-), pasase udara (+/+)
Mulut
Bibir : Lembab, sianosis (-)
Lidah : Simetris, perdarahan (-), laserasi (-), Hipersalivasi (-)
Tonsil : T1/T1, kripta melebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : Mukosa merah muda, laserasi (-)
Gigi Geligi : tampak Molar 1 dan 2 pada gigi atas dan bawah sudah
tidak ada

Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), nyeri tekan a.r. colli anterior (-)

32
Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi Simetris, bentuk normochest, pernafasan
abdominotorakal, retraksi suprasternal (-), retraksi
interkostal (-), retraksi epigastrium (-).
Kanan Kiri
Palpasi Fremitus Fremitus
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-), wheezing (-) Ronki (-), wheezing (-)

Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik 5 kali/menit, kesan normal

Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosi
- - - -
s

33
3.2.4 Pemeriksaan Penunjang
Hasil foto servikal AP/ Lateral pada tanggal 19 September 2020 tidak
tampak gambaran benda asing pada saluran makan, tidak tampak pelebaran
lumen saluran makan

Gambar 3.2.1 Rongent servikal AP/ Lateral

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 19 September


2020 antara lain:
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 15,8 12-14,5 g/dL g/dL
Hematokrit 47 37-47 %
Eritrosit 5,3 4,2-5,4 106/mm3
Trombosit 199 150-450 103/mm3
Leukosit 7,5 4,5-10,5 103/mm3
MCV 89 80-100 fL
MCH 30 27-31 pg
MCHC 34 32-36 %
RDW 12,6 11,5-14,5 %

34
MPV 10,4 7,2-11,1 fL
PDW 12,3 fL
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan 2 1-7 Menit
Waktu Pembekuan 7 5-15 menit
KIMIA KLINIK
Diabetes
GDS 111 < 200 mg/dL
Ginjal-Hipertensi
Ureum 41 13-43 mg/dL
Kreatinin 1,40 0,51-0,95 mg/dL
Elektrolit-Serum
Natrium (Na) 145 132-146 mmol/L
Kalium (K) 4,3 3,7-5,4 mmol/L
Clorida (Cl) 106 98-106 mmol/L

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium

3.1.5 Diagnosis Kerja


Suspek Benda asing (daging) a.r esofagus

3.1.6 Penatalaksanaan
Pasien direncanakan akan dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi a.r
esofagus via esofagoskopi rigid. Adapun persiapan yang lakukan antara lain:
● Inform consent dan surat izin tindakan
● Konsul bagian kardiologi untuk toleransi operasi
● Konsul bagian anestesi untuk pembiusan
● Puasa 6-8 jam sebelum tindakan
● IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit,
● IV Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
● IV Ondansetron 8 mg/12 jam

35
Adapun beberapa persiapan alat yang disiapkan, antara lain:
● Esofagoskop ukuran 10 mm
● Teleskop 00
● Forsep ekstraksi
● Kanul suction nomor 16
● Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
● Monitor

Gambar 3.2.2 Beberapa persiapan alat yang disiapkan

Laporan Tindakan
1. Pasien dalam posisi supinasi dengan posisi kepala hiperekstensi
dengan kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi sehingga leher
fleksi dan posisi kepala ekstensi maksimal dalam general anestesi
2. Dilakukan desinfeksi pada area operasi dan dibatasi dengan doek
steril
3. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang kepala pasien
4. Esofagoskop dengan ukuran diameter 10 mm dan panjang 45 cm,
dipegang dengan tangan kanan di bagian proksimal dan tangan kiri di
bagian distal seperti memegang pinsil
5. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir atas dan mengait
gigi insisivus
6. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang bagian distal
esofagoskop serta menarik bibir agar tidak terjepit di antara
esofagoskop dengan gigi
7. Tangan kanan memegang bagian proksimal esofagoskop dengan
menjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah

36
8. Esofagoskop di dorong perlahan dengan menggerakkan ibu jari
tangan kiri menyusui sisi bawah esofagoskop dan tangan kanan
berfungsi untuk mengarahkan esofagoskop dan memegangnya
seperti memegang pensil pada leher pegangan
9. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut pada garis
tengah lidah
10. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior, tidak tampak benda
asing, massa, laserasi, striktur
11. Esofagoskop didorong perlahan hingga terlihat aritenoid kanan dan
kiri, tidak tampak benda asing, massa, laserasi, striktur. Tampak
stasis saliva
12. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid. Suatu gerakan ringan
ibu jari tangan kiri diberikan pada ujung esofagoskop sehingga
tampak lumen introitus esofagus.
13. Skop didorong memasuki lumen esofagus dengan hati-hati dengan
menggerakan ibu jari tangan kiri secara perlahan. Dilakukan evaluasi
introitus ke arah atas, bawah, kanan dan kiri. Tidak terdapat adanya
benda asing
14. Skop didorong kembali memasuki lumen esofagus dengan hati-hati
sejauh 25 cm dari insisivus namun tidak juga tampak adanya benda
asing.
15. Dilakukan evaluasi didaerah esofagus tidak tampak adanya kelainan
anatomis dan masa pada saluran esophagus
16. Esofagoskop dikeluarkan secara perlahan sambil menilai perdarahan
ataupun laserasi dengan posisi high and low. tidak tampak laserasi
pada mukosa esophagus.
17. Tindakan selesai

Instruksi post operasi


● Diet Cair Via NGT
● NGT dipertahankan 2 x 24 jam
● IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
● IV. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
● IV Ketorolak 3 % / 8 jam
● Observasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan

37
Gambar 3.2.3 kondisi Pasien dan gigi geligi

Follow-up Pasien Post Operation Day (POD)


POD I
S : nyeri pada saat menelan sudah berkurang, rasa mengganjal dirasakan.
O :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,70C
Status lokalis
a.r nasal : Cavum nasi (Lapang/terpasang NGT), Konka
inferior (eutrofi/sdn), Septum deviasi (tidak ada)
a.r orofaring :
Tonsil : tonsil T1/T1, kripta lebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : mukosa merah muda, darah (-), laserasi (-),
granul (-)

A : Pasca eksplorasi korpus alienum (daging) ar esofagus Via


Esofagoskopi rigid

Terapi :
● Diet Cair Via NGT
● NGT dipertahankan 2 x 24 jam

38
● IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
● IV. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
● IV Ketorolak 3 % / 8 jam
● Observasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan

P : Rencana PBJ Besok

POD II
S : nyeri pada saat menelan sudah berkurang, rasa mengganjal berkurang.
O :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 78 kali/menit
Pernafasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,80C
Status lokalis
a.r nasal : Cavum nasi (Lapang/terpasang NGT), Konka
inferior (eutrofi/sdn), Septum deviasi (tidak ada)
a.r orofaring :
Tonsil : tonsil T1/T1, kripta lebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : mukosa merah muda, darah (-), laserasi (-),
granul (-)

A : Pasca eksplorasi korpus alienum (daging) ar esofagus Via


Esofagoskopi rigid

Terapi :
● Diet Cair Via NGT
● NGT dipertahankan 2 x 24 jam
● IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
● IV. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
● IV Ketorolak 3 % / 8 jam
● IV Transamin 500 mg / 8 jam
● IV Omeprazole 1 amp / 12 jam
● Observasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan

39
P : -NGT dilepaskan, pasien dicoba makan per oral
- Ganti obat oral, Cefixim 100 mg/12 jam
- Ganti obat oral, Parasetamol 500 mg/ 8 jam

Pasien di pulangkan dengan edukasi kontrol ke poli tht 1 minggu


kemudian. Makan secara perlahan dan mengunyah makanan dengan baik
sebelum menelan. Selain itu pasien disarankan mengkonsumsi makanan yang
lunak.

