Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia – Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ASKEB KOMUNITAS,
makalah ini berisikan materi tentang MANAJEMEN ASKEB KOMUNITAS.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi yang membaca makalah ini. Selain itu kami juga berharap makalah ini
digunakan sebagai mana mestinya.

Penulis sadar bahwa memiliki banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran, kritik dan masukan yang membangun
untuk proses dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
C.     Manfaat

BAB II LANTADASAN TEORI


A. Pengertian kb suntik 3 bulan
B. Cara pemberian
C. Keuntungan dan kerugian suntik kb 3 bulan
D. Penanganan efek samping yang sering dijumpai
E. Manajemen askeb kebidanan

BAB III TINJAUAN KASUS


A.    Data Umum ( pengumpulan data dasar )
B.     Konsep Keluarga
C.     Gonogram
D.    Manajemen Askeb komunitas
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kebidanan komunitas merupakan kegiatan mencakup pengidentifikasian dan
indikator kesehatan mengenai pengelolaan, atau dengan kata lain kebidanan komunitas
adalah upaya yang dilakukan oleh bidan suatu komuniti/masyarakat. Sebagai mahasiswa
akademi kebidanan maka diperlukan praktek kebidanan komunitas,sehingga mahasiswa
dapat secara langsung menerapkan teori-teori pembelajaran yang didapat dibangku
perkuliahan  untuk diterapkan dan diinterpretasikan serta dilakukan intervensi pada
masyarakat.
Aspek – aspek kebidanan komunitas mencangkup program kegiatan KIA,
kelangsungan hidup dan keluarga sejahtera yaitu dapat melaksanakan pelayanan
kesehatan ibu, anak dan KB. Berpedoman pada manajemen kebidanan komunitas fakta /
hasil obsevasi dan intervensi selama PKK Komunitas (  Praktik Klinik Kebidanan ) di
kec sombaopu kab gowa provinsi sulawesi selatan, masih banyak terdapat permasalahan
kesehatan dalam hal Ketidaktahuan Ibu tentang efek samping penggunaan alat
kontrasepsi suntikan 3 bulan. Seperti keluarga Tn. H  di kec sombaopu kab gowa
provinsi sulawesi selatan, Dari hal diatas maka penulis membuat laporan praktek
kebidanan komunitas individu agar dapat memecahkan masalah yang dialami oleh
keluarga Ny. Y di RT 04 RW 04 di desa Ngepreh Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali.

B.  Tujuan
1.   Tujuan umum
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang telah didapatkan pada kehidupan secara
selangsung untuk memecahkan masalah yang dialami oleh keluarga Tn H kec sombaopu
kab gowa provinsi sulawesi selatan.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengidentifikasi masalah-masalah kebidanan di keluarga Tn. H
b. Dapat merumuskan masalah – masalah kebidanan di keluarga Tn. H
c.  Dapat membuat strategi pelayanan kebidanan di keluarga Tn. H
d. Dapat melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas sesuai masalah – masalah yang
ditemukan.
e. Dapat melaksanakan evaluasi pelayanan kebidanan komunitas.

C.    Manfaat
1.  Bagi institusi pendidikan
Hasil pengkajian kasus pada keluarga Tn.R dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswi Kebidanan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta dalam menerapkan ilmu dan
sebagai acuan tugas asuhan kebidanan komunitas berikutnya khususnya
padakurangnya pengetahuan pencegahan dan pengobatan Infertilitas sekunder.

2.    Bagi penulis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang asuhan yang diberikan pada
keluarga Tn.R khusunya pada Ny.S dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
antara teori yang didapat  dibangku kuliah dan lahan praktik.

3.    Bagi Lahan Praktik


Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada keluarga Tn.R  khususnya pada Ny.S
dengan kurangnya pengetahuan pencegahan dan pengobatan Infertilitas sekunder.
BAB I1
TINJAUAN TEORI

A. KB SUNTIK 3 BULANAN.

    Depo provera merupakan suspensi caira yang mengandung Kristal-kristal mikro


depot medroksiprogesteron asetat (DMPA) DMPA merupakan keturunan progesteron.
Dosis yang diberikan 150 mg/ml, yang disuntikan secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu. Dosis DMPA tidak perlu disesuaikan dengan berat badan klien.
Kontrasepsi suntik 3 bulanan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya
hormon progesteron dan disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik yaitu 3
bulan sekali

 KOMPOSISI:
                  Suspensi Steril Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dalam  air:
  Tiap vial berisi 3 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat)
  Tiap vial berisi 1 ml suspensi (150 mg Medroxy Progesteron Acetat).

