Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah” dengan baik.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL. Kami mengucapkan terimakasih
kepada ibu Arsulfa, S.Si,T, M.Kes selaku dosen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat berarti bagi kami dalam
penyusunan makalh selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ii
Bab I Pendahuluan iv
1.3 Tujuan v
Bab II Pembahasan 1
A. Definisi BBLR 1
B. Klasifikasi BBLR 1
C. Etiologi BBLR 2
E. Patofisiologi BBLR 4
F. Patway BBLR 6
H. Penatalaksanaan BBLR 10
Bab VI Penutup 23
2.1 Kesimpulan 23
2.2 Saran 23
Daftar Pustaka 24
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi,
infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang
juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia
dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang
berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering
dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial
ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di
Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun
yang sama AKB 13,5 %.Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37
minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan
17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa
gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian
neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas .
(Saifudin, Abdul Bari dkk ,2007)
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan bayi berat lahir
rendah serta asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR( bayi berat lahir rendah )
2. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir . (Amru sofian,2012). BBLR (Bayi berat lahir rendah) ialah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi . (Wong,2009). BBLR (Berat badan lahir
rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk, 2011).
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Herdman,
T. Heather. 2012).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya hal ini
disebabkan pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami gangguan. (Bobak, Irene
M. 2005)
2.3 Etiologi
BBLR dapat disebabkab oleh beberapa faktor, yaitu :
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (dr. Arief ZR, dkk, 2009: 22-23), yaitu:
1. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin
dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya
perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin
berkurang (Ilyas, 1995).
b) Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O 2 sehingga dapat
menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi
darah adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai berkurang, akibatnya
pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro,
2006)
c) Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan kandungan.
Sekitar 6% kehamilan mengalami komplikasi karena trauma.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali
mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi
yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi
adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres,
atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah
marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan
sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto,
trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan
reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa
perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut
pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, ibu hamil harus menjaga kondisi fisik
maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.
d) Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut
terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai
komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
dan sebagainya.
2) Usia ibu
a) Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran, semakin muda
usia ibu dalam perkawinan semakin besar risiko yang di hadapi bagi keselamatan ibu
maupun anak disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi
anak. Ibu cenderung menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah hamil dan tidak
menarik lagi, sehingga ibu merasa takut. Ketakutan/kecemasan yang berlebihan akan
berakibat terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi
fisik dan psikologis sangat perlu disiapkan.
b) Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung yang disebabkan
oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga, sirkulasi darah dan pengambilan
oksigen dari darah di paru-paru yang mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi
dengan tekanan darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan melemahkan
kondisi ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin akibatnya yang dapat
mengakibatkan BBLR. (Lukman, 1996)
c) Multi gravid yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak terlalu dekat atau kurang dari duatahun membuat kondisi ibu belum pulih
betul dari masalah gizi, kehilangan darah serta kerusakan system reproduksi akibat
kelahiran yang sebelumnya, sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan
makan yang dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir rendah dan sistem tubuhnya
sangat rendah. (Depkes RI, 2000)
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3 tahun
karena alat reproduksi sudah siap dan juga rahim serta kondisi ibu sudah pulih dengan
baik. (Depkes RI, 2000
3) Keadaan sosial
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat
berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang
disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).
Status ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau
keluarga. Penghasilan yang terbatas membuat kelangsungan kehamilanya membuat
berbagai masalah kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga
menimbulkan stress dan nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai
masalah kebidanan sehingga memudahkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (Manuaba, 2010).
4) Sebab lain
Kebiasaan-kebiasaan ibu yang dapat merusak kesehatan seperti merokok, minum-
minuman beralkohol, dan obat-obatan berbahaya.
2. Faktor janin
1) Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena
faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ
seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena
dapat membahayakan ibu dan anak
2) Kehamilan ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gannguan dibandingkan janin
tunggal yang tampak pada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi
semakin besar derajat retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar
pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan
malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal
ini disebabkan oleh prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali
kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaru terhadap peregangan uteerusyang
berlebihan yang mengakibatkan terjadinya partus prematurus.(Oxorn, 2003)
Selain itu, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin
seperti BBLR. (Manuaba, 1998)
3) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu orang tua yang
membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara spontan (dengan sendirinya) pada
saat proses reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu faktor penyebab kelainan
kromosom. resiko terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika
ibu berusia 35 tahun atau lebih
4) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya
3. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara
11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan
makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan
belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi alkohol pada saat
hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi
spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.