40
BAB IV
ANALISA KASUS

Telah dilaporkan dua orang pasien anak dan dewasa dengan jenis
kelamin perempuan dan laki - laki, dengan keluhan pasien pertama adalah
tertelan koin Seribu rupiah dan pasien kedua mengeluhkan rasa mengganjal
ditenggorok setelah tersedak daging, hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa benda asing yang tersangkut di esofagus pada anak anak,
terutama usia diabawah 6 tahun adalah koin, kelereng, kancing, baterai, peniti,
pulpen, bagian mainan, krayon, boles makanan besar, perhiasan, dll. Sedangkan
benda asing yang sering tersangkut pada orang dewasa adalah gigi palsu, tulang
dan daging. 1-8,13
Pada kasus pertama Koin uang logam seribu rupiah tersebut tertelan saat
pasien sedang bermain main dengan temannya sambil memasukkan uang
tersebut ke rongga mulut. Tanpa sengaja koin uang logam Seribu rupiah tersebut
tertelan. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada anak
penyebab tersering benda asing tertelan (koin) adalah karena unsur
ketidaksengajaan, yaitu pada saat anak sedang bermain-main dengan teman
temannya. Sedangkan pada pasien kedua keluhan dirasakan saat pasien sedang
makan secara tergesa – gesa dan tidak mengunyah dengan baik tiba – tiba
makanan berupa daging ayam tersangkut ditenggorok. Penelitian yang
berdasarkan analisis dari riwayat masuknya benda asing (baik tertelan atau
tersedak) menunjukan penyebabnya antara lain, faktor individu misalnya umur,
jenis kelamin, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi dan lokasi tempat tinggal,
faktor fisik, ekspresi emosi, aktifitas dan postur, ketidakhati-hatian, antara lain
memasukkan benda ke mulut, menyiapkan makanan, makan dan minum
tergesa-gesa, membolehkan anak makan sambil bermain dan memberikan
permen atau kacang pada anak yang gigi molarnya belum erupsi. 2,8,10
Pasien merasa tidak nyaman dan nyeri di leher terutama saat menelan
makanan dan minuman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok,
muntah, dan banyak keluar air liur. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa tertelan benda asing, patut dicuriga pada setiap orang dengan riwayat
rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), batuk, muntah.
Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis benda asing dan apakah
mempunyai bagian yang tajam dan harus dinilai apakah sumbatan bersifat

41
parsial tau total, pada kasus sumbatan secara total keluhan muntah pada saat
makan lebih berat.8,10,15,16
Pasien keduamengeluhkan rasa mengganjal setentang dengan leher, hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan pada pasien dewasa dan anak yang
sudah besar biasanya dapat melokalisasi daerah yang dirasa terdapat sumbatan,
gejala permulaan benda asing esofagus adalah rasa nyeri dan tidak nyaman di
daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing
yang tersangkut sedikit di bawah muskulus krikofaring menyebabkan disfagia
dan nyeri daerah suprasternal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi
tergantung pada ukuran benda asing tersebut. Gejala lain adalah odinofagia
yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau minuman, hipersalivasi, regurgitasi
dan muntah, serta kadang-kadang ludah berdarah. 8,10,15,16
Pada pemeriksaan penunjang, untuk kasus benda asing esofagus,
langkah awal adalah foto rongent sevikal dan torakal. Jika benda asing berupa
logam, maka akan terlihat gambaran radioopak pada hasil pemeriksaan rongent.
Seperti pada kedua kasus ini, setelah dilakukan rongent sevikal dan torakal,
pada pasien pertama tampak benda asing radioopak bulat pipih dengan densitas
logam, setinggi vertebra servikal 5-6 yang merupakan daerah penyempitan
pertama pada esofagus, namun pada pasien kedua tidak tampak gambaran
benda asing, hal ini disebabkan benda asing yang tertelan berupa daging yang
bersifat radio lusen sehingga benda asing tidak teridentifikasi. Selain itu pada
pasien pertama didapatkan kondisi sesuai teori dimana sfingter krikofaring yang
terletak setentang vertebra servikal 5 merupakan daerah yang paling sempit dari
semua daerah penyempitan pada esofagus. Sehingga merupakan tempat
tersering dimana benda asing tersangkut. 5,16
Pada kedua kasus ini, benda asing yang tertelan berbeda yaitu pada
pasien pertama berupa koin Seribu rupiah dan pasien kedua makanan berupa
daging. Berdasarkan klasifikasi benda asing yang harus dilakuakan tindakan
maka kedua kasus ini masuk dalam kategori urgensi. Hal ini sesuai dengan table
2.1 yaitu benda asing yang tidak tajam dan runcing masuk dalam kategori
urgensi.

Waktu endoskopi Benda asing


Emergensi -Obstruksi esofagus
(segera) -Baterai di esofagus

42
-Benda tajam yang tajam di esofagus
Urgensi (dalam 24 -Benda asing esofagus yang tidak tajam dan runcing
jam) -Makanan pada esofagus tanpa atau dengan
sumbatan
-Benda > 6 cm pada atau di atas duodenum
-Magnet dalam jangkauan endoskopi
-Benda tajam di gaster atau duodenum
Non urgensi -Koin di esofagus selama 12-24 jam dan
asimtomatik
-Benda di perut berdiameter > 2,5 cm
-Baterai di gaster selama 48 jam, asimtomatik, jika
lebih dari 48 jam, baterai ini harus dikeluarkan