 WAKTU PEMBERIAN DAN DOSIS


Disuntikkan dalam   dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus lama pada otot
bokong musculus gluceus agak dalam.

 EFEKTIVITAS
                Efektivitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap tahun asal
penyuntikan dilakukan secara teratur. 

B. CARA PEMBERIAN

o Waktu pasca persalinan (PP).


Diberikan pada hari ke 3-5 PP/sesudah ASI diproduksi/ibu sebelum pulang dari
RS/6-8 minggu pasca bersalin asal ibu tidak hamil/belum melakukan coitus.
o Pasca Keguguran
Segera setelah kuretage/sewaktu ibu hendak pulang dari RS, 30 hari pasca abortus
asal ibu belum hamil lagi, dalam  masa interval diberikan pada hari 1-5 haid.

C. KEUNTUNGAN
         Resiko terhadap kesehatan kecil.
         Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
         Tidak di perlukan pemeriksaan dalam
         Jangka panjang
         Efek samping sangat kecil
         Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

 KERUGIAN
Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak
atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
a. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
b. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
c. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
d. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
e. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

 Kontraindikasi suntikan
   WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:
a.  Kehamilan
b.  Karsinoma payudara
c.  Karsinoma traktus genetalia
d.  Pendarahan abnormal uterus
 Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:
a. Mempertimbangkan kontraindikasi yang berlaku untuk POK.
b. Pada wanita dengan atau diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus
dilakukan follow-up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium
ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolism karbohidrat.

 . SUNTIK KB 3 BULANAN

   Hanya berisi hormone progestin yang harus disuntikkan secara teratur setiap 12
minggu sekali
   Sangat efektif mencegah kehamilan bila disuntik sesuai jadwal ( 3 kehamilan dari
1000 pemakaian )
   Aman bagi ibu menyusui
   Bisa terhenti kapan saja dan kesuburan biasanya kembali setelah 4 bulan
   Dapat terjadi gangguan haid, perdarahan bercak dan henti haid
   Tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) dan HIV

 JANGAN SUNTIK KB BULANAN JIKA

   Merokok lebih dari 15 batang per hari dan berumur diatas 35 tahun
   Menderita darah tinggi
   Masih menyusui bayi yang berusia kurang dari 6 bulan
   Menderita kanker payudara, penyakit jantung, stroke, migraine, dan penyakit
jantung

 Efek Non-Kontraseptif
Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek non-kontraseptif yang menguntungkan,
yaitu:
   DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endrometrium
   Pada wanita yang menyusui, DMPA dapat menambah jumlah ASI
   Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah anemia
   Pada penderita penyakit Sickle cell (Penyakit genetic di afrika), MDPA
menurangi rasa skit dan terdapat lebih sedikit sel darah merah abnormal

 DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam infeksi traktus


genitalis/PID
   DMPA juga mencegah vulvo-vaginalis candidiasis
   DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium
   DMPA diperbolehkan di amerika untuk dipakai pada karsinoma ginjal
   DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas praecox
    DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi kadar
testosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang abnormal.

 INFORMASI LAIN YANG PERLU DISAMPAIKAN


  Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea)
gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu
kesehatan.

  Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan
nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya , dan cepat hilang.

  Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia
muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan
berikutnya dalam waktu dekat.

  Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali
pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter
atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

   Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat
diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu
setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selam 7hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari . bila perlu dapat juga menggunakan
kontrasepsi darurat.

   Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan
kemudian meminta untuk digantikan dengan  kontrasepsi suntikan lain sebaiknya
jangna dilakukan.

   Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asla saja
diyakini ibu tersebut hamil.

D. PENANGANAN EFEK SAMPING YANG SERING DIJUMPAI


a.  Amenorea
  Bila tidak hamil, pengobatan apa pun tidak perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke klinik.

   Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa


hormone progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin
   Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

   Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke
klinik.

b.  Perdarahan –bercak
    Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai tetapi hal ini bukanlah
masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan masalah serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan
ingin melanjutkan suntikan, Maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan:

a)   1 siklus pil kombinasi ( 30-35 µg etinilestradional ), ibu profen ( sampai 800 mg,
3x/hari untuk 5 hari ), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak
selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selam 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal,
atau diberi 50 µg etinilestradional atau 1,25 mg estrogen eguin konjugata untuk 14-21
hari.

b.Bila perdarahan hebat disebabkan oleh kontrasepsi suntikan, maka tindakan yang
harus diambil adalah:
  Pemberian tablet estradiol 25mcg 3 kali sehari untuk 3 hari, atau tablet Pil oral
kombinasi perhari untuk 14 hari
  Bila hal tersebut tidak menolong diberikan suntikan intramuscular estrogen
sintetis seperti 5 mg estradiolcypionate atau estradiol valerate dalam larutan
minyak, yang harus diulangi sekali lagi bila perdarahan tidak  berhenti dalam
waktu 24 jam
  Bila perdarahan tetap saja berlangsung terus, pertimbangkan untuk melakukan
dilatasi dan kuretase Sedangkan pabrik MDPA menganjurkan untuk kejadian
perdarahan hebat atau lama, pemberian per-oral ethinylestradiol 0,05-1,0 mg
selama 7-21 hari. Bila perdarahan tidak berkurang dalam 1 atau 2 siklus, asektor
harus ganti ke metode kontrasepsi lain.

c.  Mual/pusing/.muntah
     informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok . bila
berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

d.Efek Samping dan Penanganannya


1. Gangguan haid
Penanganannya : Beri pil KB hari I – II masing-masing 3 tablet, selanjutnya hari ke
IV 1 x 1 selama 4 – 5 hari (Amenorea).
Jika perdarahan berikan Lynolar 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti.
2. Depresi
Penanganan : Berikan vitamin B6 50 mg 1 x 1 tablet.
3. Keputihan
Penanganan : Berikan anti cilioniergi seperti extract belladonna 100 mg, 2 x 1
tablet.
4. Jerawat
Penanganan : berikan vitamin A dan E dosis tinggi.
5. Perubahan berat badan
Penanganan : anjurkan diet dan olahraga teratur.

6. Pusing dan sakit kepala


Penanganan : Berikan paracetamol 3 x 1 sehari sehabis makan.
7. Hematoma
Penanganan ; Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari selanjutnya
diganti kompres hangat sampai kembali normal.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu


 Umur
Sesuai Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1979 yang menyebutkan umur
minimal menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun, dengan
demikian jika seorang perempuan harus menikah pada usia muda ia harus menunda
kehamilan sampai usia diatas 20 tahun (BKKBN, 2010)
 Pendidikan
Pendidikan adalah merupakn suatu proses pengetahuan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, dalam
hal ini pendidikan juga berperan membuat kehidupan yang lebih baik dan memanifasi
seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari
masalah dalam kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
 Paritas
Ada beberapa anggapan masyarakat bahwa lebih banyak anak dalam keluarga
akan lebih banyak membawa rezeki (banyak anak banyak rezeki). Dan ada kebiasaan
pada beberapa suku Indonesia yang mengatakan dalam sebuah keluarga tidak lengkap
sebelum memperoleh anak laki-laki karena anak laki-laki merupakan garis
keturunan.Adapun paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman di tinjau dari
sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3) mempunyai angka kematian
maternal. Hal ini disebabkan karena ibu sering melahirkan anak, semakin tinggi
paritas maka cenderung akan semakin meningkat pula prevalensi kematian maternal
perinatal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani atau dapat dicegah dengan keluarga
berencana. Sebagian paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Prawirohardjo, 2002).

 Pekerjaan
Pekerjaan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang karenaibu yang memiliki
pekerjaan di luar lebih cepat dan banyak mendapat informasi khususnya mengenai
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja atau di rumah saja
(Notoatmodjo, 2007).
 Sumber Informasi
Sumber informasi adalah tahap perkembangan pemikiran manusia dapat dilihat
dari sedikit banyaknya sumber informasi yang didapati.
Dari informasi yang diperoleh tersebut dapat membuat masyarakat mengetahui apa
yang tidak merka ketahui. Dalam persoalan tentang pemilihan alat kontrasepsi yang
baik memang sangat tergantung kepada pemakaiannya sendiri. Untuk itu informasi
sangat dibutuhkan bagi pasangan usia subur yang belum mengetahui tentang alat
kontrasepsi (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sumber informasi yaitu alat atau
media informasi yang memungkinkan responden mengetahui alat kontrasepsi suntik,
dengan kategori :
1. Media cetak
2. Media elektronik
3. Petugas kesehatan

Menejemen Kebidanan

Menurut Varney (1997) proses penyediaan masalah merupakan salah satu upaya yang
dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam
melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berfikir secara
kritis untuk menegakkan diagnose atau masalah potensial kebidanan. Selain itu,
diperlukan pula kemampuan kolaborasi maupun kerja sama. Hal ini dapat digunakan
sebagai dasar dan perencanaan kebidanan selanjutnya.
 Langkah-langkah dalam proses manajemen adalah sebagai berikut :
1.   Pengumpulan data dasar
Dalam tahap ini data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan data
objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian
sebelum didokumentasikan.
a.       Data subjektif
Informasi ayng dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien (anamnesa) atau dari keluarga dan tenaga
kesehatan.
b.      Data objektif
Pencatatan dilakukan dari pemerikaan fisik, pemeriksaan khusus kebidnan, data
enunjang, dan hasil alboratorium. Data yang telah dikumpulkan diolah, disesuaikan
dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu
menggabungkan dan menhubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga,
menunjukkan fakta.

2.   Interpretasi data dasar


Langkah ini dilakukan dengan engidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis
atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat
ditemuakn brdasarkan interpretasi yang bear terhadap data dasar. Selain itu, sudah
terpikirkan perencanaan yang dibutuhkana terhadap masalah.

3.      Identifikasi diagnosis atau masalah potensial


Pada langkah ini kita mengidenifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan proses pencegahan. Atau
dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.

4.      Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera


Tahap ini dilakukan oleh bidan dngan melakukan identifikasi dan menetapkan
beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan dalam
tahap inn dalah konsltasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.

5.      Perencanaan asuhan secara menyeluruh


Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan diperlukan perencanaan secara
menyeluruh terhadpa masalah dan disgnosis yang ada. Dalam proses perencanaan
asuhan secara menyeluruh juga dilaukan identifikasi beberapa data yang tidak
lengkap agar pelaksanaan sevara menyeluruh.

6.      Pelaksanaan perencanaan
Tahap ini merupakan ahao pelaksaanaan dari semua rencana, sebelumya, bik
terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegkkan. Pelaksanaan ini dapat
dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.

7.      Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan
evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi
sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan
pelayanan yang komprehensif dan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
2.
BAB II
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


PADA KELUARGA TN “H” DENGAN TIDAK MENJADI AKSEPTOR KB DI
KEC. SOMBAOPU KEB. GOWA PROPINSI SULAWESI SELATAN
TANGGAL 13 MEI – 16 APRIL 2016

                                                   
I.  PENGUMPULAN DATA DASAR
A.    Data Keluarga
1.      Identitas keluarga
Nama                                 : Tn. “H“
Umur                                 : 37 Tahun
Nikah / Lama Menikah     : ± 5 Tahun
Suku                                  : Makassar
Agama                               : Islam
Pendidikan                                    : S1
Pekerjaan                           : Kariawan swasta
Alamat                              : BTN Bumi samata permai, blog G3. No.5

2.      konsep Anggota Keluarga

No Nama Hub.Kelu Umur L/ Pend. Pekerjaan


arga P

1 NIAR Istri 30 P DIII PNS

      
      Genogram

             
3.      Tipe keluarga / Sifat keluarga
a). Sifat keluarga
1. Tipe keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan 3 orang
anak.
2.Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami yang paling dominan.
3. Hubungan antar anggota keluarga cukup harmonis.
4. Cara mengatasi masalah bila ada perselisihan dalam keluarga adalah menenangkan
situasi kemudian musyawarah dan mencari solusinya.