Mengetahui dengan tepat lamanya masa gestasi untuk tiap neonatus terutama BBLR
secara individu, faktor maturitas sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas
perinatal, pengetahuan ini sangat penting untuk menilai tingkat pengembangan bayi
prematur.
Tabel 1. Ciri Kematangan Fisik Bayi Lahir Normal (Menurut Ballard)
0 1 2 3 4 5
Kulit Merah Merah muda/ Permukaan Daerah pucat, Seperti Seperti
seperti agak licin, halus, mengelupas retak-retak, kertas putih, kulit retak-
transparan tampak vena dengan/ tanpa venus jarang retak, lebih retak,
ruam, sedikit dalam, tidak mengkerut
vena ada vena
Lanugo Tidak ada Banyak Menipis Menghilang Umumnya
tidak ada
Lipatan Tidak ada Tanda merah Hanya lipatan Lipatan 2/3 Lipatan di
plantar sangat sedikit anterior yang anterior seluruh
menghilang lipatan
Payudara Hampir Areola datar, Areola seperti Areola lebih Areola
tidak ada tidak ada titik tonjolan jelas tonjolan penuh,
tonjolan sampai 2 mm 3-4 mm tonjolan 5-10
mm
Daun Datar, tetap Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang
telinga terlipat melengkung, lebih baik, sempurna rawan,
lunak lembut lunak, mudah kembali telinga kaku
membalik membalik seketika
Kelamin Skrotum Testis turun, Testis Testis
laki-laki kosong, sedikit rugae dibawah, bergantung
tidak ada rugae bagus dan rugaenya
rugae dalam
Kelamin Klitoris dan Labia minora Labia mayora Klitoris dan
perempuan labia minora dan mayora besar, minora minora
menonjol sama kecil ditutupi labia
menonjol mayora
(Wiknjosastro, 2006, Hal : 772)
2.6 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
a) Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea; dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat
dan oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
3) Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27ºC
b) Inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan
pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan
dibawah ini
Berat badan 0 - 24 jam 2 – 3 hari 4-7 hari 8 hari
lahir (gram) (oC) (oC) (oC) (oC)
<1500 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33
1501-2000 33 – 34 33 32 – 34 32
2001-2500 33 32 – 34 32 32
> 2500 32 – 34 32 31 - 32 32
Catatan: apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1
derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000
gram bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
- Bayi Sehat
Ø Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian
menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu)
Ø Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.
Ø Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Ø Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Ø Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan.
Ø Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum.
Ø Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Ø Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
- Bayi Sehat
Ø Beri ASI peras melalui pipa lambung
Ø Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minumLanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Ø Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
- Bayi Sakit
Ø Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
Ø Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
Ø Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
Ø Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Ø Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
Ø Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Ø Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan
intravena secara perlahan.
Ø Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum
Ø Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Ø Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
TINJAUAN KASUS
C. DATA SUBJEKTIF
Pada tanggal : 11 November 2012
Pukul : 21.00 WIB
Kronologi :
pasien maasuk ke IGD pukul 10.00 WIB, langung lakukan perawatan dalam
inkubtor dengan oksigen, kemudian beri pasien therapy IVFD dekstrose 10%. Kemudian
bayi di kirim ke bangsal anak pukul 11.00 WIB, bayi dirawat diruang terpisah yaitu
perinatologi, dan lanjutkan terapi sesuai order dokter.