Tabel 2.1 Waktu endoskopi mengelurkan benda asing 13,14,15

Kedua pasien dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi, pada pasien


pertama ditemukan adanya benda asing berupa yang dilakukan ekstraksi benda
asing (koin Seribu rupiah) a.r esofagus via esofagoskopi rigid dengan anestesi
umum, sedangkan pada pasien kedua tidak ditemukannya ada makanan atau
benda asing pada esofagus. Berdasarkan literatur, esofagoskopi diindikasikan
pada setiap pasien yang mengeluh tertelan benda asing, adanya gangguan
fungsi menelan atau terdapat keluhan pada regio esofagus, hipofaring atau
laring.8 Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus memerlukan
pemeriksaan esofagoskopi biarpun pada pemeriksaan fisik dan radiologis negatif.
Bila ada gejala meskipun minimal, bahkan pemeriksaan fisik dan radiologis
negatif, esofagoskopi tetap dianjurkan. Esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan
hanya untuk tujuan diagnostik tetapi juga untuk persiapan terapeutik (ekstraksi
benda asing). Anestesi umum dengan intubasi trakea lebih baik karena
mencegah aspirasi bronkus dan keleluasaan melakukan manuver
ekstraksi.Instrumen rigid lebih disukai atau dapat juga endoskopi fleksibel,
diameter dan panjang instrumen dapat dipilih sesuai lokasi dan umur pasien.8
Pada pasien pertama pasien langsung di rujuk oleh rumah sakit daerah
ke RSUD Zainal Abidin dalam waktu 24 jam setelah kejadian, sedangkan pada
pasien kedua pasien baru dirujuk setelah mengalami keluhan selama 7 hari. Hal
ini menunjukan penanganan pada pasien pertama sudah sesuai dimana pasien

43
dilakukan penanganan awal di rumah sakit daerah dan kemudian di rujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Sedangkan pada pasien kedua telah
terjadi keterlambatan, dimana dirumah sakit daerah pasien telah di rawat selama
3 hari dan baru di rujuk ke RSUD Zainal Abidin disamping pasien sudah
mengalami keluhan sejak 3 hari sebelumnya. Esofagoskopi harus dikerjakan
secepat mungkin, pada kategori urgensi pasien harus dilakukan esofagoskopi
dalam 24 jam setelah tertelan benda asing. 15,16,17
Esofagoskopi dapat dilakukan dengan esofagoskop kaku atau
esofagoskop fleksibel. Anestesi umum di gunakan pada esofagoskopi dengan
esofagoskop kaku, sedangkan esofagoskop fleksibel umumnya menggunakan
anestesi lokal. Untuk benda asing di esofagus lebih baik menggunakan
esofagoskop kaku. Sebelum dilakukan esofagoskopi, pada hasil radiologi
radioopak seperti disarankan untuk melakukan foto ulang, inform consent, pasien
diminta untuk puasa selama 6-8 jam, dan premedikasi dari bagian anestesi. Alat
yang harus dipersiapkan adalah monitor, light source, esofagoskop, forcep untuk
mengambil benda asing, suction, teleskop dan kassa.17

44
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan dua kasus tertelan benda asing dengan jenis yang
berbeda, dengan keluhan utama pada pasien pertama tertelan koin uang logam
Seribu rupiah 24 jam sebelum masuk RSUD Zainal Abidin dan terlihat rewel
pasien mengeluh susah menelan baik makan maupun minuman, serta
hipersalivasi. Pasien kedua mengeluh terasa mengganjal di tenggorok setelah
tersedak saat makan daging ayam secara terburu – buru sekitar 1 minggu
sebelum masuk RSUD Zainal Abidin, namun saat tiba di RSUD Zainal abidin
pasien sudah dapat makan dan minum secara perlahan. Setelah anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi rongent servikal
dan torakal pasien pertama tampak benda asing radioopak bulat pipih dengan
densitas logam namun pada pasien kedua tidak tampak adanya gambaran
benda Asing apapun.
Berdasarkan jenis benda asing yang tertelan, kedua pasien dikategorikan
dalam urgensi. Kedua pasien dilakukan tindakan esofagoskopi eksplorasi namun
hanya pada pasien pertama dilakukan ekstraksi benda asing (koin Seribu
rupiah). Tindakan eksplorasi via esofagoskopi dan ekstraksi benda asing berjalan
lancar, namun pada pasien kedua mengalami laserasi minimal pada esofagus
dan kemudian pasien dilakukan pemasangan NGT yang dipertahankan selama 2
hari. Pasien pertama di rawat selama 1 hari, dan keesokan harinya pasien di
perbolehkan pulang, sedangkan pada pasien kedua dilakukan perawatan selama
2 hari.

45
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Pillai, SA, Sivasankar, Selvaraj. Foreign bodies in the oesophagus - surgery


for failed endoscopic retrieval. International Surgery Journal. 2016;
3(3):1426-1430.
2. Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. Benda Asing Esofagus di
Bagian/SMF THT-KL BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado Periode
Januari 2010 - Desember 2014. Jurnal e-Clinic, 2015; 3(1): 376-380.
3. Birk M, et al. Removal of foreign bodies in the upper gastrointestinal tract in
adults: European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical
Guideline. Endoscopy. 2016; 48(5):489-96. doi: 10.1055/s-0042-100456.
4. Kristo B, Krzelj I. Foreign body in the esophagus: Chronically impacted
partial denture without serious complication. Otolaryngology Case Reports.
2016; 1: 5-7 .
5. Jayachandra S, Aslick GD. A systematic review of paediatric foreign body
ingestion: Presentation, complications, and management . International
Journal of Pediatric Otorhinolaryngology , 2013; 77: 311–317.
6. Zhang X, et al. Esophageal foreign bodies in adults with different durations
of time from ingestion to effective treatment. Journal of International Medical
Research. 2017; vol 45(4): 1386-1393.
7. Ario MD, Wibowo A. Corpus Alienum di Esofagus Pars Torakalis pada Anak
Laki–Laki Usia 3 Tahun. Jurnal Medula Unila, 2016; 6 (1): 88-92. Brian MF,
et al. Foreign object ingestion and esophageal food impaction: an update
and review on endoscopic management. World journal of gastrointestinal
endoscopy:2019
8. Long B, Koyfrman A, Gottlieb M. Esophageal Foreign Bodies and
Obstruction in The Emergency Department Setting: An Evidence-Based
Review. The journal Emergency Medicine;2019
9. Fung BM, et al. Foreign object ingestion and esophageal food impaction : an
Update and review on endoscopic management. World Journal of
Gastrointestinal endoscopy;2019
10. Benda Asing Esofagus. Dalam: Modul Utama Endoskopi Bronkoesofagologi.
Indonesia: Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala dan Leher; 2015.p.11-13,25.

46
11. You P, Katsiris S, Strychowsky JE. Double Fogarty balloon catheter
technique for difficult to retrieve esophageal foreign bodies. Journal of
Otolaryngology - Head and Neck Surgery. 2018; 47(72).
https://doi.org/10.1186/s40463-018-0318-3 .
12. Soepardy, Arsyad E, Iskandar NS, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta: 2012.
13. Beasley N. Anatomy of The Pharynx and Oesophagus, in; Scott Brown
Otorhinolaryngologi Head and Neck Surgery 7th Edition Volume 2. 2008;
p.1951.
14. Netter FH. Topography and Constrictions of Esophagus, in; Atlas of Human
Anatomy 6th Edition. Philadelphia: Elsevier. 2014
15. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. NCBI Bookshelf. 2019.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books.
16. Ikenberry SO, et al. Management of Ingested Foreign Bodies and Food
Impactions. Gastrointestinal endoscopy Journal. 2011; 73 (6) : 1085-1091.
17. Bekkerman M, et al. Endoscopic Management of Foreign Bodies in the
Gastrointestinal Tract: A Review of the Literature. Hindawi Publishing
Corporation Gastroenterology Research and Practice. 2016: 1-6.
18. Dhingra. Foreign Bodies of Food Passage, in: Diseases of Ear, Nose and
Throat and Head and Neck Surgery 6th Edition. New Delhi; Elsivier. 2014;
p.349-352.
19. Postma GN, et al. Esophagology, in: Ballanger’s Otorhinolaryngology Head
and Neck Surgery 17th Edition. BC Decker inc. 2009; p.975.
20. Cahyono A, et al. Ekstraksi Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus dengan
Esofagotomi Servikal. ORLI. 2012; 42 (1).
21. Koirala K, et al. Foreign Body in the Esophagus-Comparison Between Adult
and Pediatric Population. Nepal Journal of Medical Sciences. 2012: 1 (1); 42-
44.
22. Suman NA, et al. Unusual Presentation of Foreign Bodies in Esophagus-Our
Exprerience. Medical Journal of Dr.D.Y. Patil University. 2015: 8 (3); 376-
379.
23. Probst R, Grevers G, Iro H. Anatomy, Physiology, and Immunology of the
Pharynx nd Esophagus. In: Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme;
2006; 2006.p.99-102.

47
48

Anda mungkin juga menyukai