b). Kebutuhan sehari-hari


1. Pola Makanan
Kebiasaan makan tidak teratur dengan makanan pokok berupa nasi, sayur , lauk,
susu dan kadang-kadang makan buah. Keadaan fisik anggota keluarga tidak ada yang
kurus maupun ada yang kegemukan.
2. Kebiasaan tidur
Umumnya tidur malam pukul 21.30 wita dan bangun pagi pukul 06.30 wita dan
kadang-kadang tidur siang ± 2 jam.Kecuali kepala keluarga yang jarang tidur siang
berhubungan karena pekerjaan.
3. Kebiasaan rekreasi
Keluarga ini jarang rekreasi, kadang berkunjung kerumah saudara jika
libur.Waktu senggang digunakan untuk istirahatt dan kumpul-kumpul dengan
orang tua dan saudara-saudara sambil menonton TV atau mendengan musik.
4. Pekerjaan sehari-hari
Tuan “H” bekerja sehari-hari sebagai kariawan swasta di luar daerah.Keluarha
bertemu 1x dalam seminggu.Ny “I” sesuai dengan kemampuannya mengurus
anak-anak.
5. Kebersihan diri
Kebersihan diri anggota keluarga cukup, mandi 2x sehari dengan sabun dan
menggosok gigi sebelum dan setelah bagun tidur dengan pasta gigi.Hanya saja
kebiasaan memanjangkan kuku kurang bersih.

B. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya


1. Peranan anggota keluarga
1). Ayah sebagai pencari nafkah
2). Ibu mengatur rumah dan mengasuh anak

2. Penghasilan dan pengeluaran


1). Penghasilan perbulan ± Rp. 3000.000,-
2). Pengeluran setiap bulan tidak tetap.
3). Pemenuhan kebutuhan keluarga cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

3.  Hubungan keluarga dengan masyarakat


Hubungan keluarga dengan masyarakat setempat cukup baik dalam arti anggota
keluarga berinteraksi cukup baik denagn masyarakat setempat.
4.  Suku dan agama
Keluarga kurang taat dalam melaksanakan ajaran agama islam.
C. Faktor lingkungan
a.  Rumah
Bentuk Rumah            : Papan
Ventilasi                      : Cukup baik, pertukaran udara baik, ruang dalam rumah cukup
mendapat cahaya matahari.
b.  Sumber air bersih
Sumber air bersih keluarga adalah air ledeng, air jernih dan tidak berbau keluarga
minum air yang sudah dimasak.
c.  Tempat pembuangan
1. Keluarga memiliki WC model leher angsa
2. Keluarga membuang sampah pada lobang galian
3. SPAL keluarga adalah terbuka sehingga airnya terpakai kemana-mana
4. Lingkungan rumah kurang bersih, tidak ada pemanfaatan pekarangan, jarak rumah
dengan tetangga sekitar 1-2 meter dan cukup aman dari gangguan kejahatan.
d.  Fasilitas hiburan
Keluarga memiliki TV 60 inchi sebagai sarana hiburan dan sumber informasi bagi
keluarga.
e.  Fasilitas sosial dan kesehatan yang ada
Lingkungan sosial keluarga cukup ramah dan tersedia fasilitas sosial yang tidak jauh
dari rumah yaitu jalan utama, sarana kesehatan jauh dari rumah yaitu namun
transportasi lancar.

D.    Riwayat Kesehatan
1.  Riwayat kesehatan
Kesehatan keluarga umumnya kurang baik.Bapak merokok kadang kadang
jantung terasa sakit.Kondisi istri dan anak baik walaupun kadang-kadang
sakit.Anak sering ditimbang jika memeriksakan kesehatannya.
2.  Keluarga Berencana
Keluarga merupakan PUS dan istri merupakan akseptor KB yang menggunakan
metode kontrasepsi suntikan 3 bulan selama 6 bulan atas kesadaran ibusendiri dan
sejak penggunaan KB ibu tidak pernah mendapat haid serta merasakan sangat
nyeri di daerah pinggul dan payudara menyebabkan ibu drop out dan tidak
menjadi akseptor KB lagi.
3.  Keadaan gizi keluarga
Pertumbuhan fisik anak-anak Tn “H” cukup, secara sepintas anak-anak tampak
sehat. Demikian pula nafsu makan keluarga baik, anak kedua masih menetek
pada ibunya (ASI).

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga


Tn “H” dan keluarganya tidak pernah ada riwayat menderita penyakit menular,
seperti TBC, hepatitis, AIDS/HIV dan penyakit kusta
.
E. Pengkajian psikososial
1. Status
Tingkat emosi keluarga cukup baik, bila ada keluarga dalam keluarga diselesaikan
dengan baik.Emosi ibu dalam kondisi stabil.

2. Konsep diri
Bapak dan ibu baik.Bapak dan ibu menjawab pertanyaan dengan ramah.

3. Pola interaksi/komunikasi
Interaksi antara anggota keluarga cukup baik, bahasa yang dipakai sehari-hari
adalah bahasa Indonesia dan terkadang bahasa mkassar.

4. Pola pertahanan dalam keluarga


Sebagai kepala keluarga, suami cukup disegani oleh anak-anaknya.Apabila ada
masalah selalu dimusyawarakan bersama, namun hasil akhir selalu dilimpahkan
keputusan kepada suami.

F. Pengkajian pengetahuan
1. Keluarga berencana
Pengetahuan ibu tentang keluarga berencana masih kurang.
2.  Kesehatan lingkungan
Pengetahuan keluarga tentang kesehatan lingkungan sangat kurang.
G.  Harapan keluarga terhadap bidan
Keluarga berharap kepada tenaga kesehatan supaya dapat membantu mengatasi
masalahnya dalam bidang kesehatan dan lebih banyak memberikan motivasi dan
mendukung perkembangan masyarakat.

II. ANALISIS MASALAH


DS  : Ibu mengatakan sudah 6 bulanmenggunakan suntikan 3bulan dan belum pernah
mendapat haid selama menggunakan KB serta merasa sangat nyeri dibagian
pinggul serta payudara setiap menggunakan KB.

DO : Ibu memiliki kartu akseptor KB sejak 12 2014.


Analisa Data : Ibu tidak mengetahui efek samping dari KB suntikan 3 bulan dan
Amenorhea merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada
penggunaan KB suntikan 3 bulan.

DS     : Ibu mengatakan SPAL nya terbuka.


DO    : Tampak genangan air limbah di belakang rumah keluarga.
Analisis Data : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang Kesehatan Lingkungan.
III.  RUMUSAN MASALAH
A.    Ketidaktahuan Ibu tentang efek samping penggunaan alat kontrasepsi suntikan 3
bulan
Tabel 2
NO. Kriteria Perhitun Skor Pembenaran
gan
1. Sifat Masalah 2/3 Ibu tidak
2/3 x 1 mengetahui
efek samping
suntikan KB 3
bulan
2. Kemungkina 2 Keluarga
n masalah 2/2 x2 dapat
untuk diubah menerima
penjelasan
yang
diberikan
3. Potensi 1 Adanya
Pencegahan 3/3x 1 keinginan ibu
untuk
memeriksakan
diri ke tempat
pelayanan
kesehatan
4. Penonjolan 2/2 1 Masalah harus
Masalah x1 segera
ditangani
4 2/3

B.     Kurangnya pengetahuan keluarga tentang Kesehatan Lingkungan


Tabel 3
NO.
Kriteria Perhitungan Skor Pembena
ran
1. Sifat Masalah 3/3 x 1 1 Kurangnya
pengetahuan
keluarga
tentang
Kesehatan
Lingkungan
2. Kemungkina 1/2 x2 1 Kemungkina
n masalah n Keluarga
untuk diubah dapat
membuat
SPAL
tertutup
3. Potensi 1/3 x 1 1/3 Adanya
Pencegahan keinginan
keluarga
untuk
memperbaiki
kesehatan
lingkungan
4. Penonjolan 0/2 x 1 0 Masalah
Masalah tidak
dirasakan
2         1/3

IV. PERIORITAS MASALAH
A.Berdasarkan hasil perumusan masalah, maka urutan prioritas masalah Kebidanan
dan Kesehatan keluarga diprioritaskan sbb :
1. Masalah amenorhea yang dirasakan selama 6 bulan sejak penggunaan kontrasepsi
suntikan 3 bulan
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan lingkungan

V.  INTERVENSI
A. Masalah amenorhea yang dirasakan selama 6 bulan sejak penggunaan kontrasepsi
suntikan 3 bulan
DS : Ibu mengatakan belum pernah mendapat haid sejak menjadi akseptor KB
suntikan 3 bulan.
DO : Ibu merupakan akseptor KB suntikan 3 bulan dan tanggal anjuran untuk
kembali adalah tanggal 28 12 2014.

Tujuan :
1. Ibu mengetahui efek samping alat kontrasepsi suntikan 3 bulan dan cara mengatasi
efek sampingnya.
2. Masalah Amenorhea ibu dapat teriatasi.

Kriteria :
1.  Berikan penjelasan pada ibu tentangefek samping alat kontrasepsi suntikan 3 bulan
Rasional : Agar Ibu mengetahui efek samping alat kontrasepsi suntikan 3 bulan.

2.  Anjurkan Ibu untuk mengeluhkan masalahnya pada petugas kesehatan tentang efek
samping yang dialaminya.
Rasional : Agar Ibu segera mendapat pertolongan, dan masalah Amenorhea Ibu dapat
segera teratasi.

B. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan lingkungan


DS : Ibu mengatakan SPAL nya terbuka
DO : Tampak genangan air di belakang rumah
Tujuan :
Agar keluarga mengerti dampak lingkungan yang tidak bersih terrhadap kesehatan
Kriteria :
1. Beri penjelasan kesehatan pada keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan
Rasional : Dengan memberi penjelasan pada keluarga, makakeluarga akan menyadari
dan menjaga kebersihan lingkungan.
2.  Anjurkan pada keluarga untuk membuat SPAL yang tertutup.
Rasional : Air limbah yang berserakan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal 16 05 2016 jam 14.45


A.  Memberi penjelasan pada ibu tentang efek samping alat kontrasepsi suntikan 3
bulan dan menganjurkan ibu untuk menghubungi petugas kesehatan agar masalah
amenorrhea segera teratasi.
B.     Memberi penjelasan pada keluarga tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan
menganjurkan keluarga untuk membuat SPAL tertutup.

VII.  EVALUASI
A.  Ibu telah mengerti tentang efek samping alat kontrasepsi suntikan 3 bulan
B.  Keluarga bersedia melakukan anjuran yang diberikan untuk membuat SPAL
tertutup.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
a.   Kontrasepsi suntik adalah alat kontasepsi yang disuntikan ke dalam tubuh dalam
jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi
sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan.

b. Suntikan progestin menggunakan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) yang


mengandung 150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik Intro
Muskuler (di daerah bokong).

c.    Cara kerja KB suntik progestin adalah untuk mencegah ovulasi, Lendir serviks
menjadi kental dan sedikit, Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik untuk
implantasi dari ovum yang telah di buahi, Menghambat transportasi gamet dan tuba.

B.Saran
     Sebelum memberikan kontrasepsi ini pada klien, sebaiknya bidan menjelaskan
kekurangan dan kelebihan KB suntik, serta efek sampingnya agar klien lebih siap dalam
menghadapi hal-hal yang timbul akibat pemakaian alat kontrasepsi ini. Selain itu, bidan
juga perlu memperhatikan cara penggunaan atau pemberian suntikan progestin ini untuk
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2009. Deli Serdang dalam Angka. Medan : Badan Pusat Statistik Profinsi Sumatera
Utara.
Everett, Suzanne. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

Hurlock, BE. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Mochtar, Rustam. 2004. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nototoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


Jakarta : Rineka Cipta..

Saifuddin, BA. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Supianti. 2006. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Suntik Di Klinik


Amal Kita Medan Tahun 2006. Medan.

Winjankjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anonymous. 2010. http://www.stasiunbidan.com. Diakses oleh Dina Khairina,


pukul 22.00 wib. Tanggal 28 Mei 2010.

MAKALAH

ASKEB KOMUNITAS
MANAJEMEN ASKEB KOMUNITAS

KELOMPOK 6:

ISRA FRICHA ADHELIA

LISDA

YUVITA TRI REZEKI

MILDASARI GARUSU

FIRDAYANTI

HERLIANTI

SABRINA DIBYO

ZAFITRI NULANDARI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN DIV KEBIDANAN

2018

Anda mungkin juga menyukai