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Usia kehamilan : 28-29 minggu
d. Komplikasi : tidak ada
5. Resusitasi
1). Penghisapan lendir : ya
2). Ambu : Tidak dilakukan
3). Masage jantung : Tidak dilakukan
4). Intubasi endotracheal : Tidak dilakukan
5). Oksigen : ya
6). Therapi : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : jelek
- Suhu : 36ºC
- Pernafasan : 50x/i
- Jantung : 126 x/i
- Berat badan : 900gram
- Panjang badan : 35 cm
- Pemeriksaan fisik secara sistematis
- Ubun-ubun : Tidak ada caput / cepal hematoma
- Muka : Tidak oedema
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, daun dan lobang telinga
ada
- Mulut : Tidak ada labio palato skizis
- Hidung : Septum ada
- Dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
- Perut : Agak membuncit
- Tali pusat : Lembab, tidak ada perdarahan
- Punggung : Tidak ada kelainan
- Ekstremitas : Tidak ada oedema
- Genitalia : Labia mayora belum menutupi labia minora
- Anus : Ada
Reflek
- Reflek morrow : (+) lemah
- Reflek rooting : (+) lemah
- Reflek sucking : (+) lemah
- Reflek tonic neck : (+) lemah
- Eliminasi
- Miksi : sudah ada
- Mekonium : sudah ada
MANAJEMEN ASUHAN KESEHATAN PADA BAYI Ny”S” DENGA N BBLR(BERAT
BADAN LAHIR RENDAH) DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD Dr. RASIDIN
PADANG,
TANGGAL 11 NOVEMBER 2012
IDENTIFI INTERPRET DIAGNOS TINDAKA INTERVENSI IMPLEMENT EVALUASI
KASI ASI DATA A N ASI
DATA POTENSIA SEGERA
L
Tanggal : Diagnosa : Apneu Pemberian
1. Lanjutkan 1.Melanjutkan 1. Bayi sudah
11 Bayi baru lahir O2 perawatan dalamperawatan berada di
November2 hari pertama inkubator dalam dalam
012 dengan incubator untukincubator
Jam : BBLER , KU mempertahanka
Dengan
21.00WIB Bayiburuk n suhu tubuhsuhu
bayi agar tetapincubator
Data Dasar : hangat dan36,5 – 37 ˚c.
subjektif : Bayi lahir stabil dengan
Pantau bayi
· ibu tanggal 11 perawatan bayisetiap 1 jam
mengataka November di dalamdan
n anaknya 2012 incubator : rawatditemp
lahir pada Pukul 03.00 Hangatkan at perawatan
tanggal 11 WIB inkubator bayi .
November A/S : 6/8 sampai suhu
2012 Pukul PB 35 cm yang di
03.00 WIB BB 900 tentukan
· Ibu gram sebelum
mengataka JK : meletakkan
n anaknya Perempuan bayi di
belum di Tanda Vital dalamnya
satu J : 126 x/i Tutup kaca
ruangkan P : 50 x/i secepat
bersama S : 35,50C mungkin
ibu BB sekarang setelah
: 900 gram meletakkan
Data BAK : sudah bayi di
objektif : ada dalamnya
· Bayi lahir BAB : sudah Lakukan
tanggal 11 ada perawatan
November Pemeriksaan 2. Pantau Oksigen tempat bayi di
2012 Pukul fisik normal pada bayi inkubator 2. Oksigen
03.00 wib, tidak ada telah
· A/S : 6/8 kelainan. 2. Memantau dipantau
· PB : 35 cm oksigen padadengan
· BB : 900 bayi sesuaiorder 0,5
gram 3. Atur Posisi bayi dengan liter / menit
· JK : Masalah : order,yaitu
Perempuan Gangguan 0.5 liter / menit
3. Posisi bayi
· Tanda pola bernafas telah di atur
Vital 3. Mengatur (ekstensi)
J : 126 x/i Kebutuhan : posisi bayi
P : 50 x/i Masukkan ekstensi agar
S : 35,50C bayi ke dalam sirkulasi darah
· BAK incubator 4. Pantau IVFDke otak lancar
sudah ada Pasang dan beri therapysehingga
· BAB oksigen bayi sesuai order kebutuhan IVFD
sudah ada Atur posisi oksigen telah
bayi terpenuhi. dipantau
Pasang IVFD dextrosa
dan berikan 4. Memantau 10% 4
therapy sesuai IVFD tetes / menit
order Memberikan ( mikro )dan
Puasakan therapy sesuaitherapy
bayi sementara order dokter telah
Lakukan diberikan
pemantauan sesuai order.
dan observasi Cefotaxim
pada bayi e
2 x 75 mg
dosis 0,33cc
IV jam
20.00 wib
Gentamici
n
5. Puasakan bayi 1 x 6 mg
sementara dosis 0,15
IV jam
20.00
5. Bayi telah
6. Lakukan di puasakan
pemantauan dan
5. Mempuasakan
observasi padabayi sementara
bayi untuk
mencegah
aspirasi pada
6. Pengontrola
bayi. n dilakukan
setiap 1 jam
dan hasil di
6. Melakukan catat dalam
pemantauan lembar
dan observasikontrol TTV
pada bayi
dengan
mengontrol
keadaan umum
bayi setiap 1
jam yaitu
mengontrol
Apneu Lanjutkan1. Pantau KU bayi Nadi dan Nafas
therapy pada bayi
Diagnosa : Oksigen
Bayi baru lahir
hari ke 2
dengan 1. KU bayi
BBLER 2. Kontrol IVFD jam 22.00
Tanggal : keadaan dan Oksigen wib
12 umum bayi buruk
November buruk. J :116 x/i
2012 P : 55 x/i
Pukul22..0 Memantau S : 360C
0 wib KU bayi
Dasar : dengan IVFD dan
Data Bayi lahir mengontrol oksigen
subjektif : tanggal 11 Nadi,Pernafasa telah di
· Ibu November n dan Suhukontrol.
mengataka 2012 Pukul bayi per 1 jam IVFD yang
n anaknya 04.00 WIB terpasang
masih TTV : Mengontrol Dextrosa 10
dalam J :116 x/i 3. Lanjutkan IVFD dan% 4tts/i
perawatan P : 55 x/i therapy sesuaiOksigen (Mikro)
di dalam S : 360C order dokter O2terpasan
incubator, g
0,5 liter /i
Data
objektif : 3. Therapy
· J : 116 diberikan
x /menit sesuai
· P : 55x/ dosis,waktu
menit dan jam
· S : 360C pemberiann
· O2 0,5 ya
liter/menit Memberikan Cefotaxim
· IVFD therapy sesuaie
Dextrosa10 order 2 x 27 mg
% dosis 0,33cc
· Bayi IV jam
masih 12.00 dan
puasa 24.00 wib
Aminophili
n
4. Jaga personal 2 x 75 mg
hygiene bayi dosis 0,33cc
IV jam
12.00 dan
24.00 wib
4. Bersihkan
bayi,
mengganti
popok bayi
yang telah
lakukan peraw basah
atan tali pusat karena bayi
Menjaga BAK dan
personal BAB
hygiene
bayi,sehingga
mikroorganism
e / bakteri tidak
Perawatan
6.Rawat bayibisa hidup dantali pusat .
dalam inkubator mengganggu
pertumbuhan
bayi
Melakukan
perawatan tali
pusat dengan
6 H2O2. 6.perawatan
Kemudian dibayi dalam
baluti denganincubator
kassa keringtelah
dan steril. dilakukan
Pantau dengan suhu
keadaan umum6.melakukan 36 ,5 – 37 ˚c
Apneu Lanjutkan bayi denganperawatan bayi
therapy O2 perawatan didalam
dalam incubator inkubator
Diagnosa : Lanjutkan
Bayi baru lahir pemberian
hari ke 4 Oksigen 1. Hasil yang
dengan BBLR diperoleh
dengan J : 160 x/i
keadaan P : 55 x/i
umum bayi S : 37,20C
buruk
Dasar Jaga personal
Memantau 2. Oksigen
Tanggal Bayi lahir hygiene bayi keadaan umumtelah di
: 14 tanggal 11 bayi dengancontrol dan
November November mengontrol therapy
2012 2012 vital sign bayi telah
Pukul Pukul
: 03.00 diberikan
08.00 wib wib sesuai order
Vital Sign Melanjutkan Oksigen 0, 5
Data J : 160 x/I pemberian liter / menit
subjektif : P : 55x/i Oksigen
· Ibu S : 37,20C 3. Mengganti
mengataka Lakukan popok bayi
n bayi nya perawatan tali setiap kali
masih pusat bayi BAK
berada maupun
dalam BAB
incubator Menjaga
· Ibu personal
mengataka hygiene
n khawatir bayi,sehingga
dengan bakteri tidak
keadaan Berikan bayidapat hidup dan
kondisi ASI denganmengganggu Perawatan
bayinya OGT orderpertumbuhan tali pusat
8x1cc bayi bayi telah di
Data lakukan
objektif : Melakukan
· Vital Sign perawatan tali
J : 160 x/i pusat dengan
P : 55x/i H2O2
S : 37,20C kemudian
· O2masih dibalut tali
terpasang pusat dengan
ASI telah
0,5 liter/i Lakukan kassa keringdiberikan
· Infus pengontrolan dan steril. sesuai order
masih Infus bayi pada jam
terpasang Memberikan 08.00,
bayi ASInamun
dengan OGTsetelah
sesuai orderdiberikan
8x1cc ASI, keluar
cairan dari
mulut dan
hidung bayi.
6. Pengontrola
n dilakukan
setiap jam
dan Infus
Melakukan yang
pengontrolan terpasang
pada Infus bayi Dextrosa 10
% (4tts / i)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain
sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak
yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan
segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik
pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang
tinggi.
B. Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai beberapa
kekurangan. Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat oleh penulis
adalah sebagai berikut :
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi barulahir
dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan
Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan.
Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Edisi 1.Jakarta: ybp-sp.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial
Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC